Huda Alfiyansyah
Genta adalah lelaki terlama dalam hal berdandan. Ia selalu ingin terlihat
sempurna, rambutnya ia tata serapih mungkin, bajunya pun tidak ada yang tidak
terkadang membuat pusing. Zara telah menunggu nya selama 2 jam, padahal hari
ini adalah ulang tahun Bunga, salah satu sahabat mereka saat masih duduk di
bangku SMP.
"Genta! Lo tuh kalo dandan bisa ga sih yang wajar wajar aja! Kesel banget! Capek
gue nunggu nya!". Zara tidak tahan lagi menunggu genta, kebiasaan genta itu
membuat Zara seringkali marah.
"Bentar bawel! Mau pake tuxedo dulu.. Lo tampilannya gitu doang? Gaun merah
selutut.. Kalem banget,ga pake apa gitu.. Bando?" Sambil meletakan tanganya di
kepala Zara, seketika Zara menepis tangan Genta yang bertengger di kepala nya.
Ya, Zara dan Genta telah bersahabat sejak kelas 1 SMP, kedekatan diantara
keduanya tidak bisa dibilang biasa saja. Pasalnya mereka selalu berdua, kemana
pun entah itu kantin , toko buku, mall. Terkecuali toilet.
283
284
Genta adalah lelaki berparas sedikit oriental, matanya tidak terlalu sipit, namun
kulit putihnya membuatnya terlihat oriental. Genta selalu terlihat rapih, namun
tidak cupu, ia selalu terlihat cool dengan penampilan rapih dan bergayanya. Bisa
dibilang gayanya seperti anak hits zaman sekarang.
Berbeda dengan Zara, perempuan ABG itu adalah kebalikan dari Genta. Tubuh
tinggi semampai dengan rambut sepundaknya terlihat manis,namun kelakuan Zara
tidak bisa dibilang manis. Gaya berpakaian Zara berbanding tebalik dengan Genta
yang rapih dan bergaya. Zara lebih suka berpenampilan apa adanya, cukup dengan
kaos dan jeans dekilnya ia sudah menyatakan dirinya bergaya. Ya, Zara memang
cewek yang maskulin.
"Weh , kadonya udah lo beli belum?" tanya Genta ketika mereka berdua berada di
dalam mobil genta untuk menuju hotel Raffles, tempat pesta ulang tahun Bunga.
"Nyebelin kan... Gue ajak lo sekarang berangkat biar beli kado dulu, gue belum
dempet beli. Eh lonya lama banget dandannya.
"Yee.. Bilang kek! Tau gitu gue percepat tadi rapih rapih nya!" ujar Genta
balik marah, Genta langsung mempercepat mobilnya menuju mall terdekat untuk
Tidak lama kemudian, mereka sampai di salah satu mall ibukota, lalu setelah itu
mereka naik lift menuju lantai 3. Tempat baju dan alat make up.
"Beliin ini aja nih, bagus.." Genta mengambil 1 baju terusan selutut yang sangat
manis.
"Yang bener aja, Bunga kan pendek, itumah ukuran gue" Zara menepis sodaran
baju yang diberikan oleh Genta.
"Dih, kalo buat lo mah karung aja! Hahaha" Genta tertawa setelah berkata seperti
itu ,walaupun tidak ada niat sama sekali berkata seperti itu. Lalu ia berjalan kembali
dan memilihkan baju untuk Bunga.
Setelah 30 menit berkutat mencari baju yang cocok akhirnya mereka sepakat
memberikan dress berlengan panjang berwarna biru dongker dan merah muda.
"Gantiin lho uang gue!" ujar Zara menaruh kartu atmnya kedalam dompet. Mereka
akan segera ke hotel karena 1 jam lagi acara selesai.
" Iya, bawel.." Genta berlari kecil ketika sampai di basement mall.
Jalanan ibukota mulai lengang malam ini, karna jam sudah menunjukan pukul 9.
Bunga adalah gadis yang disukai Genta semenjak awal masuk SMP. Bisa dibilang
Bunga itu cinta pertamanya Genta. Siapa yang tidak terpikat dengan paras cantik
gadis blasteran Indonesia-Belanda?
"Gue udah ganteng belom?" tanya Genta melirik kearah Zara yang sedang
mengutak ngatik ponselnya.
"Wihh, baru pertama kali lo muji gue!!!" ujar Genta sambil mencolek pipi Zara.
Hal disukai Genta dari Zara adalah, ia tidak pernah manja dan selalu berpikir
sebelum bertindak. Itulah kenapa Genta menganggapnya sebagai sahabat.
"Apaan.." Zara masih terfokus dengan ponselnya,ia sedang mengirim tugas lewat
email untuk bu Ratna, guru kimianya.
"Kalo gue nembak Bunga malam ini, bakal awkward ga ya?" ujar Genta,yang
langsung membuat Zara menoleh cepat.
Deg, Zara kaget sekali mendengar perkataan Genta. Perasaanya campur aduk,
antara kaget dan sedih mendengar laki-laki yang disukainya akan menyatakan isi
hatinya ke orang lain.
"Semenjak bergaul sama lo,urat malu gue udah ilang ilangan.. Tapi deg-degan juga
Sejenak Zara terdiam dan termenung, perasaannya kacau tak menentu seakan tidak
ingin kejadian ini terjadi.
287
"Hmmm.. kalo itu mau lu, kenapa engga?" jawabnya. Tak sadar perkataan apa yang
keluar dari mulutnya.
"Y.."
"Dih y doang.."
"Apa dong?"
"Whatever.."
Mereka keluar dari mobil dan berjalan menuju ballroom tempat acaranya. Ulang
tahun Bunga seperti ajang reuni bagi Zara dan Genta. Pasalnya mereka sudah
hampir 3 tahun tidak bertemu dengan teman-teman SMP nya.
"Melyy! Acilll!" Zara berteriak kearah meja bundar, ia melihat teman baiknya saat
SMP.
"Eh ada Genta,apakabar Gen? Masih tahan aja lo sama ini kutu..." ujar Mely sambil
merangkul Zara.
"Udah gue buang padahal,tapi balik lagi.. Balik lagi.. Hahaha" ujar Genta sambil
tertawa.
Setelah bertemu Mely dan Acil, Zara dan Genta pamit sebentar menuju Bunga yang
berada di sebuah altar bersama teman serta kerabatnya.
"Hai Bunga.." Genta menyapa dengan canggung. Wajahnya sulit diatur, alhasil
yang ada wajahnya hanya datar.
"Happy birthdayyyy Bungaaa.. Makin sukses yaaaa! Ini kado dari gue sama
Genta.." ujar zara sambil memeluk Bunga.
"Makasih ya Ra, Gen.. Apakabar kalian?" Bunga bertanya dengan begitu kalem, ia
terlihat sangat cantik dengan gaun berwarna broken white nya serta sebuah mahkota
kecil dikepalanya.
"Gue sih baikk.. Gatau Gentaa.." Zara melirik Genta yang gusar sekali.
"Oh itu di pojok ruangan, belok kanan.. Yah.. padahal aku mau kenalin ke pacar
aku... Tapi yaudah lah daripada genta ngompol.. Cepetan gih.." ujar Bunga diselingi
tertawa kecil.
Seketika wajahnya Genta merah padam. Zara juga tak kalah kaget, pasalnya ia
hanya tau Bunga masih menjomblo sampai sekarang.
"Gen tunggu.." Zara mengikuti genta dari belakang. Bunga hanya mihat mereka
"Gen.. Gen.. Jangan kayak gini dong!" ujar Zara memberhentikan langkah Genta.
"Lo mau pulang ga?" Genta berkata sedikit keras. Tangan Zara digandeng Genta
menuju mobil sedan berwarna hitam.
Diperjalanan tidak ada yang membuka obrolan, radio dimobil pun tidak ada yang
menyentuh. Padahal Genta dan Zara suka bernyanyi bersama bila mood mereka
sedang tidak bagus..
"Zar..
"Gen.."
"Lo duluan.."
"Gue nyesek... Selama ini gue suka sama orang yang salah.. ujarnya lemah.
Yaudah lah Gen, mungkin dia bukan yang terbaik untuk lo. Lagi pula ada gue kok
yang selalu ada buat lo kata Zahra sambil tersenyum dan berusaha menenangkan
Genta.
Bener juga ya, Za. Makasih ya udah jadi sahabat yang baik buat gue. balas Genta.
Eh, Za. Senyum lo manis juga ya ternyata. Ucap Genta dengan pelan.
Hah? Lo ngomong apa barusan? karena Zara tidak mendengar perkataan Genta
***
"Andaikan saja.. Dari dulu gue jujur tentang perasaan gue sama Genta.." ucap Zara
pada Mely dan Acil. Mereka menemani Zara untuk hangout di sebuah cafe.
Ini sudah bulan ke 5 setelah Genta pergi. Genta meninggal saat malam di hari ulang
tahunnya Bunga. Truk bermuatan kaleng susu saat itu,berhasil menabrak mobil
yang dikendarai Genta. Karena Genta melepas sabuk pengaman nya, nyawanya
tidak dapat tertolong, ia terpental keluar jendela mobilnya. Sedangkan Zara, ia
cedera leher,bahu dan lutut yang membuatnya harus menggunakan kursi roda.
Tidak ada lagi yang membuat Zara marah, tidak ada lagi yang membuat Zara pusing
dengan wangi parfumnya, tidak ada lagi yang merangkulnya, tidak ada lagi yang
mencubit pipinya, tidak ada lagi yang menemani Zara pergi ke mall.
"Pulang yuk, Za.. Udah sore nih.." ujar Mely menarik kursi roda Zara. Kemudian
Zara hanya tersenyum pada Mely dan Acil. Mereka sedang berada dinsebuah cafe
dekat tempat di mana Genta dimakamkan.
"Makasih ya kalian udah selalu ada buat gue.. Makasih juga ya Gen, udah selalu
ada di situ terus.." ujar Zara tersenyum kecil ke sebelah Acil.
Mely dan Acil saling berpandangan aneh dan langsung mendorong kursi roda Zara
keluar cafe.