Suatu sistem irigasi pada prinsipnya terdiri atas 3 sub sistem jaringan irigasi
(Prastowo, 1995), yaitu :
1. Sub sistem pengembangan sumber air, antara lain sungai, danau, air tanah, mata air dan rawa. 2. Sub sistem penyaluran, yaitu jaringan saluran (saluran terbuka atau pipa) yang membawa air dari sumbernya menuju lahan yang akan diairi. 3. Sub sistem aplikasi irigasi, yaitu penerapan teknik pemberian air ke lahan pertanian (petakan lahan). Penerapan teknologi irigasi hemat air pada prinsipnya merupakan upaya peningkatan efisiensi irigasi dalam suatu proses budidaya tanaman, sehingga penggunaan air irigasi per satuan produk semakin kecil. Di Indonesia, upaya peningkatan efisiensi irigasi merupakan hal yang mutlak harus dilakukan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan pertanian di masa mendatang. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain adalah: 1. Perencanaan (optimasi) pola tanam 2. Pengaturan (penjadwalan) pemberian air irigasi 3. Penerapan teknologi irigasi hemat air B. pada lahan petani), untuk menunjang pengembangan komoditas hortikultura, perkebunan dan peternakan. Disamping menyajikan kriteria rancangan hidrolika perpipaan, pedoman ini juga menjelaskan beberapa persyaratan penerapan irigasi bertekanan ditinjau dari aspek lahan, iklim, sumber air dan sosial ekonomi (Gatot, 2006). Irigasi bertekanan merupakan salah satu alternatif teknologi aplikasi irigasi, yang secara teoritis mempunyai efisiensi irigasi lebih tinggi dibanding irigasi permukaan. Oleh karena itu teknologi irigasi bertekanan lebih tepat diterapkan pada daerah-daerah yang relatif kering, yang memerlukan teknologi irigasi hemat air. Teknologi irigasi ini juga diperlukan untuk usaha tani dengan teknik budidaya tanaman tertentu. Dalam penerapannya di lapangan, efisiensi irigasi bertekanan yang tinggi hanya dapat dicapai apabila jaringan irigasi dirancang dengan benar dan dioperasikan secara tepat (Gatot, 2006).