Anda di halaman 1dari 16

Ar

tikel asli

PREVALENSI, KARAKTERISTIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN

INFEKSI SALURAN KEM IH

PADA PENDERITA DIABETES M ELITUS YANG RAW AT INAP

MadeAr
iwi
jaya,Ket
u tSuwi
tra

Bagian/SM F I
lmuPenyakitDalam FK Unud/RS Sanglah,Denpasar

ABSTRACT

PREVALENCE,CHARACTERI
STI
C AND RELATED FACTORS W I
TH URI
NARY TRACT I
NFECTI
ON I
N

HOSPI
T ALI
ZED DI
ABETES M ELLI
TUS PATI
ENT

Di
abet
esM eli
tus(
DM )i
srelat
edwi
th t
hei
ncr
easedr
iskof Ur
o geni
tal Tr
actInfect
ion(
UTI
).Pr
evalenceandchar
ac-

t
eri
sti
c organismsf
rom uri
n esuprapubic aspir
ati
o ni
n DM pat
ientwhoadmi
ttedt
othehospit
al i
srar
e.Theai
m oft
h est
u dywas

t
onowprevalence,char
act
eri
sti
candr
elat
edf
act
o rwi
thUTIin DM pat
ientwhoadmi
tted.W ehavedonecr
o sssect
ionalanalyti
c

st
u dyi
nadmi
ttedDM pat
ientmoret
h an12 year
sold,lesst
h an3daysadmi
ssi
o n.Thepat
ientswhousedanti
b i
o t
ic last7day

bef
o r
euri
n ecult
u r
edanpregnancywer
eexcluded.Ur
inespeci
menwer
etakenviasuprapubic aspir
ati
o n.W ehad100r
esponden

)23.992.56 Bw/ m SBP 130.7 28


2.
wi
th53men(
5 3%)
, 47women(
4 7%)
, age56 11.
9y o.,me anBo dyma ssaindeks(BM I .5

mmHg .DBP8 0 14.65mmHg .W BC 14.


5 11.9K/ ml .Hb12. 5 3. 1 mg /dl.BUN 3 2.
2 3 3mg /dl.SC 2.2 3 .
3mg /dl.HbA1C

13.8 6 .
4g% .Ch olest
erol 17 3.
7 6 1.
6 mg/dl.HDL- ch olest
e r
o l 39 .
06 28 .
0 mg /
d l.LDL- cholest
e r
o l 115 .0 55 mg /
d l.

tr
igli
ser
ida138.8 71.5mg /dl,Fast
ingBS19 6.6 94mg /dl,afterme al BS 24 3.
2 110mg /
d l.W efound3 6p ati
entUTI( 36%)

wi
thupperUTI9 (
25%)
.LowerUTI27 (
7 5%)
. Asymptomat
ic bact
eri
u r
ia25 (
6 9.
4%)
.Symptomat
ic bact
eri
u r
ia11 (
3 0.
6%)
.

About2.
8% ofr
ecurr
entUTI
. Pr
evalenceofUTIi
npat
ientslesst
h an50yo.wer
emoret
h anpat
ientabove50yo.UTIi
nwomen

wer
ehighert
h an men.W ef
o und E.coli30.
5% ,S.epider
midis27.
7% S.aureus11.
1% ,E.zakazakii
,and S.mar
cescens,C.

albicanr
espect
ly5.
5%,S.coagulase,S.li
q uyaci
ans,E.cloaceae,E.hapniae,C.violaleum r
espect
ly2.
7%.as causeUTIt
h i
s

st
u dy.W ef
o undSensi
tivit
ytestwi
thanti
b i
o t
ic,imi
p enem 23%,amoxici
lli
n -
clavulami
c aci
d20%,cef
tazi
d i
n19%,gentami
sin

19% ,cef
o xit
in 17% ,piper
aci
lli
n /t
azobact
am 14% ,sulphamet
h oxazol,ofloxasi
n ,cef
tri
axon 13% r
espect
ly,cef
u r
o xime12% ,

ci
froploxasi
n 11% ,ampici
lin,li
n ezoli
d e6% r
espect
ly.vancomi
sin4% ,cephazoli
n ,cef
o per
azone-
sulbact
am 3% r
espect
edly.

met
ici
lin,cefoperazone,eri
thromi
sin,amoxilli
n ,oxaci
linr
e spect
ly 1% .W e f
o und E.coli100% sensi
tive wi
thi
mepenem,

amoxi
cilli
n-clavulami
caci
d,pi
per
asi
lli
n-t
azobact
am.90.
9% Sensi
tivi
tyf
o rcef
tazi
din,gent
amyci
n.Fr
o ms
ixi
ndependenvar
iabel

(
d ysli
p i
d emi
a,BM I cat
agori
, hiper
tensi
o n,sex,age,bloodsugarcontr
o led,st
o nei
nuri
n ar
ytr
act
, chronic r
enal disease,lung

TB,pneumonia,cancer
,userofchat
eter
izat
ion)onlyBM Isi
g nif
icantcorr
elat
ion(
X
2
= 13.8, p= 0.03 OR= 2.14) with prevalence
UTI in patient DM.

Keywords: urogenital tract infection, diabetes mellitus, cultur & sensitivity test

J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007


112
PENDAHULUAN rendah dari yang didapatkan Hernomo Kusumobroto di

tahun 1984 sebesar 57,5%. Serta didapatkan bakteriuri

5
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan asimtomatik pada kehamilan sebesar 10,7%.

berkembangbiaknya mikroorganisme patogen didalam Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit

saluran kemih yang menyebabkan inflamasi. Dalam metabolik yang diderita oleh 16 juta orang di Amerika

keadaan normal saluran kemih tidak mengandung Serikat yang berhubungan dengan peningkatan risiko

bakteri, virus, atau mikroorganisme lainnya. Dengan kata terjadinya ISK. Diabetes melitus menyebabkan

lain bahwa diagnosis ISK ditegakkan dengan beberapa kelainan didalam sistem pertahanan tubuh

membuktikan adanya mikroorganisme di dalam saluran yang memungkinkan peningkatan risiko tinggi terkena

1
kemih. infeksi yang lainnya. Adapun kelainan tersebut termasuk

Infeksi saluran kemih merupakan suatu keadaan kelainan imunologi seperti kegagalan migrasi, intrac-

patologis yang sudah sangat lama dikenal dan dapat ellular killing, pagositosis dan kemotaksis pada leukosit

dijumpai diberbagai pelayanan kesehatan primer sampai polymorphonuclear , serta melemahkan mekanisme

subspesialistik. Infeksi ini juga merupakan penyakit pertahanan alamiah lokal, baik intrinsik maupun

infeksi bakterial tersering yang didapat pada praktek ektrinsik, sehingga pasien DM lebih rentan terhadap

umum dan bertanggung jawab terhadap morbiditas infeksi. Konsentrasi glukosa yang tinggi didalam urine

khususnya pada wanita dalam kelompok usia seksual merupakan media yang baik untuk pertumbuhan

2 6-10
aktif. Dikatakan juga bahwa ISK merupakan penyebab mikroorganisme pathogen.

utama sepsis gram negatif pada penderita yang dirawat Infeksi saluran kemih merupakan masalah

3
dirumah sakit. klinis umum pada penderita DM, oleh karena penderita

Gambaran klinis ISK bervariasi mulai dari DM mempunyai kemungkinan menderita ISK lebih

asimtomatik, uretritis, sistitis, pielonepritis sampai sep- tinggi dibandingkan dengan penderita tidak menderita

sis. Adanya penggunaan antibiotika yang tidak rasional DM dan juga menderita infeksi yang lebih berat, yang

memudahkan terjadinya resistensi kuman terhadap akan meningkatkan risiko untuk masuk rumah sakit

antibiotika tersebut, sehingga dapat menimbulkan sebagai pielonepritis dan mempunyai frekuensi yang

perubahan pada pola klinis dan mikroba penyebab ISK lebih tinggi untuk terjadinya bakterimia dan kerusakan

11
dan sangat sering menimbulkan masalah pada gambaran kedua ginjal.

2,4
klinis, diagnosis dan penatalaksanaannya. Pada penelitian di Indonesia yang dilakukan

Dari laporan yang dilakukan di Amerika dan pada penderita diabetes didapatkan kejadian ISK sebesar

Eropa, ISK menempati urutan teratas sebagai penyebab 47%, pasien dengan batu ginjal 41%, pasien dengan

infeksi nosokomial dan hampir 95% diakibatkan oleh obstruksi saluran kemih sebesar 20%. Dari 40%

pemakaian kateter. Komplikasi ISK yang paling berat penderita yang terpasang kateter mendapatkan infeksi

12
adalah urosepsis dengan angka kematian yang masih nosokomial dan bakteriuri sebanyak 26%.

tinggi antara 25-60%, dan bisa menyebabkan terjadinya Penelitian yang dilakukan di Kanada

5
gagal ginjal akut. Dari data rekam medik di RSUD Dr mendapatkan 7-20% pasien yang dirawat dengan ISK

Sutomo Surabaya penyebab GGA melalui ISK sebesar atas, rata-rata perawatan untuk ISK atas 10,60 0,51 per
5
16,85%. Dari penelitian Pranawa tahun 1997 10.000 penduduk wanita dan 3,32 0,27 per 10.000

mendapatkan infeksi nosokomial dari 80 penderita yang penduduk laki-laki dan 21% dari 432 pasien yang

dilakukan pemasangan kateter sebanyak 27,50%, lebih dirawat diatas 40 tahun menderita diabetes. Angka

Prevalensi, Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Terkait dengan Infeksi Saluran Kemih
113
pada Penderita Diabetes Melitus yang Rawat Inap

Made Ariwij
aya, Ketut Suwitra
mencegah kejadian ISK dan komplikasi yang lebih berat
masuk rumah sakit pada ISK atas ini 5-20 kali lebih besar

terjadi pada penderita DM. Data yang didapat juga dapat


pada wanita dan secara bermakna frekuensinya lebih

13 digunakan sebagai data awal untuk penelitian


besar pada kehamilan dan diabetes melintus.

selanjutnya di Bagian Penyakit Dalam FK UNUD /


Penelitian di Swedia mendapatkan pasien

RSUP Sanglah.
wanita DM tipe 1 terjadi peningkatan ISK dan juga

14
menekan aktifitas sosial dari wanita itu. Beberapa

BAHAN DAN CARA


studi kontrol mendapatkan peningkatan insiden

bakterimia pada penderita DM dibandingkan dengan

Penelitian dilakukan secara cross-sectional pada


penderita tanpa DM. Diabetes melitus merupakan faktor

Penderita diabetes mellitus yang berusia 12 tahun keatas


predisposisi untuk mendapatkan ISK atas yang lebih

yang menjalani rawat inap di RSUP Sanglah dalam 3


berat yang diderita lebih dari 80% pada penderita

6,7,9 hari atau kurang. Penderita dikeluarkan dari penelitian


DM.

bila menggunakan antibiotika dalam 7 hari terakhir


Penelitian yang dilakukan oleh Boyko dkk

sebelum kultur urine diambil dan penderita hamil.


mendapatkan wanita DM tipe 2 dengan bakteriuri

Sampel urine diambil melalui pungsi suprapubik.


asimtomatik setelah dilakukan pemantauan selama 18

Penderita dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,


bulan mengalami peningkatan risiko mendapatkan ISK

8 pengambilan sampel darah rutin, pemeriksaan penunjang


sebanyak 34% dibandingkan tidak DM sebesar 19%.

lainnya spt USG, BNO,dan lain-lainya, pemeriksaan


Pada penelitian yang dilakukan oleh Arya

urinalisis dan kultur urine.


Dharma, Sastrodiharjo B. tentang faktor risiko yang

mempengaruhi terjadinya ISK pasca pemasangan stent

Definisi operasional variabel penelitian


ureter didapatkan bahwa DM mempunyai risiko 3,3 kali

a. Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah ditemukannya


lebih besar untuk terjadinya ISK pasca pemasangan stent
1
kuman dari urine aspirasi suprapubik.
ureter, setiap kenaikan 1 mg/dl kadar gula puasa akan

b. Infeksi saluran kemih bagian atas adalah apabila


meningkatkan risiko terjadinya ISK sebesar 6%,
2-4,16,17
memenuhi salah satu kriteria dibawah ini:
Sedangkan nilai propabilitas(p) adalah 0,089 ( p>0,05)

1. ISK disertai adanya cast di dalam urine.


dapat dikatakan bahwa DM tidak mempunyai pengaruh

2. ISK yang memenuhi 3 dari 4 butir kriteria


secara bermakna terhadap risiko terjadinya ISK pasca

15 dibawah ini :
pemasangan stent ureter.

- panas badan dan menggigil


Oleh karena meningkatnya prevalensi ISK dan

- mual dan muntah


bakteriuri asimtomatik pada penderita DM dibandingkan

- nyeri ketok sudut kosto vertebra.


penderita tanpa DM dan juga seringnya komplikasi ISK

- leukositosis.
seperti abses ginjal, nekrosis papil ginjal, dan bakteria

c. Infeksi saluran kemih bagian bawah adalah ISK


yang lainnya pada penderita DM, serta besarnya kejadian
1,16
yang tidak memenuhi kriteria ISK atas.
bakteria asimtomatik yang mendahului simtomatik ISK

d. Diabetes melitus adalah penderita telah didiagnosis


pada penderita DM , maka penelitian ini ingin

dengan DM atau penderita dengan gejala klinis khas


mengetahui prevalensi, karakteristik dan faktor-faktor

berupa poliuria, polidipsi, polifagi dan penurunan


yang berpengaruh terhadap ISK pada penderita DM yang

berat badan disertai salah satu dari kadar gula puasa


dirawat di rumah sakit sehingga hasil penelitian ini dapat

>126 mg/dl, atau gula darah sewaktu >200 mg/dl


digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan untuk

J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007


114
atau gula darah 2 jam post prandial > 200 mg/dl g. Obstruksi saluran kemih adalah penyumbatan

atau penderita dengan klinis tidak khas disertai sepanjang saluran kemih mulai dari ginjal sampai

peningkatan dari 2 hasil pemeriksaan gula darah uretra .


21

18
seperti tersebut diatas. h. Umur dan jenis kelamin adalah umur dan jenis kela-

e. Penyakit Ginjal Kronik sesuai dengan kriteria min yang tercantum dalam KTP penderita

batasan dari pedoman K/DOQI sebagai berikut : i. Pola mikrobiologis ISK adalah hasil kultur kuman

1. Terdapat kelainan patologik ginjal, atau adanya dan tes sensitifitas yang dilakukan sebelum penderita

kelainan urin, umumnya jumlah protein urin mendapat antibiotika emperis yang diambil melalui

atau sedimen urin, selama 3 bulan atau lebih pungsi suprapubik.

yang tidak tergantung pada nilai laju filtrasi glo- j. Hasil analisis urin adalah hasil pemeriksaan anali-

merulus. sis urin yang dikerjakan pada awal saat penderita

2. J
ika laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/ masuk rumah sakit.

men./1,73 m2, meskipun tidak ditemukan k. Derajat pengendalian gula darah sesuai dengan kon-

19
kelainan pada urin. sensus PERKENIdalam pengelolaan penderita DM

tipe 2 dan dinyatakan dalam derajat pengendalian

Tabel 1. Klasifikasi derajat penyakit ginjal kronik: baik, sedang dan buruk.
18

l. Pemakaian kateter adalah penderita saat masuk

DERAJAT LFG rumah sakit terpasang kateter.

I >90 mL/mnt m. Penyakit penyerta adalah penyakit-penyakit yang

II 60-89 mL/mnt menyertai penderita saat masuk rumah sakit seperti

TB paru,penyakit keganasan,dan HIV.


III 30-59 mL/mnt

n. Bakteriuri asimtomatik adalah didapatkannya ko-


IV 15-29 mL/mnt
loni kuman 105 CFU /ml dari pemeriksaan kultur
V <15 mL/mnt
16
urine tanpa gejala ISK .

Infeksi Saluran Kemih berulang adalah riwayat ISK


f. Batu saluran kencing adalah terbentuknya dan
simtomatik sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu
terdapatnya batu didalam saluran kemih yang dapat
17
tahun terakhir termasuk penelitian ini.
dilihat dari pemeriksaan BOF dan atau USG ginjal.
Untuk menjawab permasalahan berdasar tujuan
Bila didapatkan hidronefrosis pada USG akan
penelitian dilakukan analisis data seperti : statistik
20
dilakukan RPG.
deskriptif untuk menggambarkan prevalensi atau

Untuk menentukan LFG dilakukan dengan cara frekuensi ISK dan distribusi masing-masing variabel

memakai: serta menggambarkan karakteristik umum ISK, pola

Formula Cockroft-Gault: kuman penyebab dan pola klinis ISK. Untuk mengetahui

faktor-faktor yang terkait terhadap kejadian ISK pada


LFG ( Laki-laki) = (140-umur) x BB (Kg)
penderita DM yang dirawat di RSUP Sanglah dilakukan

72 x Kreatinin serum (mg/dL) analisis multivariat oleh karena variabel bebas dari
L FG (Wanita) =
penelitian ini lebih dari satu. Dengan uji hipotesisnya
0,85 x Nilai LFG laki-laki
menggunakan uji regresi logistik oleh karena variabel

bebas berskala numerik dan nominal sedangkan varia-

Prevalensi, Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Terkait dengan Infeksi Saluran Kemih
115
pada Penderita Diabetes Melitus yang Rawat Inap

Made Ariwijaya, Ketut Suwitra


bel tergantung nominal dikotom Wbc (K/ml) 14.5 11,91
Analisis statistik menggunakan nilai p< 0.05 Hb (gr%) 12.4 3,17

sebagai batas kemaknaan dan interval kepercayaan (IK) Plt (K/ml) 301. 137,06

95% untuk melihat presisi data dengan memakai


perangkat lunak SPSS for window version 13.0. BUN (gr%) 32.3 33,15
Sc (gr%) 2.2 3,32

HASIL PENELITIAN SGOT ( gr/% ) 46.4 74,01

SGPT ( gr % ) 66.2 313,88

Karakteristik penderita DM
Pada penelitian ini didapatkan penderita DM yang A1C (% ) 13.8 6,41
memenuhi syarat sebanyak 100 orang. Dari semua Kolesterol-total ( gr%) 173 61,66

penderita terdapat 53 (53%) laki-laki dan 47 ( 47%) Kolesterol-HDL ( gr%) 39.0 28.85

perempuan. Umur rata-rata 56 11,9 tahun, dengan Kolesterol- LDL (gr %) 115.0 55,41

rentang 31 tahun sampai 80 tahun. Indek massa tubuh


(IMT) 23,99 2,56 Kg/ m2,TDS 130,7 28,5 mmHg, Trigleserida ( gr % ) 138.8 71,59
TDD 80 14,65 mmHg, WBC 14,5 11,9 K/l , Hb 12,5

3,1 mg/dl, BUN 32,2 33 mg/dl, SC 2,2 3,3 mg/dl, GD puasa (mg/ml) 196.6 94,05

HbA1C 13,8 6,4 g%, Kolesterol total 173,7 61,6

mg/dl, HDL-kolesterol 39,06 28,0 mg/dl, LDL-koles- GD 2 JSM ( mg/ml) 243.2 110,90
terol 115,0 55 mg/dl, trigliserida 138,8 71,5 mg/dl,

GD puasa 196,6 94 mg/dl, GD2 JPP 243,2 110 mg/ IMT ( kg/m2) 23,99 2,56
dl. Hipertensi didapatkan sebanyak 45 penderita ( 45%),

penderita dengan dislipidemia sebanyak 86 pasien Dari 100 orang sampel pada penelitian ini

(86%). Data-data karakteristik penderita ditunjukkan didapatkan 44 penderita (44 %) dengan penyakit ginjal

pada tabel 2. kronik, 5 penderita (5 %) dengan TB paru, 11 penderita

(11 %) mengalami stroke, 29 penderita (29 %) dengan

Tabel 2 . Data karakteristik penderita.(n =100 laki = penyakit jantung, 19 penderita (19 %) dengan

53;perempuan = 47) komplikasi kaki diabetes, 3 penderita (3 %) dengan

keganasan, 2 penderita (2 %) dengan Dengue

Karakteristik Mean SD Hemorragic Fever (DHF), 8 penderita (8 %) dengan

Umur (tahun) 56 11,90 pneumonia. Data penyakit penyerta pada penderita DM,

Tinggi badan (cm) 164,5 5,09 ditunjukan pada tabel 3. Sebagian besar 84 penderita

Berat badan ( Kg) 65,0 7,94 (84,0 %) dengan pengendalian DM yang jelek, dan

TD sistolik (mmHg) 130.7 28,47 sebanyak 16 penderita (16,0% ) dengan pengendalian

baik dan sedang.

TD diastolik (mmHg) 80.314,66


Nadi ( kali/mnt) 92.416,63

Pernapasan ( kali/mnt) 21.6 3,17

0
Temperatur ( C) 37.0 0,71

J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007


116
Tabel 3. Data penyakit penyerta pada penderita DM yang menurut klinisnya didapatkan bakteriuria asimtomatik

diteliti sebanyak 25 penderita ( 69,4%), dan bakteriuria sim-

tomatik pada 11 penderita ( 30,5%). Data karakteristik

Penyakit penyerta Frekuensi ( % ) ini dapat dilihat pada tabel 5.

Penyakit ginjal kronik 44 ( 44 )


Tabel 5. Data karakteristik ISK menurut klinis (n= 36 )
TB paru 5 ( 5 )

Stroke 11 ( 11 )
Karakteristik Frekuensi ( % )
Penyakit jantung 29 ( 29 )

Kaki diabetes 19 ( 19 )
Bakteriuria simtomatik 11 (30,6)
Penyakit keganasan 3 ( 3 )
Bakteriuria asimtomatik 25 (69,4)
DHF 2 ( 2 )

Pnemonia 8 ( 8 )
Didapatkan ISK tidak disertai dengan batu sal-

uran kemih lebih tinggi dibandingkan ISK dengan batu


Karakteristik infeksi saluran kemih
saluran kemih [30 (83,3 %) vs 6 (16,7 %)]. Didapatkan
Dari 100 sampel penelitian ini didapatkan 36
ISK berulang 1 penderita (2,8 %) lebih kecil daripada
penderita dengan ISK (36%) Sedangkan 64 penderita
ISK tidak berulang sebanyak 35 penderita (97,2 %). Juga
(64%) tidak disertai dengan ISK. Kejadian ISK lebih
didapatkan ISK dengan penggunaan kateter 1 penderita
banyak diderita oleh perempuan daripada laki-laki [19
(2,8 %) lebih kecil dibandingkan dengan ISK tidak
(52,8%) vs 17 (47,2%)]. Berdasarkan umur, kejadian ISK
menggunakan kateter sebesar 35 penderita (97,2 %).
lebih banyak didapatkan pada umur < 50 tahun
Data karakteristik ISK dilihat pada tabel 6.
dibandingkan dengan umur > 50 tahun [22 ( 61,1%) vs

14 (38,9%)]. Pada penelitian ini didapatkan ISK lebih


Tabel 6. Data karakteristik ISK yang lainnya ( n= 36 )
banyak pada penderita DM yang mempunyai

dislipidemia dibandingkan dengan yang tidak


Karakteristik Frekuensi ( % )
mengalami dislipidemia [31 (86,1%) vs 5 (13,9%)].

Dari 36 penderita dengan ISK tersebut, kejadian


ISK dengan batu saluran kemih 6 (16,7)
ISK menurut lokasinya didapatkan ISK atas sebanyak 9
ISK berulang 1 ( 2,8 )
penderita (25%), dan ISK bawah sebanyak 27 penderita
ISK dengan kateter 1 ( 2,8 )
(75%). Data karakteristik ini dapat dilihat pada tabel 4.

Dari 44 penderita dengan penyakit ginjal kronik

Tabel 4. Data karakteristik ISK menurut lokasi ( n = 36 )


terdapat 15 penderita (41,7 %) dengan ISK, dari 5

penderita dengan penyakit TB paru terdapat 3 penderita

Karakteristik Frekuensi (%)


(8,3 %) dengan ISK, dari 11 penderita dengan stroke

terdapat 5 penderita (13,9 %) dengan ISK, dari 29

ISK atas 9 (25)


penderita dengan penyakit jantung terdapat 12 penderita

ISK bawah 27 (75)


(33,3 %) dengan ISK, dari 19 penderita dengan kaki

diabetes terdapat 8 penderita (22,2 %) dengan ISK, dari

Dari 36 kasus ISK pada penelitian ini, kejadian ISK


3 penderita dengan penyakit keganasan terdapat 1

Prevalensi, Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Terkait dengan Infeksi Saluran Kemih
117
pada Penderita Diabetes Melitus yang Rawat Inap

Made Ariwijaya, Ketut Suwitra


penderita (2,8 %) dengan ISK, dari 2 penderita dengan Enterobacter zakazakii 2 (5,5)

DHF terdapat 1 penderita (2,8 %) dengan ISK, dari 8 Serratia marcesceus 2 (5,5)

penderita dengan pneumonia terdapat 1 penderita (2,8 Candida albican 2 (5.5

%) dengan ISK. Dari 15 penderita ISK dengan penyakit Enterobacter cloaceae 1 (2,7)

ginjal kronik terdapat 6 penderita (66,7 %) dengan ISK Enterobacter hapniae1 (2,7)

atas, 9 penderita (33,3 %) dengan ISK bawah, 8 penderita Serratia lipuyacians 1 (2,7)

(53,3 %) dengan bakteriuria asimtomatik, 7 penderita Stap. Koagulase 1 (2,7)

(46,7%) dengan bakteriuria simtomatik Data karakte- Chromobacterium violaleum 1 (2,7)

ristik penyakit penyerta dan ISK dapat dilihat pada tabel 7.

Total 36 (100%)

Tabel 7. Data karakteristik penyakit penyerta dengan

ISK (n= 36)

Lima Jenis kuman penyebab ISK terbanyak

Penyakit penyerta Frekuensi ISK (%) pada penelitian ini didapatkan E. coli, S. aureus, E.

zakazakii, S. marcescens, E. claoceae. Untuk kuman S.

Penyakit ginjal kronik (n= 44) 15 (41,7) epidermidis tidak dimasukkan sebagai penyebab ISK dan

Penyakit TB paru (n= 5) 3 (8,3) tes resistensi tidak dilakukan katena kuman ini

Penyakit stroke (n= 11) 5 (13,9) merupakan flora normal kulit dan dipertimbangkan

Penyakit jantung (n= 29) 12 (33,3) sebagai kontaminan pengambilan sampel. S. epidermidis

Kaki diabetes (n= 19) 8 (22,2) signifikan sebagai penyebab infeksi saluran kemih

Penyakit keganasan (n= 3) 1 (2,8) bagian atas atau bawah pada penderita yang

DHF (n= 2) 1 (2,8) menggunakan kateter.

Pneumonia (n= 8) 1 (2,8) Dengan tes sensitivitas terhadap antibiotika

secara total terhadap semua jenis kuman didapatkan:

Pola jenis kuman yang ditemukan pada imipenem 23%, amoksilin- asam klavulamik 20%,

penelitian ini didapatkan berturut-turut adalah E. coli seftazidin 19%, gentamisin 19%, sefoksitin 17%,

30,5%, S. epidermidis 27,7% S. aureus 11,1%, E. piperacillin/ tazobactam 14%, sulphamethoxazol,

zakazakii , dan S. marcescens, C. albican masing-masing ofloksasin, seftriakson masing-masing 13%, sefuroksime

5,5%, S. coagulase, S. liquyacians, E. cloaceae, E. 12%, sifroploksasin 11%, ampicilin, linezolide masing-

hapniae, C. violaleum masing-masing 2,7%. Data ka- masing 6%, vancomisin 4%, sephazolin, sefoperazone-

rakteristik jenis kuman , ditunjukan pada tabel 8. sulbactam masing-masing 3%, meticilin, sefoperazone,

erithromisin, amoksillin, oksacilin masing-masing 1%.

Tabel 8. Data karakteristik jenis kuman ( n= 36 ) Data pola sensitivitas kuman terhadap antibiotika

ditunjukan pada gafik 1.

Jenis kuman Frekuensi (%)

E coli 11 (30,5)

Stap. epidermidis 10 (27,7)

Stap. aureus 4 (11,1)

J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007


118
Grafik 2. Tes sensitifitas antibiotika terhadap kuman E.
Grafik 1. Tes sensitivitas kuman terhadap antibiotika
coli

Pola sensitifitas antibiotika terhadap kuman S.


Pola sensitifitas antibiotika terhadap E. coli
aureus didapatkan sensitif 100% terhadap Vancomisin,
didapatkan sensitif 100% terhadap antibiotika
sensitif 75 % terhadap sefoksitin, linezolid, imepenem,
1
0
2
3
4
5
6
7
8
Se
Re
I
Tn0
ote
t
n
s
ar
i
sl
m
si
t
Piperacillin
Cefuroxim
Am
Ampicilline
Erithrom
Ceftazidin
Vancomicin
Cefoxitin
Ceftriaxone
Linezolid
Cephazolin
Cefoperazone
Ofloxacin
Oxacillin
Meticilin
Sulphamethoxazole
Gentamicin
Imipenemi
ef n
di
CIprofloxacin
oxiclav
oxcilin a
icin /t
e/ Sulbactam
Tazobactam

Amoksillin asam klavulamik, piperacillin-tazobactam,


sefhasolid dan sensitif 50 % terhadap amoksilin,
imepenem. Terhadap seftazidin, gentamisin didapat
seftasidin, sulphametoksasol, gentamisin, kombinasi
masing-masing 90,9%, pada antibiotika seftriakson,
sefoperason dan sulbactam. Pola sensitifitas kuman S.

sefoksitin didapat berturut 72,7% dan 70%, terhadap


aureus, dapat dilihat pada grafik 3.

sefuroksim dan golongan fluoroquinolon seperti

ofloksasin dan siprofloksasin didapatkan masing-masing

63,6%, serta pada antibiotika sulphametoksasol

didapatkan 60%. Didapatkan resistensi terhadap

antibiotika linezolid sebesar 100% serta sefoperazon

dan kombinasi sefoperazon-sulbactam.Pola sensitifitas

antibiotika terhadap E. coli, dapat dilihat pada grafik 2.

Prevalensi, Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Terkait dengan Infeksi Saluran Kemih
119
pada Penderita Diabetes Melitus yang Rawat Inap

Made Ariwijaya, Ketut Suwitra


Grafik 3. Tes sensitifitas antibiotika terhadap kuman S.

aureus

Pola sensitifitas antibiotika terhadap kuman E.

zakazakii didapatkan sensitive 100 % terhadap

amoksilin-asam klavulamik, sefuroksim, piperasilin /

tazobactam, seftazidin, sefoksitin, gentamisin,

siprofloksasin, imepenem, dan resisten 100 % terhadap

ampisilin. Pola sensitifitas antibiotika terhadap kuman

E. zakazakii, dapat dilihat pada grafik 4.

Grafik 5 Tes sensitifitas antibiotika terhadap kuman

S. marcescens

Pola sensitifitas antibiotika terhadap kuman E.

cloaceae didapatkan sensitif 100 % ampicillin ,

amoksilin-asam klavulamik, seftasidin, seftriaxon,

gentamisin, imepenem dan resisten 100% terhadap

sefuroksim, linezolid, sulphametoksasol, ofloksasin,

siprofloksasin. Pola sensitifitas antibiotika terhadap

kuman E. cloaceae, dapat dilihat pada grafik 6.

Grafik 4. Tes sensitifitas antibiotika terhadap kuman

E. zakazakii

Pola sensitifitas antibiotika terhada kuman S.

marcescens didapatkan sensitif 100 % terhadap

amoksilin- asam klavulamik, piperacilin / tazobactam,

seftazidin, sefoksitin, sulphametoksasol, ofloksasin,

gentamisin, imepenem. Resisten 100% terhadap

ampisilin dan linezolid. Pola sensitifitas antigiotika

terhadap kuman S. marcescens, dapat dilihat pada grafik

5.

Grafik 6. Tes sensitifitas antibiotika terhadap kuman

E. cloaceae

Faktor-faktor yang terkait dengan ISK

Pada penelitian ini mencoba menilai keterkaitan

beberapa faktor dengan kejadian ISK pada penderita DM

J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007


120
yang dirawat. Oleh karena pada penelitian ini variable PEMBAHASAN

bebas dengan skala nominal dan numerik dan variable

tergantung dengan skala nominal, sehingga kami Dari 100 penderita DM pada penelitian ini
mencoba melakukan analisa multivariat yang digunakan didapatkan 53 pasien laki-laki (53%) lebih banyak
adalah regresi logistik dan hasilnya dapat dilihat pada dibandingkan perempuan sebanyak 47 (47%). Umur
tabel 9. rata-rata 56 11,9 tahun,dengan rentang antara 31 - 80
Dari beberapa variabel bebas yang telah tahun. Pada penelitian oleh Bonadio dkk, di Italia yang
dilakukan analisa multivariat yang meliputi dislipidemia, meneliti 490 penderita didapatkan 89 penderita dengan
katagori indeks masa tubuh (IMT), hipertensi, jenis DM (18,1%) dengan umur rata-rata 64,9 13,2 tahun

kelamin, umur, adanya batu, penyakit ginjal kronik, pada penderita DM dan 54,4 23,3 tahun pada penderita

22
penyakit TB paru, penyakit keganasan, pneumonia, dan tidak DM. Demikian juga penelitian oleh Arya D dkk.

pengendalian DM yang buruk, penggunaan kateter. di Denpasar yang meneliti 67 penderita yang dilakukan

Kemudian dilakukan regresi logistik dengan metode pemasangan stent ureter dengan mendapatkan penderita

enter maka didapatkan hanya katagori IMT yang dengan DM sebanyak 12 (30,8%) dengan umur rata-

mempunyai keterkaitan kuat (X = 9,62 ; p= 0,002 ; 2 rata 48,8 11,1 tahun, dengan penderita laki-laki 53

OR=2,14) dengan prevalensi ISK pada penderita DM (79,1%) lebih banyak dibandingkan wanita 14 ( 20,9%)

yang dirawat. dengan perbandingan 4 : 1.


15
Perbedaan umur rata-rata
pada ketiga penelitian tersebut disebabkan oleh

Tabel 9. Beberapa faktor terkait dengan kejadian ISK perbedaan jumlah sampel yang diteliti.

pada penderita DM yang dirawat Dari 100 penderita DM pada penelitian ini

2
didapatkan 36 orang dengan ISK (36%). Hasil penelitian
Faktor X OR p N/NS

ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang


Dislipidemia O,001 1,015 0,981 NS
dilakukan oleh Arya D dkk. yang mendapatkan kejadian

Indeks massa tubuh (IMT) 9,62 2,14 0,002 S


ISK pada DM sebesar 7 penderita (17,9%) pada

15
Hipertensi 0,007 0,966 0,439 NS penderita yang dilakukan pemasangan stent ureter.

Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan adanya


Umur 0,599 1,400 0,439 NS

perbedaan jumlah sampel yang diteliti. Lebih dari


Jenis kelamin 0,754 1,437 0,385 NS
sepertiga penderita dari penelitian ini dengan ISK. Hasil

Batu saluran kemih 0,068 0,867 0,795 NS


ini sama didapatkan pada beberapa penelitian

Penyakit ginjal kronik 0,124 0,862 0,724 NS sebelumnya mengatakan bahwa kejadian bakteriuria

lebih tinggi pada wanita DM dibandingkan dengan


Penyakit TB paru 1,316 2.818 0,251 NS

wanita tidak DM dan peningkatan ini disebabkan oleh


Penyakit keganasan 0,010 0,886 0,922 NS
meningkatnya penggunaan kateter pada wanita dan juga

pneumonia 2,084 0,238 0,149 NS


oleh karena DM itu sendiri, dimana hal ini masih

Pengendalian DM buruk 0,019 0,926 0,892 NS diperdebatkan. Diabetes melitus sendiri merupakan

predisposisi untuk infeksi berat pada ISK atas. Lebih


Penggunaan kateter 0,010 0,886 0,922 NS
6
dari 80% ISK atas terjadi pada penderita DM.

Pada penelitian ini didapatkan 11 penderita

dengan bakteriuria simtomatik (30,6%) dan 25 penderita

Prevalensi, Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Terkait dengan Infeksi Saluran Kemih
121
pada Penderita Diabetes Melitus yang Rawat Inap

Made Ariwijaya, Ketut Suwitra


dengan bakteriuria asimtomatik (69,4%). Didapatkan didapatkan kejadian ISK pada laki-laki 19 (28,4%) lebih

15
ISK atas sebanyak 9 penderita (25%), dan ISK bawah tinggi dibandingkan wanita 5 (7,5 %). Kejadian ISK

sebanyak 27 penderita (75%). Pada penelitian oleh lebih rendah pada laki-laki daripada wanita, oleh karena

Geerling SE dkk. meneliti 589 orang wanita DM, epidermis periuretra laki-laki lebih jarang terjadinya

didapatkan 148 wanita DM dengan bakteriuria kolonisasi kuman uropatogen daripada area mucosa

asimtomatik (25%). Dari 148 penderita ini didapatkan periuretra wanita. Kejadian ISK pada laki-laki akan

115 orang (20%) menjadi bakteriuria simtomatik setelah meningkat pada anatomi saluran kemih yang abnormal,

3
pemantauan selama 18 bulan. Bakteri simtomatik ini adanya prosedur instrumen dan adanya obstruksi.

terdiri dari : 111 penderita ISK bawah (19%), 3 penderita Kalau dilihat dari umur kejadian ISK lebih banyak

16
ISK atas (0,5%) dan 1 penderita dengan bakterimia. didapatkan pada umur < 50 tahun dibandingkan dengan

Hasil penelitian sebelumnya lebih rendah dari penelitian umur > 50 tahun (61,1% vs 38,9%). Hasil yang sama

ini. Perbedaaan hasil ini bisa disebabkan oleh beberapa didapatkan pada penelitian Geerling SE dkk. umur rata-

faktor , salah satunya adanya perbedaan jumlah sampel rata penderita DM dengan ISK 40,3 13,5 tahun, dan
dan pada penelitian sebelumnya hanya wanita DM saja faktor risiko sexual intercourse yang berhubungan

yang diteliti. Beberapa study epidemiologi juga bermakna terhadap ISK pada DM (RR= 2.98, p=0,01).

16
mendapatkan bahwa bakteriuria asimtomatik dan Hal ini mungkin disebabkan oleh karena umur < 50

bakteriuri simtomatik lebih sering terjadi pada penderita tahun didapatkan 80 % aktif melakukan aktivitas

DM daripada tidak DM. Demikian juga 1,5 - 3 kali seksual. Diperkuat juga oleh beberapa penelitian

lebih sering pada pasien DM daripada tidak DM. Adanya sebelumnya didapatkan adanya hubungan yang kuat

bakteriuria asimtomatik merupakan faktor risiko antara aktivitas seksual dengan kejadian ISK. Kejadian

terjadinya simtomatik ISK dan selanjutnya bisa ISK ini akan lebih meningkat lagi dengan penggunaan

3
menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga diapragma dan spermicide. Pada penelitian ini

16,23,24
memerlukan penanganan yang serius. mendapatkan ISK lebih banyak pada penderita DM yang

Dari 36 orang dengan ISK lebih banyak diderita dislipidemia dibandingkan dengan yang tidak

oleh perempuan daripada laki-laki (52,8% Vs 47,2%). dislipidemia (86,1% vs 13,9%).

Penelitian sebelumnya juga mendapatkan perempuan Pada penelitian ini didapatkan jenis kuman

lebih banyak daripada laki-laki, tetapi hasil dari penyebab terbanyak adalah E. Coli (30,5 %). Hasil ini

penelitian ini lebih tinggi didapatkan daripada penelitian sama dengan hasil yang didapatkan oleh Arya D dkk. di

yang dilakukan oleh Forland M dkk, yang mendapatkan Denpasar sebesar 35,8%. Iswari IS di Denpasar juga

ISK sebesar 19% pada perempuan dan 2% pada laki- melaporkan E. Coli sebagai penyebab terbanyak sebesar

25
laki. Hal ini dapat dijelaskan adanya angka kejadian 25,1%. Demikian juga penelitian di Indonesia yang

ISK pada wanita jauh lebih tinggi daripada laki-laki lainnya seperti : Lestariningsih di Semarang dengan

oleh karena jarak antara kolon dengan uretra pada wanita hasil penelitian E.coli sebagai penyebab ISK terbanyak

lebih dekat daripada laki-laki, uretra wanita lebih sebesar (45,3%), Kuntaman di Surabaya mendapatkan

pendek,disamping itu orifisium uretra dengan vagina E.coli sebagai penyebab terbanyak sebesar 31,8%. Pen-

merupakan daerah yang mudah sekali terjadinya elitian oleh Bonadio M,dkk di Italia mendapatkan

2,4
kolonisasi bakteri. Hasil ini berbeda didapatkan pada penyebab ISK terbanyak pada pasien DM adalah E. Coli

penelitian yang dilakukan Arya D dkk. di Denpasar pada sebesar 56,1% , menyusul Proteus sp 7,9%, Pseudomo-

penderita DM yang dilakukan pemasangan stent ureter, nas sp 6,7% dan Enterococus sp 6,7%. Juga penelitian

J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007


122
oleh Boyko EJ, dkk. pada pasien DM mendapatkan resistensi terhadap linezolid, sulphametoksasol,

8,15,22,26-28
46,0% disebabkan oleh kuman E. Coli. Hal ampicillin, siprofloksasin. Berbeda dengan hasil

ini berkaitan dengan patofisiologi ISK, dimana hampir penelitian yang didapatkan sebelumnya bahwa lebih dari

95% ISK terjadi akibat infeksi ascending, sehingga 50% strain kuman yang diisolasi resisten terhadap anti-

kuman yang paling sering sebagai penyebab adalah ko- biotika gentamisin, piperacillin-tazobactam dan

2,4
loni enterik seperti E. Coli dan Enterobacter sp. norfloksasin. Perbedaan hasil ini dapat terjadi oleh kar-

Kemampuan E. Coli menginfeksi saluran kemih ena adanya perubahan pola sensitivitas kuman pada

berhubungan dengan adanya pili atau fimbriae yang penderita DM.

secara spesifik menjadi perantara (adhesi) dengan sel-


Demikian juga terjadi perubahan pola sensitivi-
sel epitel saluran kemih. Bakteri uropatogen ini dapat
tas kuman terhadap antibiotika pada kuman penyebab
mencapai jaringan saluran kemih, yang selanjutnya
terbanyak E. Coli. Pada penelitian ini didapatkan kuman
mengadakan perlekatan pada epitel saluran kemih,
sensitif terhadap amoksillin-asam klavulamik,
kemudian terjadi kolonisasi dari bakteri, dengan
piperacillin-tazobactam, dan imepenem masing 100%,
mengeluarkan bermacam-macam toksin yang akhirnya
terhadap seftazidin, gentamicin masing 90,9%, terhadap
menimbulkan reaksi inflamasi didaerah tersebut hingga
seftriakson, sefuroksim berturut-turut 72,7 %, 70%, pada
3,29
seluruh tubuh.
golongan fluroquinolon seperti ofloksasin dan
Pada penelitian ini hanya lima jenis kuman
siprofloksasin, juga sefuroksim masing sebesar 63,6%,
penyebab ISK terbanyak yang dibahas yaitu : E. coli,
dan terhadap sulphametoksasol masih sebesar 60%. Pada
S. aureus, E. zakazakii, S. marcescens, E. claoceae.
penelitian ini mendapatkan kuman E. Coli sudah resisten
Untuk kuman S. epidermidis tidak dimasukkan sebagai
terhadap linezolid, sefoperazon, sefoperazon-sulbactam.
penyebab ISK dan tes resistensi tidak dilakukan karena
Berbeda dengan penelitian yang didapatkan oleh
kuman ini merupakan flora normal kulit dan
Kuntaman di Surabaya yang melaporkan bahwa sensitif
dipertimbangkan sebagai kontaminan pengambilan sam-
100% terhadap kombinasi sefoperazon dan sulbactam
pel. Peran dari S. epidermidis sebagai kuman penyebab
27
pada kuman E. Coli dan Proteus Sp. Demikian juga
infeksi saluran kemih bagian atas atau bawah lebih sering
pada penelitian yang didapatkan Iswari IS di Denpasar
pada penderita dengan infeksi nosokomial
yang melaporkan sensitif lebih dari 90 % terhadap
(predominantly hospital-acquired). Beberapa faktor
kombinasi sefoperazon dan sulbactam pada bakteri gram
predisposisi adalah prosedur instumen seperti :
28
negatif. Perbedaan hasil penelitian ini mungkin
pemasangan kateter, prostetic heart valve implantation
disebabkan oleh karena sudah terjadinya perubahan pola
dan penderita dengan terapi imunosupresif. Sehingga S
sensitivitas kuman pada penderita DM atau karena
epidermidis adalah penyebab infeksi yang lebih sering
perbedaan sampel yang diambil yang mana penelitian
30,31
pada infeksi saluran kemih nosokomial. Pada
sebelumnya didapatkan pada penderita secara umum.
penelitian ini semua penderita masuk rumah sakit kurang
Dan pendapat peneliti lain mengatakan bahwa pada
dari 3 hari dan hanya 1 penderita menggunakan kateter.
penderita DM sering terjadinya resistensi terhadap
Pada penelitian ini didapatkan test sensitivitas
kuman penyebab. Infeksi saluran kemih pada penderita
terhadap antibiotika imipenem paling tingi sebesar 23%
DM sering disebabkan oleh kuman uropatogen atipical
dan menyusul seftazidin, gentamisin, sefoksitin,
sehingga meningkatnya risiko terjadinya ISK , maka itu
piperacillin/tazobactam, sulphamethoksazol dan seterus,
diindikasikan pemeriksaan kultur urine sebelum dan
dapat lihat pada grafik 5 diatas. Sebaliknya terjadi
setelah dilakukan pengobatan. Pemilihan awal terapi

Prevalensi, Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Terkait dengan Infeksi Saluran Kemih
123
pada Penderita Diabetes Melitus yang Rawat Inap

Made Ariwijaya, Ketut Suwitra


empiris antimikroba sebaiknya berdasarkan gram stain pada orang dewasa tanpa faktor predisposis tidak akan

32
dan kultur urine dan pemilihan pengobatan antibiotika menjadi PGK. Pada penelitian oleh Soelaeman dkk.

sebaiknya sesuai dengan gambaran sensitivitas setempat di Bandung didapakan ISK p a d a c h ro n i c re n a l

.23
dari kuman penyebab. insuf
ficiency sebesar 45% yang terdiri 24% ISK atas

Pada penelitian ini didapatkan ISK berulang dan 21% pada ISK bawah, namun setelah Analisis

2,8%. Pada penelitian sebelumnya kira-kira 30% wanita Univariat tidak berhubungan secara bermakna sebagai

12
mendapatkan pengalaman ISK berulang lebih dari 6 faktor terkait. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil

bulan -12 bulan. ISK yang berulang tersebut menyerupai penelitian ini, didapatkan ISK pada PGK sebesar 41,7%

75% simtomatik bakteriuria, 95 % berupa sistitis, 5 % dan dilakukan analisis multivariat tidak berhubungan

berupa pielonefritis akut. Penyebab terjadinya infeksi secara bermakna sebagai faktor terkait.

yang berulang ini, kurang dari 5% infeksi berulang ini Pada penelitian oleh Soelaeman dkk. di bandung

olek karena faktor predisposisi anatomi dan fungsi dari didapatkan ISK pada obstruksi saluran kemih sebesar

3
saluran kemih yang abnormal. Namun pada penelitian 49% yang terdiri dari: 35 % ISK atas dan 14 % ISK

ini tidak ditelusuri apa terjadi reinfeksi atau relaps.Dan bawah, setelah Analisis Multivariat didapatkan p=0,01,

perbedaan hasil ini mungkin disebabkan adanya ini berarti ada keterkaitan antara ISK dengan obstruksi

12
perbedaan jumlah sampel. saluran kemih. Namun pada penelitian ini tidak

Timbulnya bakteriuria kurang dari 10-15% pada didapatkan data adanya obtruksi saluran kemih.

penderita yang dirawat dengan pemasangan kateter. Pada penelitian ini pengendalian gula darah yang

Risiko infeksi adalah 3-5 % perhari dari pemasangan jelek didapatkan tidak secara bermakna adanya

kateter tersebut. Faktor yang berhubungan dengan keterkaitan dengan ISK (p=0,892).Hasil yang sama

meningkatnya ISK pada pemakain kateter adalah didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Boyko

wanita, lamanya pemasangan kateter, beratnya penyakit dkk,yang meneliti faktor risiko ISK dan bakteriuria

d a s a r, tidak dilengkapi dengan urobag, kurang asimtomatik diantara wanita postmenopause yang DM

4
adekuatnya antibiotika sistemik. Pada penelitian ini dan tidak DM, didapatkan faktor pengendalian gula darah

didapatkan ISK dengan penggunaan kateter sebanyak 1 tidak bermakna sebagai faktor yang meningkatkan ISK,

penderita (2,8%). Hasil ini berbeda dengan penelitian didapatkan pemakaian terapi insulin dan lamanya mende-

sebelumnya mendapatkan bakteriuria 26% pada rita DM berhubungan dengan meningkatnya ISK dan

penderita yang terpasang kateter dan 8% disertai gejala bakteriuria asimtomatik diantara wanita DM

12 10
ISK. Perbedaan ini oleh karena pada penelitian ini postmenopause. Namun pada penelitian oleh

meneliti penderita yang kurang dari 3 hari dirawat di Soelaeman dkk. di Bandung didapatkan adanya

rumah sakit dan pemasangan kateter saat penderita keterkaitan pengendalian gula darah yang jelek terhadap

masuk rumah sakit. ISK (p= 0,004), yang meneliti 139 penderita DM yang

Infeksi saluran kemih akan menyebabkan terdiri dari 64% pengendalian gula darah jelek pada ISK

kerusakan sehingga akan menimbulkan PGK pada atas dan 33% pengendalian gula darah yang jelek pada

12
kemudian hari sampai sekarang tidak ada bukti yang ISK bawah.

nyata, namun perubahan pada ginjal justru ditentukan Pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa

oleh kelainan anatomik, fungsional, metabolik dan kegemukan (obese)lebih sering menyebabkan terjadinya

kelainan imunologik. Jangka panjang akibat infeksi penyakit, risiko bermakna masuk rumah sakit, meningkat

dapat menimbulkan kelainan anatomi pada ginjal. ISK biaya pengobatan dan lamanya perawatan dirumah

J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007


124
33
sakit. Kegemukan secara bermakna meningkatkan KESIMPULAN

risiko komplikasi seperti serangan jantung, infeksi kulit


Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan-
34
yang luka, kerusakan pada saraf, infeksi saluran kemih.
kesimpulan sebagai berikut:

Pada penelitian sebelumnya juga dikatakan bahwa pada


1. Pada penelitian ini mendapatkan 36 penderita (36%)

penderita gemuk lebih tinggi mendapatkan risiko


dengan ISK yang terdiri dari :

terkena ISK dibandingkan penderita yang tidak


a. ISK atas sebanyak 9 penderita (25%), dan ISK
34,35
gemuk.
bawah sebanyak 27 penderita (75%).

Setelah dilakukan multivariat analisis dengan


b. Bakteriuria simtomatik sebanyak 11 penderita

regresi logistik terhadap beberapa variabel bebas seperti


(30,6%) dan sebanyak 25 penderita (69,4%)

hipertensi, umur, jenis kelamin, dislipidemia, indeks


dengan bakteriuria asimtomatik.

masa tubuh (IMT), pengendalian DM yang jelek, batu


c. Penyebab ISK terbanyak adalah E. coli sebesar

saluran kemih, penyakit ginjal kronik, penyakit TB paru,


30,5%.

penyakit keganasan, pneumonia, penggunaan kateter,


d. Didapatkan 100% kuman E. coli sensitif

didapatkan hanya kategori IMT yang mempunyai


terhadap antibiotika amoksilin-asam klavula-

keterkaitan yang kuat dengan prevalensi ISK pada


mik, piperacilin-tazobactam, imepemen.
2
penderita DM yang dirawat (X =13,8 . p=0,002). Hasil
e. Tes sensivitas terhadap antibiotika secara total

ini dapat dijelaskan bahwa adanya kegagalan fungsi


didapatkan imepenem 23%, amoksilin - asam

imun yang berhubungan dengan kegemukan, disamping


klavulamik 20%, seftazidin dan gentamisin

itu dikatakan bahwa kadar gula darah dan kegemukan


sebesar 19%, sefoksitin 17%, piperacilin-

merupakan faktor bebas dari sistemik yang berhubungan


tazobactam 14%.

dengan perubahan didalam sistem pertahanan tubuh


f. Didapatkan ISK berulang sebesar 2,8 % dan ISK

(immune defense system) sehingga penderita yang gemuk


tak berulang 97,2 %.

lebih tinggi mendapatkan infeksi dibandingkan dengan


g. Kejadian ISK lebih banyak didapatkan pada
33
penderita yang tidak gemuk. Laporan yang berbeda
umur < 50 tahun daripada umur > 50 tahun [22

didapatkan pada penelitian yang lainnya, bahwa tidak


( 61,1%) vs 14 ( 38,9%).

ada hubungan terjadinya ISK pada penderita gemuk. Hal


h. Kejadian ISK pada wanita lebih tinggi daripada

ini dijelaskan bahwa pada wanita gemuk sedikit


laki-laki 19 (40,4 %) vs 17 (32,1%).

mendapatkan trauma saat hubungan seksual dibandingkan


i. Didapatkan ISK dengan batu saluran kemih

wanita yang tidak gemuk oleh karena adanya jaringan


sebesar 6 (16,6 %), dan ISK dengan pemakai

lemak dapat mencegah terjadi trauma. Kemungkinan yang


kateter 1 (2,8 %).

lain adanya peningkatan estrogen pada wanita gemuk


2. Penyakit penyerta yang terbanyak pada penderita

menghasilkan perubahan androstenedione menjadi


DM adalah penyakit ginjal kronik, penyakit jantung

estrone diperifir sehingga memberikan perlindungan pada


dan kaki diabetes.

kandung kencing dan uretra yang akhirnya menurunkan


3. Sebagian besar 84 penderita DM (84 %) dengan
35.
terkenanya infeksi saluran kemih. Penelitian yang
pengendalian DM yang jelek.

mempelajari meningkatnya risiko infeksi terutama ISK


4. Kategori indeks masa tubuh (IMT) yang

yang berhubungan dengan penderita obese yang DM 2


mempunyai keterkaitan kuat ( X = 13,8, p= 0,003)

masih sangat sedikit, maka diperlukan sekali penelitian


dengan prevalensi ISK pada penderita DM yang
33
populasi yang lebih besar.
dirawat.

Prevalensi, Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Terkait dengan Infeksi Saluran Kemih
125
pada Penderita Diabetes Melitus yang Rawat Inap

Made Ariwijaya, Ketut Suwitra


DAFTAR RUJUKAN nary tract infection among postmenopausal women.

Diabetes Care 2002;25(10):1778-83.

9. Schaeffer AJ . Urinary tract infection. In: Gillenater


1. Rubin NE, Cotran RS, Rubin RH . Urinary tract

JY, Grayhack JT, Howard SS, Mitchell ME, edi-


infections, pyelonephritis, and reflux nephropathy.
th
tor. Adult and pediatric urology. 4 ed. New York:
In: Brenner BM, editor. Brenner & Rector
s the

th Linppincot Williams & Wilkins; 2002.p.212-64.


k i d n e y. 7 ed. Philadelphia: WB Saunders;

2004.p.1513-56. 10. Boyko EJ, Fihn SD, Scholes D, Abraham L,

Monsey B. Risk of urinary tract infection and


2. Hooton TM. Urinary tract infection in adult. In:

asymtomatic bacteriuria among diabetic and


Johnson RJ, Feehally J, editors. Comprehensive

nd nondibetic postmenopausal women. Am J


clinical n e p h r o l o g y. 2 ed. UK: Mosby;

Epidemol 2005;161:557-64.
2003.p.695-713.

11. Harding GK, Zhanel GG, Nicolle LE, Cheang M.


3. Warren JW. Clinical presentation and epidemiol-

Antimicrobial Treatment in diabetic women with


ogy of urinary tract infection. In: Mobley HLT,

asymtomatic bacteriuria. N Engl J Med


Warren JW, editors. Urinary tract infection: mo-

2002;347:1576-83.
lecular pathogenesis and clinical management.

Washington DC: ASM Press; 1996.p.3-28. 12. Rachmat Soelaeman. Pengobatan Terkini infeksi

th
saluran kemih. The 4 Jakarta Nephrology & Hy-
4. StammWE. Urinary tract infection and pyelone-

pertension Course anad Symposium of


phritis. In: Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL,

Hepertension. Jakarta: PERNEFRI; 2004.p.63-73.


Longo DL, Jameson LJ, Fauci AS, editors.

th
Harrison
s principles of internal medicine.16 ed. 13. Nicolle LE, Friesen D, Harding GKM, Roos L.

New York: Mc Graw-Hill; 2005.p.1715-21. Hospitalization for acute pyelonephritis in

Manitoba, Canada, During Periode 1989-1992:


5. Pranawa. Infeksi saluran kencing, urosepsis, dan

impact of diabetes, pregnancy, and aborigin ori-


gagal ginjal akut. In: Soebagijo A,Gatot S, Ari S,

gin. Clin Infect Dis 1996;22:105-6.


Askandar Tjokroprawiro, Mohammad Y, Soeharto,

editors. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XVII 14. Ingberg CM, Palmer M, Schvarcz E, Aman J.

Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Laboratorium / Prevalence of urinary tract symptoms in long-

SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran standing type 1 diabetes mellitus. Diabete

Universitas Airlangga; 2002.p.127-39. Metab1998;24:351-4.

6. Joshi N, Caputo GM, Weitekamp MR, Karchmer 15. Arya Dharma, Sastrodiharjo B. Faktor risiko yang

AW. Infection in patients with diabetes mellitus. N mempengaruhi terjadinya infeksi saluran kencing

Engl J Med 1999;16:1906-12. pasca pemasangan stent ureter. Lab/ SMF ILmu

Bedah FK UNUD/ RS Sanglah Denpasar;2005.


7. Neal DE. Host defense mechanisms in urinary tract

(Tesis Karya Akhir ).


infection . In: Carson CC. editor. The urologic clin-

ics of North America: infection in urology. New 16. Geerling SE, Stolk RP, Camps MJ, Netten PM,

York: WB Saunders Company; 1999.p.677-83. Collet TJ, Hoepelman AI, et al. Risk Factors for

symptomatic urinary tract infection in women with


8. Boyko EJ, Fihn SD, Scholes D, Chen CL, Normand

diabetes. Diabetes Care 2000;23:1737-41.


EH, Yarbro P. Diabetic and the risk of acute uri-

J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007


126
17. Geerling SE, Stolk RP, Camps MJ, Netten PM, 26. Lestariningsih, Arwanto A, Banteng HW, Persudi

Collet TJ, Hoepelman AI, et al. Consequences of I. The spectrum of urinary tract infection in

asymtomatic bacteriuria in women with diabetes fepartement of internal medicine Dr Kariadi Gen-

th
mellitus. Arch Intern Med 2001;161:1421-7. eral Hospital, Semarang, Indonesia. The 13 Asian

Colloquium in Nephrology; 2000. Abstract.


18. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

(PERKENI). Konsensus Pengelolaaan Diabetes 27. Kuntaman. Aspek mikrobiologi pada infeksi

Melitus di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni; 2002. saluran kemih. Kongres Nasional VIII Annual

Meeting Perhimpunan Nefrologi Indonesia; 2002.


19. National Kidney Foundation (NKF) Kidney Dis-

Abstract.
ease Outcome Quality Initiative (K/DOQI) Advi-

sory Board. K/DOQI clinical practice guidelines 28. Iswari IS. Microbiology aspect of urinary tract in-

th
for chronic kidney disease: evaluation, classifica- fection. In: The 9 National Congress of Ina SN

tion, and stratification. kidney disease outcame and Annual Meeting of Nephrology; 2005. Ab-

quality initiative. Am J Kidney Dis 2002;39(suppl stract.

1):S1-S246.
29. Gray LD. Escherichia, Salmonella, Shigella,and

20. Asplin JR, Loe FL, Murray F. Nephrolithiasis. In: Yersinia. In: Murray PR, Baron EJ, Pfaller MA,

Braunwald E, Fauci A, Kasper D, Hauser SL, Tenover FC, Yolken RH, editors. Manual of clini-

Longo DL, Jameson JL, editor. Harrisons prin- cal microbiology. Wasington DC: ASM Press;

th
ciples of internal medicine. 16 ed. New York: Mc 1995.p.450-64.

graw-Hill; 2005.p.1615-26.
30. Mahon CR, Manuselis G. Staphylococcus. In:

21. Seifer J, Brenner BM . Urinary tract obstruction. Mahon CR, Manuselis G, editors. Textbook of di-

In: Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo agnostic microbiology. Philadelphia: WB Saunders

DL, Jameson LJ, Fauci AS, editors. Harrisons prin- Company; 1995.p.325-461.

th
ciples of internal medicine. 16 ed. New York: Mc
31. Rahardjo JP, Susalit E. Infeksi saluran kemih. In:

Graw-Hill; 2005.p.1722-26.
Soeparman, Waspadji S, editors. Buku ajar ilmu

22. Bonadio M, Meini M, Gigli C, Longo B, Vigna A. penyakit dalam jilid II. Edisi 4. Jakarta: Fakultas

Urinary tract infection in diabetic patients. Urol Int Kedokteran Universitas Indonesia; 1999.p.264-73.

1999;63(4):215-9.
32. Cantk Z, Cantk ZN, Utkan NZ, etinarslan B,

23. Stapleton AE. Urinary tract infection in patients Tarkun I. Nosocomial infection and obesity in sur-

with diabetes. Am J Med 2002;113:80-4. gical patients. Obesity Research. 2003;11:769-75.

24. Brown JS, Wessells H, Chancellor MB, Howarda 33. Gazella K. Obese patients run higher risk of post-

SS, Stamm WE, Stapleton AE, et al. Urologic com- operative complications. Update 2:30 PM March

plications of diabetes. Diabetes Care 2007.

2005;28(1):177-85.
34. Warner J. Surgery risks higher for obese.World

25. Forland M, Thomas V, Shelokov A. Urinary Tract Journal of Surgery 2007;21: 556-60.

infection in patients with diabetes mellitus. Study


35. Vessey MP, Metcalfe MA, Cpherson KM, Yeates

on antibody coating of bacteria. JAMA


D. Urinary tract infection in relation to diaphragm

1977;238:34-7.
use and obesity. Int L Epidemiol1987;16(3):441-4.

Prevalensi, Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Terkait dengan Infeksi Saluran Kemih
127
pada Penderita Diabetes Melitus yang Rawat Inap

Made Ariwijaya, Ketut Suwitra

Anda mungkin juga menyukai