1
2337-439X Januari 2013
Jurnal Online Institut Teknologi Nasional
ABSTRAK
Serat optik merupakan media transmisi yang banyak digunakan untuk jaringan local. Pada
serat optik untuk media transmisi terdapat beberapa macam rugi-rugi seperti rugi-rugi
penyerapan, rugi-rugi pada inti dan cladding, rugi-rugi penyambungan dan rugi-rugi
konektor. Pengujian jaringan dilakukan pada panjang gelombang = 1310 nm dan =1550
nm. Perancangan transmisi jaringan serat optik Telkomsel Regional JawaTengah terbentang
diantara Kota Bawen-Payaman yang terdiri dari empat link. Pengukuran dilakukan pada
power link budget dan rise time budget dengan ketentuan standar KPI (Key Performance
Indicator) Telkomsel yaitu untuk power link budget sebesar 4 dBm dan rise time budget
70 ps. Hasil pengukuran link jaringan diperoleh nilai power link budet rata-rata sebesar -
0,33 dBm dan rise time budget rata-rata sebesar 45,76 Ps, yang mengindikasikan seluruh
link yang telah dibangun memiliki kinerja yang baik dan sesuai dengan standar minimal yang
diinginkan Telkomsel.
Kata kunci: serat optik, OTDR, power link budget, rise time budget.
ABSTRACT
Fiber optics is a transmission medium that is widely used for the local network. In fiber
optics for transmission media, there are several kinds of losses such as absorption losses,
losses in the core and cladding, switching losses and connector losses. Tests carried out at a
wavelength network = 1310 nm and = 1550 nm. Design of fiber-optic transmission
network stretching between the Central Java Regional Vodacom Bawen-Payaman City
consisting of four links. Measurements were taken on the power link budget and rise time
budget with the provisions of the standard KPI (Key Performance Indicator) Telkomsel is for
power link budget at - 4 dBm and rise time budget 70 ps. The measurement results
obtained by the network link budet link power value by an average of -0,33 dBm and rise
time budget by an average of 45,76 Ps, indicating all links that have been built have
performed well and in accordance with the desired minimum standards Telkomsel.
Key words: Fiber optics, OTDR, power link budget, rise time budget
1. PENDAHULUAN
Penerapan kabel serat optik sebagai media transmisi dalam dunia telekomunikasi merupakan
salah satu solusi dari berbagai permasalahan diatas. Serat optik sebagai media transmisi
mampu meningkatkan pelayanan sistem komunikasi data, suara, dan video seperti
peningkatan jumlah kanal yang tersedia, tersedianya bandwidth yang besar, kemampuan
mengirim data dengan kecepatan yang tinggi, terjaminnya kerahasiaan data yang
dikirimkan, dan tidak terganggu oleh pengaruh gelombang elektromagnetik, petir dan cuaca.
Akan tetapi pada saat serat optik dipilih sebagai media transmisi, maka perlu dilakukan
suatau perhitungan dan analisi power link budget dan rise time budget sebelum serat optik
digunakan dalam sebuah jaringan telekomunikasi agar suatu sistem komunikasi optik dapat
berjalan dengan lancar dan baik, seperti adanya rugi-rugi transmisi (loss) pada kabel serat
optik yang dapat menurunkan kualitas transmisi. Hal ini sangat penting dilakukan untuk
mengetahui kualitas suatu jaringan, biaya, dan prediksi lamanya usia suatu jaringan
telekomunikasi serta mengetahui kelayakan suatau jaringan dalam mengirim informasi.
Serat optik adalah alat suatu media komunikasi yang berguna untuk mentransmisikan
informasi melalui media cahaya. Teknologi ini melakukan perubahan sinyal listrik kedalam
sinyal cahaya yang kemudian disalurkan melalui serat optik dan selanjutnya di konversi
kembali menjadi sinyal listrik pada bagian penerima.
Prinsip kerja dari serat optic ini adalah sinyal awal/source yang berbentuk sinyal listrik ini
pada transmitter diubah oleh transducer elektrooptik (Dioda/Laser Dioda) menjadi
gelombang cahaya yang kemudian ditransmisikan melalui kabel serat optic menuju
penerima/receiver yang terletak pada ujung lainnya dari serat optik, pada penerima/receiver
sinyal optik ini diubah oleh transducer Optoelektronik (Photo Dioda/Avalanche Photo Dioda)
menjadi sinyal elektris kembali. Dalam perjalanan sinyal optic dari transmitter menuju
receiver akan terjadi redaman cahaya di sepanjang kabel optik, sambungan-sambungan
kabel dan konektor-konektor di perangkatnya, oleh karena itu jika jarak transmisinya jauh
maka diperlukan sebuah atau beberapa repeater yang berfungsi untuk memperkuat
gelombang cahaya yang telah mengalami redaman sepanjang perjalanannya.
Ada beberapa komponen yang menjadi bahan pertimbangan dalam mendesain suatu
jaringan. Salah satunya adalah rugi-rugi transmisi serat optik (attenuation). Rugi-rugi
transmisi ini adalah salah satu karakterisktik yang penting dari serat optik. Rugi-rugi ini
mengahasilkan penurunan dari cahaya dan juga penurunan bandwidth dari sistem, transmisi
informasi yang dibawa, efisien, dan kapasitas sistem secara keseluruhan. Rugi-rugi serat
optik meliputi : Rugi-rugi Absorpsi, Rugi-rugi Pada Inti dan Cladding, dan Rugi-rugi Konektor
dan Splice
Power link bugdet merupakan perhitungan daya yang dilakukan pada suatu sistem transmisi
yang didasarkan pada karakteristik saluran redaman serat optik, sumber optik dan
sensitivitas detektor.Perhitungan daya penerima diformulasikan dengan persamaan :
Rise time budget merupakan metoda untuk menentukan batasan dispersi pada saluran
transmisi, tujuannya adalah untuk menganalisis kerja sistem secara keseluruhan dan
memenuhi kapasitas kanal yang diinginkan. Rise time budget sistem secara keseluruhan
diberikan dengan persamaan sebagai berikut :
tf = D.. Lsist
Dengan :
ttx = Rise time sumber optik(ps)
trx = Rise time detectoroptik(ps)
Nilai Rise Time Budget sistem untuk line coding berbeda dapat dirumuskan sebagai berikut :
untuk NRZ
untuk RZ
Dimana BR merupakan bit rate sistem
2. METODOLOGI PENELITIAN
Cakupan wilayah area yang dilakukan pada penelitian ini tergambar pada gambar 2 di
bawah. Garis berwarna biru menunjukkan jalur yang dilalui oleh serat optik pada
perancangan ini.
Di bawah ini adalah gambar synoptic kabel serat optik yang digunakan pada Link Bawen-
Payaman. Pada setiap kabel memiliki 4 buah tube, dimana setiap tube nya terdiri dari 12
Core sehingga 1 buah kabel tersebut terdiri dari 48 Core. Rute tube 1 dan tube 2 merupakan
drop insert, sedangkan uelntuk tube 3 dan tube 4 merupakan end to end (Bawen-Payaman).
Penelitian yang dilakukan meliputi melakukan perhitungan dan pengukuran terhadap power
link budget dan rise time budget untuk semua core yang digunakan pada setiap link-nya.
Hasil yang diperoleh dari perhitungan dan pengukuran lalu dibandingkan KPI yang diinginkan
oleh Telkomsel.
Sebagai acuan data teknis yang digunakan dalam sistem transmisi jaringan serat optik Link
Bawen Payaman dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pada perhitungan ini, sejumlah data diambil dari ketentuan dan data teknis yang ada,
dimana dapat dilihat satu contoh perhitungan Link Bawen Ambarawa
Loss Fiber ( )
= L x = 7.270 km x 0.35 dB= 2.54 dB
Loss Splice ( )
= x = 2 x 0.1 dB= 0.2 dB
Loss Konektor ( )
= x = 2 x 0.5 dB= 1 dB
Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa nilai ini berada di bawah ketentuan KPI yaitu 70
ps.
3.2 Perhitungan Power Link Budget dan Rise Time Budget Berdasarkan hasil
pengukuran OTDR
Hasil pengamatan melalui OTDR kemudian dipakai untuk melakukan perhitungan power link
budget dan rise time budget. Sebagai satu contoh, berikut dilakukan pengolahan hasil
pengukurna untuk link Bawen Ambarawa menggunakan Panjang gelombang () = 1310
nm
Loss Fiber ( )
= L x = 7,4185 km x 0.404 = 3 dB
Loss Splice ( )
= x = 3 x 0,110 dB= 0,33 dB
Loss Konektor ( )
= x = 2 x 0,5 dB= 1 dB
tsist= 49.60 ps
Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa nilai ini berada di bawah ketentuan KPI yaitu 70
ps. Dengan cara yang sama dapat dihitung pula rise time budget pada link yang lainnya.
Analisa redaman sangat diperlukan untuk mengetahui kelayakan jalur instalasi jaringan serat
optik link Bawen-Payaman. Penjelasan lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
= 1310 nm = 1550 nm
Perhitungan Pengukuran Perhitungan Pengukuran
No Link
(dB) (dB) (dB) (dB)
Kabel Splice Kabel Splice Kabel Splice Kabel Splice
1 Bawen-Ambarawa 2.54 0.2 2.99 0.33 1.59 0.2 1.8 0.37
2 Ambarawa-Coffe Eva 4.21 0.4 5.05 0.48 2.65 0.4 5.48 0.35
3 Coffe Eva-Secang 5.18 0.4 5.4 0.2 3.27 0.4 2.91 0.17
4 Secang-Payaman 2.85 0.2 2.93 0.19 1.79 0.2 2.13 0.22
Redaman kabel hasil perhitungan nilanya berbeda dengan redaman kabel hasil pengukuraan
OTDR. Bila dilihat pada seluruh link Bawen-Payaman dengan panjang gelombang (=1310
nm) semua nilai redaman kabel hasil pengukuran OTDR nilainya lebih besar dibandingkan
hasil perhitungan, hal ini disebabkan karena untuk perhitungan kabel diasumsikan baru
(kondisi ideal), sedangkan pada saat pengukuran dilakukan terhadap kabel yang memang
sudah digelar di lapangan, jadi sudah terpengaruh oleh berbagai kondisi lingkungan yang
menyebabkan redamannya bertambah. Sedangkan untuk redaman sambungan (splice)
dengan panjang gelombang (=1550 nm) untuk link Bawen-Ambarawa dan Ambarawa-Coffe
Eva nilai hasil pengukuran lebih besar dibandingkan dengan nilai hasil perhitungan, hal ini
disebabkan oleh tidak sempurnanya pada saat penyambungan kabel (splicing).
Dengan menghitung Power LinkBudget, maka akan dapat diketahui kelayakan performansi
Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO). Di bawah ini adalah tabel daya terima ( hasil
perhitungan dan pengukuran berdasarkan OTDR untuk panjang gelombang 1310 nm dan
1550 nm :
=1310 nm =1550 nm
No Link Perhitungan Pengukuran Perhitungan Pengukuran
(dBm) (dBm) (dBm) (dBm)
1 Bawen-Ambarawa 0,26 -0.307 1,21 0.851
2 Ambarawa-Coffe Eva - 1,61 -2.442 0,05 -2.81
3 Coffe Eva-Secang - 2,58 -2.578 - 0,66 -0.152
4 Secang-Payaman -0,05 -0.052 0,88 0.268
Daya terima hasil pengukuran OTDR berbeda nilainya dengan nilai hasil perhitungan
berdasarkan data spesifikasi Telkomsel.Hal ini disebabkan karena pada daya terima hasil
pengukuran memiliki nilai redaman yang besar baik dari redaman kabel maupun redaman
sambungan. Akan tetapi nilai total keseluruhan hasil power link budget berdasarkan
pengukuran nilainya masih dibawah standar KPI (Key Performance Indicator) Telkomsel
sebesar 4 dBm, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran nilainya masih
memenuhi ketentuan dari Telkomsel
Evaluasi terhadap parameter ini diperlukan karena dalam Sistem Komunikasi Serat Optik
(SKSO) terdapat dispersi yang harus diperhatikan agar informasi dalam jaringan serat optik
tetap terjamin dan system dapat melewatkan bit rate yang ditransmisikan. Dengan
perhitungan rise time budget dapat ditentukan batasan dispersi maksimum suatu jaringan
transmisi dan dapat diketahui kemungkinan terjadinya degradasi (penurunan) sinyal digital
sepanjang jaringan transmisi yang disebabkan oleh komponen yang digunakan.
Tabel 5. Rise time budget hasil perhitungan dan pengukuran =1310 nm dan 1550 nm
=1310 nm =1550 nm
No Link Perhitungan Pengukuran Perhitungan Pengukuran
(ps) (ps) (ps) (ps)
1 Bawen-Ambarawa 49.5961 49.6 49.5961 49.6
2 Ambarawa-Coffe Eva 49.767 49.78 49.767 49.777
3 Coffe Eva-Secang 49.9052 49.92 49.9052 49.921
4 Secang-Payaman 49.6213 49.6264 49.6213 49.6262
Hasil rise time budget pengukuran OTDR disemua link apabila dibandingkan dengan hasil
perhitungan berdasarkan data spesifikasi Telkomsel, memiliki perbedaan selisih yang sangat
kecil. Dari hasil perhitungan dan pengukuran OTDR didapat bahwa semua link memenuhi
syarat 70 ps artinya adalah dispersi yang ada pada sistem tersebut masih dalam batas
normal yang berarti tidak menggangu kinerja sistem.
4.KESIMPULAN
Dalam penelitian ini yang telah dilakukan berdasarkan hasil analisis redaman kabel serat
optik terhadap kinerja sistem komunikasi serat optik menggunakan metoda power link
budget dan rise time budget, maka didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai redaman kabel hasil perhitungan berdasarkan data Telkomsel, sebagai contoh untuk
link Bawen-Ambarawa dengan =1330 nm memiliki redaman kabel sebesar 2,54 dB
sedangkan hasil pengukuran nilainya 2,99 dB. Untuk =1550 nm nilai redaman kabel
hasil perhitungan link Bawen-Ambarawa sebesar 1,59 dB sedangkan hasil pengukuran
nilainya 1,80 dB, maka dapat disimpulkan bahwa redaman kabel dengan =1330 nm dan
=1550 nm hasil perhitungan nilainya lebih kecil dibandingkan redaman kabel hasil
pengukuran OTDR, hal ini disebabkan karena untuk perhitungan kabel diasumsikan baru
(kabel ideal), sedangkan pada saat pengukuran dilakukan kabel yang memang sudah
digelar di lapangan, jadi sudah terpengaruh oleh berbagai kondisi lingkungan yang
menyebabkan redamannya bertambah. Hal yang sama terjadi pada perhitungan dan
pengukuran link yang lainnya.
2. Nilai redaman sambungan (splicing) hasil perhitungan berdasarkan data Telkomsel,
sebagai contoh untuk link Bawen-Ambarawa dengan =1330 nm memiliki redaman splice
sebesar 0,2 dB sedangkan hasil pengukuran nilainya 0,33 dB. Untuk =1550 nm nilai
redaman splice hasil perhitungan link Bawen-Ambarawa sebesar 0,2 dB sedangkan hasil
pengukuran nilainya 0,37 dB, maka dapat disimpulkan bahwa redaman splice dengan
=1330 nm dan =1550 nm hasil perhitungan nilainya lebih kecil dibandingkan redaman
kabel hasil pengukuran OTDR, hal ini disebabkan karena tidak sempurnanya pada saat
penyambungan kabel (splicing) yang diakibatkan oleh kotor kabel serat optik, temperatur
suhu dan kualitas kabel yang tidak baik. Hal yang sama terjadi pada perhitungan dan
pengukuran link yang lainnya.
3. Hasil perhitungan power link budget sebagai contoh untuk link Bawen-Ambarawa dengan
=1330 nm sebesar 0,26 dBm sedangkan hasil pengukuran nilainya -0,31 dBm. Untuk
link Bawen-Ambarawa dengan =1550 nm nilai power link budgetnya sebesar 1,21 dBm,
sedangkan hasil pengukuran nilainya sebesar 083 dBm. Nilai total keseluruhan hasil
power link budget berdasarkan pengukuran nilainya masih memenuhi standar KPI (Key
Performance Indicator) Telkomsel sebesar 4 dBm. Hal yang sama juga terjadi pada
link yang lainnya.
4. Hasil perhitungan dan pengukuran rise time budget untuk semua link dengan =1330
nm dan =1550 nm hasilnya rata-rata sebesar 49 ps. Hasil ini masih memenuhi syarat
70 ps artinya adalah dispersi yang ada pada sistem tersebut masih dalam batas
normal yang berarti tidak menggangu kinerja sistem.
DAFTAR RUJUKAN
Meyer, Jurgen. R.(1989).Introduction to Classical and Modern Optics. Prentice Hall, Inc
UnitedStates of America.
Keiser, Gerd. (1989).Optical Fiber Communication,Mc Grow Hill.
PT. Telkom, Tbk, Dasar Sistem TransmisiSerat Optik, Bandung , 2000
Penelitian oleh Akhmad Ludfy Engineer Lab Transport Telkom Risti. Divisi R n D
denganjudul Redaman dan Dispersi : Parameter Budget Link Transmisi NGN.
Manolakis. Dimitris G and John G. Proakis, (1995). Digital Signal Processing; Principle,
Algoritms, and Applications, Third Edition, Prentice Hall inc.
Mooney. William J, Optoelectronic devices and Principles, Prenticce Hall International inc