DISUSUN OLEH :
1. LEONA PUTRIA OKTEMA
2. LUCKY NOVITA SYARI
3. LUSIA ROSAULI STEFANI M
4. MARDIANA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang Quality Control
Laboratorium.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Quality Control di Prodi D-IV Jurusan Analis
Kesehatan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Edy Suwandi selaku Dosen mata kuliah Quality Control yang
telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis
termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2. Teman-teman yang telah turut membantu, membimbing, dan
mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.
Tubuh yang sehat akan memberi kemudahan untuk menjalankan aktifitas,
meningkatkan produktifitas kerja dan semangat kerja yang tinggi. Berkaitan
dengan hal tersebut, Departemen Kesehatan RI berusaha meningkatan
kemajuan pelayanan kesehatan dengan berbagai upaya melalui penambahan
sarana, prasarana, peralatan kerja, sesuai dengan kemampuan kerja, sesuai
dengan kemampuan pemerintah (Depkes), serta peningkatan kesadaran,
kemampuan dan minat para tenaga kerja kesehatan.
Perlu disadari bahwa dengan semakin tinggi tingkat pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat, tuntutan masyarakat akan suatu pelayanan kesehatan
pun meningkat, di lain pihak pelayanan Laboratorium yang memadai, baik di
bidang diagnostik maupun pengobatan akan semakin dibutuhkan. Sejalan
dengan hal tersebut, maka pelayanan diagnostik yang diselenggarakan oleh
laboratoruim kesehatan akan semakin penting.
Upaya untuk menjamin mutu pelaksanaan pelayanan laboratorium
kesehatan diatur oleh Departemen Kesehatan dalam PERMENKES
364/Menkes/SK/III/2003 tentang Laboratorium Kesehatan yang isinya
mewajibkan laboratorium kesehatan mengikuti akreditasi secara nasional
maupun internasional.
Salah satu persyaratan dalam Pedoman Akreditasi Nasional yang yang
diatur dalam PERMENKES Nomor 943/Menkes/SK/VIII/2002 adalah bahwa
laboratorium wajib mengikuti Program Pemantapan Mutu Eksternal.
Keikutsertaan laboratorium swasta secara khusus diatur dalam PERMENKES
No. 04/Menkes/SK/I/2002 (Riyono, 2007).
Penyelenggaraan pemantapan mutu eksternal saat ini diatur dalam
Pedoman Penyelenggaraan Pemantapan Mutu Eksternal Laboratorium
Kesehatan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
1
Depkes Tahun 2004. Dengan pengertian bahwa program ini dilakukan untuk
menilai penampilan pemeriksaan laboratorium pada saat tertentu secara
periodik, serentak, dan berkesinambungan yang dilakukan oleh pihak luar
laboratorium dengan jalan membandingkan hasil pemeriksaan laboratorium
peserta terhadap nilai target.
Selain pemantapan mutu eksternal laboratorium, salah satu program
pengendalian mutu laboratorium yang juga penting adalah pemantapan mutu
laboratorium intra laboratorium (pemantapan mutu internal). Tujuan
pelaksanaan pemantapan mutu internal laboratorium adalah mengendalikan
hasil pemeriksaan laboratorium tiap hari dan untuk mengetahui penyimpangan
hasil laboratorium untuk segera diperbaiki. Manfaat melaksanakan kegiatan
pemantapan mutu internal laboratorium antara lain mutu presisi maupun
akurasi hasil laboratorium akan meningkat, kepercayaan dokter terhadap hasil
laboratorium akan meningkat. Hasil laboratorium yang kurang tepat akan
menyebabkan kesalahan dalam penatalaksanaan pengguna laboratorium.
Manfaat lain yaitu pimpinan laboratorium akan mudah melaksanakan
pengawasan terhadap hasil laboratorium. Kepercayaan yang tinggi terhadap
hasil laboratorium ini akan membawa pengaruh pada moral karyawan yang
akan akhirnya akan meningkatkan disiplin kerja di laboratorium tersebut
(PATELKI, 2006).
Untuk dapat meyakinkan bahwa laboratorium memiliki kemampuan
teknis dalam menghasilkan data hasil uji yang akurat dan handal sehingga
memberikan kepercayaan pada pengguna jasa, laboratorium klinik swasta
sebaiknya mampu menetapkan manajemen mutu laboratorium sebagai hasil
analisis laboratorium yang dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu kegiatan
terpenting dalam meningkatkan mutu laboratorium yaitu dengan melakukan
pemantapan mutu, istilah pemantapan mutu merupakan pembakuan dari quality
control.
Quality Control (pengendalian mutu) adalah semua usaha untuk
menjamin agar hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan memuaskan konsumen. Tujuan quality control adalah untuk
2
menghindari didapatkannya hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan
standar mutu yang diinginkan (second quality) terus-menerus dan bisa
mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas agar konsumen merasa puas dan
investasi bisa kembali sehingga perusahaan tidak rugi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, berikut adalah beberapa rumusan
masalah yang diangkat penulis dalam makalah ini :
1. Apakah yang dimaksud dengan mutu pelayanan laboratorium ?
2. Bagaimanakah prinsip manajemen mutu laboratorium ?
3. Apakah yang dimaksud dengan pemantapan mutu internal laboratorium ?
4. Apakah yang dimaksud dengan Quality Control ?
5. Apakah yang dimaksud dengan Akurasi dan Presisi ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang disajikan, tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari mutu pelayanan laboratorium
2. Untuk mengetahui prinsip manajemen laboratorium
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pemantapan mutu internal
laboratorium
4. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan quality control
5. Untuk mengetahui akurasi dan presisi pada pemeriksaan laboratorium
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai
tambahan, memperluas wawasan, meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, serta pembelajaran tentang quality control di laboratorium.
3
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan tambahan kepustakaan mahasiswa/i Politeknik
Kesehatan Pontianak Jurusan Analis Kesehatan untuk meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
suatu model yang dikenal dengan FiveQ: Quality Planning, Quality
Laboratory Practice, Quality Control, Quality Assurance, dan Quality
Improvement. Prinsip manajemen mutu pemeriksaan di laboratorium klinik
didasari model FIVE-Q5 dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Quality Planning (QP)
Pada saat akan menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan di
laboratorium direncanakan dan dipilih terlebih dahulu jenis metode, reagen,
bahan, alat, selain itu sumber daya manusia dan kemampuan yang dimiliki
laboratorium, pengidentifikasian dan penetapan definisi mutu pemeriksaan.
Hal ini diperlukan pada saat akan melakukan penilaian mutu pemeriksaan.
2. Quality Laboratory Practice (QLP)
Dasar pencapaian mutu berdasarkan QLP ialah membuat pedoman,
petunjuk dan prosedur tetap yang merupakan acuan setiap pemeriksaan
laboratorium. Standar acuan ini digunakan untuk menghindari atau
mengurangi terjadinya variasi yang akan mempengaruhi mutu pemeriksaan.
3. Quality Control (QC)
Pengawasan sistematis periodik terhadap : alat, metode, dan reagen. Quality
Control lebih berfungsi untuk mengawasi, mendeteksi persoalan dan
membuat koreksi sebelum hasil dikeluarkan. Quality control adalah bagian
dari quality assurance, dimana quality assurance merupakan bagian dari
total qualitymanagement.
4. Quality Assurance (QA)
Pemeriksaan tes diukur karakteristik mutunya dan didokumentasikan untuk
meyakinkan konsumen bobot pemeriksaannya. Kegiatan QA tidak hanya
mengukur mutu secara analitik tetapi juga mengukur berdasarkan variabel
nonanalitik.
5. Quality Improvement (QI)
Mutu pemeriksaan dalam upaya meningkatkan derajatnya, dilakukan
dengan memperbaiki cara memeriksa. Penyelesaian suatu pemeriksaan
biasanya melalui proses yang panjang dan kompleks. Dengan melakukan
kegiatan QI, akan dapat dicegah dan diperbaiki penyimpangan yang
6
mungkin terjadi selama proses memeriksa berlangsung. Di samping itu
dapat menginovasi peningkatan mutu pemeriksaannya.
7
D. Quality Control
Quality Control (pengendalian mutu) adalah semua usaha untuk
menjamin agar hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan memuaskan konsumen. Tujuan quality control agar tidak
terjadi barang yang tidak sesuai dengan standar mutu yang diinginkan (second
quality) terus-menerus dan bisa mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas,
sehingga konsumen merasa puas dan perusahaan tidak rugi. Tujuan Pengusaha
menjalankan QC untuk menperoleh keuntungan dengan cara yang fleksibel
dan untuk menjamin agar pelanggan merasa puas, investasi bisa kembali, serta
perusahaan mendapat keuntungan untuk jangka panjang.
Kontrol kualitas (quality control) adalah salah satu kegiatan
pemantapan mutu internal. Kontrol kualitas merupakan suatu rangkaian
pemeriksaan analitik yang ditujukan untuk menilai data analitik. Tujuan dari
dilakukannya kontrol kualitas adalah untuk mendeteksi kesalahan analitik di
laboratorium. Kesalahan analitik di laboratorium terdiri atas dua jenis yaitu
kesalahan acak (random error) dan kesalahan sistematik(systematic error).
Kesalahan acak menandakan tingkat presisi,sementara kesalahan sistematik
menandakan tingkat akurasi suatumetode atau alat ( Sukorini dkk, 2010 ).
1. Kesalahan Acak
Menurut Musyaffa (2008), kesalahan acak menunjukkan tingkat
ketelitian (presisi) pemeriksaan. Kesalahan acak akan tampak pada
pemeriksaan yang dilakukan berulang pada spesimen yang sama
danhasilnya bervariasi, kadang-kadang lebih besar, kadang-kadang lebih
kecil dari nilai seharusnya. Kesalahan acak seringkali disebabkan oleh hal-
hal berikut:
a. Instrumen yang tidak stabil;
b. Variasi suhu;
c. Variasi reagen dan kalibrasi;
d. Variasi teknik proses pemeriksaan:pipetasi, pencampuran dan waktu
inkubasi; dan
e. Variasi operator /analis.
8
2. Kesalahan Sistemik
Kesalahan sistematik (systematic error) menunjukkan tingkat
ketepatan (akurasi) pemeriksaan. Sifat kesalahan ini menjurus ke satu
arah. Hasil pemeriksaan selalu lebih besar atau selalu lebih kecil dari nilai
seharusnya. Kesalahan sistematik umumnya disebabkan oleh hal-hal
berikut ini:
a. Spesifitas reagen/metode pemeriksaan rendah (muturendah);
b. Blangko sampel dan blangko reagen kurang tepat (kurva kalibrasi
tidak liniear);
c. Mutu reagen kalibrasi kurang baik;
d. Alatbantu (pipet) yang kurang akurat;
e. Panjang gelombang yang dipakai;dan
f. Salah metode.
9
satuan persen. Semakin kecil bias, semakin tinggiakurasi pemeriksaan
(Sukorini dkk, 2010).
Akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidaktepatan) dipakai untuk
menilai adanya kesalahan acak, sistematik dan kedua-duanya (total). Nilai
akurasi menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya yang telah
ditentukan oleh metode standar. Menurut Depkes (2004), Akurasi dapat
dinilai dari hasil pemeriksaan bahan kontrol dan dihitung sebagai nilai
biasnya ( d%) seperti Rumus berikut (Depkes, 2004).
Rumus Nilai bias / akurasi
d % = ( x NA) : NA
Keterangan :
x = Hasil pemeriksaan bahan kontrol
NA = Nilai aktual / sebenarnya dari bahan kontrol
Nilai d % dapat positif atau negatif.
(+) = Nilai positif menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari
seharusnya.
(-) = Nilai negatif menunjukkan nilai yang lebih rendah dari
seharusnya
Pengukuran inakurasi dapat dilakukan apabila memenuhi dua
syarat. Pertama, diketahuinya kadar bahan kontrol yang akan diukur dengan
metode baku emas (gold standard). Kedua, bahan kontrolmasih dalam
kondisi yang baik sehingga kadar substansididalamnya belum berubah.
Pengukuran inakurasi ini tidak bisa hanya dengan satu kali pengukuran.
Pengukuran terhadap bahan kontrol dilakukan beberapa kali dengan bahan
yang sama menggunakan metode baku emas dan menggunakan alat /
metodeyang akan diuji. Bias yang diperoleh selanjutnya dimasukkan dalam
suatu plot untuk melihat sebarannya. Pengukuran bias menjadilandasan
penilaian pemeriksaan-pemeriksaan selanjutnya (Sukorini dkk, 2010 ).
Pada suatu pemeriksaan umumnya dinyatakan ketidaktepatan
(inakurasi) daripada ketepatan (akurasi). Inakurasi adalah perbedaanantara
10
nilai yang diperoleh dengan nilai sebenarnya (true value).Ketepatan
pemeriksaan terutama dipengaruhi oleh spesifisitasmetode pemeriksaan dan
kualitas larutan standar. Agar hasilpemeriksaan tepat, maka harus dipilih
metode pemeriksaan yangmemiliki spesifisitas analitis yang tinggi (
Sukorini dkk, 2010 ).
2. Presisi ( Ketelitian )
Kemampuan untuk memberikan hasil yang sama pada setiap
pengulangan pemeriksaan disebut dengan presisi. Secara kuantitatif, presisi
disajikan dalam bentuk impresisi yang diekspresikan dalam pengukuran
koefisien variasi. Presisi terkait dengan reprodusibilitas pemeriksaan.
Ketelitian menunjukkan seberapa saling dekat hasil yang didapat
dari pengukuran yang berulang-ulang pada suatu zat dari bahan yangsama.
Sinonim dari ketelitian adalah reprodusibilitas dan mengukur variabilitas
inheren suatu tes. Ketelitian diartikan kesesuaian hasil pemeriksaan
laboratorium yang diperoleh apabila pemeriksaandilakukan berulang
(Musyaffa, 2010) Nilai presisi menunjukkan seberapa dekatnya suatu hasil
pemeriksaan bila dilakukan berulang dengan sampel yang sama. Ketelitian
terutama dipengaruhi kesalahan acak yang tidak dapatdihindari. Menurut
Depkes (2004), Presisi biasanya dinyatakan dalam nilai koefisien variasi
(KV %) yang dihitung dengan Rumus berikut (Depkes, 2004).:
Rumus Koefisien Variasi
KV ( % ) = 100
Keterangan :
KV = Koefisien Variasi
SD = Standar Deviasi ( Simpangan Baku )
= Rata rata hasil pemeriksaan berulang
11
dinyatakan dengan besarnya SD (Standard Deviasi) atau KV (Koefisien
variasi). Makin besar SD dan KV makin tidak teliti. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi ketelitian yaitu : alat, metode pemeriksaan, volume /
kadar bahan yang diperiksa, waktu pengulangan dan tenaga pemeriksa
(Musyaffa, 2010 ). Ilustrasi akurasi dan presisi digambarkan dalam gambar
berikut (Sukorinidkk, 2010).
12
mampu mendeteksi kesalahan analitik, terutama kesalahan-kesalahan yang
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium (Sukorini dkk, 2010).
Proses kontrol kualitas dilakukan untuk menguji akurasi dan presisi
pemeriksaan di laboratorium. Tujuan dari dilakukannya kontrol kualitas
adalah mendeteksi kesalahan analitik dilaboratorium. Kesalahan analitik di
laboratorium terdiri atas dua jenis yaitu kesalahan acak (random error) dan
kesalahan sistematik (systematic error). Kesalahan acak menandakan
tingkat presisi, sementara kesalahan sistematik menandakan tingkat akurasi
suatumetode atau alat (Sukorini dkk, 2010).
Dalam menginterpretasikan hasil proses kontrol kualitas ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Menurut Sukorini dkk (2010), dasar
statistik yang berkaitan dengan ketepatan dan ketelitian tersebut adalah:
a. Rerata (Mean)
Rerata merupakan hasil pembagian jumlah nilai hasil pemeriksaan
dengan jumlah pemeriksaan yang dilakukan. Rumus mean / nilai rata-
rata seperti berikut.
Keterangan :
X = Mean
n = Jumlah sampel
X = Jumlah total nilai pemeriksaan
b. Rentang
Rentang merupakan penyebaran antara nilai hasil pemeriksaan terendah
hingga tertinggi. Rumus rentang adalah sebagai berikut :
13
c. Simpangan Baku (SD)
Simpangan baku mengkuantifikasikan derajat penyebaran data hasil
pemeriksaan disekitar rerata. Rumus standar deviasi adalah sebagai
berikut :
Keterangan :
X = Nilai individu sampel
X = Mean
n = Jumlah sampel
d. Koefisien Variasi
Koefisien variasi merupakan suatu ukuran variabilitas yang bersifat
relative dan dinyatakan dalam satuan persen. Koefisien variasi dikenal
juga sebagai related standard deviation yang dapat dihitung dari nilai
rerata dan simpangan baku. Koefisien variasi menggambarkan
perbedaan hasil yang diperoleh setiap kali dilakukan pengulangan
pemeriksaan pada sampel yang sama. Koefisien variasi juga dapat
digunakan untuk membandingkan kinerja metode, alat maupun
pemeriksaan yang berbeda (Sukorini dkk, 2010)
e. Distribusi Gaussian
Dalam menterjemahkan sebaran data pada praktek kontrol kualitas,
harus dipahami adanya bentuk distribusi normal atau Distribusi Gausian
(Gaussian distribution). Bentuk distribusi Gaussian menggambarkan
bahwa ketika melakukan pengulangan pemeriksaan, tidak akan
diperoleh hasil yang sama persis, hasilnya berbeda-beda dan sifatnya
acak. Data hasil pengulangan tersebut apabila dikelompokkan akan
membentuk suatu kurva simetris dengan satu puncak yang nilai
tengahnya merupakan rerata dari data tersebut. Distribusi Gaussian ini
menggambarkan sebaran normal dari data dalam praktek kontrol
kualitas.
14
Gambar 2.2 Kurva Distribusi Normal Gaussian
f. Grafik Levey-Jennings
Kesalahan analitik sistematik merupakan kesalahan yang sifatnya
sistematik sehingga mengikuti suatu pola yang pasti. Kesalahan ini
mengakibatkan setiap pengukuran cenderung ke salah satu kutub, selalu
lebih tinggi atau selalu lebih rendah. Terdapat dua tipe kesalahan
sistematik, yaitu kesalahan sistematik konstan dan kesalahan sistematik
proporsional. Sedangkan kesalahan analitik acak merupakan suatu
kesalahan yang tidak mengikuti pola yang dapat diprediksi. Untuk
memudahkan mendeteksi kesalahan analitik, perlu dibuat grafik yang
disebut dengan grafik kontrol. Grafik kontrol yang sering digunakan
adalah grafik Levey-Jennings ( Sukorini dkk,2010).
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dua hal penting yang mempengaruhi hasil pemeriksaan di
laboratorium, yaitu ketepatan (akurasi) dan ketelitian (presisi). Akurasi
adalah ukuran seberapa dekat suatu hasil pengukuran dengan nilai yang benar
atau diterima dari kuantitas yang diukur. Presisi adalah ukuran dari seberapa
dekat serangkaian pengukuran satu sama lain.
Mutu pemeriksaan dapat didefinisikan sebagai derajat pemeriksaan
yang sesuai dengan hasil pengukuran yang telah ditetapkan oleh laboratorium
terhadap nilai sebenarnya. Oleh karena itu, pemeriksaan yang dilakukan di
laboratorium dapat diartikan bermutu bila memiliki nilai ketepatan dan
ketelitian yang baik sehingga bermanfaat bagi konsumen laboratorium.
B. Saran
Hasil laboratorium untuk menentukan diagnosis, pemantauan
pengobatan, dan memprediksi prognosis maka sangat perlu untuk menjaga
mutu hasil pemeriksaan dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan presisi
yang dapat dipertanggung jawabkan. Diharapkan setiap laboratorium harus
memperhatikan pemantapan mutu internal termasuk akurasi dan presisi.
16
DAFTAR PUSTAKA
17