Anda di halaman 1dari 50

BAB I

Pendahuluan
1.1 Penjelasan Kopling
Kopling merupakan sebuah komponen dari suatu system mekanik untuk meneruskan gaya
putaran dari suatu motor/mesin pembangkit ke poros yang terhubung dengan beberapa
komponen mekanik lainnya. Jadi untuk menghubungkan suatu poros input yang mempunyai
daya putar dari motor ke poros output yang terhubung dengan komponen mekanik, kopling
merupakan komponen sangat dibutuhkan karena sifatnya yang lebih kuat, mudah dipasang
dan dilepas (tergantung dari jenis koplingnya). Dibandingkan menyambungkan poros dengan
cara dilas, karena sangat beresiko dan juga tegangan yang tidak merata.

Ada beberapa jenis kopling yang digunakan pada system mekanik. Yaitu:

- Kopling tetap
- Kopling tidak tetap

1.2 Latar Belakang Perancangan


Penggunaan kopling pada zaman sekarang adalah suatu hal yang sangat popular dan banyak
di butuhkan pada berbagai bidang mekanikal. Fungsi kopling itu sendiri yang berguna untuk
menyalurkan daya dari sebuah sumber daya ke suatu bidang lainnya menjadi hal yang sangat
penting. Karena tanpa adanya kopling, tingkat kerusakan dan keausan benda mekanik akan
tinggi atau bahkan system tidak akan bisa berjalan.

1.3 Batasan Masalah


Agar penulisan perancangan ini mudah dipahami dan sesuai dengan tujuan pembahasan
maka diperlukan beberapa batasan. Perancangan dibatasi hanya perihal yang menyangkut
masalah kopling flens. Yaitu mengenai :

1. Perhitungan Poros
2. Perhitungan Pasak
3. Flens Dan Naaf
4. Perhitungan Baut
5. Mur Dan Ring
6. Gambar Rancangan

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 1
1.4 Sistematika Penulisan

BAB I

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang perancangan, pokok perancangan, tujuan
dari perancangan, batasan perancangan, konstribusi perancangan serta sistematika
penulisan.

BAB II

Bab ini menjelaskan tentang pengertian dan jenis-jenis disertai dengan gambar-gambar dari
macam-macam kopling tersebut. Pada bab ini juga terdapat sketsa rancangan dari kopling
yang akan dibuat.

BAB III

Pada bab ini berisi tentang Metodologi Perancangan yang menguraikan tentang alir-alir
perhitungan rancangan. Yang menyangkut perhitungan seluruh komponen kopling yang
dirancang.

BAB IV

Bab ini menguraikan tentang pengolahan data-data rancangan dari spesifikasi yang telah
diketahui, baik dari brosur maupun hasil survei. Pada bab ini juga perhitungan poros, naaf,
bantalan, bidang gesek, baut, suhu serta efisisensi kopling akan dijelaskan serta diuraikan.

BAB V

Bagian ini berisi tentang data hasil rancangan yang didapat dari perhitungan yang saya
lakukan.

BAB VI

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 2
Bagian ini berisi tentang kesimpulan serta saran dari perancang, apakah kopling yang telah
dirancang layak atau tidak, kalau tidak bagaimana selanjutnya beserta alasan-alasannya dan
lain-lain.

1.5 Kontribusi Racangan


Diharapkan dengan adanya hasil perancangan ini, akan dapat disajikan keadaan hasil
rancangan, yang kemudian dibandingkan dengan data aktual sesungguhnya. Selain itu dalam hal
Metodologi Penulisan hasil rancangan ini dapat dijadikan acuan dalam Tugas Merencana
Dasar selanjutnya, dan pembuatan Laporan Kuliah Kerja Praktek, Kuliah Kerja Ekskursi maupun
dalam pembuatan Tugas Akhir (Skripsi) yang akan datang.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kopling
Kopling adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan dua poros pada
kedua ujungnya dengan tujuan untuk mentransmisikan daya mekanis. Kopling
biasanya tidak mengizinkan pemisahan antara dua poros ketika beroperasi, namun saat

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 3
ini ada kopling yang memiliki torsi yang dibatasi sehingga dapat slip atau terputus
ketika batas torsi dilewati.
Kopling dua buah poros yang berputar
Tujuan utama dari kopling adalah menyatukan dua bagian yang dapat berputar.
Dengan pemilihan, pemasangan, dan perawatan yang teliti, performa kopling bisa
maksimal, kehilangan daya bisa minimum, dan biaya perawatan bisa diperkecil.

2.2 Macam-macam kopling


Secara garis besar kopling dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kopling tetap (shaft coupling)
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin sebagai penerus putaran dan daya dari
poros penggerak ke poros yang digerakkan secara tetap (tanpa terjadi slip), dimana
sumbu kedua poros tersebut terletak pada garis lurus atau dapat sedikit berbeda
sumbunya dan kopling ini selalu dalam keadaan terhubung.

Gambar 2.1 Kopling Tetap

Jenis-jenis kopling tetap lainnya

1. Kopling Kaku
dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan sumbu segaris, dan dipakai pada
poros mesin dan transmisi umum di pabrik-pabrik, kopling ini terdiri atas :

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 4
a. Kopling Bus
Kopling ini menggunakan bus (selongsongan) dan baut-baut dibenamkan pada ujung
poros sebagai alat pengaman dan mempermudah pemindahan putaran. Kopling ini
kontruksinya sangat sederhana, murah serta dapat dipergunakan untuk mentransmisikan
daya-daya yang kecil. Contoh kopling pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Kopling Bus (yefrichan.wordpress.com)

b. Kopling Flens Kaku


Kopling flens kaku terdiri atas naf dengan flens yang terbuat dari besi cor dan dipasang
pada ujung poros yang diberi pasak serta diikat dengan baut pada flensnya. Disini naf
dipasang pada poros dengan sambungan pres. Hal ini untuk mencegah tergelincirnya
kopling melalui poros apabila terjadi tumbukan. Contoh kopling pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Kopling Flens Kaku (yefrichan.wordpress.com)

c. Kopling Flens Tempa


Kopling flens tempa ini masing-masing ujung poros terdapat flens yang terbuat dari besi
tempa dan kedua flens diikat dengan baut-baut.Contoh kopling pada gambar 2.4.

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 5
Gambar 2.4 Kopling Flens Tempa (yefrichan.wordpress.com)

2. Kopling Luwes Kopling Luwes ( Fleksibel )


Kopling ini memakai jepitan baut, dan mengizinkan sedikit ketidak lurusan sumbu
poros. Dari konstruksinya kopling ini fleksibel sehingga pergeseran memanjang posisi
poros-poros itu dalam keadaan terbatas. Hal itu juga memungkinkan dapat
menimbulkan putaran sudut kecil antara sambugan ujung-ujung poros. Adapun jenis-
jenis dari kopling ini adalah:

a. Kopling Flens Luwes


Kopling ini terdiri dari naf, serta memakai bus yang terbuat dari karet guna untuk
mempermudah pemasangan. Contoh kopling pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Kopling Flens Luwes (yefrichan.wordpress.com)

b. Kopling karet ban


Kopling karet ban terbuat dari sebuah ban yang sangat elastis yang terdiri dari karet
dengan lapisan dalamnya yang ditempa dan ditekan oleh dua cincin penekan flens.

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 6
Kopling ini masih dapat meneruskan daya dengan halus meskipun terdapat sedikit
ketidaklurusan antara kedua poros selama masih dalam batas-batas tertentu. Disamping
itu pemasangan dan pelepasan juga dapat dilakukaan dengan mudah serta variasi beban
dapat pula diserap oleh ban karet. Kopling ini biasanya dipergunakan pada motor bakar
dan dihubungkan pada generator atau pompa. Contoh kopling pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Kopling Karet Ban (yefrichan.wordpress.com)

c. Kopling karet bintang


Kopling karet bintang menstransmisikan momen putar pada pemasangan aksial melalui
suatu sekrup yang diatur mur selubung diluar konstruksi. Dimana momen dipindahkan
lewat sebuah elemen berbentuk bintang dari karet. Kopling ini dilengkapi dengan
tonjolan atau cakar yang sesuai dalam piringan karet. Contoh kopling pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Kopling Karet Bintang (yefrichan.wordpress.com)

d. Kopling gigi
Kopling gigi ini kedua porosnya dilengkapi dengan naf bergigi. Sisi gigi dan puncak
gigi kurang lebih berbentuk bulat, gigi ini menangkap didalam sistim gigi dan sebuah
selongsongan yang cocok menyambung kedua naf.

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 7
Kopling ini memperbolehkan kefleksibelan sedikit dalam arah aksial dan arah radial,
sehingga mampu memindahkan momen yang sangat besar. Contoh kopling pada
gambar 2.8

Gambar 2.8 Kopling Gigi (yefrichan.wordpress.com)

3. Kopling universal
Kopling universal digunakan bila kedua poros akan membentuk sudut yang cukup
besar, terdiri dari:
a. Kopling universal hook
b. Kopling universal kecepatan tetap
Contoh kopling pada gambar 9.

Gambar 2.9 Kopling Universal (yefrichan.wordpress.com)

4. Kopling Fluida

Penerusan daya dilakukan oleh fluida sehingga tidak ada hubungan antara kedua
poros. Kopling Fluida sangat cocok untuk mentransmisikan putaran tinggi dan daya
yang besar. Keuntungannya adalah getaran dari sisi penggerak dan tumbukan dari sisi
Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin
Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 8
beban tidak saling diteruskan. Demikian pula pada waktu terjadi pembebanan lebih ,
penggerak mula tidak akan terkena momen yang akan melebihi batas kemampuan.

2. Kopling Tidak Tetap (Gambar. C)


Kopling Tidak Tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros yang
digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya,
serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut dalam keadaan diam maupun
berputar. Kopling tidak tetap biasanya disebut juga kopling gesek, karena cara kerjanya
berdasarkan gaya gesek yang timbul akibat gaya tekan, oleh sebab itu pada kopling jenis
ini dapat terjadi selip yang menimbulkan panas yang diakibatkan oleh gesekan antara
kedua bidang penyambungan. Karena sering terjadi selip maka kedua putaran dan
kedua poros penyambungan tidaklah sama, juga daya yang akan ditransmisikan antara
penggerak dan poros yang digerakkan tidak selalu 100% sama.

Gambar 2.10 Kopling Tidak Tetap

jenis-jenis kopling tidak tetap yang digunakan antara lain

1. Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan perantaraan
gesekan) hingga tidak dapat selip. Ada bentuk kopling cakar, yaitu kopling cakar
persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi dapat meneruskan momen
dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan dalam keadaan berputar, dengan
demikian tidak dapat sepenuhnya berfungsi sebagai kopling tidak tetap sebenarnya.

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 9
Sebaliknya, kopling cakar spiral dapat dihubungkan dalam keadaan berputar, tetapi
hanya baik untuk satu arah putaran tertentu saja. Namun demikian, karena tumbukan
yang besar jika dihubungkan dalam keadaan berputar, cara ini hanya boleh dilakukan
untuk putaran poros penggerak kurang dari 50 rpm. Contoh kopling pada gambar 2.11.

Gambar 2.11. Kopling Cakar (yefrichan.wordpress.com)

2. Kopling Kerucut
Kopling ini meneruskan momen dengan perantara gesekan dengan menggunakan
bidang gesek yang berbentuk bidang kerucut. Keuntungannya konstruksi sederhana dan
gaya aksial yang kecil dapat ditransmisikan dengan momen yang besar. Pada masa
sekarang ini sudah jarang dipakai, karena daya yang diteruskan tidak seragam, tetapi
dalam keadaan dimana bentuk plat tidak dikehendaki dan adanya kemungkinan terkena
minyak, kopling kerucut lebih sering menguntungkan. Contoh kopling pada gambar
2.12.

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 10
Gambar 2.12. Kopling Kerucut (yefrichan.wordpress.com)

3. Kopling Friwil
Dalam permesinan sering kali diperlukan kopling yang dapat lepas dengan sendirinya
bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari poros
yang digerakkan (driven shaft). Kopling friwil adalah kopling yang dikembangkan
untuk maksud tersebut.

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 11
Kopling ini sangat banyak gunanya dalam otomatisasi mekanis. Suatu bentuk lain dari
kopling semacam ini, menggunakan bentuk kam (nok) sebagai pengganti bola atau rol
dan disebut kopling kam. Contoh kopling pada gambar 2.13.

Gambar 2.13. Kopling friwil (peduliotomotif.blogspot.co.id)

4. Kopling Plat
Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan suatu plat atau lebih yang
dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut sehingga
terjadi penerusan daya melalui gesekan antar sesamanya. Konstruksi kopling ini cukup

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 12
sederhana dan dapat dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar. Karena itu
kopling ini sangat banyak dipakai.
Menurut banyaknya plat gesek yang digunakan, kopling plat dapat dibagi atas kopling
plat tunggal dan kopling plat majemuk. Juga dibagi atas kopling basah dan kopling
kering. Serta menurut cara pengerjaannya terdiri dari manual, hidrolik dan
elektromagnetis. Contoh kopling pada gambar 2.14.

Gambar 2.14. Kopling Plat (kitapunya.net)

Pada buku ini, penulis akan lebih memfokuskan diri pada kopling tetap, yaitu Kopling Cakar.

2.3 Fungsi, Tujuan, Macam-Macam Kopling Cakar

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 13
Gambar 2.15. Kopling Cakar

Kopling Cakar merupakan salah satu jenis dari kopling tetap, yaitu kopling yang digunankan
untuk menghubungkan poros penggerak dan poros yang akan digerakkan dengan putaran yang sama
saat mereruskan daya.

Kopling Cakar ini biasanyanya digunakan pada mesin perkakas seperti mesin bubut, CNC, dan
lain-lain yang berfungsi untuk meneruskan daya melalui kontak positif (tidak dengan gesekan)
Sehingga tidak terjadi slip.

Kopling ini terdiri dari sebuah flens yang mempunyai cakar sebagai penahan cakar dari flens
lainnya. Di tengah kopling ini terdapat satu tabung perunggu yang dipakai untuk memusatkan
porosnya.

A. Fungsi Kopling Cakar

1. Untuk menghubungkan daya dari poros penggerak ke poros yang akan digerakkan.

2. Untuk menghindari beban kerja yang berlebihan.

3. Untuk mengurangi karakteristik getaran dari dua poros yang berputar.

B. Tujuan Kopling Cakar

Tujuan utama dari Kopling Cakar adalah menyatukan dua bagian yang dapat berputar.
Dengan pemilihan, pemasangan, dan perawatan yang teliti, performa kopling bisa maksimal,
kehilangan daya bisa minimum, dan biaya perawatan yang minimum

C. Macam-macam kopling

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 14
Secara garis besar kopling dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
2. Kopling tetap (shaft coupling)
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin sebagai penerus putaran dan daya dari
poros penggerak ke poros yang digerakkan secara tetap (tanpa terjadi slip), dimana
sumbu kedua poros tersebut terletak pada garis lurus atau dapat sedikit berbeda
sumbunya dan kopling ini selalu dalam keadaan terhubung.

3. Kopling Tidak Tetap (Gambar. C)


Kopling Tidak Tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros yang
digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya,
serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut dalam keadaan diam maupun
berputar. Kopling tidak tetap biasanya disebut juga kopling gesek, karena cara kerjanya
berdasarkan gaya gesek yang timbul akibat gaya tekan, oleh sebab itu pada kopling jenis
ini dapat terjadi selip yang menimbulkan panas yang diakibatkan oleh gesekan antara
kedua bidang penyambungan. Karena sering terjadi selip maka kedua putaran dan
kedua poros penyambungan tidaklah sama, juga daya yang akan ditransmisikan antara
penggerak dan poros yang digerakkan tidak selalu 100% sama.

D. Macam-macam kopling cakar

Kopling Cakar Persegi


Kopling Cakar Spiral
Kopling Cakar juga merupakan kontruksi yang paling sederhana diantara
kopling tidak tetap lainnya.
Kopling cakar persegi dapat meneruskan momen dalam dua arah puataran, tetapi
tidak dapat dihubungkan dalam keadaan berputar. Dengan demikian tidak sepenuhnya
berfungsi sebagai kopling tak tetap yang sebenarnya.Sebaliknya, kopling cakar spiral
dapat dihubungkan dalam keadaan berputar, tetapi hanya baik untuk satu arah putaran
tertentu saja. Namun demikian, karena timbulnya tumbukan yang besar jika
dihubungkan dalam keadaan berputar maka cara menghubungkan semacam ini hanya
boleh dilakukan jika poros penggerak mempunyai putaran kurang dari 50 (rpm).

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 15
(a) Kopling cakar persegi (Gambar 2.16) (b) Kopling cakar spiral (Gambar 2.17)

Gambar. Macam-macam Kopling cakar

2.4 Cara Kerja Kopling Cakar

Kopling ini menerusakan momen dengan kontak posistif (tidak dengan


perantaraan gesekan) sehingga tidak terjadi slip. Kopling ini dipakai apabila
diperlukan perubahan panjang dari porosnya karena perubahan temperatur. Jadi
disini dapat terjadi pergeseran axial dari pada poros tersebut.

Ketika poros penggerak berputar, Cakar kopling yang saling berhubungan


menyebabkan putaran berpindah ke poros yang di gerakkan. Spider melindungi
cakar dan mengurangi keausan serta getaran. Bagian tengah yang elastis juga
membuat kopling bergerak dengan bebas, yang memungkinkan poros yang sejajar
untuk bekerja dengan baik.

Secara umum kopling cakar dapat mentransfer sejumlah momen puntir


yang signifikan tanpa kegagalan. sejak kopling bekerja melalui hubungan fisik
yaitu pasangan gigi, sedikit kemungkinan energi yang hilang. Pada sisi satunya,
hubungan elastisitas membuat kekuatan proses transfer acak menjadi sulit, secara
mendadak deformasi dari kopling bisa membuat sebaran spider elastis.

Kopling Cakar

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 16
Gambar 2.18. Kopling Cakar

Komponen Kopling Cakar :

1. Poros dan Pasak

2. Cakar dan Naaf

3. Ring

4. Baut

BAB III

METODOLOGI PERANCANGAN
Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin
Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 17
Tata cara perhitungan dijelaskan dalam bentuk diagram alir (flow chart), sehingga diperoleh
gambaran menyeluruh tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan. Diagram alir digambarkan
dengan menggunakan lambang-lambang seperti di bawah ini. Lambang-lambang tersebut dibuat
agak berbeda dengan yang biasa dipergunakan dalam program umum komputer untuk memudahkan
pengertian tata cara perencanaan. Jumlah lambang yang dipakai di usahakan sedikit mungkin seperti
di bawah ini :

LAMBANG NAMA KETERANGAN


Untuk menyatakan mulai (start),berakhir (end) danberhenti
Terminal (stop)

Input Persyaratan Data & yang diberikan disusun disini

Disini diperlukan pertimbangan seperti pemilihan


Pekerjaan
persyaratan kerja, bahan, dan perlakuan panas,
Orang
penggunaan faktor keamanan dan lain-lain

Pengolahan dilakukan secara mekanis dengan


Pengolahan
menggunakan persamaan, tabel, dan gambar

Keputusan Harga dihitung dibandingkan dengan harga patokan

Hasil perhitungan yang utama dikeluarkan pada alat cetak


Dokumen
/ mesin tik

Untuk menyatakan pengeluaran dari tempat keputusan ke


Penghubung
tempat sebelum / berikutnya
Yes

No Garis aliran Untuk menghubungkan langkah-langkah berurutan

3.1 Diagram Alir Perencanaan Poros

START

Daya [N] (mm)

Putaran [n] (rpm)


Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin
Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 18

MomenPuntir yang direncanakan [Mp]



Mp = 955.000 ( Nmm )

Tegangan tarik yang diizinkan [ ] :
( MPa)

Tegangan geser yang diperbolehkan [ ] : ( MPa)
3

x 4500
Tegangan Torsi [T] : 2
(Kg mm)

Diameter Poros, 1 (mm)


Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin
Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol,
3 16 x
Jakarta Barat 19
1 = ( 1 4 )

(d2=d1+5)
A B

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 20
A B

Pemeriksaan pada fillet

2
1

Jari-jaripada fillet (R)

Tegangan pada fillet

3 5
1 =

Tegangan pada fillet

Tegangan puntir pada fillet = 1,6 x Tegangan pada


fillet
Ya

Tidak

<

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 21
3.2 Diagram Alir Perencanaan Pasak

Penentuan standarisasi
berdasarkan besar poros yang
diketahui dari Table N 161

Berdasarkan Tabel N 161, didapatkan data


sebagai berikut.

Lebar Pasak: [b] (mm)

Tinggi Pasak: [h] (mm)

Besar gaya yang bekerja pada pasak [P]


2
Ptot = (N)

Penentuan bahan pasak


berdasarkan Tabel Daftar Tekanan
Bidang yang diijinkan

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 22
Dengan menggunakan bahanBd 37, berdasarkan Tabel
Daftar Tekanan Bidang yang diijinkan maka di dapat
Tegangan permukaan yang diperbolehkan ( ) = 65
MPa

Panjang pasak[ L ]

L = (N)
2
x

Berdasarkan Tabel N162, didapatkan


data sebaga iberikut:

Lebar Pasak: [b] (mm)

Tinggi Pasak: [h] (mm)

Panjang Pasak: [L] (mm)

END

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 23
3.3 Diagram Alir Perencanaan Cakar

START

1. Penentuan ukuran cakar


berdasarkan tabel
standarisasi N34
2. Pemilihan bahan cakar
Tentukan Yield Point [ ]

&Safety Factor [SF]

3. Tentukan jumlah cakar


Tegangan tarik yang diizinkan [ ] : ( MPa)


Tegangan geser yang diperbolehkan [ ] : ( MPa)
3

Gaya yang bekerja pada tiap cakar [P]


2.
P = (N)
4

Momen Lentur [ML]


1
ML = 2 (Nmm )

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 24
Tahanan lentur yang terjadi [WL]
1
WL = (mm)3
6

Pemeriksaan terhadap Tegangan Bidang Cakar


Tegangan Bidang yang timbul[]

= ( MPa)

Tidak
L =

<

Pemeriksaan terhadap TeganganYa


Geser Cakar
Tegangan geser yang timbul[]
Tidak
P
= ( MPa)
Luas alas cakar
Ya


<

END
Ya
Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin
Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 25
3.4 Diagram Alir Perencanaan Karet

START

Menentukan panjang, lebar


dan tinggi cakar

Luaspenampangkaret yang bersentuhandengancakar


[A]

A = Lebar Cakar x Tinggi Cakar

Tidak
< 2 3

END

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 26
3.5 Diagram Alir Perencanaan Baut

START

Menentukan Bahan Baut :

S 50 C

= 370

S = 2,6 ( Gol II Dinamis I )


= : Q = (1,5 2) x P Tidak

2 x MP
P =
dk

4

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 27
Berdasarkan standardisasi N81

Ulir Baut
d = 10 mm
di = 8,38 mm
Kepala Baut
Tinggi kepala baut (k) = 8 mm
Lebar kepala baut (s) = 20 mm

END

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 28
BAB IV

PERHITUNGAN KOPLING CAKAR

DATA HASIL PRERHITUNGAN PERANCANGAN

4.1 DataTugas Kopling Cakar


Daya (N) = 5 kW

Putaran (n) = 1000 rpm

4.2 Perhitungan Poros

Gambar 4.2. Gambar Dimensi Poros

Momen Puntir (Mp)


Mp = 955.500 (Ncm)

5
= 955.500
1000
= 4775 Ncm

= 47750 Nmm

Bahan Poros Bahan poros dipilih S 50 C ( = 330 450) MPa (Lampiran 1)

Titik Lumer ( ) = 370 MPa

Faktor Keamanan / Safety Factor (SF) : (Dinamis I ; Golongan II)


(Lampiran 2)
Safety Factor = 2,3 2,7
Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin
Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 29
SF diambil = 4,0
Tegangan Tarik yang dibolehkan ( )

=

370
= = 92,5 MPa
4,0

Tegangan Geser yang dibolehkan ( )


=
3
92,5
= = 53,4 Mpa
3
Pada Hollow shaft (daerah 1)
d1= d2 Pada Hollow Shaft ; P = 10 kW 13,41 HP
d1
diasumsikan K = = 0,5
d2

Fo = 53,4 MPa x 10,2 = 544,68 Kg 3


= 5,4468 Kg 3
x 4500 6,705 x 4500
T= 2
= 2 x 1000
= 4,802 Kg m

= 4802 Kg mm

Hollow Shaft :
3 16 x
2 = (14)

3 16 x 4802
= (10,54 )

= 16,85 mm
1 = d2 x k

= 16,85 x 0,5 = 8,4 mm

Pada Daerah 2
d1 = d2 Pada Hollow Shaft

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 30
1 = 16,85 mm diambil menjadi = 25 mm
d2 = d1 + 5
= 25 + 5
= 30 mm

Pemeriksaan Pada Fillet

d2 30
= = 1,2
1 25
R = 2,5


= 1,6

Tegagangan Pada Poros Terkecil

3 5 x
d1 =

3 5 x 47750
25 =

5 x 47750
253 =

5 x 47750
=
253

= 15,28 MPa
Tegangan Pada Fillet

= 1,6 15,28
= ,
(, ) < (53,4 MPA)

Maka poros pada fillet sudah cukup kuat

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 31
4.3 Perhitungan Pasak

Gambar 4.3 Gambar Dimensi Pasak

Dimensi Pasak
Berdasarkan tabel Standarisasi N 161 (Lampiran 3),
Maka diperoleh :
Panjang pasak (L) = 30 mm
Lebar Pasak (b) = 8 mm
Tinggi Pasak (h) = 7 mm

Gaya pada pasak karena Momen Puntir (Mp)


Besarnya gaya P adalah :
2 x 2 x 47750
Ptot = = = 3820 N
25
Perhitungan Panjang Pasak
Bahan Pasak dipilih BD 37(Lampiran 5), dari daftar tekanan bidang yang
dibolehkan. Diperoleh data :
= 65 MPa
= 92,5 MPa
= 53,4 MPa
Panjang Pasak (L) berdasarkan Pbol :

=
x
2

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 32
3820
65 = 7
x
2

L = 16,79 mm
Berdasarkan tabel Standarisasi N162 (Lampiran 4),
maka diperoleh L = 30 mm

Pemeriksaan terhadap Tegangan Geser Pasak


Tegangan Geser yang timbul ()

3820
= = 30 x 3,5 = 36,38 MPa
x
2

Syarat : <
36,38 Mpa < 53,4 MPa (Sesuai)

4.4 Perhitungan Cakar dan Naaf


Dimensi Cakar dan Naaf (Menurut N 34)

Gambar Dimensi Kopling Cakar

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 33
Gambar 4.4.1 Gambar Assembly Cakar dan Naaf

Gambar 4.4.2. Gambar Potongan Cakar dan Naaf

Berdasarkan Standarisasi N34 dari d1 = 25mm dan d2 = 30mm, maka dimensi Cakar dan
Naaf, digunakan : :

D = Garis tengah luar = 150 mm


P = Panjang total = 160 mm
b = Sumbu pendek kopling = 65 mm
c = Sumbu panjang kopling = 85 mm
e = Kelonggaran = 10 mm
f = Garis Tengah Naaf = 65 mm
Diameter dalam Cakar (Dd) = D - 2x = 150 40 = 110 mm
Panjang Cakar (lc) = 20 mm
Tebal cakar (x) = 20 mm

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 34
Diameter Naaf (d3) = 65 mm
Panjang Naaf (LNaaf) = 65 mm

Bahan Cakar dan Naaf


Bahan Cakar dan Naaf dipilih S 50 C (Lampiran 1)
Titik Lumer ( ) = 370 MPa
Faktor Keamanan / Safety Factor (SF) : (Dinamis I ; Golongan III) (Lampiran
2)
Safety Factor =
SF diambil = 4,0
Tegangan bidang yang dibolehkan,

=
370
= 4,0

= 92,5 MPa
Tegangan geser yang dibolehkan,

=
3
92,5
= = 53,4 MPa
3

Gaya yang bekerja pada tiap cakar (P)


2.
P = 4
2 x 47750
= 130 x 4

= 183,65 N

Momen Lentur (ML)


1
ML = Px2

= 183,65 x (20)
= 1836,5 Nmm
Panjang Busur Cakar (a)

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 35
. 130
= = = 51,025
8 8
1
WL = x b x h2
6
1
= x 10 x (33)2
6

= 1815 3
Pemeriksaan terhadap Tegangan Bidang Cakar
Tegangan Bidang yang timbul ()

=
1836,5
= 1815

= 1,012 MPa
Syarat : < bol

1,012 MPa < 92,5 MPa

Pemeriksaan terhadap Tegangan Geser Cakar


Tegangan Geser yang timbul ()
183,65
= = 33 x = 0,278 MPa
20

Syarat : <
0,278 Mpa < 53,4 Mpa (Sesuai)

4.5 Penggunaan Baut


Bahan Baut dipilih S 50 C MPa (Lampiran 1)
Titik Lumer ( ) = 370 Mpa
370
: 142,3
2,6
2 x 2 x 47750
P: = = 3820
1 25

Q : (1,5 -2) P = 2 x 3820


= 7640
7640
dk : = = 8,267 => M10 (9,026)
x x 142,3
4 4

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 36
dr : 9,026
d1: 10
dt : 8,376
k : 1,5

Dimensi Baut
Ulir Baut
Ulir Baut dipakai M10
Jika ulir pada Baut M10, berdasarkan tabel N81(Lampiran 6), Maka
didapat :
Diameter Luar (d) : 10 mm
Diameter Inti (d1) : 8,38 mm

Kepala Baut
Pada Gambar, untuk Baut M8, maka didapat :
- Tinggi Kepala Baut (k) : 8 mm
- Lebar Kepala Baut (s) : 20 mm

4.6 Penggunaan Ring


Dimensi Ring
Pada Gambar, untuk Baut M10 dan lubang poros = 25, maka didapat :
- Diameter Lubang Ring (d) : 10 mm
- Diameter Ring (D) : 21 mm
- Tebal Ring (b) : 4 mm
- Bahan Ring dipilih S 30 C ( = 370 450) Mpa (Lampiran 1)
- Titik Lumer ( ) = 370 Mpa

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 37
4.7 Perhitungan Karet

Luar penampang karet yang bersentuhan dengan cakar


A = 20 x 20
= 400 2
Tekanan bidang yang timbul antara cakar dan karet

P = 3
183,65
= 3 x 400

= 0,153

P boleh pada karet adalah 2 3 M

4.8 Bantalan
Jenis bantalan yang digunakan adalah Deep Groove Ball Bearings. Single
Direction.

Dimensi poros yang digunakan adalah diameter poros yang terkecil, yaitu
d1 = 25 mm

Dimensi yang didapat dari tabel bantalan SKF adalah sebagai berikut :

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 38
d = 26 mm
D = 42 mm
B = 12 mm

BAB V

DATA HASIL PERANCANGAN

DATA HASIL PERANCANGAN

1. Dimensi Poros

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 39
Gambar 5.1 Dimensi Poros

Diameter dalam (d1) = 25 mm

Diameter luar (d2) = 30 mm

Tegangan Tarik yang dibolehkan ( ) = 92,5 MPa

Tegangan Geser yang dibolehkan ( ) = 53,4 MPa

Normalisasi = N34

2. Dimensi Pasak

Gambar 5.2 Dimensi Pasak

Lebar pasak (b) = 8 mm

Tinggi pasak (h) = 7 mm

Panjang pasak (L) = 30 mm

Gaya yang bekerja pada pasak (P) = 3820 N

Tegangan Geser yang timbul () = 36,38 MPa

Tegangan Geser yang dibolehkan ( ) = 53,4 Mpa = 544,68 Kg 2 = 5,4468 Kg 2

Normalisasi = N162 D - 25 30

3. Dimensi Cakar dan Naaf

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 40
Gambar 5.3.1 Dimensi Cakar

Diameter luar cakar (D) = 150 mm

Diameter dalam cakar (Dd) = 110 mm

Panjang cakar (Lc) = 20 mm

Tebal cakar (b) = 20 mm

Gambar 5.3.2 Dimensi Naaf

Diameter Naaf (d3) = 65 mm

Tebal Naaf (L) = 85 mm

4. Dimensi Baut

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 41
Diameter Poros Baut (dp) = 10 mm
Diameter Ulir Baut (db) = M10

Tinggi Ulir Baut (tdb) = 36 mm

Jumlah Baut (Z) =2

Tinggi Kepala Baut (k) = 8 mm


Lebar Kepala Baut (s) = 20 mm

Normalisasi = N81

5. Dimensi Ring

Gambar 5.5 Dimensi Ring

Diameter Lubang Ring (d) = 10 mm

Diameter Ring (D) = 21 mm


Tebal Ring (b) = 4 mm

Normalisasi = N177 C 8

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 42
BAB VI

Kesimpulan

Dalam merencanakan kopling yang memenuhi syarat dalam arti ukuran tidak berlebihan, namun
dapat diijinkan kekuatannya. Dibutuhkan lebih dari satu kali perhitungan. Dimana perhitungan tersebut
dibuat sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Sedangkan perhitungan kopling yang penulis rencanakan ini adalah salah satu dari banyak
kemungkinan yang ada dari bentuk kopling, karena mungkin saja dibuat dengan ukuran yang berbeda
dari penulis rencanakan.

Berdasarkan perhitungan dari perancangan, kopling cakar ini memiliki ukuran utama yaitu :

Panjang kopling cakar : 160 mm

Diameter kopling cakar : 150 mm

Umur kopling cakar : 3 tahun

Demikianlah tugas perencanaan ini diat sebaik-baiknya, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca dan perancang agar dapat mendalami metoda perancangan yang dapat digunakan.

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 43
DAFTAR PUSTAKA

Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perancangan Elemen Mesin, Universitas Trisakti, Jakarta.
Khurmi, R.S., J.K. Gupta, A Text Book of Machine Design, Eurasia Publishing House
[Pvt] Ltd, New Delhi, 1982
https://belajarmesinbubutcnc.blogspot.co.id/2016/03/pengertian-dan-jenis-jenis-
kopling.html
http://peduliotomotif.blogspot.co.id/2012/06/kopling.html
https://www.tneutron.net/industri/elemenmesinkoplingtetap/
https://www.tneutron.net/industri/koplingmesintidaktetap/

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 44
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Tabel Tegangan Lentur Yang Diperbolehkan.


(Sumber : Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perencanaan Elemen Mesin, hal 440.)
Kelompok Lambang Yield Point Kekuatan Tarik
Bahan Bahan (MPa) (MPa)

FC 10 98 98
FC 15 127186 127186
FC 20 167235 167235
Besi Cor
FC 25 216275 216275
FC 30 265304 265304
FC 35 314343 314343

S 30 C 290340 480550
S 35 C 310400 520580
S 40 C 330450 550620
Besi Cor
S 45 C 350500 580700
S 50 C 370550 620750
S 55 C 400600 660800

S35CD 530960
Baja Karbon untuk konstruksi mesin S45CD 600760
S55CD 670830

SNC 1 600 750


SNC 2 700 850
Baja Khrom Nikel SNC 3 800 950
SNC 21 800
SNC 22 1000

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 45
LAMPIRAN 2 : Tabel Standarisasi N 162

(Sumber : Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perencanaan Elemen Mesin, hal 266.)

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 46
LAMPIRAN 3 : Tabel Standarisasi N 33

(Sumber : Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perencanaan Elemen Mesin, hal 381.)

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 47
LAMPIRAN 4 : Tabel Standarisasi N 81

(Sumber : Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perencanaan Elemen Mesin, hal 130.)

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 48
LAMPIRAN 5 : Tabel Daftar Tekan Bidang

(Sumber : Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perencanaan Elemen Mesin, hal 254.)
Bahan Bd 37 Bd 50 Bd 60 Bd 70 Bd.t B.tuang
65 88 105 120 55 45
55 70 85 100
36 48 58 68

LAMPIRAN 6 : Tabel Faktor Pengaman Berdasarkan Golongan

(Sumber : Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perencanaan Elemen Mesin, hal 14.)
BEBAN GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III DATA LAMA
STATIS 1,72,0 1,92,3 2,73,4 34
DINAMIS I 2,02,3 2,32,7 3,44,0 58
DINAMIS II 2,32,7 2,73,2 4,04,7 810

Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin


Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 49
Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin
Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 50

Anda mungkin juga menyukai