Laporan Kasus Psoriasis Vulgaris
Laporan Kasus Psoriasis Vulgaris
PSORIASIS VULGARIS
Disusun Oleh:
Fath Dizzi
1261050204
Dokter Pembimbing:
2. KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. Umah Umiyati
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 60 tahun
Pekerjaan :-
Alamat :-
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Berobat : 2 Agustus 2017
Autoanamnesis (Tanggal 2 Agustus 2017)
Keluhan Utama : Bercak Kemerahan yang meninggi pada kulit yang
disertai rasa gatal dan bersisik tebal, berlapis- lapis
berwarna putih pada punggung, kedua lengan, siku,
kedua tungkai sejak 3 tahun yang lalu.
Keluhan Tambahan : -
Plak eritematosa
Plak eritematosa
Plak skuama
hiperpigmentas
i
Gambar 2. Regio Scapularis,vertebralis
Tampak plak eritematosa, ukuran 2-5 cm, multiple, anular dan reguler,
sirkumkrip, disertai dengan skuama berlapis lapis (psoriasiformis).
Tampak makula hipopigmentasi, ukuran 0,5-2cm, anular, regular, sirkumkrip.
Plak eritematosa
skuama
Plak
hiperpigmentasi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Anjuran yang disarankan:
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium disini tujuannya untu menyingkirkan diagnosa
banding. Misalnya KOH 10% untuk menyikirkan diagnosis dermatofitosis. Caranya
diambil kerokan di bagian yang terkena kemudian diteteskan KOH 10% dan dilihat
diatas miskoskop pembesaran mulai dari 10x kemudian 40x dan dilihat akan terlihat
hifa dan spora terlihat gambaran hifa sebagai dua garis sejajar terbagi oleh sekat dan
bercabang maupun spora berderet (artrospora) pada Tinea (Dermatofitosis) dan
terlihat campuran hifa pendek dan spora spora bulat yang dapat berkelompok (
gambaran Meat ball and spagheti) pada Pitiriasis Versikolor (panu), pada psoriasis
tidak terlihat gambaran hifa.
2. Pemeriksan tetes lilin
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada
goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara
menggores dapat dengan pinggir gelas alas.
3. Pemeriksan Auspitz
Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang
disebabkanoleh papilomatous. Cara mengerjakannya demukian : skuama yang
berlapis-lapis dikerok, misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis,
maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan
tampak perdarahan yang berbintik-bintik, melainkan perdarahan yang merata.
4. Pemeriksan kobner
Fenomena Kobner trauma pada kulit penderita psoriasis misalnya oleh garukan
sehingga menimbulkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis. Timbul kira-
kira setelah 3 minggu.1,2,4,5
2. Pemeriksaan Histopatologi1,2,3,4
Pemeriksaan histopatologi, yaitu dengan cara mengambil potongan jaringan yang
akan diperiksa. Jaringan yang sudah dipotong difiksasi dengan larutan fiksasi seperti
formalin 10% supaya sel menjadi keras dan sel-selnya mati. Pewarnaan dilakukan
dengan Hematosilin Eosin (HE) atau dengan orselin dan giemsa Psoriasis
memberikan gambaran histopatologi, yaitu perpanjangan (akantosis) reteridges
dengan bentuk clubike, perpanjangan papila dermis, lapisan sel granuler menghilang,
parakeratosis, mikro abses munro (kumpulan netrofil leukosit polimorfonuklear yang
menyerupai pustul spongiform kecil) dalam stratum korneum, penebalan suprapapiler
epidermis (menyebabkan tanda Auspitz), dilatasi kapiler papila dermis dan pembuluh
darah berkelok-kelok, infiltrat inflamasi limfohistiositik ringan sampai sedang dalam
papila dermis atas.1,2,5,6
Resume
Ny. U perempuan berumur 60 tahun, Sejak 3 tahun yang lalu pasien mengeluhkan
timbulnya bercak bercak kemerahan pada kulit yang disertai rasa gatal di punggung,
kedua lengan, siku dan kedua tungkai. Awalnya pertama kali pasien mengeluhkan bercak
kemerahan sebesar uang koin yang terdapat pada tungkai kanan nya lama kelamaan
bercak tersebut semakin gatal, kemudian bercak bercak tersebut membesar sehingga
membentuk bercak bercak kemerahan yang meninggi dan bersisik tebal dan berlapis
berwarna putih seperti serpihan ketombe jika di garuk dan tidak berminyak serta makin
meluas ke bagian punggung. Jika bercak bercak kemerahan terasa gatal pasien
mengaruk nya dan mengakibatkan jadi mengelupas. Bila keringatan dan pada siang hari
terasa lebih gatal sehingga menggaruknya.
Pasien tidak pernah berobat sebelumnya tentang keluhan kulit yang
dideritanya.Pasien riwayat DM dan Hipertensi, keluarga tidak ada penyakit seperti
pasien.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ini meliputi pemeriksaan secara
umum dan pemeriksaan dermatologis. Pada pasien ini, secara umum tidak ada kelainan.
Pada status dermatologis, efloresensi terdapat pada region scalp; tampak plak eritematosa,
pada regio scapularis, veterbre; tampak plak eritematosa, ukuran 2-5 cm, jumlah multiple,
bentuk anular dan reguler, sirkumkrip, disertai dengan skuama berlapis lapis,. Pada
regio cruris sinistra tampak plak eritematosa, ukuran 1,5-3 cm, anular, multiple, regular
disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya. Pada regio cruris dextra terdapat
tampak plak eritematosa, ukuran 2 - 2,5 cm, anular, multiple, regular disertai dengan
skuama berlapis - lapis diatasnya, tampak
Diagnosis Banding
1. Psoariasis vulgaris
2. Tinea coporis
3. Ptiriasis rosea
4. Liken simplek kronik
5. Parapsoriasis
Diagnosis Kerja
Psoriasis vulgaris
Penatalaksanaan
Umum
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasien,
seperti:1,2,5,7
- menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
- Membersihkan serta memotong kuku.
- mencegah garukan dan gosokan
- cukup istirahat
- menghindari faktor pencetus.
- minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur
Khusus
Penatalaksanaan khusus yaitu dengan memberikasn farmakologi, berupa:
- Sistemik:
metilprednisolon 3 x 4 mg per hari 7 hari
cetirizine 1 x10 mg tablet per hari selama 7 hari jika gatal
Topikal:
Betamethason dipropionat 0.05% salep yang di oleh tipis tipis pada lesi
yang diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari.
Prognosis
Quo Ad vitam : Bonam
Quo Ad functionam : Bonam
Quo Ad sanationam : Bonam
3. PEMBAHASAN
Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar,
berlapis-lapis dan transparan; disertai dengan fenomenon tetesan lilin, Auspitz, dan
Kobner.1,2 Pada Pasien ini didapatkan dari anamnesis terdapat bercak bercak kemerahan
yang meninggi yang disertai sisik tebal dan berlapis lapis, dari hasil pemeriksaan
penunjang nya dilakukan fenomena tetesan lilin dengan menggoreskan penggaris pada
lesi primer lalu tampak skuama putih seperti lilin yang digores, pemeriksaan auspitz
dengan cara lesi primer dikerok dengan penggaris , hingga skuama berlapis lapis
tersebut habis lalu akan tampak bintik bintik perdarahan, dan tidak dilakukan
pemeriksan Kobner.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner (isomorfik)
kedua fenomena yang disebutkan lebih dahulu dianggap khas, sedangkan fenomena
kobner tidak khas, hanya kira kira 47 % yang positif dan didapatkan pula penyakit lain,
misalnya liken planus dan veruka plana juvenils.
Secara epidemiologi dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara
20 30 tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 60 tahun.8 Insiden pada orang
kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Faktor-faktor lain yang diduga
menimbulkan penyakit ini antara lain genetik, imunologik, dan beberapa faktor pencetus
lainnya seperti stres psikik, infeksi lokal, truma, gangguan metabolik, obat, juga alkohol
dan merokok.2,3,4 Pada kasus ini usia Ny. U 60 tahun merupakan faktor dalam insiden
namun tidak besar dan dari anmnesis didapatkan bahwa Ny. U memiliki riwayat DM dan
Hipertensi ini bisa menjadi faktor pencetus terjadinya psoriasis vulgaris. Dalam keluarga
pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama seperti yang dialami oleh pasien,
berdasarkan teori faktor genetik dan imunologik turut berperan dalam etipatogenesis
psoriasis. Bila orang tua tidak menderita psoriasis resiko menederita 12%, sedangkan jika
salah satu menderita psoriasis resiko mencapai 34 39%. Defek genetik pada psoriasis
dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel yaitu limfosit T, sel penyaji antigen
(dermal) atau keratinosit.
Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya bercak kemerahan yang menonjol pada kulit
dengan pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang bervariasi,
makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, bisa juga timbul gatal-gatal.3 Pada
stadium penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat
di pingir.2,6 Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like
scale), serta transparan. Plak eritematous yang tebal menandakan adanya hiperkeratosis,
parakeratosis, akantosis, pelebaran pembuluh darah dan inflamasi.2,6,8 Besar kelainan
bervariasi dari milier, lentikular, numular, sampai plakat, dan berkonfluensi. Pada kasus
ini didapatkan dari pemeriksaan hanya di temukan plak eritematosa multiple dengan
ukuran numular disertai dengan skuama yang berlapis lapis (psoriaformis) jadi pada
kasus ini sesuai dan didapatkan juga hipopigmentasi multiple dengan ukuran numular
disebabkan karena penyembuhan dari plak eritematosa dari psoriasis vulgaris dalam teori
nya seharusnya tahap penyembuhannya eritema yang ditengahnya harusnya menghilang
dan hanya dipinggir saja.
Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut,
lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp
dengan muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta
kuku.1,2,5,6 Pada pasien ini hanya terdapat di punggung, kedua tungkai bawah berarti
sesuai dengan tempat predikleksi psoriasis.
0%=0
< 10 % = 1
10 29 % = 2
30 % 49 % = 3
50 % 69 % = 4
70 % 89 % = 5
90 % 100 % = 6
Eritema ( E )
Scaling ( S )
Indurasi ( I )
Setiap parameter ini dihitung berdasarkan tingkat keparahan
Non = 0 Ringan = 1 Sedang = 2 Berat = 3 Amat Berat = 4
Total PASI di hitung dr penjumlahan :
PASI:
a. < 7 Ringan
b. 7 12 Sedang
c. > 12 Berat
Jadi total PASI pada Ny. U adalah 19,6 berat
Penilaian beradasarkan PASI bersifat subjektif, karena tidak ada standar
pengukuran yg pasti, jenis plaque atau eritema bisa berubah, sehingga sulit
menginterpretasikannya.
Pasien mengaku merasa gatal dan mengaruk sampai mengakibatkan terkelupas.
Gatal dalam prosiasi ini ada lah sifat nya kronik, mekanisme yang mendasari berbagai
jenis pruritus kronis yang kompleks. Sejumlah mediator yang terlibat dalam sensasi gatal
Sinyal gatal ditularkan terutama oleh kecil, gatal merupakan selektif serat C yang
bermylin berasal di kulit kemudian akan memicu histamin neuron - neuron dan dipicu
non histamin mungkin terlibat. Mereka membentuk sinaps dengan neuron sekunder yang
menyeberang ke traktus spinotalamikus kontralateral dan naik ke beberapa daerah otak
yang terlibat dalam sensasi , proses evaluatif , emosi , penghargaan , dan memori. Daerah
ini akan di hantar kan sebagai respon dari nyeri. Pasien dengan gatal kronis sering
memiliki perifer serta hypersensitivitas saraf pusat. Dalam keadaan ini, saraf gatal peka
bereaksi berlebihan terhadap rangsangan berbahaya yang biasanya menghambat gatal,
seperti panas dan menggaruk .
Diagnosa banding pada kasus ini yaitu psoariasis vulgaris adalah tinea coporis,
ptiriasis rosea, liken simplek kronis, parapsoriasis.
Tinea Coporis
Tinea coporis adalah infeksi dermatofita superfisial yang ditandai oleh baik lesi
inflamsi maupun non inflamasi pada glabrous skin ( kulit tubuh yang tidak berambut)
seperti muka, leher, badan, lengan, tungkai dan gluteal. Kelainan klinis merupakan lesi
bulat atau lonjong, terpisah satu dengan yang lain, berbats tegas terdiri atas eritema,
skuama, kadang kadang dengan vesikel dan papul di tepi, dapat pla terlihat sebagai
lesi dengan pinggir yang polisiklik. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang, kadang
kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan pada permulaan penederita merasa
sangat gatal, akan tetapi kelainan yang menahun tidak menimbulkan keluhan pada
penderita. Pemeriksaan sediaan langsung KOH diperoleh positif.1,2,5,6 Pada kasus ini
tempat predileksi dari tinea coporis sama dengan psoriasis, pada psoriasis didapatkan
plak eritema dengan skuama yang tebal, kasar dan berlapis lapis sedangkan pada
tinea coporis hanya terdapat eritema dengan skuama yang halus untuk menyikirkan
diagnosis banding dilakukan pada psoriasis fenomena tetesan lilin, auspitz, kobner
sedangkan untuk tinea coporis di lakukan pemeriksan dengan KOH 10%.
Ptiriasis rosea
Ptiriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai
dengan sebuah lesi insial berbentuk eritema dan skuama halus, kemudian disusul oleh
lesi lesi yang lebih kecil dibadan, lengan dan paha atas dan dilipatan kulit biasanya
sembuh dalam waktu 3 8 minggu. Tempat predileksi pada daerah yang tertutup
seperti daerah dada, punggung, lengan atas dan paha. Penderita mengeluh kan gatal
ringan dan lesi nya umumnya eritema yang berbentuk oval dan anular dengan skuama
halus dipinggir, gambaran yang khas yang membedkan dengan psoriasis vulgaris
adalah lesi yang tersusun sejajar dengan kosta, sehingga menyerupai pohon cemara
terbalik.1,2,5,6 pada kasus ini ruam nya sama eritema dengan skuama yang halus dan
bisa tebal jika sering terjadi gesekan atau tekanan, tempat predileksi nya hampir sama
dengan psoriasis vulgaris, hanya yang mebedakan nya adalah pada psoriasis skuama
yang berlapis lapis dan tedapat fenomena tetesan lilin dan auspitz dan kobner sedang
kan pada ptriasis rosea ruam nya skuama nya halus dan biasanya menyerupai seperti
pohon cemara terbalik dan terdapat papul papul milier.
Liken Simplek Kronis
Liken Simplek kronis atau juga dikenal dengan Neurodermatitis sirkumkripta
merupakan suatu peradangan kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal
dan garis kulit tampak menonjol (likenifisikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik.
Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu sampai bertahun-
tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan seringkali bersifat
paroxismal. Untuk membedakan dengan psoriasis vulgaris biasanya dari lesiny
tunggal pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema
dan eritema menghilang, bagan tengah berskuama dan menebal, terdapat likenifikasi
dan ekskoriasi, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.1,2,5,6
Parapsoriasis
Parapsoriasis merupakan penyakit kulit yang blum diketahui penyebabnya, tempat
predikleksi nya badan, lengan atas dan paha, tidak terdapat pada kulit kepala, muka
dan tangan. Biasanya pasien mengeluhkan eritema dan skuama dapat hemoragik
sedangkan pada pasien psoriasis didapatkan skuama yang berlapis lapis dan tebal,
kadang kadang berkonfluensi dan umumnya simetrik.1,2,5,6
TATALAKSANA
2. Pengobatan topikal
Kortikosteroid1,2,3.5,6,10,11
Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan pengobatan.
Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan kemudian dibalut dengan perban
oklusif kering. Yang menjadi pilihan adalah kortikosteroid dengan potensi tinggi
seperti Clobetassol Propionat, Diflorasone Diasetat, atau bethamethason dipropionat
0,05%, Fluocinolone 0.01% atau 0.025%, hidrokortison valerat 0,2%, triamcinolone,
fluocionida.
- Clobetasol
Topical steroid super poten kelas I, dengan menekan mitosis dan menambah
sintesi protein yang mengurangi inflamasi dan menyebabkan vasokontriksi.2
- Betametahasone dipropionate cream 0,05%
Merupakan anti inflamasi kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja
mengurangi peradangan dengan menekan migrasi sel leukosit polimorfonuklear
dan memperbaiki permeabilitas kapiler.2
- Triamcinolone 0,025%, 0,1%, 0,5% atau ointment
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi
peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki
permeabilitas kapiler. Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara
intralesi, biasanya sangat efektif (3mg/ml). Namun harus sangat diperhatikan
karena pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan atropi.2
- Fluocinolone 0.01% atau 0.025%
Topical kosrtikosteroid potensi tinggi yang mengahmbat proliferasi sel .
mempunyai sifat imunosupresif dan anti inflamasi.2
Preparat Ter1,2,3,8
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti
radang.Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:
1. Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau takhifilaksis
oleh karena pemakaian pada lesi luas.
2. Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal kurang
bijaksana.
3. Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit
sistemik.
Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter batubara lebih
efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga jauh lebih
besar. Pada psoriasis yang menahun lebih baik digunakan ter yang beasal dari
batubara, sebaliknya psoriasis akut dipilih ter dari kayu. Preparat tar seperti liquor
carbonis detergent 2-5% dalam salep dipakai untuk pengobatan psoriasis yang kronis.
Diduga mempunyai efek yang menghambat proliferasi keratinosit. Efeknya akan
meningkat bila dikombinasi dengan asam salisilat 2-5%, akan efektif jika
diaplikasikan pada daerah-daerah yang optimal misalnya lengan, dan kaki.
Asam salisilat merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan
topikal, efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi
yang terganggu. Konsentrasi rendah (1-2%) mempunyai efek keratoplastik yaitu
menunjang pembentukan keratin yang baru, konsentrasi tinggi 3 -20% bersifat
keratolitik dan dipake untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Pada kasus ini
asam salisiat diberikan hanya 3%, efek desmolitik asam salisilat ini terbukti
meningkatkan penetrasi kortikosteroid topikal.
Antihistamin1,2,3,4,6,8
Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi keluhan
pruritus dengan memblokir efek pelepasan anti histamine secara endogen.namun
peran dan keuntungannya dalam mengatasi pruritus lokal sangat rendah.
Beberapa obat antihistamin lainnya yaitu:2
- dipenhidramin,untuk mengurangi gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan
histamine
- Loratadine merupakan suatu antihistamin trisiklik yang bekerja cukup lama
(Long acting), mempunyai selektivitas tinggi pada reseptor histamin - H1 perifer
dan tidak menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik.
- chlorpheniramine, bekerja sama dengan histamin atau permukaan reseptor H1
pada sel efektor di pembuluh darah dan traktus respiratori
- Hidroxyzine, reseptor H1 antagonis di perifer. Dapat menekan aktiviras
histamine diregio subkortikal sistem saraf pusat .
- Klonazepam, untuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan dengan reseptor-
reseptor di SSP, termasuk system limbic dan pembentukan reticular. Efeknya
bisa dimediasi melalui reseptor GABA.
- Cetirizin HCl adalah antihistamin antagonis H1 generasi kedua, terbukti lebih
nyaman dan menguntungkan karena tidak menimbulkan efek mengantuk
sehingga tidak mengganggu aktifitas pasien.
Ditranol (antralin)
Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2 0,8 % dalam pasta, salep atau krim. Lama
pemakaian hanya - jam sehari sekali untuk mencegah iritasi, penyembuhan
dalam 3 minggu.
Tazaroten
Merupakan derivat vitamin A, misalnya etretinat atau acitretin. Mempunyai efek
menghentikan diferensiasi dan proliferasi keratinosit dan bersifat anti inflamasi,
dengan menghambat fungsi netrofil. Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa
generalisata ataupun lokalisata, dan eritroderma psoriatik.2,6
Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0.05 % dan 0,1%.
Bila dikombinasikan dengan steroid topical potensi sedang dan kuat akan
mempercepat penyembuhan dan mengurangin iritasi.
Pengobatan dengan sinar
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan
untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara
alamiah, tetapi sayang tidak dapt diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah
psoriasis. Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang
dikenal sebagai UVA.2 Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau
berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA,
atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara
Goeckerman.2,5,6,9,10,11
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek sinergik.
Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan
2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan
pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.1,2
Topikal:
- Salep Betametason dipropionat 0,05% yang dioleskan tipis-tipis pada lesi yang
diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari.
Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu:
1. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.
2. Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler.
3. Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang
peranan dan steroid topikal dapat menurunkan inflamasi.
Alasan pemilihan Betametason dipropionat 0,05% karena obat ini merupakan anti
inflamasi kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi
peradangan dengan menekan migrasi sel leukosit polimorfonuklear dan
memperbaiki permeabilitas kapiler.
Diskusi