Buku Panduan Zakat DD
Buku Panduan Zakat DD
Puji dan syukur, senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Rabbul ‘Alamin,
yang senantiasa memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kami, sehingga
kami diberikan kesempatan dan kemampuan untuk menulis risalah zakat ini
guna membantu kaum muslimin (khususnya di Indonesia) yang ingin
membersihkan harta benda kekayaannya dengan cara Zakat, Infaq, dan
Shodaqoh, dapat melaksanakannya, dengan cara yang mudah, praktis dan
mandiri.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
mendukung terbitnya “Buku Panduan Zakat Praktis” ini, terutama BANK BNI
SYARIAH atas dukungannya, semoga Allah melapangkan jalan menuju
kesuksesan.
Harapan kami, meskipun buku ini jauh dari sempurna, namun tetap
dapat memberikan pengertian tentang zakat yang cukup memadai, mudah
dan praktis, serta dapat mendorong para muzakki (wajib zakat) untuk segera
menunaikannya. Sebab jika bukan kita (para muzakki) yang menolong
saudara-saudara kaum dhu’afa, kepada siapa mereka meminta bantuan.
Akhirnya, kami berserah diri kepada Allah, semoga buku ini tercatat
sebagai amal shaleh. Amien.
Melalui jaringan kami yang luas termasuk jaringan ATM, tentunya kami
memberikan kemudahan kepada masyarakat yang ingin melaksanakan
kewajiban membayar zakat , infaq/shadaqah atau wakaf tunai. Termasuk
melalui rekening penampungan Dompet Dhuafa di BNI Syariah.
Harapan kami, dengan diterbitkannya buku “Panduan Zakat Praktis” oleh Tim
Dewan Syariah Dompet Dhuafa Republika ini, dapat memberikan panduan
kepada masyarakat dalam dalam menghitung kewajibannya. Dengan
semakin banyak masyarakat yang berzakat akan semakin banyak pula
masyarakat kurang mampu yang terbantu diantaranya melalui program-
program yang dibuat oleh Dompet Dhuafa Republika. Sehingga tujuan
peningkatan kesejahteraan ummat tercapai. Insya Allah membawa berkah.
Bahwa kenyataan ummat Islam kini jauh dari kondisi ideal, adalah sebagai
akibat belum mampu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS.
Ra’du; 11). Potensi-potensi dasar yang dianugerahkan Allah kepada ummat
Islam memiliki banyak intelektual dan ulama, disamping sumber daya
manusia dan ekonomi yang melimpah. Jika seluruh potensi itu dikembangkan
dengan seksama, dirangkai dengan potensi aqidah Islamiyah (Tauhid) dan
kandungan ajaran Islam yang jernih, tentu akan memperoleh hasil yang
optimal. Pada saat yang sama, kemandirian, kesadaran beragama, dan
ukhuwah Islamiyah kaum muslimin semakin meningkat, serta pintu-pintu
kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan semakin dipersempit.
Salah satu pokok ajaran Islam yang belum ditangani secara serius ialah
penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan
pendayagunaan zakat, infaq dan shodaqoh dalam arti yang seluas-luasnya.
Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasullah SAW serta penerus-
penerusnya dizaman keemasan Islam. Padahal ummat Islam (Indonesia)
sebenarnya memiliki potensi dana yang sangat besar.
Semoga Allah SWT mengampuni kekurangan dan kesalahan yang ada dalam
risalah ini, serta tetap mencatatnya sebagai amal shaleh. Amiin.
BAB II
PENGERTIAN ZAKAT
1. Makna Zakat
Menurut hukum (istilah Syara) zakat itu nama pengambilan tertentu dari
harta yang tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang
tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. (Al Mawardi dalam
kitab al Hawi)
Sementara itu istilah infaq dan shadaqah. Sebagian fuqaha (ulama fiqih)
mengatakan bahwa infaq adalah segala macam bentuk pengeluaran
(pembelanjaan) baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, ataupun yang lain.
Sedangkan shadaqah adalah segala bentuk pembelanjaan (infaq) di jalan
Allah. Berbeda dengan zakat, shadaqah tidak dibatasi dengan ketentuan-
ketentuan khusus (tidak berpembatasan). Shadaqah selain dalam bentuk
harta (maal) dapat juga berupa sumbangan tenaga atau pemikiran dan
bahkan sekedar senyuman.
Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok
bagi tegaknya syariat agama Islam. Oleh sebab itu hukum menunaikan zakat
adalah wajib setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. (Q.S
Al Bayyinah : 5); hadits nabi SAW : Islam didirikan atas lima sendi. Bersaksi
bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasullah SAW,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan berpuasa di bulan
Ramadhan (H.R Muslim)
Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang
telah diatur berdasarkan Al Quran dan As sunnah. Sekaligus merupakan amal
sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan umat manusia.
5. Macam-macam Zakat
BAB III
ZAKAT MAAL
1. Pengertian Maal
Menurut bahasa ialah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia
untuk memiliki dan menyimpannya. Sedangkan menurut syara adalah segala
yang dapat dipunyai (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut
ghalibnya (kebiasaan).
3. Cukup Nishab
Nishab artinya harta yang telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan
ketetapan syara. Sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari
zakat.
2. Telah dimiliki satu tahun, syarat ini berdasarkan praktek yang pernah
dilaksanakan oleh Nabi SAW dan para Khulafaur-Rasyidin. Hal ini
merupakan ketetapan ijma’. Menghitung masa satu tahun anak-anak
berdasarkan masa satu tahun induknya.
3. Hasil Pertanian
Ma’din (hasil tambang) yaitu sesuatu benda yang terdapat dalam perut bumi
(selain air) dan memiliki nilai ekonomis. Ma’din dapat dibagi menjadi tiga
macam :
1. Benda padat yang dapat dibentuk (dicairkan dan diolah) seperti emas,
perak, alumunium, timah, tembaga, besi, giok, dan lain-lain.
2. Benda padat yang tidak dapat dibentuk seperti kapur, zionit, marmer,
zamrud, batu bara, dan lain-lain.
3. Benda cair seperti minyak.
5. Rikaz
Rikaz adalah harta terpendam dari zaman purbakala atau biasa disebut harta
karun. Termasuk didalamnya barang (harta) yang ditemukan atau tidak ada
pemiliknya (luqathah).
Emas dan perak merupakan logam mulia yang memiliki dua fungsi selain
merupakan tambang elok sehingga sering dijadikan perhiasan, emas dan
perak juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu ke waktu. Syariat
Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang potensial /
berkembang. Oleh karena itu, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau
yang lain termasuk dalam kategori emas, atau harta wajib zakat.
Termasuk dalam kategori emas dan perak yang merupakan mata uang yang
berlaku pada waktu itu, adalah mata uang yang berlaku saat ini di masing-
masing negara. Oleh karena itu segala macam bentuk penyimpangan uang
seperti tabungan, deposito, cek, atau surat berharga lainnya, termasuk dalam
kriteria penyimpangan emas dan perak. Demikian pula pada harta kekayaan
lainnya seperti rumah, vila, tanah, kendaraan dan lain-lain, yang melebihi
keperluan menurut syara’, atau dibeli / dibangun dengan tujuan investasi dan
sewaktu-waktu dapat diuangkan. Pada emas dan perak atau lainnya, jika
dipakai dalam bentuk perhiasan. Asal tidak berlebihan, maka tidak diwajibkan
zakat atas barang-barang tersebut.
BAB IV
NISHAB DAN KADAR ZAKAT
1. Harta Perternakan
1. Unta
Nishab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5 ekor unta,
maka ia telah berkewajiban zakat. Selanjutnya zakatnya semakin
bertambah, jika jumlah unta yang dimiliki bertambah.
Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhori dari Anas bin Malik, maka dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Jumlah Zakat
5 – 10 1 ekor kambing / domba 1)
10 - 14 2 ekor kambing / domba
15 – 19 3 ekor kambaing / domba
20 – 24 4 ekor kambing / domba
25 - 35 1 ekor unta bintu makhad 2)
36 – 45 1 ekor unta bintu labun 3)
46 – 60 1 ekor unta hiqah 4)
61 – 75 1 ekor unta jadz’ah 5)
76 – 90 2 ekor unta bintu labun
91 - 120 2 ekor unta hiqah
Keterangan:
1. Kambing berumur 2 tahun atau lebih, atau domba berumur satu tahun
atau lebih
2. Unta betina umur 1 tahun, masuk tahun ke-2
3. Unta betina umur 2 tahun, masuk tahun ke-3
4. Unta betina umur 3 tahun, masuk tahun ke-4
5. Unta betina umur 4 tahun, masuk tahun ke-5
Nishab kerbau dan kuda disetarakan dengan nishab sapi, yakni 30 ekor.
Artinya apabila seseorang telah memiliki 30 ekor sapi (kerbau dan kuda),
maka ia telah terkena kewajiban zakat.
Berdasarkan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh At Timidzi dan Abu
Daud dari Muadz bin Jabbal RA, maka dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Keterangan:
1. Sapi berumur 1 tahun, masuk tahun ke-2
2. Sapi berumur 2 tahun, masuk tahun ke-3
Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor
tabi’ dan setiap jumlah itu bertambah 40 ekor zakatnya bertambah 1 ekor
musinnah.
3. Kambing / domba
Contoh:
Seorang peternak ayam broiler memelihara 1000 ekor ayam perminggu, pada
akhir tahun (tutup buku) terdapat laporan keuangan sebagai berikut:
1. Stok ayam broiler 5600 ekor
(dalam berbagai umur),
ditaksir harga sebesar Rp. 15.000.000,-
2. Uang kas / bank setelah pajak Rp. 10.000.000,-
3. Stok pakan dan obat-obatan Rp. 2.000.000,-
4. Piutang (dapat tertagih) Rp. 4.000.000,- +
Jumlah Rp. 31.000.000,-
5. Utang jatuh tempo Rp. 5.000.000,-
B. Zakat Perusahaan
Maka yang dimaksud harta perniagaan yang wajib dizakati adalah ketiga
bentuk harta tersebut dikurangi dengan kewajiban perusahaan, seperti utang
yang harus dibayar (jatuh tempo) dan pajak.
Contoh:
Sebuah perusahaan meubel pada tutup buku per 31 Desember tahun 2000
dengan keadaan sebagai berikut:
3. Hasil Pertanian
Nishab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 653 kg.
Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, atau sungai
/ mata air, maka 10%, sedangkan apabila diairi dengan disirami / irigasi (ada
biaya tambahan) maka zakatnya 5%.
Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami
(irigasi) zakatnya 5%. Artinya 5% yang lainnya dialokasikan untuk biaya
pengairan. Imam Az Zarkoni berpendapat bahwa apabila pengelolaan lahan
pertanian diairi dengan air hujan (sungai) dan disirami (irigasi) dengan
perbandingan 50 : 50, maka zakatnya 7,5% (3/4 dari 10%).
Pada sistem pengairan saat ini, biaya tidak sekedar air, akan tetapi ada biaya-
biaya lain seperti pupuk, insektisida, dan lain-lain. Maka untuk mempermudah
perhitungan zakatnya, biaya pupuk, insektisida dan sebagainya diambil dari
hasil panen, kemudian sisanya (apabila lebih nishab) dikeluarkan zakatnya
10% atau 5% (tergantung sistem pengairan).
Contoh:
Pada sawah tadah hujan ditanami padi. Dalam pengelolaan dibutuhkan pupuk
dan insektisida seharga Rp. 200.000,00. Hasil panen 5 ton beras, 1 kg beras
harganya Rp. 1.000,00.
Hasil panen (bruto) 5 ton beras = 5.000 kg
Saprotan = Rp. 200.000,00 atau = 200 kg
Netto = 4.800 kg
Besar zakat : 10% x 4.800 kg = 480 kg
Jika airnya disirami (ada biaya)
Maka zakatnya 5% x 4.800 kg = 240 kg
Nishab emes dan perak adalah 20 dinar (85 gram emas murni) dan perak
adalah 200 dirham (setara 595 gram perak). Artinya bila seseorang telah
memiliki emas atau perak sebesar 20 dinar atau 200 dirham dan sudah
memilikinya selama setahun. Maka ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5%.
Demikian juga macam jenis harta yang merupakan harta simpanan dan dapat
dikategorikan dalam emas dan perak, seperti uang tunai, tabungan, cek,
saham, surat berharga ataupun bentuk lainnya. Maka nishab dan zakatnya
sama dengan ketentuan emas dan perak. Artinya jika seseorangn memiliki
bermacam-macam bentuk harta dan jumlah akumulasinya lebih besar atau
sama dengan nishab (85 gram emas) maka ia telah terkena kewajiban zakat
(2.5%).
Contoh :
Seorang memiliki harta kekayaan sebagai berikut:
1. Tabungan Rp. 5.000.000,-
2. Uang tunai (diluar kebutuhan pokok)Rp. 2.000.000,-
3. Perhiasan emas (berbagai bentuk) 100 gram
4. Utang jatuh tempo Rp. 1.500.000,-
Perhiasan emas atau yang lain tidak wajib dizakati kecuali sebaliknya dari
jumlah maksimal perhiasan yang layak dipakai. Jika layaknya seseorang
memakai perhiasan maksimal 60 gram maka yang wajib dizakati hanyalah
perhiasan yang selebihnya dari 60 gram.
Catatan:
• Perhitungan harta yang wajib dizakati dilakukan setiap tahun pada bulan
yang sama
• Zakat dihutang 2,5% dari saldo akhir tahun berjalan.
BAB V
ZAKAT (PENGHASILAN) PROFESI
Dasar hukum
Hasil profesi (pegawai negeri, swasta, konsultan, dokter, notaris dan lain-lain)
merupakan sumber pendapatan (kasab) yang tidak banyak dikenal dimasa
salaf (generasi terdahulu). Oleh karenanya bentuk kasab ini tidak banyak
dibahas, khususnya yang berkaitan dengan zakat. Lain halnya dengan bentuk
kasab yang lebih popular saat itu, seperti pertanian, peternakan, dan
perniagaan, mendapat porsi pembahasan yang sangat memadai dan detail.
Meskipun demikian bukan berarti harta yang didapat dari hasil profesi
tersebut bebas dari zakat, sebab zakat pada hakekatnya adalah pungutan
harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk dibagikan kepada orang-
orang miskin diantara mereka (sesuai dengan ketentuan syara). Dengan
demikian apabila seseorang dengan hasil profesinya ia menjadi kaya, maka
wajib atas kekayaannya itu zakat.
Akan tetapi jika hasilnya tidak mencukupi kebutuhan hidup (dan keluarga)
nya, maka ia menjadi mustahiq (penerima zakat), sedang jika hasilnya
sekedar untuk menutupi kebutuhan hidupnya, atau lebih sedikit, maka
bagiannya tidak wajib zakat.
Contoh :
Abdul Baihaqie adalah seorang karyawan swasta yang berdomisili di Bogor.
Mempunyai seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil. Penghasilan
bersih per bulan Rp. 1.500.000,00,-
Perhitungan zakatnya
a. Pemasukan
Gaji / bulan Rp. 1.500.000,-
b. Nishab
Nishab = 552 kg beras @ Rp. 2000 Rp. 1.104.000,-
c. Zakat (dapat) dibayar stiap bulan
Sebesar 2,5%
Zakat : 2,5% x Rp. 1.500.000 Rp. 37.500,-
BAB VI
HARTA LAIN-LAIN
1. Saham
Jenis Saham:
• Saham yang dimiliki oleh individu atau lembaga terdiri dari saham biasa
(kommon stock) dan saham prefern (preferred stock)
• saham yang dimilliki oleh perusahaan (treasury stock) yakni saham milik
perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar, kemudian dibeli
oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasury yang nantinya dapat
dijual kembali.
Contoh:
Nyonya Salamah memiliki 500.000,- lembar saham PT. Abdi Ilahi. Harga
nominal Rp. 5.000.00 per lembar. Pada akhir tahun buku tiap lembar saham
memperoleh deviden Rp. 300,00,-
Perhitungan Zakat
Nilai saham (book value)
(500.000 x Rp. 5.000,-) Rp. 2.500.000,000-
Deviden (500.000 x Rp. 300,-) Rp. 150.000.000-
Contoh:
Fitri memperoleh hadiah dari tabungan Ummat Bank Muammalat, berupa
voucher umrah seharga 2000 UU$. Pajak undian ditanggung pemenang.
Perhitungan zakat
Nilai hadiah UU$ 2.000,-
Pajak 20% x UU$ 2.000,- UU$ 400,-
Fakir dan miskin adalah mereka yang kebutuhannya tidak tercukupi. Mereka
dari golongan :
1. Orang yang tidak punya harta dan usaha sama sekali
2. Orang yang punya usaha atau harta, tapi tidak mencukupi untuk diri dan
keluarganya, yaitu penghasilannya tidak memenuhi kebutuhannya.
3. Orang yang punya harta dan usaha, tapi hanya dapat memenuhi separuh
atau lebih dari kebutuhan keluarganya.
3. Amil Zakat
Amil zakat adalah mereka yang diangkat oleh penguasa atau badan
perkumpulan, untuk mengurus zakat. Hadits Nabi SAW : Aku (Abdullah bin As
Sa’dy) telah diangkat Umar untuk menjadi seorang amil zakat. Maka
manakala aku telah selesai mengerjakan urusan itu dan aku serahkan
kepadanya. Umarpun menyuruh memberikan kepadaku upahku. Disaat itu
aku berkata : Saya beramal karena Allah. Mendengar itu Umar berkata : aku
sendiri dimasa Rasullah SAW sering dijadikan seorang amil, dan aku juga
pernah mengatakan kepada Rasullah seperti apa yang engkau katakan
kepadaku ini. Perkataanku dijawab Rasul dengan sabdanya : Apabila
diberikan sesuatu kepada engkau denga tidak engkau memintanya, maka
makanlah dan sedekahkanlah. (H.R. Bukhari Muslim). Adapun tugas Amil
terdiri dari tiga bagian : 1) Urusan pengumpulan zakat, 2). Urusan pengelola,
3). Urusan pembagian zakat.
4. Golongan Muallaf
Fi Sabilillah adalah orang Islam yang berhutang dengan nama Allah, dibawah
panji-panji Al-Quran, tujuannya adalah untuk mengeluarkan manusia dari
penyembahan terhadap makhluk menjadi hanya kepada Allah SWT,
mengeluarkan manusia dari kesempitan hidup jahiliyyah kepada kelapangan
cahaya Islam, dan dari aniaya (kedholiman) kepada keadilan Islam.
Ciri yang jelas dari jihad fi-sabilillah adalah perjuangan yang sesuai dengan
ajaran Islam yang benar, berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah, tidak
dicampuri dengan unsur-unsur kesukuan dan kebangsaan, tidak dicampuri
dengan faham kapitalis barat atau sosialisme timur, dan senantiasa
menjadikan Islam sebagai dasar, sumber, tujuan, arah, pedoman dan
penuntun dalam perjuangan.
8. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil adalah orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan dan tidak
dapat mendatangkan bekal tersebut dengan cara apapun, atau orang yang
hendak melaksanakan perjalanan yang sangat penting (dharurat) sedang ia
tidak memiliki bekal.
a. Orang yang kafir dan mulhid (atheis) secara umum orang kafir tidak
berhak (haram) menerima bagian dari harta zakat, tapi boleh menerima
shadaqah (sunnah) kecuali mereka termasuk dalam kategori muallaf
Keluarga Bani Hasyim yaitu Keluarga Ali bin Abi Thalib, keluarga Abdul
Muthallib, kelurga Abbas Bin Abdul Muthallib dan keluarga Rasullah SAW
diharamkan untuk menerima zakat. Hal ini berlaku apabila negara tidak
menjamin kebutuhan hidup mereka, akan tetapi apabila negara tidak
menjaminnya, maka kedudukan mereka sama dengan anggota masyarkat
yang lain, dan berhak untuk menerima zakat apabila termasuk dalam
kategori mustahiq zakat.
BAB VIII
HIKMAH ZAKAT
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Qur’an al Karim
2. Tafsir Al-Qur’an Al Adzim, Al Hafidz Abu Alfida ‘Ismail Ibnu Katsir (MD 774
H)
3. Al Mu’jam Al Mufahris li Alfadz Al-Qur’an Al Karim, Ustaz Muhammad Fuad
Abdul Baqi, Daar Al Fikr, 1407 H
4. At Tibyan fi Ulum Al-Qur’an, Muhammad Aly Ash Shabuny, 1390 H
5. Al Jami’ Ash Shahih, Imam Muhammad bin Ismail Al Bukhari, (MD 256)
6. Shahih Muslim, Imam Muslim Bin Al Hajjah Al Qusyairi Al Naisaburi (MD
261 H)
7. Bustanul Ahbar – Mukhtashar – Nailul Author, Asy Syekh Faisal bin Abdul
Azis Al Mubarak, Kairo – Mesir, 1374 H
8. Pedoman Zakat, Prof DR. Hasbi Asy Syiddieqy, Bulan Bintang, Jakarta,
1953 M
9. Fiqh Az Zakat, Prof. DR. Qardawi, muassasah Ar Risalah, Bairur Libanon,
1973 M
10. Al Fiqh Al Manhaji’ Ala Madzhabi Imam Asy Syafii, Dr. Musthofa, et .al,
Darul Qalam – Damsyik, 1987 M
11. Musykilah Al Fakr wa Kaifa’ Alajaha Al Islam, Prof. DR. Yusuf Qardawi,
Maktabah Wabbah, Kairo – Mesir, 1977 M
12. Minhaj Ash Shalihin, Izzudin Baliq, Beirut – Libanon, 1398 H
13. Islamic Economic; Theory and Practice, Muhammad Abdul Manan, pent.
Potan Arif Harahap, Jakarta, 1922 M.