Bab I
Bab I
Pendahuluan
1.1 Penjelasan Kopling
Kopling merupakan sebuah komponen dari suatu system mekanik untuk meneruskan gaya
putaran dari suatu motor/mesin pembangkit ke poros yang terhubung dengan beberapa
komponen mekanik lainnya. Jadi untuk menghubungkan suatu poros input yang mempunyai
daya putar dari motor ke poros output yang terhubung dengan komponen mekanik, kopling
merupakan komponen sangat dibutuhkan karena sifatnya yang lebih kuat, mudah dipasang
dan dilepas (tergantung dari jenis koplingnya). Dibandingkan menyambungkan poros dengan
cara dilas, karena sangat beresiko dan juga tegangan yang tidak merata.
Ada beberapa jenis kopling yang digunakan pada system mekanik. Yaitu:
- Kopling tetap
- Kopling tidak tetap
1. Perhitungan Poros
2. Perhitungan Pasak
3. Flens Dan Naaf
4. Perhitungan Baut
5. Mur Dan Ring
6. Gambar Rancangan
BAB I
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang perancangan, pokok perancangan, tujuan
dari perancangan, batasan perancangan, konstribusi perancangan serta sistematika
penulisan.
BAB II
Bab ini menjelaskan tentang pengertian dan jenis-jenis disertai dengan gambar-gambar dari
macam-macam kopling tersebut. Pada bab ini juga terdapat sketsa rancangan dari kopling
yang akan dibuat.
BAB III
Pada bab ini berisi tentang Metodologi Perancangan yang menguraikan tentang alir-alir
perhitungan rancangan. Yang menyangkut perhitungan seluruh komponen kopling yang
dirancang.
BAB IV
Bab ini menguraikan tentang pengolahan data-data rancangan dari spesifikasi yang telah
diketahui, baik dari brosur maupun hasil survei. Pada bab ini juga perhitungan poros, naaf,
bantalan, bidang gesek, baut, suhu serta efisisensi kopling akan dijelaskan serta diuraikan.
BAB V
Bagian ini berisi tentang data hasil rancangan yang didapat dari perhitungan yang saya
lakukan.
BAB VI
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kopling
Kopling adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan dua poros pada
kedua ujungnya dengan tujuan untuk mentransmisikan daya mekanis. Kopling
biasanya tidak mengizinkan pemisahan antara dua poros ketika beroperasi, namun saat
1. Kopling Kaku
dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan sumbu segaris, dan dipakai pada
poros mesin dan transmisi umum di pabrik-pabrik, kopling ini terdiri atas :
d. Kopling gigi
Kopling gigi ini kedua porosnya dilengkapi dengan naf bergigi. Sisi gigi dan puncak
gigi kurang lebih berbentuk bulat, gigi ini menangkap didalam sistim gigi dan sebuah
selongsongan yang cocok menyambung kedua naf.
3. Kopling universal
Kopling universal digunakan bila kedua poros akan membentuk sudut yang cukup
besar, terdiri dari:
a. Kopling universal hook
b. Kopling universal kecepatan tetap
Contoh kopling pada gambar 9.
4. Kopling Fluida
Penerusan daya dilakukan oleh fluida sehingga tidak ada hubungan antara kedua
poros. Kopling Fluida sangat cocok untuk mentransmisikan putaran tinggi dan daya
yang besar. Keuntungannya adalah getaran dari sisi penggerak dan tumbukan dari sisi
Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin
Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 8
beban tidak saling diteruskan. Demikian pula pada waktu terjadi pembebanan lebih ,
penggerak mula tidak akan terkena momen yang akan melebihi batas kemampuan.
1. Kopling Cakar
Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan perantaraan
gesekan) hingga tidak dapat selip. Ada bentuk kopling cakar, yaitu kopling cakar
persegi dan kopling cakar spiral. Kopling cakar persegi dapat meneruskan momen
dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan dalam keadaan berputar, dengan
demikian tidak dapat sepenuhnya berfungsi sebagai kopling tidak tetap sebenarnya.
2. Kopling Kerucut
Kopling ini meneruskan momen dengan perantara gesekan dengan menggunakan
bidang gesek yang berbentuk bidang kerucut. Keuntungannya konstruksi sederhana dan
gaya aksial yang kecil dapat ditransmisikan dengan momen yang besar. Pada masa
sekarang ini sudah jarang dipakai, karena daya yang diteruskan tidak seragam, tetapi
dalam keadaan dimana bentuk plat tidak dikehendaki dan adanya kemungkinan terkena
minyak, kopling kerucut lebih sering menguntungkan. Contoh kopling pada gambar
2.12.
3. Kopling Friwil
Dalam permesinan sering kali diperlukan kopling yang dapat lepas dengan sendirinya
bila poros penggerak mulai berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari poros
yang digerakkan (driven shaft). Kopling friwil adalah kopling yang dikembangkan
untuk maksud tersebut.
4. Kopling Plat
Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan suatu plat atau lebih yang
dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut sehingga
terjadi penerusan daya melalui gesekan antar sesamanya. Konstruksi kopling ini cukup
Pada buku ini, penulis akan lebih memfokuskan diri pada kopling tetap, yaitu Kopling Cakar.
Kopling Cakar merupakan salah satu jenis dari kopling tetap, yaitu kopling yang digunankan
untuk menghubungkan poros penggerak dan poros yang akan digerakkan dengan putaran yang sama
saat mereruskan daya.
Kopling Cakar ini biasanyanya digunakan pada mesin perkakas seperti mesin bubut, CNC, dan
lain-lain yang berfungsi untuk meneruskan daya melalui kontak positif (tidak dengan gesekan)
Sehingga tidak terjadi slip.
Kopling ini terdiri dari sebuah flens yang mempunyai cakar sebagai penahan cakar dari flens
lainnya. Di tengah kopling ini terdapat satu tabung perunggu yang dipakai untuk memusatkan
porosnya.
1. Untuk menghubungkan daya dari poros penggerak ke poros yang akan digerakkan.
Tujuan utama dari Kopling Cakar adalah menyatukan dua bagian yang dapat berputar.
Dengan pemilihan, pemasangan, dan perawatan yang teliti, performa kopling bisa maksimal,
kehilangan daya bisa minimum, dan biaya perawatan yang minimum
C. Macam-macam kopling
Kopling Cakar
3. Ring
4. Baut
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN
Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin
Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 17
Tata cara perhitungan dijelaskan dalam bentuk diagram alir (flow chart), sehingga diperoleh
gambaran menyeluruh tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan. Diagram alir digambarkan
dengan menggunakan lambang-lambang seperti di bawah ini. Lambang-lambang tersebut dibuat
agak berbeda dengan yang biasa dipergunakan dalam program umum komputer untuk memudahkan
pengertian tata cara perencanaan. Jumlah lambang yang dipakai di usahakan sedikit mungkin seperti
di bawah ini :
START
x 4500
Tegangan Torsi [T] : 2
(Kg mm)
(d2=d1+5)
A B
2
1
3 5
1 =
Tidak
<
Penentuan standarisasi
berdasarkan besar poros yang
diketahui dari Table N 161
Panjang pasak[ L ]
L = (N)
2
x
END
START
Tegangan tarik yang diizinkan [ ] : ( MPa)
Tegangan geser yang diperbolehkan [ ] : ( MPa)
3
<
<
END
Ya
Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Mesin
Gd. FG (Hery Hartanto) Kampus AGrogol, Jakarta Barat 25
3.4 Diagram Alir Perencanaan Karet
START
Tidak
< 2 3
END
START
S 50 C
= 370
= : Q = (1,5 2) x P Tidak
2 x MP
P =
dk
4
Ulir Baut
d = 10 mm
di = 8,38 mm
Kepala Baut
Tinggi kepala baut (k) = 8 mm
Lebar kepala baut (s) = 20 mm
END
Mp = 955.500 (Ncm)
5
= 955.500
1000
= 4775 Ncm
= 47750 Nmm
=
3
92,5
= = 53,4 Mpa
3
Pada Hollow shaft (daerah 1)
d1= d2 Pada Hollow Shaft ; P = 10 kW 13,41 HP
d1
diasumsikan K = = 0,5
d2
= 4802 Kg mm
Hollow Shaft :
3 16 x
2 = (14)
3 16 x 4802
= (10,54 )
= 16,85 mm
1 = d2 x k
Pada Daerah 2
d1 = d2 Pada Hollow Shaft
d2 30
= = 1,2
1 25
R = 2,5
= 1,6
3 5 x
d1 =
3 5 x 47750
25 =
5 x 47750
253 =
5 x 47750
=
253
= 15,28 MPa
Tegangan Pada Fillet
= 1,6 15,28
= ,
(, ) < (53,4 MPA)
Dimensi Pasak
Berdasarkan tabel Standarisasi N 161 (Lampiran 3),
Maka diperoleh :
Panjang pasak (L) = 30 mm
Lebar Pasak (b) = 8 mm
Tinggi Pasak (h) = 7 mm
L = 16,79 mm
Berdasarkan tabel Standarisasi N162 (Lampiran 4),
maka diperoleh L = 30 mm
3820
= = 30 x 3,5 = 36,38 MPa
x
2
Syarat : <
36,38 Mpa < 53,4 MPa (Sesuai)
Berdasarkan Standarisasi N34 dari d1 = 25mm dan d2 = 30mm, maka dimensi Cakar dan
Naaf, digunakan : :
= 92,5 MPa
Tegangan geser yang dibolehkan,
=
3
92,5
= = 53,4 MPa
3
= 183,65 N
= 183,65 x (20)
= 1836,5 Nmm
Panjang Busur Cakar (a)
= 1815 3
Pemeriksaan terhadap Tegangan Bidang Cakar
Tegangan Bidang yang timbul ()
=
1836,5
= 1815
= 1,012 MPa
Syarat : < bol
Syarat : <
0,278 Mpa < 53,4 Mpa (Sesuai)
Dimensi Baut
Ulir Baut
Ulir Baut dipakai M10
Jika ulir pada Baut M10, berdasarkan tabel N81(Lampiran 6), Maka
didapat :
Diameter Luar (d) : 10 mm
Diameter Inti (d1) : 8,38 mm
Kepala Baut
Pada Gambar, untuk Baut M8, maka didapat :
- Tinggi Kepala Baut (k) : 8 mm
- Lebar Kepala Baut (s) : 20 mm
= 0,153
4.8 Bantalan
Jenis bantalan yang digunakan adalah Deep Groove Ball Bearings. Single
Direction.
Dimensi poros yang digunakan adalah diameter poros yang terkecil, yaitu
d1 = 25 mm
Dimensi yang didapat dari tabel bantalan SKF adalah sebagai berikut :
BAB V
1. Dimensi Poros
Normalisasi = N34
2. Dimensi Pasak
Normalisasi = N162 D - 25 30
4. Dimensi Baut
Normalisasi = N81
5. Dimensi Ring
Normalisasi = N177 C 8
Kesimpulan
Dalam merencanakan kopling yang memenuhi syarat dalam arti ukuran tidak berlebihan, namun
dapat diijinkan kekuatannya. Dibutuhkan lebih dari satu kali perhitungan. Dimana perhitungan tersebut
dibuat sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Sedangkan perhitungan kopling yang penulis rencanakan ini adalah salah satu dari banyak
kemungkinan yang ada dari bentuk kopling, karena mungkin saja dibuat dengan ukuran yang berbeda
dari penulis rencanakan.
Berdasarkan perhitungan dari perancangan, kopling cakar ini memiliki ukuran utama yaitu :
Demikianlah tugas perencanaan ini diat sebaik-baiknya, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca dan perancang agar dapat mendalami metoda perancangan yang dapat digunakan.
Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perancangan Elemen Mesin, Universitas Trisakti, Jakarta.
Khurmi, R.S., J.K. Gupta, A Text Book of Machine Design, Eurasia Publishing House
[Pvt] Ltd, New Delhi, 1982
https://belajarmesinbubutcnc.blogspot.co.id/2016/03/pengertian-dan-jenis-jenis-
kopling.html
http://peduliotomotif.blogspot.co.id/2012/06/kopling.html
https://www.tneutron.net/industri/elemenmesinkoplingtetap/
https://www.tneutron.net/industri/koplingmesintidaktetap/
FC 10 98 98
FC 15 127186 127186
FC 20 167235 167235
Besi Cor
FC 25 216275 216275
FC 30 265304 265304
FC 35 314343 314343
S 30 C 290340 480550
S 35 C 310400 520580
S 40 C 330450 550620
Besi Cor
S 45 C 350500 580700
S 50 C 370550 620750
S 55 C 400600 660800
S35CD 530960
Baja Karbon untuk konstruksi mesin S45CD 600760
S55CD 670830
(Sumber : Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perencanaan Elemen Mesin, hal 266.)
(Sumber : Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perencanaan Elemen Mesin, hal 381.)
(Sumber : Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perencanaan Elemen Mesin, hal 130.)
(Sumber : Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perencanaan Elemen Mesin, hal 254.)
Bahan Bd 37 Bd 50 Bd 60 Bd 70 Bd.t B.tuang
65 88 105 120 55 45
55 70 85 100
36 48 58 68
(Sumber : Tedjakumala, Indra, Ir., Dasar Perencanaan Elemen Mesin, hal 14.)
BEBAN GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III DATA LAMA
STATIS 1,72,0 1,92,3 2,73,4 34
DINAMIS I 2,02,3 2,32,7 3,44,0 58
DINAMIS II 2,32,7 2,73,2 4,04,7 810