Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH TOHAROH

A. THAHARAH
1. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang nyata
seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para fuqaha berarti
membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu dan bertayammum. (Saifuddin
Mujtaba, 2003:1)
Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum. Suci dari najis ialah
menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.
Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:
a. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang wajib disucikan.
e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.
Allah berfirman dalam Al-Quran:
Artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh
sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. 2:222)

Adapun thaharah dalam ilmu fiqh ialah:


a. Menghilangkan najis.
b. Berwudlu.
c. Mandi.
d. Tayammum.
Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu dan sebagainya
dijadikan sebagai alat pengganti air.
Macam-macam air
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam:
1. Air hujan.
2. Air sungai.
3. Air laut.
4. Air dari mata air.
5. Air sumur.
6. Air salju.
7. Air embun.

Pembagian air
Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan tidak bercampur
dengan sesuatu yang lain.
2. Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan), yaitu air yang
dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
3. Air mustamal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah digunakan untuk
bersuci.
4. Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan benda najis
atau yang terkena najis.

2. Macam-Macam Thaharah
a. Bersuci dari dosa (bertaubat).
Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah ruhaniah, juga sebagai metode mensucikan
diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang kecil kepada Allah. Jika dosa yang dimaksudkan
berhubungan dengan manusia, sebelum bertaubat ia harus meminta maaf kepada semua orang
yang disakitinya. Sebab Allah akan menerima taubat hamba-Nya secara langsung jika
berhubungan dengan dosa-dosa yang menjadi hak Allah.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran
Artinya :
Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya, niscaya
Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan
Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu
berpaling maka sungguh Aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat).

Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah taubat yang sesungguhnya. Ciri-cirinya adalah:
a. Menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukan.
b. Berjanji tidak akan mengulanginya.
c. Selalu meminta ampunan kepada Allah dan berzikir.
d. Berusaha terus menerus untuk memperbaiki diri dengan memperbanyak perbuatan baik dengan
mengharap keridhoan dari Allah SWT.

b. Bersuci menghilangkan najis.


Najis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik jiwa, benda maupun amal perbuatan.
Sedangkan menurut fuqaha berarti kotoran (yang berbentuk zat) yang mengakibatkan sholat
tidak sah.
2.1 Benda-benda najis
a) Bangkai (kecuali bangkai ikan dan belalang)
b) Darah
c) Babi
d) Khamer dan benda cair apapun yang memabukkan
e) Anjing
f) Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang
g) Susu binatang yang haram dimakan dagingnya
h) Wadi dan madzi
i) Muntahan dari perut

2.2 Macam-macam najis


Najis dibagi menjadi 3 bagian:
1. Najis mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan
belum pernah makan sesuatu kecuali ASI.
Cara mensucikannya, cukup dengan memercikkan air ke bagian yang terkena najis sampai
bersih.
2. Najis mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan dubur manusia dan
binatang, kecuali air mani.
Najis ini dibagi menjadi dua:
a. Najis ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak.
b. Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak tampak seperti bekas kencing atau arak yang sudah kering
dan sebagainya.
Cara mensucikannya, dibilas dengan air sehingga hilang semua sifatnya (bau, warna, rasa dan
rupanya)
3. Najis mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi.
Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu, kemudian dicuci dengan air
bersih 7 kali dan salah satunya dicampur dengan debu.

2.3 Najis yang dimaafkan


1) Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk, kutu, dan sebagainya.
2) Najis yang sangat sedikit.
3) Darah bisul dan sebangsanya.
4) Kotoran binatang yang mengenai biji-bijian yang akan ditebar, kotoran binatang ternak yang
mengenai susu ketika diperah.
5) Kotoran ikan d dalam air.
6) Darah yang mengenai tukang jagal.
7) Darah yang masih ada pada daging.

c. Bersuci dari hadas


Hadas menurut makna bahasa peristiwa. Sedangkan menurut syara adalah perkara yang
dianggap mempengaruhi anggora-anggota tubuh sehingga menjadikan sholat dan pekerjaan-
pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah karenanya, karena tidak ada sesuatu yang
meringankan. Hadas dibagi menjadi dua :
1) Hadas kecil, adalah perkara-perkara yang dianggap mempengaruhi empat anggota tubuh
manusia yaitu wajah, dua tangan dan dua kaki. Lalu menjadikan sholat dan semisalnya tidak sah.
Hadas kecil ini hilang dengan cara berwudlu.
2) Hadas besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh lalu menjadikan sholat
dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah. Hadas besar ini bisa hilang
dengan cara mandi besar.

Taharah adalah bersuci dari hadas dan najis serta merupakan amal penting
dalam hukum islam. Taharah dapat dibagi menjadi dua, yaitu taharah dari najis dan
dari hadas. Wudhu merupakan salah satu cara bersuci dari hadas kecil. Pada bab ini,
kita akan mempelajari tentang Taharah dari najis dan dari hadas.
A.TAHARAH DARI NAJIS
Najis merupakan segala sesuatu yang dianggap kotor oleh syarak. Taharah
dari najis berarti membersihkan atau menyucikan bagian yang terkena najis.
Taharah disebut juga bersuci. Ulama fikih membagi macam-macam najis menjadi 3
yaitu :
1. Najis Mukhafafah
Najis Mukhafafah berarti najis yang ringan. Contohnya yaitu najisnya air
kencing bayi laki-laki yang belum makan apa-apa, selain air susu ibunya. Cara
menyucikannya cukup dengan memercikkan air ke bagian tubuh atau benda yang
terkena najis.

2. Najis Mutawasitah
Najis mutawasitah ialah semua najis selain dari najis mughaladah dan
mukhafafah. Najis ini juga disebut najis menengah. Contohnya, bangkai, darah, dan
nanah. Najis mutawasitah dibagi menjadi dua yaitu :
1. Najis ainiyyah
Najis ainiyyah ialah najis yang masih ada warna, bau, dan rasanya. Cara
mensucikannya yaitu harus dihilangkan semua warna, bau, dan rasanya.
2. Najis hukmiyyah
Najis hukmiyyah ialah najis yang bau dan warna serta rasanya sudah tiada
(tinggal hukumnya saja). Cara mensucikannya yaitu cukup mengalirkan atau
menyiramkan air ke najasah.
3. Najis Mughaladah
Najis mughaladah yaitu najisnya anjing atau babi dan keturunan dari kedua
binatang tersebut. Najis ini disebut juga najis berat. Cara mensucikannya yaitu
dengan membasuh menggunakan air sebanyak tujuh kali dan salah satunya
menggunakan tanah atau debu.

B. TAHARAH DARI HADAS


Hadas merupakan suatu keadaan badan seseorang yang dianggap bernajis
sehingga ia tidak dibenarkan menunaikan sholat. Taharah dari hadas berarti bersuci
dari hadas yang menyebabkan kondisi kita tidak suci. Hadas terdiri atas dua macam,
yaitu :
1. Hadas Kecil
Contoh dari hadas kecil yaitu buang angin, buang air kecil, buang air besar,
dll. Cara mensucikannya yaitu cukup dengan berwudhu.
2. Hadas Besar
Contoh hadas besar yaitu haid, nifas, dll. Cara mensucikannya yaitu dengan
mandi wajib atau yang sering disebut mandi besar.

http://anisaaprilia257.blogspot.co.id/2014/09/taharah.html

Agama Islam

Taharah
Posted on Mei 25, 2012 by amiruldhamier

Taharah menurut bahasa berarti bersih, suci, / bersuci. Menurut istilah, Taharah adalah
membersihkan diri dari najis dan hadas yang ditentukan oleh syariat Islam. Orang-orang yang
suci adalah orang yang membersihkan dirinya dari segala najis, hadas, dan kotoran.

Tanpa taharah ibadah seseorang akan sia-sia. Setiap orang yang hendak melakukan shalat dan
tawaf diwajibkan dulu untuk bertaharah, seperti berwudhu, tayamum, atau mandi. Rasulullah
Saw bersabda yang artinya:

Allah tidak menerima shalat yang tidak dengan bersuci ( H.R. An Nasai )

Allah SWT juga berfirman yang artinya:

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri
( Q.S. Al-Baqarah : 222 )
Secara garis besar, bersuci dibagi menjadi dua macam, yaitu bersuci dari najis dan hadas.
Adapun dilihat dari sifat dan pembagiannya, bersuci dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

1. Bersuci batiniah, yaitu membersihkan jiwa dari kotoran bathin berupa dosa dan perbuatan
maksiat, seperti syirik, takabur, dan ria. Cara membersihkannya dengan cara bertobat dan tidak
mengulangi lagi perbuatan tersebut.

2. Bersuci lahiriah, yaitu membersihkan badan, tempat tinggal, dan lingkungan dari segala bentuk
kotoran atau najis. Bersuci lahiriah meliputi kegiatan bersuci dari najis dan bersuci dari hadas.

Bersuci dari hadas adalah berusaha membersihkan segala bentuk kotoran yang melekat pada
badan atau tempat yang didiami. Kotoran yang melekat pada tubuh harus dibersihkan sampai
hilangnya rasa, bau, warna, dan wujudnya.

Bersuci dari hadas adalah menghilangkan atau membersihkan hadas dengan cara berwudhu atau
mandi.

Hadas kecil dapat disucikan dengan cara berwudhu

Macam-macam alat Taharah

Alat atau benda yang dapat digunakan untuk bersuci dalam Islam ada dua macam, yaitu benda
padat dan benda cair.

1. Benda padat yang dimaksud adalah batu, pecahan genting, batu merah, kertas, daun, dan kayu.
Semua benda tersebut harus dalam keadaan bersih dan tidak terpakai. Islam melarang benda-
benda tersebut apabila masih keadaan terpakai.

2. Benda cair yang boleh digunakan untuk bersuci adalah air. Air ada yang boleh untuk bersuci, ada
pula yang tidak boleh atau tidak sah untuk bersuci.
Macam-macam air

Air yang dapat digunakan dalam taharah bermacam-macam, diantaranya adalah :

1. Air Mutlak, yaitu air yang suci dan menyucikan yaitu air yang halal diminum dan sah digunakan
untuk bersuci. Air suci dan menyucikan tersebut antara lain; air sumur, air sungai, air laut, air
hujan, air embun, air salju, air mata air. Air-air tersebut dapat digunakan selama semuanya
belum berubah, baik warna, bau, maupun rasa.

2. Air suci tetapi tidak menyucikan, yaitu air yang halal untuk diminum tetapi tidak sah untuk
bersuci, contohnya air kelapa, air kopi, air teh, dan air yang dikeluarkan dari pepohonan.

3. Air Musyammas, yaitu air yang dipakai bersuci seperti air yang terjemur atau terkena panas
matahari dalam bejana, selain bejana emas atau perak. Hukum memakai air tersebut adalah
makruh.

4. Air Mustakmal, yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini haram digunakan untuk
bersuci walaupun tidak berubah warnanya.

5. Air Mutanajis, yaitu air yang terkena najis tidak halal diminum dan tidak sah untuk bersuci.
Ketagori air mutanajis adalah :

Air yang sudah berubah warna, bau, dan rasanya karena terkena benda najis.

Air yang belum berubah warna, bau, dan rasanya karena terkena najis tetapi jumlah air tersebut
sedikit (kurang dari dua kulah).

Pembagian Najis dan cara Menyucikannya

1. Najis Mukhaffafah ( Najis ringan),


Najis ringan adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki kurang 2 tahun yang belum
makan apa-apa, kecuali air susu ibunya. Cara menyucikan najis ini cukup dengan memercikkan
air pada benda yang terkena najis. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya:Siapa saja yang
terkena air kencing anak perempuan harus dicuci, sedangkan jika terkena air kencing anak laki-
laki cukup dengan memercikkan air padanya. (H.R. Abu Dawud dan Nasai)

2. Najis Mutawassitah ( Najis Sedang ),


Najis sedang adalah semua najis yang tidak termasuk dua macam najis ( Mukhaffafah dan
Mughallazah). Najis mutawassitah ada dua yaitu:

o Najis Mutawassitah hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapi tidak ada bau,
rasa, ataupun wujudnya, seperti air kencing yang sudah kering. Cara mnyucikannya
cukup disiram dengan air di atasnya.

o Najis Mutawassitah ainiah adalah najis yang masih ada wujud, bau maupun rasa. Cara
menyucikannya dengan dibasuh sampai hilang wujud, bau, maupun rasanya, kecuali jika
wujud itu sangat sulit dihilangkan.
3. Najis Mughallazah ( Najis Berat ),
Najis berat adalahsuatumateri (benda) yang kenajisannya ditetepkan bedasarkan dalil yang pasti
(qati). Najis yang termasuk dalam kelompok ini adalah najis yang berasal dari anjing dan babi.
Cara menyucikan najis ini adalah menghilangkan terlebih dahulu wujud najis tersebut, kemudian
dicuci dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah satunya tercampur dengan tanah.
Rasulullah Saw. bersabda : Cara memnyucikan bejana seseorang di antara kamu apabila dijilat
dengan anjing hendaklah dibasuh tujuh kali dan salah satunya hendaklah dicampur dengan
tanah. (H.R. Muslim)

https://pengetahuanislamiah.wordpress.com/2012/05/25/taharah/

TAHARAH (bersuci)
Bab 1 : Taharah / Bersuci
1. Definisi :

i) Dari segi bahasa : Suci dan bersih


ii) Dari segi istilah syarak : Suci dan bersih daripada najis atau hadas.

2. Taharah ialah anak kunci dan syarat sah salat.

3. Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.

4. Dalil naqli tentang suruhan bersuci adalah sebagaimana firman Allah s.w.t. dalam Surah al-
Anfal, ayat 11 yang bermaksud :

Dan (ingatlah ketika) Dia menurunkan kepada kamu hujan daripada langit untuk mensucikan
kamu dengannya

Rasulullah s.a.w. pernah bersabda yang bermaksud :

Agama islam itu diasaskan di atas kebersihan

5. Tujuan taharah ialah bagi membolehkan seseorang itu menunaikan solat dan ibadah-ibadah
yang lain.

6. Hikmah disuruh melakukan taharah ialah kerana semua ibadah khusus yang kita lakukan itu
adalah perbuatan mengadap dan menyembah Allah Taala. Oleh itu untuk melakukannya, maka
wajiblah berada di dalam keadaan suci sebagai mengagungkan kebesaran Allah s.w.t. .

7. Faedah melakukan taharah ialah supaya badan menjadi bersih, sihat dan terjauh daripada
penyakit serta mendatangkan kegembiraan kepada orang yang melaksanakannya.

8. Syarat wajib taharah ialah :


* Islam
* Berakal
* Baligh
* Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
* Tidak lupa
* Tidak dipaksa
* Berhenti darah haid dan nifas
* Ada air atau debu tanah yang suci.
* Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

9. Taharah adalah sebagai bukti bahawa Islam amat mementingkan kebersihan dan kesucian.

10. Ahli fiqh bersepakat mengatakan harus bersuci dengan air yang suci (mutlaq) sebagaimana
firman Allah:

Maksudnya :
Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa khabar gembira dekat sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih

11. Selain itu, harus menggunakan kertas atau batu ketika beristinja dan tanah atau debu tanah
sebagai ganti air bagi mengharuskan solat yang dikenali sebagai tayammum.

12. Jelasnya, alatalat untuk bersuci itu ialah:

* Air mutlaq, iaitu air semata-mata tanpa disertakan dengan sesuatu tambahan atau sesuatu sifat.
Air mutlaq ini terbahagi kepada beberapa bahagian:
o Air yang turun daripada langit. Ia terbahagi kepada tiga, iaitu air hujan, air salji yang menjadi
cair dan air embun.
o Air yang terbit daripada bumi. Ia terbahagi kepada empat, iaitu air yang terbit daripada mata
air, air perigi, air sungai dan air laut.
* Tanah, boleh menyucikan jika tidak digunakan untuk sesuatu fardhu dan tidak bercampur
dengan sesuatu. Firman Allah:




Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu solat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga
kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula menghampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan
berjunub), terkecuali sekadar berlalu sahaja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau dalam
bermusafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu
tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan
tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
(Surah Al-Nisa, 4:43)

3. Samak, iaitu membuang bahan-bahan lebihan yang melekat pada kulit dan yang
merosakkannya sekira-kira jika direndam atau dibasuh dengan air sesudah disamak, maka kulit
itu tetap tidak busuk atau rosak.

4. Takhallul, iaitu arak bertukar menjadi cuka tanpa dimasukkan sesuatu bahan ke dalamnya.

Rujukan Kitab :

1) Kitab Mattlaal Badrain oleh Syeikh Muhammad bin Daud Al-Fatani


2) Ringkasan Ibadah oleh Ibnu Rahmat .
3) Kitab Minhajul Muslim oleh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi .
4) Fiqh Syafii oleh Hj.Idris Ahmad S.H.

http://www.al-azim.com/masjid/infoislam/ibadat/home.htm

JENIS TAHARAH

Taharah terbahagi kepada 2 bahagian:

1. Taharah daripada najis

Najis dari hukum syara ialah segala benda yang kotor yang mencegah kita dari melakukan
solat, tawaf,
memberi khutbah Jumaat dan sebagainya.

Akan tetapi, ini tidak bermakna semua benda yang kotor itu adalah najis TETAPI najis adalah
kotor.

2. Taharah daripada hadas

Hadas pula terbahagi 2, hadas kecil dan hadas besar.

Berhadas kecil dikatakan sebagai perkara-perkara yang membatalkan wuduk dan boleh
dihilangkan dengan sekadar mengambil wuduk.

Berhadas besar pula mencegah dari melakukan solat dsb dan ianya mewajibkan seseorang itu
mandi wajib.
JENIS NAJIS

Di antara benda-benda yang najis adalah:

1. Arak dan segala cecair yang memabukkan.

2. Anjing dan khinzir. Ini termasuk semua binatang yang keluar dari keduanya atau salahs atu
dari keduanya.

3. Bangkai ~ ini adalah bangkai bagi haiwan yang mati tanpa sembelihan yang sah di sisi
syara.

~ terdapat 3 jenis bangkai yang bukan najis:

a. bangkai manusia

b. bangkai ikan; dan

c. bangkai belalang

4. Darah, nanah, air luka, air bisul dan sebagainya.

~ darah yang terlalu sedikit yang sukar untuk ditanggal seperti pada tulang adalah dimaafkan.
Begitu juga benda-benda yang disebut tadi yang terlalu sedikit adalah dimaafkan.

5. Muntah ~ makanan atau minuman yang sudah sampai ke perut dan keluar semula sekalipun
ianya hanya berupa air.

6. Tahi dan air kencing manusia dan semua jenis binatang (samada yang halal atau pun yang
haram)

7. Bahagian pada binatang yang tercerai atau terpotong daripada haiwan itu ketika ia nya masih
hidup.

8. Susu haiwan yang haram dimakan dagingnya; cth: keldai

9. Air mazi dan wadi

10. Air liur basi. ~ Ianya adalah haram sekiranya diyakini ia keluar dari perut.

https://smartislam.wordpress.com/fardhu-ain/taharah-bersuci/
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN THAHARAH

Thaharah menurut bahasa artinya bersih Sedangkan menurut istilah syara thaharah
adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan mengerjakan
pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis.
[1]

Atau thaharah juga dapat diartikan melaksanakan pekerjaan dimana tidak sah
melaksanakan shalat kecuali dengannya yaitu menghilangkan atau mensucikan diri dari hadas
dan najis dengan air.[2]

Bersuci dari najis berlaku pada badan, pakaian dan tempat. Cara menghilangkannya harus
dicuci dengan airsuci dan mensucikan.

B. DALIL-DALIL THAHARAN
Dalil-dalil tentang thaharah, yaitu:
(122 : ).
Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang bersuci. (Al-Baqarah : 122).
( " " )
Artinya: Kebersihan itu sebagian dari iman

: , : : ,

. , : ,

Artinya: dari musab bin sa,id berkata: Abdullah bin umar pernah menjenguk ibnu amir yang
sedang sakit. Ibnu amir berkata: Apakah kamu tidak mau mendoakan aku, hai ibnu umar?.
Ibnu umar berkata: saya pernah mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: Shalat yang tanpa
bersuci tidak diterima begitu pula sedekah dari hasil korupsi. Sedang kamu adalah penguasa
bashrah.[3]
C. TUJUAN THAHARAH
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan disyariatkannya thaharah, diantaranya:
1. Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadats dan najis.
2. Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah seorang hamba.
Nabi Saw bersabda:
Allah tidak menerima shalat seorang diantara kalian jika ia berhadas, sampai ia
wudhu, karena termasuk yang disukari Allah, bahwasanya Allah SWT memuji orang-orang
yang bersuci : firman-Nya, yang artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan mensucikan dirinya.(Al-Baqarah:122)
Thaharah memiliki hikmah tersendiri, yakni sebagai pemelihara serta pembersih diri dari
berbagai kotoran maupun hal-hal yang mengganggu dalam aktifitas ibadah seorang hamba.
Seorang hamba yang seanantiasa gemar bersuci ia akan memiliki keutamaan-keutamaan
yang dianugerahkan oleh Alloh di akhirat nanti. Thaharah juga membantu seorang hamba untuk
mempersiapakan diri sebelum melakukan ibadah-ibadah kepada Alloh. Sebagai contoh seorang
yang shalat sesungguhnya ia sedang menghadap kepada Alloh, karenanya wudhu membuat agar
fikiran hamba bisa siap untuk beribadah dan bisa terlepas dari kesibukan-kesibukan duniawi,
maka diwajibkanlah wudhu sebelum sholat karena wudhu adalah sarana untuk menenangkan dan
meredakan fikiran dari kesibukan-kesibukan duniawi untuk siap melaksanakan sholat.
D. PEMBAGIAN THAHARAH
Kita bisa membagi thaharah secara umum menjadi dua macam pembagian yang besar
yaitu: Taharah Hakiki dan Taharah Hukmi.

1. Thaharah Hakiki
Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan badan,
pakaian dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa thaharah secara hakiki adalah
terbebasnya seseorang dari najis. Seseorang yang shalat yang memakai pakaian yang ada noda
darah atau air kencing tidak sah shalatnya. Karena ia tidak terbebas dari ketidak sucian secara
hakiki.
Thaharah secara hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang menempel baik pada
badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibaadah ritual, caranya bermacam-macam
tergantuk level kenajisannya.bila najis itu ringan cukup dengan memercikan air saja, maka najis
itu dianggap sudah lenyap, bila najis itu berat, harus dicuci dengan air 7 kali dan salah satunya
dengan tanah. Bila najis itu pertengahan, disucikan dengan cara, mencusikanya dengan air biasa
hingga hilang warna najisnya, dan juga hilang bau najisnya dan hilang rasa najisnya.

2. Thaharah Hukmi.

[4] .
Seseorang yang tidak batal wudhunya, boleh jadi secara fisik tidak ada kotoran yang
menimpanya. Namun dia wajib berthaharah ulang dengan cara berwudhu, bila ia ingin
melakukan ibadah tertentu seperti shalat, thawaf dan lain-lainnya.
Demikian pula dengan orang yang keluar mani. Meski dia telah membersihkannya dengan
bersih, lalu mengganti bajunya dengan yang baru, dia tetap belum dikatakan suci dari hadas
besar hingga selesai dari mandi janabah.
Jadi secara thaharah secara hukmi adalah kesucian secara ritual, dimana secara fisik
memang tidak ada kotoran yang menempel, namun seolah-olah dirinya tidak suci untuk
melakukan ibadah ritual. Thaharah secara hukmi dilakukan dengan cara wudhu atau mandi
janabah.

3. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK BERTHAHARAH

: ) (

.
.
.
[5]
.

4. KLASIFIKASI AIR DAN PENGGUNAANYA DALAM BERSUCI

1. Air mulak (air yang suci lagi mensucikan)


Tidak boleh dan tidak sah mengangkat hadas dan menghilangkan najis melainkan dengan
air mutlak.[6]
Air mutlak itu ada 7 jenis, yaitu:
1. Air hujan
2. Air laut
3. Air sungai
4. Air sumur
5. Air yang bersumber (dari mata air)
6. Air es
7. Air embun.[7]

Ketahuilah tidak sah berwudu dengan fardhu, mandi wajib, mandi sunnat, menghilangkan
najis dengan benda cair seperti cuka atau benda beku lainnya seperti tanah dalam bertayamum ..

Air mutlak mempunyai tiga sifat , yaitu :


1) Thamun (Rasa)
2) Launun (Warna)
3) Rihun (Bau)
Dan kalau dikatakan air itu berubah maka yang dimaksudkan ialah berubah sifatnya, air
mutlak itu terkadang berubah rasanya, warnanya, atau baunya sebab dimasuki oleh sesuatu benda
dan benda yang masuk kedalam air itu kadang-kadang mukhlath dan kadang-kadang mujawir,

Menurut istilah, para ulama berbeda pendapat sebagian mereka mengatakan Al-mukhtalat
itu ada yang tidak dapat diceraikan dari air.
Dan sebagian lagi mengatakan Al-Mukhtalat itu barang yang tidak dapat dibedakan air
menurut pandangan mata.

Kalau air berubah dengan sesuatu benda yang mujawir yang, cendana, minyak bunga-
bungaan, kapur barus yang keras, maka air itu masih dianggap suci yang dapat dipakai untuk ber
bercuci, sekalipun banyak perubahannya. Karena perubahan yang sesuatu mujawir itu, ia akan
menguap jua. Karena itu air yang seperti ini dinamakan air yang mutlak, ban dingannya air yang
berubah karena diasapkan dengan dupa atau berubaah baunya karena berdekatan dengan
bangkai. Maka air yang seperti ini masih dianggap air yang suci dan dapt dipergunakan untuk
bersuci, baik berubah sifatnya.[8]

2. Air suci tidak mensucikan


air yang berubah sebab bercampur dengan benda-benda suci lainnya (seperti teh, kopi, dan
sirup)[9]. Misalnya juga dengan sabun, tepung, dan lain-lain yang biasanya terpisah dengan air.
Hukumnya tetap menyucikan selama kemutlakan nya masih terpelihara, jika sudah tidak, hingga
tidak dapat lagi dikatakan mutlak maka hukumnya ialah suci pada dirinya sendiri, tidak
menyucikan bagi lainnya.[10]

3. Air Mutlak yang Makruh memakainya (air yang suci lagi mensucikan tetapi makruh
memakainya)

Air yang makruh memakainya menurut hokum syara atau juga dinamakan kahariyatut
tanzih ada delapan macam , yaitu:

1. Air yang sangat panas


2. Air yang sangat dingin
3. Air yang berjemur
4. Air di negeri Tsamud selain dari air sumur naqah
5. Air di negeri kaum Luth
6. Air telaga Barhut
7. Air didaerah Babel dan
8. Air ditelaga Zarwan[11]

4. Air mustamal
Air mustamal adalah air yang bekas dipakai (dipakai berwudhu atau mencuci najis) atau
air yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas atau najis, kalau memang tidak berubah
dan tidak bertambah timbangannya. Jadi airnya suci.
5. Air yang terkena najis
Air najis adalah air yang kemasukan benda najis dan air itu kurang dua kolah, atau air itu
ada dua kolah tetapi berubah.[12] Maksudnya air yang kemasukan benda najis didalamnya, andai
kata air tersebut hanya tertulari bau busuk dari najis yang dibuang dipinggirnya maka air yang
demikian ini tidak najis, sebab tidak bertemu langsung dengan najisnya. Dan yang dimaksud
dengan berubah andai kata air yang banyak tersebut tidak berubah dengan adanya najis atau
najisnya hanya sedikit dan hancur dalam air maka air yang demikian ini juga tidak najis. Dan
seluruh air itu boleh digunakan menurut mazhab yang shahih.[13]

BAB III
KESIMPULAN

Thaharah merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan oleh Alloh kepada hamba
sebelum melakukan ibadah yang lain. Thaharah hanya dilakukan dengan sesuatu yang suci dan
dapat menyucikan. Thaharah juga menunjukan bahwa sesungguhnya islam sangat menghargai
kesucian dan kebersihan sehingga diwajibkan kepada setiap muslim untuk senantiasa menjaga
kesucian dirinya, hartanya serta lingkungannya. Hal ini dibuktikan dengan bab thaharah adalah
bab pertama yang dibahas dalam setiap kitab fiqih yang ada.
Waullahu Alam

DAFTAR PUSTAKA
Anwar Moch, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT Almaarif, 1987

H. Muqarrabin, Fiqih awam, Demak: Cv. Media Ilmu, 1997,

Mushtafa, Abid Bishri, Tarjamah Shahih Muslim, Semarang: CV Asy-Syifa, 1993


Al-Gazzi Ibnu Qosim, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, Baerut: Dar Al-Fikr, 2005
Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim Al-Kafi, Taqrirqtus Sadidah Fi Masailil Mufidah,
Surabaya: Dar Al-Ulum Al-Islamiyah, 2006

Abu Bakar Imam Taqiyuddin, Bin Muhammad Alhusaini , Kifayatul Akhyar, Surabaya: Bina
Imam, 2003

Muhammad Arsyad Al-Banjari Syekh, Sabilal Muhtadin, (Surabaya: PT Bina Ilmu)

[1] H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT Almaarif, 1987) Hal 9
[2] Al Ust. H Muqarrabin, Fiqih awam, (Demak: Cv. Media Ilmu, 1997), Hal
[3] Abid Bishri mushtafa, Tarjamah Shahih Muslim, (Semarang: CV Asy-Syifa, 1993) juz 1. Hal
325
[4] Ibnu Qosim Al-Gazzi, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, (Baerut: Dar Al-Fikr, 2005)
juz 1, hal 34.
[5] Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim Al-Kafi, Taqrirqtus Sadidah Fi Masailil
Mufidah, (Surabaya: Dar Al-Ulum Al-Islamiyah, 2006) hal 56
[6] Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Sabilal Muhtadin, (Surabaya: PT Bina Ilmu, ) juz 1,
hal 17
[7] H. Moch. Anwar, Long Cit
[8] Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Ibid. 21
[9] H. Moch . Anwar, Op Cit, hal 10
[10] Said Sabiq, fiqh Sunnah 1, (Bandung: PT Almaarif, 1973) juz 1
[11] Syekh Muhamad Arsyad Al-banjari, Ibid, Hal 25
[12] Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Alhusaini , Kifayatul Akhyar, (Surabaya: Bina
Imam, 2003) Juz 1,Hal 19
[13] Imam Taqiyuddin Abu bakar Bin Muhammad Alhusaini, ibid, Hal 21.

A. Latar belakang

Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya manusia harus terlebih dahulu bersuci dan disucikan. Allah
mencintai sesuatu yang suci dan bersih. Dalam hukum islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah
termasuk sebagian dari ilmu dan amalan yang penting karena diantaranya syarat-syarat sholat telah
ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan,
pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang)
yang kotor dan najis sehingga thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri
sendiri agar sah saat menjalankan ibadah.
Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah, kita sebagai muslim harus dan wajib mengatahui
cara-cara bersuci karna bersuci adalah dasar ibadah bagi ummat Islam, dalam kehidupan sehari-hari kita
tidak terlepas dari hal-hal yang kotor sehingga sebelum memulai aktifitas kita menghadap tuhan atau
beribadah haruslah dimulai dengan bersuci baik dengan cara berwudhu, mandi maupun bertayammum.
kalau kita melihat dan membaca dengan teliti hampir seluruh kitab-kitab fiqih akan diawali dengan bab
thaharah ini menunjukan kan kepada kita betapa thaharah menjadi hal yang mendasar dan menjukkan
kepada kita betapa pentingnya masalah thaharah ini.

Namun, walaupun menjadi hal yang mendasar bagi umat Islam namun masih banyak dari umat Islam
yang tidak faham tentang thaharah, najis-najis dan jenis-jenis air yang di gunakan untuk bersuci. makalah
ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih ibadah sekaligus mudah-mudahan dapat membuat
teman-teman Perbandingan Mazhab paham masalah yang mendasar ini dan media belajar dan
mempelajari masalah-masalah thaharah.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian thoharoh thaharah?


2. Ada dalil-dalil thoharoh?
3. Macam macam air ?
4. Berapakah macam-macam najis?
5. Bagaimana cara bersuci dari hadas dan najis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian thoharoh.
2. Untuk dalil-dalil thoharoh.
3. Untuk mengetahui macam-macam toharoh
4. Untuk mengetahui macam-macam thoharoh.
5. Untuk mengetahui cara bersuci dari hadas dan najis.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Thaharoh

Menurut bahasa (etimologi) ath-thaharah berarti bersih dan jauh dari kotoran-kotoran 1[1], baik yang
kasat mata maupun yang tidak kasat mata seperti aib dan dosa 2[2] seperti kemaksiatan3[3]. Sedangkan
ath thaharah menurut terminology syara adalah bersih atau suci dari najis baik najis factual semisal
istinja maupun secara hukmi, yaitu hadats 4[4]. Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi
dan tayammum. Suci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.
Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:
a. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang wajib disucikan.
e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.

Allah berfirman dalam Al-Quran, Artinya:


Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab
itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati
mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri. (QS.2:222).
Adapun thaharah dalam ilmu fiqh ialah:
a. Menghilangkan najis.
b. Berwudlu.

1[1] Imam An-Nawawi, Majmu Syarah Al Muhadzab,Pustaka Azzam, Jakarta , 2009, hlm 234
2[2] Saifuddin Mujtaba, 2003:1
3[3]Prof. Dr .Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Gema Insani,Depok,2010, hlm 202
4[4] Abdul Aziz Muhammad SAW SAWd Azzam & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh Ibadah. Jakarta .
Amzah : 2013
c. Mandi.
d. Tayammum.
Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu dan sebagainya
dijadikan sebagai alat pengganti air.

2. Dasar hukum Thaharah

H. Abdul Khaliq Hasan mengemukakan salah satu landasan hukum thaharah adalah surah Al
Furqan Ayat 11 Artinya : Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, dekat sebelum
kedatangan rahmatnya(hujan) dan kami turunkan air dari langit air yang bersih(QS.Al-Furqan:48)
Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, maksud ayat ini adalah Allah
menurunkan air yang suci sebagai alat bersuci baik untuk tubuh, pakaian, maupun yang lain sebab kata
thahur berarti sesuatu yang digunakan untuk thaharah(bersuci), sebagaimana kata wudhu yang di gunakan
untuk berwudhu.5[5] Dan perhatikanlah surah al mudatsir ayat 3 dan 4 yang berbunyi sebagai berikut :


Artinya : dan pakaian mu bersihkanlah dan seluruh kotoran termasuk berhala jauhilah (QS.Al-Muddatsir :
4)
Allah SWT menyuruh manusia untuk membersihkan pakaian dan segala kotoran yang termasuk
berhala. Membersihkan pakaian dapat di artikan dengan membersihak pakaian lahir 6[6] dan pakaian
batin7[7]. Jadi dengan ayat diatas, Allah megatakan bahwa kebersihkan dari lahir dan batin itu harus
dipadukan, sebab diantara keduanya harus di padukan dan saling berhubungan.

Dan perhatikan lah hadits nabi

) (
Artinya : janganlah selalu kebersihan sedapat mungkin, karna Allah swt membangun Islam di atas
kebersihan, dan tidak akan masuk surge kecuali orang-orang yang bersih (H.R Athabrany) 8[8]

5[5] H. Abd. Kholiq Hasan, Tafsir Ibadah, Pustaka Pesantren,Yogyakarta, 2008, hlm 15
6[6] Yang dimaksud dengan membersihkan pakaian lahir adalah membersihkan diri dari hadast dan najis dengan
berwudhu dan mandi.
7[7] Yang dimaksud dengan membersihkan pakaian batin adalah membersihkan dari kesyirikan dan lain-lain
8[8] Ibid
Kebersihan atau bersuci menjadi media utama mendekatkan diri kepada Allah karena Allah mencintai
orang-orang yang mensucikan dirinya, perhatikan lah surah Al-Baqorah ayat 222



Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
menyucikan diri (QS.Al-Baqarah:222). 9[9]
Adapun dalil- dalil yang di kemukakan oleh Wahbah Az Zuhaily adalah nabi Muhammad SAW
bersabda :


Artinya : kunci sholat ialah suci, yang menyebabkan haram melakukan perkara perkara yang yang di
halalkan sebelum sholat adalah takbiratul ihram dan yang menghalalkan melakukan perkara yang
diharamkan sewaktu sholat ialah salam 10[10][20].

Rasulullah saw juga bersabda :


Artinya : kesucian adalah sebahagian dari iman 11[11]
Prof. Dr. Zakiah Daradjad dalam bukunya mengemukakan dalil- dalil tentang thaharah sebagai berikut


Artinya : dan jika kamu junub maka bersucilah(mandi)

3. Macam-macam air
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam 12[12]:
1. Air hujan.
2. Air sungai.

9[9] Drs.Babudin.S.Ag dan Tim Penyusun Kementrian Agama Republik Indonesia, Fiqih Untuk X madrasah aliyah,
intimedia ciptanusantara, Jakarta, 2005, hlm 4
10[10] Dalam keterangan nya hadist ini shahih dan hasan yangdi petik oleh Abu Daud, Tarmidzi Dan Ibnu Majah
Dari Ali Bin Abi Thalib(Nasbur Rayah,Jilid 1 Hlm 307)
11[11] Hadis shahih diriwayatkan oleh muslim
12[12] Labib Mz, Pedoman Sholat Lengkap. Surabaya. Bintang Usaha Jaya: 2001 Hal : 11
3. Air laut.
4. Air dari mata air.
5. Air sumur.
6. Air salju.
7. Air embun.

Pembagian air
Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu13[13] :
1. Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan tidak bercampur dengan
sesuatu yang lain.
2. Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan), yaitu air yang
dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
3. Air mustamal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah digunakan untuk bersuci.
4. Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan benda najis atau
yang terkena najis.

4. Macam-Macam Thaharah
a. Bersuci dari dosa (bertaubat).
Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah ruhaniah, juga sebagai metode mensucikan
diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang kecil kepada Allah. Jika dosa yang dimaksudkan
berhubungan dengan manusia, sebelum bertaubat ia harus meminta maaf kepada semua orang yang
disakitinya. Sebab Allah akan menerima taubat hamba-Nya secara langsung jika berhubungan dengan
dosa-dosa yang menjadi hak Allah.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran
Artinya :
Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya, niscaya
Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan
memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling maka sungguh
Aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat).

Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah taubat yang sesungguhnya. Ciri-cirinya adalah:
a. Menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukan.

13[13] Ibid hal : 12


b. Berjanji tidak akan mengulanginya.
c. Selalu meminta ampunan kepada Allah dan berzikir.
d. Berusaha terus menerus untuk memperbaiki diri dengan memperbanyak perbuatan baik dengan
mengharap keridhoan dari Allah SWT.
b. Bersuci menghilangkan najis.
Najis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik jiwa, benda maupun amal perbuatan. Sedangkan
menurut fuqaha berarti kotoran (yang berbentuk zat) yang mengakibatkan sholat tidak sah.
Benda-benda najis
a) Bangkai (kecuali bangkai ikan dan belalang)
b) Darah
c) Babi
d) Khamer dan benda cair apapun yang memabukkan
e) Anjing
f) Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang
g) Susu binatang yang haram dimakan dagingnya
h) Wadi dan madzi
i) Muntahan dari perut

Macam-macam najis
Najis dibagi menjadi 3 bagian:
1. Najis mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum
pernah makan sesuatu kecuali ASI.
2. Najis mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan dubur manusia dan binatang,
kecuali air mani.
Najis ini dibagi menjadi dua:
a. Najis ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak.
b. Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak tampak seperti bekas kencing atau arak yang sudah kering dan
sebagainya.
3. Najis mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi.
Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu, kemudian dicuci dengan air bersih 7
kali dan salah satunya dicampur dengan debu.

5. Cara Bersuci dari Hadas


A. WUDHU
Pengertian Wudhu menurut (bahasa) berarti bersih dan indah. Sedangkan menurut syara berarti
membersihkan anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadast kecil. 14[14] Wudhu adalah suatu
syarat untuk sahnya shalat yang dikerjakan sebelum orang mengerjakan shalat. Perintah wajib wudhu ini
sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman apabila kamu akan mengerjakan shalat, basuhlah
wajahmu dan dua tanganmu hingga kedua siku, sapulah kepalamu kemudian basuhlah kedua kakimu
hingga kedua mata kaki (Q.S. Al-Maidah 6)

c. Tujuan-Tujuan Wudhu
Ibadah yang oleh karenanya seorang berwudhu, dan itu antara lain:
1) Shalat wajib atau sunah, firman Allah SWT dalam surah Al-Maidah ayat 6 :
2) Tawaf
3) Menyentuh tulisan Al-Quran
4) Wudhu untuk iqamah.15[15]

d. Syarat-Syarat Wudhu
Ada beberapa syarat-syarat harus dipenuhi dalam berwudhu, diantaranya:
a) Air yang digunakan untuk berwudhu harus air mutlaq
b) Air yang halal, bkan hasil ghasab
c) Suci angota wudhu dari najis
d) Untuk sahnya wudhu, disyaratkan adanya waktu yang cukup untuk wudhu dan shalat.
e) Melakukan wudhu sendiri tidak diwakilkan
f) Wajib berurutan dalam berwudhu
g) Wajib bersifat segera atau tidak terputus.16[16]

Dan adapun syarat sah wudhu antara lain:


1) Islam
2) Tamyiz
3) Tidak berhadats besar
4) Dengan air suci lagi menyucikan (air mutlaq)
5) Tidak ada sesuatu yang menghalangi air
6) Tidak ada najis pada tubuh, sehingga berubah sifat air yang suci lagi menyucikan.

14 [14] Moh. Rifai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang, Karya Toha Putra, 1978. Hlm., 63.
15 [15] Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Imam Jafar Shadiq. Terjemahan. Jakarta, Dar al-
Jawad,1984, Hlm., 48.
16 [16] Ibid. Hlm., 52
e. Fardu wudhu
a. Niat
b. Membasuh seluruh muka ( dari tumbuh rambut kepala hingga bawah dagu, dan dari telinga kanan hingga
telinga kiri)
c. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
d. Mengusap sebagian rambut kepala
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
f. Tartib (berturut-turut)

f. Sunah-Sunah Wudhu
Ada beberapa sunah wudhu, antara lain:
1. Membaca basmallah pada permulaan wudhu
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
3. Berkumur-kumur
4. Membasuh lubang hidung sebelum berniat
5. Menyapu seluruh kepala dengan air
6. Mendahulukan angota yang kanan daripada kiri
7. Menyapu kedua telingga yang luar dan dalam
8. Menyela jari-jari tangan dan kaki
9. Membaca doa sesudah wudhu.17[17]

g. Hal-hal yang membatalkan wudhu


Keluar sesuatu dari qubul dan dubur meskipun hanya angin
Hilang akal karena gila, pingsan, mabuk atau tidur nyenyak.
Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dan tidak memakai penutup.
Tersentuh kemaluan (qubul maupun dubur) dengan telapak tangan.

B. MANDI
a. Pengertian mandi
Mandi adalah meratakan atau mengalirkan air keseluruh tubuh. Sedangkan mandi besar / junub / wajib
mandi dengan mengunakan air suci lagi menyucikan (air mutlaq) dengan mengalirkan air tersebut
keseluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tujuan mandi wajib adalah untuk
menghilangkan hadast besar yang harus dihilangkan sebelum melakukan sholat. Mandi itu di syariatkan
berdasarkan firman Allah:
Artinya: Dan jika kamu junub hendaklah bersuci. (Q.S. Al-Maidah : 6).

b. Hal-Hal yang Mewajibkan Mandi


Mandi diwajibkan atas 5 perkara :
1) Keluar air mani disertai syahwat, baik diwaktu tidur maupun bangun, dari laki laki atau perempuan.
2) Hubungan kelamin, yaitu memasukan alat kelamin pria ke dalam alat kelamin wanita, walau tidak sampai
keluar mani.

17 [17] Op. Cit. Hlm., 49.


3) Terhentinya haid dan nifas.
4) Meninggal, bila menemui ajal wajiblah memandikan, berdasarkan ijma.
5) Orang kafir bila masuk Islam.18[18]

c. Rukun (Fardhu) dan syarat-syarat Mandi Besar.


Rukun mandi besar ada 2, antara lain:
1) Niat (bersama dengan membasuh permulaan angota tubuh).
2) Membasuh air dengan tata keseluruhan tubuh, yakni dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Sedangkan syarat-syarat mandi besar yaitu:
a. Beragama Islam
b. Sudah tammyiz
c. Bersih dari haid dan nifas
d. Bersih dari sesuatu yang menghalangi sampainya air pada seluruh anggota tubuh.
e. Pada angota tubuh harus tidak ada sesuatu yang bisa merubah sifat air, seperti, minyak wanggi.
f. Harus mengerti bahwa mandi besar hukumnya fardu (wajib)
g. Salah satu rukun-rukun mandi tidak boleh di itikadkan sunah.
h. Air yang digunakan harus suci dan menyucikan.

d. Sunah-Sunah Mandi Wajib


Disunahkan bagi yang mandi memperhatikan perbuatan Rasulullah SAW ketika mandi itu:
a. Mencuci kedua tangan hingga dua kali.
b. Membasuh kemaluan.
c. Berwudhu secara sempurna.
d. Menuangkan air keatas kepala sebanyak 3 kali sambil menyela-nyela rambut.
e. Mengalirkan air keseluruhan badan memulai dari kanan lalu sebelah kiri sampai rata. 19[19]

C . TAYAMUM
a. Pengertian Tayamum
Menurut bahasa, tayamum berarti menuju kedebu. Sedangkan menurut pengertian syariat, tayamum ialah
mengusap debu ke wajah dan kedua tangan dengan niat untuk mendirikan sholat atau lainya. Tayamum
juga berarti sebagai penganti wudhu atau mandi, untuk orang yang tidak dapat memakai air karena
beberapa halangan Yaitu :
a. Uzur karena sakit (kalau ia memakai air bertambah sakitnya).

18 [18] Ibid. Hlm 144-151


19 [19] Sabiq Sayyid, Op, Cit, Hal., 164-165.
b. Karena dalam perjalanan.
c. Karena tidak ada air.20[20]
b. Tata Cara Tayamum
1) Membaca basmalah
2) Rengangkan jari-jari, tempelkan kedebu, tekan-tekan hingga debu melekat.
3) Angkat kedua tangan lalu tiup telapak tangan untuk menipiskan debu yang menempel.
4) Niat tayamum.
5) Mengusap telapak tangan kemuka secara merata
6) Bersihkan debu yang tersisa ditelapak tangan
7) Ambil debu lagi dengan merengangkan jari-jari, tempelkan kedebu, tekan-tekan hingga debu melekat.
8) Angkat kedua tangan lalu tiup kearah berlainan dari sumber debu tadi.
9) Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri .21[21]

c. Syarat Tayamum
a. Telah masuk waktu sholat
b. Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran.
c. Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum.
d. Sudah berupaya mencari air.
e. Tidak haid maupun nifas bagi wanita.
f. Menghilangkan najis yang melekat pada tubuh.

d. Rukun Tayamum
1. Niat tayamum
2. Menyapu muka dengan debu.
3. Menyapu kedua tangan dengan debu.
4. Tartib.

e. Sunah Tayamum
a. Membaca basmalah
b. Menghadap kiblat
c. Menghembus tanah dari dau tapak tangan supaya tanah yang diatas tangan itu tipis.
d. Mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri.
e. Membaca doa sesudah tayamum sebagaimana doa sesudah wudhu. 22[22][21]

20 [20] Ibid, Hlm., 40.


21 [21]Moh. Rifai, Ilmu Fiqih Islam Lengkap,Semarang, Toha Putra ,1978. Hlm., 70-72.
22 [22] Ibid, Hlm., 42-43.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Arti taharah menurut bahasa artinya bersih, sedangkan menurut syara berarti bersih dari
hadast dan najis. Selain itu, arti taharah ialah memperbuat barang yang mengharuskan sembahyang dan
sebagainya seperti berwudhu, mandi, tayamum, dan menghilangkan najis.
Pembagian thaharah ada dua, Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait
dengan kebersihan badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Thaharah Hukmi adalah seseorang yang
tidak batal wudhunya, boleh jadi secara fisik tidak ada kotoran tetapi ia wajib berthaharah ulang, dengan
cara berwudhu, bila ia ingin melakukan ibadah tertentu seperti shalat, thawaf dan lainya.
Wudhu menurut lugot (bahasa) berarti bersih dan indah. Sedangkan menurut syara berarti
membersihkan anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadast kecil.Mandi adalah meratakan atau
mengalirkan air keseluruh tubuh. Sedangkan mandi besar / junub / wajib mandi dengan mengunakan air
suci lagi menyucikan (air mutlaq) dengan mengalirkan air tersebut keseluruh tubuh mulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Tayamum berarti menuju kedebu. Sedangkan menurut pengertian syariat,
tayamum ialah mengusap debu ke wajah dan kedua tangan dengan niat untuk mendirikan sholat atau
lainya.
DAFTAR PUSTAKA

Rifai. Moh, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Toha Putra, 1978.
Sarani.M, Mabadi Ilmu Fiqih, Banjarmasin:TB. Murni, 1373.
Muqarrabin, Fiqih Awam, Demak: Media Ilmu, 1997.
Al-Gazzi. Ibnu Qosim, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, Baerut: Dar Al-Fikr, 2005.
Al-Banjari.Muhammad Arsyad, Sabilal Muhtadin, Surabaya: Bina Ilmu juz 1.
Sabiq. Said, Fiqh Sunnah 1, Bandung:Almaarif, 1937.
Abu Bakar.Iman Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar, Surabaya:Bina Imam, 2003.
Mughniyah. Muhammad Jawad, Fiqih Imam Jafar Shadiq. Jakarta:Dar al- Jawad, 1984.
Dainuri. Muhammad, Kajian Kitab Kuning Terhadap Ajaran Islam, Magelang: Sinar Jaya. T.Tahun
Az zuhaili,Prof .Dr. Wahbah.2010.Fiqih Imam SyafiI. Jakarta. Almahira
Darajat, Prof. Dr. Zakiyah.1995. Ilmu Fiqih. Jakarta. dana bakti wakaf.
Drs.Babudin.S.Ag dan Tim Penyusun Kementrian Agama Republik Indonesia. 2005.Fiqih Untuk X
madrasah aliyah, Jakarta. intimedia ciptanusantara
H.Abd.Kholiq Hasan. 2008. Tafsir Ibadah. Yogyakarta. Pustaka Pesantren.
Imam An-Nawawi, Majmu Syarah Al Muhadzab,Pustaka Azzam, Jakarta , 2009
RifaI .Moh. 2001. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang. PT.Karya Toha Putra.
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam Dan Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2010. Fiqh
Ibadah. Jakarta. Amzah

Anda mungkin juga menyukai