1. Strategi manufaktur pada tingkat perusahaan, dalam memperkenalkan produk produk baru pada pasar
yang cepat berubah
2. Kemampuan organisasi yang berkembang dengan cepat dalam suatu lingkungan yang kompetitif ( di
karakteristikan dengan perbahan yang terus menerus dan terkadangan tidak dapat diramalkan
Sedangkan ahli di Iacocca Institute mendefinsikan agile manufacturing sebagai sistem manufaktur
dengan kapabilitas luar biasa (kapabilitas internal yang terdiri dari teknologi, SDM, manajemen dan
informasi) untuk menghadapi perubahan kebutuhan pasar (kecepatan, fleksibilitas, pelanggan, pemasok,
infrastruktur, dan tanggapan). Ini merupakan sebuah sistem yang berubah (kecepatan dan kecekatan) di
antara model-model produk atau antara lini produk (fleksibilitas), idealnya sebagai respon atas
permintaan konsumen (kebutuhan dan keinginan konsumen)
Beberapa poin utama yang terkandung dalam definisi agile manufacturing adalah:
1. Produk dengan kualitas dan kustom yang tinggi.
2. Produk dan jasa dengan kandungan informasi dan nilai yang tinggi.
3. Mobilisasi dari berbagai kompetensi inti.
4. Tanggap terhadap isu-isu lingkungan dan sosial.
5. Sintesis dari berbagai teknologi yang berbeda-beda.
6. Reaksi terhadap perubahan dan ketidakpastian.
7. Integrasi antara intra-enterprise dan inter-enterprise.
Tujuan utama lean manufacturing system adalah memaksimalkan nilai (value) bagi pelanggan dan
meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai
tambah (waste).
Tujuh Pemborosan atau seven Waste Lean
T ransportation Transportasi
I nventory Inventori
M otion Gerakan
W aiting Menunggu
O verprocessing Proses yang berlebihan
O verproduction Produksi yang berlebiha
D efect Kerusakan
Perbandingan
lean production, waste (didefinisikan sebagai kegiatan tak bernilai tambah) merupakan musuh
utama yang harus disingkirkan. Sementara itu, paradigma agile manufacturing menuntut
perusahaan responsif terhadap perubahan permintaan konsumen, baik jumlah, kualitas, maupun
desain produk.
Menurut Prof. Marshall L. Fisher dari Sekolah Bisnis Wharton, strategi suplai yang efisien
(lean) cocok untuk produk fungsional, yaitu produk yang ciri utamanya antara lain memiliki
siklus hidup panjang dan tingkat permintaan yang relatif stabil. Sementara itu, strategi suplai
responsive (agile) cocok untuk produk inovatif, bersiklus hidup singkat, dan tingkat permintaan
yang variatif plus sulit diprediksi.
Baik produk fungsional maupun inovatif mensyaratkan mutu yang baik dan leadtime pendek.
Dari sisi leanness, kualitas buruk dan leadtime panjang merupakan waste. Dengan
menghilangkannya, biaya produksi dapat ditekan. Sementara itu, dari sisi agility, mutu baik dan
leadtime pendek merupakan persyaratan minimal meninggikan tingkat layanan yang merupakan
market winner produk inovatif. Dengan melihat market qualifier , sesungguhnya paradigma lean
dan agile memiliki persamaan,. Keduanya dapat digabungkan untuk memberi benefit yang
diinginkan konsumen, yaitu mendapatkan produk berkualitas tinggi dengan harga terjangkau dan
mudah diperoleh.
Strategi gabungan antara Lean dan Agile adalah leagile. Karakteristik utama rantai ini adalah
decoupling point (DP), yang merupakan inventori strategis rantai pasokan. Di bagian hulu DP,
efisiensi (lean) menjadi sasaran utama, sementara di bagian hilir, sasaran
utamanya responsiveness (agile)
Ide leagile adalah menunda diferensiasi produk sejauh mungkin dari bagian hulu rantai suplai.
Dengan menempatkan DP sedekat mungkin ke konsumen akhir, risiko terjadinya stockout dapat
dikurangi. Penundaan diferensiasi juga membuat penyediaan produk secara cepat dengan harga
terjangkau dapat tercapai. Market winner strategi ini adalah kombinasi efisiensi dan
responsiveness.