A. THAHARAH
1. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang nyata
seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para fuqaha berarti
membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu dan bertayammum. (Saifuddin
Mujtaba, 2003:1)
Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum. Suci dari najis ialah
menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.
Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:
a. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang wajib disucikan.
e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.
Allah berfirman dalam Al-Quran:
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh
sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. 2:222)
Pembagian air
Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan tidak bercampur
dengan sesuatu yang lain.
2. Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan), yaitu air yang
dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
3. Air mustamal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah digunakan untuk
bersuci.
4. Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan benda najis
atau yang terkena najis.
2. Macam-Macam Thaharah
a. Bersuci dari dosa (bertaubat).
Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah ruhaniah, juga sebagai metode mensucikan
diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang kecil kepada Allah. Jika dosa yang dimaksudkan
berhubungan dengan manusia, sebelum bertaubat ia harus meminta maaf kepada semua orang
yang disakitinya. Sebab Allah akan menerima taubat hamba-Nya secara langsung jika
berhubungan dengan dosa-dosa yang menjadi hak Allah.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran
Artinya :
Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya, niscaya
Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan
Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu
berpaling maka sungguh Aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat).
Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah taubat yang sesungguhnya. Ciri-cirinya adalah:
a. Menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukan.
b. Berjanji tidak akan mengulanginya.
c. Selalu meminta ampunan kepada Allah dan berzikir.
d. Berusaha terus menerus untuk memperbaiki diri dengan memperbanyak perbuatan baik dengan
mengharap keridhoan dari Allah SWT.
Taharah adalah bersuci dari hadas dan najis serta merupakan amal penting
dalam hukum islam. Taharah dapat dibagi menjadi dua, yaitu taharah dari najis dan
dari hadas. Wudhu merupakan salah satu cara bersuci dari hadas kecil. Pada bab ini,
kita akan mempelajari tentang Taharah dari najis dan dari hadas.
A.TAHARAH DARI NAJIS
Najis merupakan segala sesuatu yang dianggap kotor oleh syarak. Taharah
dari najis berarti membersihkan atau menyucikan bagian yang terkena najis.
Taharah disebut juga bersuci. Ulama fikih membagi macam-macam najis menjadi 3
yaitu :
1. Najis Mukhafafah
Najis Mukhafafah berarti najis yang ringan. Contohnya yaitu najisnya air
kencing bayi laki-laki yang belum makan apa-apa, selain air susu ibunya. Cara
menyucikannya cukup dengan memercikkan air ke bagian tubuh atau benda yang
terkena najis.
2. Najis Mutawasitah
Najis mutawasitah ialah semua najis selain dari najis mughaladah dan
mukhafafah. Najis ini juga disebut najis menengah. Contohnya, bangkai, darah, dan
nanah. Najis mutawasitah dibagi menjadi dua yaitu :
1. Najis ainiyyah
Najis ainiyyah ialah najis yang masih ada warna, bau, dan rasanya. Cara
mensucikannya yaitu harus dihilangkan semua warna, bau, dan rasanya.
2. Najis hukmiyyah
Najis hukmiyyah ialah najis yang bau dan warna serta rasanya sudah tiada
(tinggal hukumnya saja). Cara mensucikannya yaitu cukup mengalirkan atau
menyiramkan air ke najasah.
3. Najis Mughaladah
Najis mughaladah yaitu najisnya anjing atau babi dan keturunan dari kedua
binatang tersebut. Najis ini disebut juga najis berat. Cara mensucikannya yaitu
dengan membasuh menggunakan air sebanyak tujuh kali dan salah satunya
menggunakan tanah atau debu.
http://anisaaprilia257.blogspot.co.id/2014/09/taharah.html
Agama Islam
Taharah
Posted on Mei 25, 2012 by amiruldhamier
Taharah menurut bahasa berarti bersih, suci, / bersuci. Menurut istilah, Taharah adalah
membersihkan diri dari najis dan hadas yang ditentukan oleh syariat Islam. Orang-orang yang
suci adalah orang yang membersihkan dirinya dari segala najis, hadas, dan kotoran.
Tanpa taharah ibadah seseorang akan sia-sia. Setiap orang yang hendak melakukan shalat dan
tawaf diwajibkan dulu untuk bertaharah, seperti berwudhu, tayamum, atau mandi. Rasulullah
Saw bersabda yang artinya:
Allah tidak menerima shalat yang tidak dengan bersuci ( H.R. An Nasai )
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri
( Q.S. Al-Baqarah : 222 )
Secara garis besar, bersuci dibagi menjadi dua macam, yaitu bersuci dari najis dan hadas.
Adapun dilihat dari sifat dan pembagiannya, bersuci dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1. Bersuci batiniah, yaitu membersihkan jiwa dari kotoran bathin berupa dosa dan perbuatan
maksiat, seperti syirik, takabur, dan ria. Cara membersihkannya dengan cara bertobat dan tidak
mengulangi lagi perbuatan tersebut.
2. Bersuci lahiriah, yaitu membersihkan badan, tempat tinggal, dan lingkungan dari segala bentuk
kotoran atau najis. Bersuci lahiriah meliputi kegiatan bersuci dari najis dan bersuci dari hadas.
Bersuci dari hadas adalah berusaha membersihkan segala bentuk kotoran yang melekat pada
badan atau tempat yang didiami. Kotoran yang melekat pada tubuh harus dibersihkan sampai
hilangnya rasa, bau, warna, dan wujudnya.
Bersuci dari hadas adalah menghilangkan atau membersihkan hadas dengan cara berwudhu atau
mandi.
Alat atau benda yang dapat digunakan untuk bersuci dalam Islam ada dua macam, yaitu benda
padat dan benda cair.
1. Benda padat yang dimaksud adalah batu, pecahan genting, batu merah, kertas, daun, dan kayu.
Semua benda tersebut harus dalam keadaan bersih dan tidak terpakai. Islam melarang benda-
benda tersebut apabila masih keadaan terpakai.
2. Benda cair yang boleh digunakan untuk bersuci adalah air. Air ada yang boleh untuk bersuci, ada
pula yang tidak boleh atau tidak sah untuk bersuci.
Macam-macam air
1. Air Mutlak, yaitu air yang suci dan menyucikan yaitu air yang halal diminum dan sah digunakan
untuk bersuci. Air suci dan menyucikan tersebut antara lain; air sumur, air sungai, air laut, air
hujan, air embun, air salju, air mata air. Air-air tersebut dapat digunakan selama semuanya
belum berubah, baik warna, bau, maupun rasa.
2. Air suci tetapi tidak menyucikan, yaitu air yang halal untuk diminum tetapi tidak sah untuk
bersuci, contohnya air kelapa, air kopi, air teh, dan air yang dikeluarkan dari pepohonan.
3. Air Musyammas, yaitu air yang dipakai bersuci seperti air yang terjemur atau terkena panas
matahari dalam bejana, selain bejana emas atau perak. Hukum memakai air tersebut adalah
makruh.
4. Air Mustakmal, yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini haram digunakan untuk
bersuci walaupun tidak berubah warnanya.
5. Air Mutanajis, yaitu air yang terkena najis tidak halal diminum dan tidak sah untuk bersuci.
Ketagori air mutanajis adalah :
Air yang sudah berubah warna, bau, dan rasanya karena terkena benda najis.
Air yang belum berubah warna, bau, dan rasanya karena terkena najis tetapi jumlah air tersebut
sedikit (kurang dari dua kulah).
o Najis Mutawassitah hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapi tidak ada bau,
rasa, ataupun wujudnya, seperti air kencing yang sudah kering. Cara mnyucikannya
cukup disiram dengan air di atasnya.
o Najis Mutawassitah ainiah adalah najis yang masih ada wujud, bau maupun rasa. Cara
menyucikannya dengan dibasuh sampai hilang wujud, bau, maupun rasanya, kecuali jika
wujud itu sangat sulit dihilangkan.
3. Najis Mughallazah ( Najis Berat ),
Najis berat adalahsuatumateri (benda) yang kenajisannya ditetepkan bedasarkan dalil yang pasti
(qati). Najis yang termasuk dalam kelompok ini adalah najis yang berasal dari anjing dan babi.
Cara menyucikan najis ini adalah menghilangkan terlebih dahulu wujud najis tersebut, kemudian
dicuci dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah satunya tercampur dengan tanah.
Rasulullah Saw. bersabda : Cara memnyucikan bejana seseorang di antara kamu apabila dijilat
dengan anjing hendaklah dibasuh tujuh kali dan salah satunya hendaklah dicampur dengan
tanah. (H.R. Muslim)
https://pengetahuanislamiah.wordpress.com/2012/05/25/taharah/
TAHARAH (bersuci)
Bab 1 : Taharah / Bersuci
1. Definisi :
3. Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.
4. Dalil naqli tentang suruhan bersuci adalah sebagaimana firman Allah s.w.t. dalam Surah al-
Anfal, ayat 11 yang bermaksud :
Dan (ingatlah ketika) Dia menurunkan kepada kamu hujan daripada langit untuk mensucikan
kamu dengannya
5. Tujuan taharah ialah bagi membolehkan seseorang itu menunaikan solat dan ibadah-ibadah
yang lain.
6. Hikmah disuruh melakukan taharah ialah kerana semua ibadah khusus yang kita lakukan itu
adalah perbuatan mengadap dan menyembah Allah Taala. Oleh itu untuk melakukannya, maka
wajiblah berada di dalam keadaan suci sebagai mengagungkan kebesaran Allah s.w.t. .
7. Faedah melakukan taharah ialah supaya badan menjadi bersih, sihat dan terjauh daripada
penyakit serta mendatangkan kegembiraan kepada orang yang melaksanakannya.
9. Taharah adalah sebagai bukti bahawa Islam amat mementingkan kebersihan dan kesucian.
10. Ahli fiqh bersepakat mengatakan harus bersuci dengan air yang suci (mutlaq) sebagaimana
firman Allah:
Maksudnya :
Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa khabar gembira dekat sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih
11. Selain itu, harus menggunakan kertas atau batu ketika beristinja dan tanah atau debu tanah
sebagai ganti air bagi mengharuskan solat yang dikenali sebagai tayammum.
* Air mutlaq, iaitu air semata-mata tanpa disertakan dengan sesuatu tambahan atau sesuatu sifat.
Air mutlaq ini terbahagi kepada beberapa bahagian:
o Air yang turun daripada langit. Ia terbahagi kepada tiga, iaitu air hujan, air salji yang menjadi
cair dan air embun.
o Air yang terbit daripada bumi. Ia terbahagi kepada empat, iaitu air yang terbit daripada mata
air, air perigi, air sungai dan air laut.
* Tanah, boleh menyucikan jika tidak digunakan untuk sesuatu fardhu dan tidak bercampur
dengan sesuatu. Firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu solat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga
kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula menghampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan
berjunub), terkecuali sekadar berlalu sahaja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau dalam
bermusafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu
tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan
tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
(Surah Al-Nisa, 4:43)
3. Samak, iaitu membuang bahan-bahan lebihan yang melekat pada kulit dan yang
merosakkannya sekira-kira jika direndam atau dibasuh dengan air sesudah disamak, maka kulit
itu tetap tidak busuk atau rosak.
4. Takhallul, iaitu arak bertukar menjadi cuka tanpa dimasukkan sesuatu bahan ke dalamnya.
Rujukan Kitab :
http://www.al-azim.com/masjid/infoislam/ibadat/home.htm
JENIS TAHARAH
Najis dari hukum syara ialah segala benda yang kotor yang mencegah kita dari melakukan
solat, tawaf,
memberi khutbah Jumaat dan sebagainya.
Akan tetapi, ini tidak bermakna semua benda yang kotor itu adalah najis TETAPI najis adalah
kotor.
Berhadas kecil dikatakan sebagai perkara-perkara yang membatalkan wuduk dan boleh
dihilangkan dengan sekadar mengambil wuduk.
Berhadas besar pula mencegah dari melakukan solat dsb dan ianya mewajibkan seseorang itu
mandi wajib.
JENIS NAJIS
2. Anjing dan khinzir. Ini termasuk semua binatang yang keluar dari keduanya atau salahs atu
dari keduanya.
3. Bangkai ~ ini adalah bangkai bagi haiwan yang mati tanpa sembelihan yang sah di sisi
syara.
a. bangkai manusia
c. bangkai belalang
~ darah yang terlalu sedikit yang sukar untuk ditanggal seperti pada tulang adalah dimaafkan.
Begitu juga benda-benda yang disebut tadi yang terlalu sedikit adalah dimaafkan.
5. Muntah ~ makanan atau minuman yang sudah sampai ke perut dan keluar semula sekalipun
ianya hanya berupa air.
6. Tahi dan air kencing manusia dan semua jenis binatang (samada yang halal atau pun yang
haram)
7. Bahagian pada binatang yang tercerai atau terpotong daripada haiwan itu ketika ia nya masih
hidup.
10. Air liur basi. ~ Ianya adalah haram sekiranya diyakini ia keluar dari perut.
https://smartislam.wordpress.com/fardhu-ain/taharah-bersuci/
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN THAHARAH
Thaharah menurut bahasa artinya bersih Sedangkan menurut istilah syara thaharah
adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan mengerjakan
pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis.
[1]
Atau thaharah juga dapat diartikan melaksanakan pekerjaan dimana tidak sah
melaksanakan shalat kecuali dengannya yaitu menghilangkan atau mensucikan diri dari hadas
dan najis dengan air.[2]
Bersuci dari najis berlaku pada badan, pakaian dan tempat. Cara menghilangkannya harus
dicuci dengan airsuci dan mensucikan.
B. DALIL-DALIL THAHARAN
Dalil-dalil tentang thaharah, yaitu:
(122 : ).
Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang bersuci. (Al-Baqarah : 122).
( " " )
Artinya: Kebersihan itu sebagian dari iman
: , : : ,
. , : ,
Artinya: dari musab bin sa,id berkata: Abdullah bin umar pernah menjenguk ibnu amir yang
sedang sakit. Ibnu amir berkata: Apakah kamu tidak mau mendoakan aku, hai ibnu umar?.
Ibnu umar berkata: saya pernah mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: Shalat yang tanpa
bersuci tidak diterima begitu pula sedekah dari hasil korupsi. Sedang kamu adalah penguasa
bashrah.[3]
C. TUJUAN THAHARAH
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan disyariatkannya thaharah, diantaranya:
1. Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadats dan najis.
2. Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah seorang hamba.
Nabi Saw bersabda:
Allah tidak menerima shalat seorang diantara kalian jika ia berhadas, sampai ia
wudhu, karena termasuk yang disukari Allah, bahwasanya Allah SWT memuji orang-orang
yang bersuci : firman-Nya, yang artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan mensucikan dirinya.(Al-Baqarah:122)
Thaharah memiliki hikmah tersendiri, yakni sebagai pemelihara serta pembersih diri dari
berbagai kotoran maupun hal-hal yang mengganggu dalam aktifitas ibadah seorang hamba.
Seorang hamba yang seanantiasa gemar bersuci ia akan memiliki keutamaan-keutamaan
yang dianugerahkan oleh Alloh di akhirat nanti. Thaharah juga membantu seorang hamba untuk
mempersiapakan diri sebelum melakukan ibadah-ibadah kepada Alloh. Sebagai contoh seorang
yang shalat sesungguhnya ia sedang menghadap kepada Alloh, karenanya wudhu membuat agar
fikiran hamba bisa siap untuk beribadah dan bisa terlepas dari kesibukan-kesibukan duniawi,
maka diwajibkanlah wudhu sebelum sholat karena wudhu adalah sarana untuk menenangkan dan
meredakan fikiran dari kesibukan-kesibukan duniawi untuk siap melaksanakan sholat.
D. PEMBAGIAN THAHARAH
Kita bisa membagi thaharah secara umum menjadi dua macam pembagian yang besar
yaitu: Taharah Hakiki dan Taharah Hukmi.
1. Thaharah Hakiki
Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan badan,
pakaian dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa thaharah secara hakiki adalah
terbebasnya seseorang dari najis. Seseorang yang shalat yang memakai pakaian yang ada noda
darah atau air kencing tidak sah shalatnya. Karena ia tidak terbebas dari ketidak sucian secara
hakiki.
Thaharah secara hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang menempel baik pada
badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibaadah ritual, caranya bermacam-macam
tergantuk level kenajisannya.bila najis itu ringan cukup dengan memercikan air saja, maka najis
itu dianggap sudah lenyap, bila najis itu berat, harus dicuci dengan air 7 kali dan salah satunya
dengan tanah. Bila najis itu pertengahan, disucikan dengan cara, mencusikanya dengan air biasa
hingga hilang warna najisnya, dan juga hilang bau najisnya dan hilang rasa najisnya.
2. Thaharah Hukmi.
[4] .
Seseorang yang tidak batal wudhunya, boleh jadi secara fisik tidak ada kotoran yang
menimpanya. Namun dia wajib berthaharah ulang dengan cara berwudhu, bila ia ingin
melakukan ibadah tertentu seperti shalat, thawaf dan lain-lainnya.
Demikian pula dengan orang yang keluar mani. Meski dia telah membersihkannya dengan
bersih, lalu mengganti bajunya dengan yang baru, dia tetap belum dikatakan suci dari hadas
besar hingga selesai dari mandi janabah.
Jadi secara thaharah secara hukmi adalah kesucian secara ritual, dimana secara fisik
memang tidak ada kotoran yang menempel, namun seolah-olah dirinya tidak suci untuk
melakukan ibadah ritual. Thaharah secara hukmi dilakukan dengan cara wudhu atau mandi
janabah.
: ) (
.
.
.
[5]
.
Ketahuilah tidak sah berwudu dengan fardhu, mandi wajib, mandi sunnat, menghilangkan
najis dengan benda cair seperti cuka atau benda beku lainnya seperti tanah dalam bertayamum ..
Menurut istilah, para ulama berbeda pendapat sebagian mereka mengatakan Al-mukhtalat
itu ada yang tidak dapat diceraikan dari air.
Dan sebagian lagi mengatakan Al-Mukhtalat itu barang yang tidak dapat dibedakan air
menurut pandangan mata.
Kalau air berubah dengan sesuatu benda yang mujawir yang, cendana, minyak bunga-
bungaan, kapur barus yang keras, maka air itu masih dianggap suci yang dapat dipakai untuk ber
bercuci, sekalipun banyak perubahannya. Karena perubahan yang sesuatu mujawir itu, ia akan
menguap jua. Karena itu air yang seperti ini dinamakan air yang mutlak, ban dingannya air yang
berubah karena diasapkan dengan dupa atau berubaah baunya karena berdekatan dengan
bangkai. Maka air yang seperti ini masih dianggap air yang suci dan dapt dipergunakan untuk
bersuci, baik berubah sifatnya.[8]
3. Air Mutlak yang Makruh memakainya (air yang suci lagi mensucikan tetapi makruh
memakainya)
Air yang makruh memakainya menurut hokum syara atau juga dinamakan kahariyatut
tanzih ada delapan macam , yaitu:
4. Air mustamal
Air mustamal adalah air yang bekas dipakai (dipakai berwudhu atau mencuci najis) atau
air yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas atau najis, kalau memang tidak berubah
dan tidak bertambah timbangannya. Jadi airnya suci.
5. Air yang terkena najis
Air najis adalah air yang kemasukan benda najis dan air itu kurang dua kolah, atau air itu
ada dua kolah tetapi berubah.[12] Maksudnya air yang kemasukan benda najis didalamnya, andai
kata air tersebut hanya tertulari bau busuk dari najis yang dibuang dipinggirnya maka air yang
demikian ini tidak najis, sebab tidak bertemu langsung dengan najisnya. Dan yang dimaksud
dengan berubah andai kata air yang banyak tersebut tidak berubah dengan adanya najis atau
najisnya hanya sedikit dan hancur dalam air maka air yang demikian ini juga tidak najis. Dan
seluruh air itu boleh digunakan menurut mazhab yang shahih.[13]
BAB III
KESIMPULAN
Thaharah merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan oleh Alloh kepada hamba
sebelum melakukan ibadah yang lain. Thaharah hanya dilakukan dengan sesuatu yang suci dan
dapat menyucikan. Thaharah juga menunjukan bahwa sesungguhnya islam sangat menghargai
kesucian dan kebersihan sehingga diwajibkan kepada setiap muslim untuk senantiasa menjaga
kesucian dirinya, hartanya serta lingkungannya. Hal ini dibuktikan dengan bab thaharah adalah
bab pertama yang dibahas dalam setiap kitab fiqih yang ada.
Waullahu Alam
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Moch, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT Almaarif, 1987
Abu Bakar Imam Taqiyuddin, Bin Muhammad Alhusaini , Kifayatul Akhyar, Surabaya: Bina
Imam, 2003
[1] H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT Almaarif, 1987) Hal 9
[2] Al Ust. H Muqarrabin, Fiqih awam, (Demak: Cv. Media Ilmu, 1997), Hal
[3] Abid Bishri mushtafa, Tarjamah Shahih Muslim, (Semarang: CV Asy-Syifa, 1993) juz 1. Hal
325
[4] Ibnu Qosim Al-Gazzi, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, (Baerut: Dar Al-Fikr, 2005)
juz 1, hal 34.
[5] Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim Al-Kafi, Taqrirqtus Sadidah Fi Masailil
Mufidah, (Surabaya: Dar Al-Ulum Al-Islamiyah, 2006) hal 56
[6] Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Sabilal Muhtadin, (Surabaya: PT Bina Ilmu, ) juz 1,
hal 17
[7] H. Moch. Anwar, Long Cit
[8] Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Ibid. 21
[9] H. Moch . Anwar, Op Cit, hal 10
[10] Said Sabiq, fiqh Sunnah 1, (Bandung: PT Almaarif, 1973) juz 1
[11] Syekh Muhamad Arsyad Al-banjari, Ibid, Hal 25
[12] Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Alhusaini , Kifayatul Akhyar, (Surabaya: Bina
Imam, 2003) Juz 1,Hal 19
[13] Imam Taqiyuddin Abu bakar Bin Muhammad Alhusaini, ibid, Hal 21.
A. Latar belakang
Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya manusia harus terlebih dahulu bersuci dan disucikan. Allah
mencintai sesuatu yang suci dan bersih. Dalam hukum islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah
termasuk sebagian dari ilmu dan amalan yang penting karena diantaranya syarat-syarat sholat telah
ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan,
pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang)
yang kotor dan najis sehingga thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri
sendiri agar sah saat menjalankan ibadah.
Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah, kita sebagai muslim harus dan wajib mengatahui
cara-cara bersuci karna bersuci adalah dasar ibadah bagi ummat Islam, dalam kehidupan sehari-hari kita
tidak terlepas dari hal-hal yang kotor sehingga sebelum memulai aktifitas kita menghadap tuhan atau
beribadah haruslah dimulai dengan bersuci baik dengan cara berwudhu, mandi maupun bertayammum.
kalau kita melihat dan membaca dengan teliti hampir seluruh kitab-kitab fiqih akan diawali dengan bab
thaharah ini menunjukan kan kepada kita betapa thaharah menjadi hal yang mendasar dan menjukkan
kepada kita betapa pentingnya masalah thaharah ini.
Namun, walaupun menjadi hal yang mendasar bagi umat Islam namun masih banyak dari umat Islam
yang tidak faham tentang thaharah, najis-najis dan jenis-jenis air yang di gunakan untuk bersuci. makalah
ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih ibadah sekaligus mudah-mudahan dapat membuat
teman-teman Perbandingan Mazhab paham masalah yang mendasar ini dan media belajar dan
mempelajari masalah-masalah thaharah.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian thoharoh.
2. Untuk dalil-dalil thoharoh.
3. Untuk mengetahui macam-macam toharoh
4. Untuk mengetahui macam-macam thoharoh.
5. Untuk mengetahui cara bersuci dari hadas dan najis.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Thaharoh
Menurut bahasa (etimologi) ath-thaharah berarti bersih dan jauh dari kotoran-kotoran 1[1], baik yang
kasat mata maupun yang tidak kasat mata seperti aib dan dosa 2[2] seperti kemaksiatan3[3]. Sedangkan
ath thaharah menurut terminology syara adalah bersih atau suci dari najis baik najis factual semisal
istinja maupun secara hukmi, yaitu hadats 4[4]. Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi
dan tayammum. Suci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.
Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:
a. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang wajib disucikan.
e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.
1[1] Imam An-Nawawi, Majmu Syarah Al Muhadzab,Pustaka Azzam, Jakarta , 2009, hlm 234
2[2] Saifuddin Mujtaba, 2003:1
3[3]Prof. Dr .Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Gema Insani,Depok,2010, hlm 202
4[4] Abdul Aziz Muhammad SAW SAWd Azzam & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh Ibadah. Jakarta .
Amzah : 2013
c. Mandi.
d. Tayammum.
Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu dan sebagainya
dijadikan sebagai alat pengganti air.
H. Abdul Khaliq Hasan mengemukakan salah satu landasan hukum thaharah adalah surah Al
Furqan Ayat 11 Artinya : Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, dekat sebelum
kedatangan rahmatnya(hujan) dan kami turunkan air dari langit air yang bersih(QS.Al-Furqan:48)
Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, maksud ayat ini adalah Allah
menurunkan air yang suci sebagai alat bersuci baik untuk tubuh, pakaian, maupun yang lain sebab kata
thahur berarti sesuatu yang digunakan untuk thaharah(bersuci), sebagaimana kata wudhu yang di gunakan
untuk berwudhu.5[5] Dan perhatikanlah surah al mudatsir ayat 3 dan 4 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : dan pakaian mu bersihkanlah dan seluruh kotoran termasuk berhala jauhilah (QS.Al-Muddatsir :
4)
Allah SWT menyuruh manusia untuk membersihkan pakaian dan segala kotoran yang termasuk
berhala. Membersihkan pakaian dapat di artikan dengan membersihak pakaian lahir 6[6] dan pakaian
batin7[7]. Jadi dengan ayat diatas, Allah megatakan bahwa kebersihkan dari lahir dan batin itu harus
dipadukan, sebab diantara keduanya harus di padukan dan saling berhubungan.
) (
Artinya : janganlah selalu kebersihan sedapat mungkin, karna Allah swt membangun Islam di atas
kebersihan, dan tidak akan masuk surge kecuali orang-orang yang bersih (H.R Athabrany) 8[8]
5[5] H. Abd. Kholiq Hasan, Tafsir Ibadah, Pustaka Pesantren,Yogyakarta, 2008, hlm 15
6[6] Yang dimaksud dengan membersihkan pakaian lahir adalah membersihkan diri dari hadast dan najis dengan
berwudhu dan mandi.
7[7] Yang dimaksud dengan membersihkan pakaian batin adalah membersihkan dari kesyirikan dan lain-lain
8[8] Ibid
Kebersihan atau bersuci menjadi media utama mendekatkan diri kepada Allah karena Allah mencintai
orang-orang yang mensucikan dirinya, perhatikan lah surah Al-Baqorah ayat 222
Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
menyucikan diri (QS.Al-Baqarah:222). 9[9]
Adapun dalil- dalil yang di kemukakan oleh Wahbah Az Zuhaily adalah nabi Muhammad SAW
bersabda :
Artinya : kunci sholat ialah suci, yang menyebabkan haram melakukan perkara perkara yang yang di
halalkan sebelum sholat adalah takbiratul ihram dan yang menghalalkan melakukan perkara yang
diharamkan sewaktu sholat ialah salam 10[10][20].
Artinya : kesucian adalah sebahagian dari iman 11[11]
Prof. Dr. Zakiah Daradjad dalam bukunya mengemukakan dalil- dalil tentang thaharah sebagai berikut
Artinya : dan jika kamu junub maka bersucilah(mandi)
3. Macam-macam air
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam 12[12]:
1. Air hujan.
2. Air sungai.
9[9] Drs.Babudin.S.Ag dan Tim Penyusun Kementrian Agama Republik Indonesia, Fiqih Untuk X madrasah aliyah,
intimedia ciptanusantara, Jakarta, 2005, hlm 4
10[10] Dalam keterangan nya hadist ini shahih dan hasan yangdi petik oleh Abu Daud, Tarmidzi Dan Ibnu Majah
Dari Ali Bin Abi Thalib(Nasbur Rayah,Jilid 1 Hlm 307)
11[11] Hadis shahih diriwayatkan oleh muslim
12[12] Labib Mz, Pedoman Sholat Lengkap. Surabaya. Bintang Usaha Jaya: 2001 Hal : 11
3. Air laut.
4. Air dari mata air.
5. Air sumur.
6. Air salju.
7. Air embun.
Pembagian air
Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu13[13] :
1. Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan tidak bercampur dengan
sesuatu yang lain.
2. Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan), yaitu air yang
dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
3. Air mustamal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah digunakan untuk bersuci.
4. Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan benda najis atau
yang terkena najis.
4. Macam-Macam Thaharah
a. Bersuci dari dosa (bertaubat).
Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah ruhaniah, juga sebagai metode mensucikan
diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang kecil kepada Allah. Jika dosa yang dimaksudkan
berhubungan dengan manusia, sebelum bertaubat ia harus meminta maaf kepada semua orang yang
disakitinya. Sebab Allah akan menerima taubat hamba-Nya secara langsung jika berhubungan dengan
dosa-dosa yang menjadi hak Allah.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran
Artinya :
Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya, niscaya
Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan
memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling maka sungguh
Aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat).
Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah taubat yang sesungguhnya. Ciri-cirinya adalah:
a. Menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukan.
Macam-macam najis
Najis dibagi menjadi 3 bagian:
1. Najis mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum
pernah makan sesuatu kecuali ASI.
2. Najis mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan dubur manusia dan binatang,
kecuali air mani.
Najis ini dibagi menjadi dua:
a. Najis ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak.
b. Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak tampak seperti bekas kencing atau arak yang sudah kering dan
sebagainya.
3. Najis mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi.
Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu, kemudian dicuci dengan air bersih 7
kali dan salah satunya dicampur dengan debu.
c. Tujuan-Tujuan Wudhu
Ibadah yang oleh karenanya seorang berwudhu, dan itu antara lain:
1) Shalat wajib atau sunah, firman Allah SWT dalam surah Al-Maidah ayat 6 :
2) Tawaf
3) Menyentuh tulisan Al-Quran
4) Wudhu untuk iqamah.15[15]
d. Syarat-Syarat Wudhu
Ada beberapa syarat-syarat harus dipenuhi dalam berwudhu, diantaranya:
a) Air yang digunakan untuk berwudhu harus air mutlaq
b) Air yang halal, bkan hasil ghasab
c) Suci angota wudhu dari najis
d) Untuk sahnya wudhu, disyaratkan adanya waktu yang cukup untuk wudhu dan shalat.
e) Melakukan wudhu sendiri tidak diwakilkan
f) Wajib berurutan dalam berwudhu
g) Wajib bersifat segera atau tidak terputus.16[16]
14 [14] Moh. Rifai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang, Karya Toha Putra, 1978. Hlm., 63.
15 [15] Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Imam Jafar Shadiq. Terjemahan. Jakarta, Dar al-
Jawad,1984, Hlm., 48.
16 [16] Ibid. Hlm., 52
e. Fardu wudhu
a. Niat
b. Membasuh seluruh muka ( dari tumbuh rambut kepala hingga bawah dagu, dan dari telinga kanan hingga
telinga kiri)
c. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
d. Mengusap sebagian rambut kepala
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
f. Tartib (berturut-turut)
f. Sunah-Sunah Wudhu
Ada beberapa sunah wudhu, antara lain:
1. Membaca basmallah pada permulaan wudhu
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
3. Berkumur-kumur
4. Membasuh lubang hidung sebelum berniat
5. Menyapu seluruh kepala dengan air
6. Mendahulukan angota yang kanan daripada kiri
7. Menyapu kedua telingga yang luar dan dalam
8. Menyela jari-jari tangan dan kaki
9. Membaca doa sesudah wudhu.17[17]
B. MANDI
a. Pengertian mandi
Mandi adalah meratakan atau mengalirkan air keseluruh tubuh. Sedangkan mandi besar / junub / wajib
mandi dengan mengunakan air suci lagi menyucikan (air mutlaq) dengan mengalirkan air tersebut
keseluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tujuan mandi wajib adalah untuk
menghilangkan hadast besar yang harus dihilangkan sebelum melakukan sholat. Mandi itu di syariatkan
berdasarkan firman Allah:
Artinya: Dan jika kamu junub hendaklah bersuci. (Q.S. Al-Maidah : 6).
C . TAYAMUM
a. Pengertian Tayamum
Menurut bahasa, tayamum berarti menuju kedebu. Sedangkan menurut pengertian syariat, tayamum ialah
mengusap debu ke wajah dan kedua tangan dengan niat untuk mendirikan sholat atau lainya. Tayamum
juga berarti sebagai penganti wudhu atau mandi, untuk orang yang tidak dapat memakai air karena
beberapa halangan Yaitu :
a. Uzur karena sakit (kalau ia memakai air bertambah sakitnya).
c. Syarat Tayamum
a. Telah masuk waktu sholat
b. Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran.
c. Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum.
d. Sudah berupaya mencari air.
e. Tidak haid maupun nifas bagi wanita.
f. Menghilangkan najis yang melekat pada tubuh.
d. Rukun Tayamum
1. Niat tayamum
2. Menyapu muka dengan debu.
3. Menyapu kedua tangan dengan debu.
4. Tartib.
e. Sunah Tayamum
a. Membaca basmalah
b. Menghadap kiblat
c. Menghembus tanah dari dau tapak tangan supaya tanah yang diatas tangan itu tipis.
d. Mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri.
e. Membaca doa sesudah tayamum sebagaimana doa sesudah wudhu. 22[22][21]
Kesimpulan
Arti taharah menurut bahasa artinya bersih, sedangkan menurut syara berarti bersih dari
hadast dan najis. Selain itu, arti taharah ialah memperbuat barang yang mengharuskan sembahyang dan
sebagainya seperti berwudhu, mandi, tayamum, dan menghilangkan najis.
Pembagian thaharah ada dua, Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait
dengan kebersihan badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Thaharah Hukmi adalah seseorang yang
tidak batal wudhunya, boleh jadi secara fisik tidak ada kotoran tetapi ia wajib berthaharah ulang, dengan
cara berwudhu, bila ia ingin melakukan ibadah tertentu seperti shalat, thawaf dan lainya.
Wudhu menurut lugot (bahasa) berarti bersih dan indah. Sedangkan menurut syara berarti
membersihkan anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadast kecil.Mandi adalah meratakan atau
mengalirkan air keseluruh tubuh. Sedangkan mandi besar / junub / wajib mandi dengan mengunakan air
suci lagi menyucikan (air mutlaq) dengan mengalirkan air tersebut keseluruh tubuh mulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Tayamum berarti menuju kedebu. Sedangkan menurut pengertian syariat,
tayamum ialah mengusap debu ke wajah dan kedua tangan dengan niat untuk mendirikan sholat atau
lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Rifai. Moh, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Toha Putra, 1978.
Sarani.M, Mabadi Ilmu Fiqih, Banjarmasin:TB. Murni, 1373.
Muqarrabin, Fiqih Awam, Demak: Media Ilmu, 1997.
Al-Gazzi. Ibnu Qosim, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, Baerut: Dar Al-Fikr, 2005.
Al-Banjari.Muhammad Arsyad, Sabilal Muhtadin, Surabaya: Bina Ilmu juz 1.
Sabiq. Said, Fiqh Sunnah 1, Bandung:Almaarif, 1937.
Abu Bakar.Iman Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar, Surabaya:Bina Imam, 2003.
Mughniyah. Muhammad Jawad, Fiqih Imam Jafar Shadiq. Jakarta:Dar al- Jawad, 1984.
Dainuri. Muhammad, Kajian Kitab Kuning Terhadap Ajaran Islam, Magelang: Sinar Jaya. T.Tahun
Az zuhaili,Prof .Dr. Wahbah.2010.Fiqih Imam SyafiI. Jakarta. Almahira
Darajat, Prof. Dr. Zakiyah.1995. Ilmu Fiqih. Jakarta. dana bakti wakaf.
Drs.Babudin.S.Ag dan Tim Penyusun Kementrian Agama Republik Indonesia. 2005.Fiqih Untuk X
madrasah aliyah, Jakarta. intimedia ciptanusantara
H.Abd.Kholiq Hasan. 2008. Tafsir Ibadah. Yogyakarta. Pustaka Pesantren.
Imam An-Nawawi, Majmu Syarah Al Muhadzab,Pustaka Azzam, Jakarta , 2009
RifaI .Moh. 2001. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang. PT.Karya Toha Putra.
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam Dan Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2010. Fiqh
Ibadah. Jakarta. Amzah