Anda di halaman 1dari 16

1 Pengertian Korosi

Korosi merupakan suatu proses interaksi antara logam dengan

lingkungannya yang berlangsung secara elektrokimia. Karena reaksi elektrokimia,

maka dalam peristiwa korosi selalu melibatkan unsur kimia dan listrik yang

berupa aliran elektron dari voltase rendah ke voltase tinggi. Dalam banyak hal

korosi menyebabkan penurunan daya guna dari suatu bagian komponen mesin

atau peralatan-peralatan yang terbuat dari logam, seperti peralatan pabrik,

peralatan rumah tangga, peralatan kimia, pembuatan jembatan dan lain-lain.

2 Prinsip Dasar Korosi

Peristiwa korosi tidak akan terjadi dengan sendirinya melainkan ada

faktor-faktor tertentu yang mendasari timbulnya korosi. Faktor-faktor tersebut

dapat menimbulkan terjadinya peristiwa korosi apabila diantara komponen-

komponen tersebut terjadi hubungan satu sama lain yang dapat menyebabkan

timbulnya aliran elektron. Faktor-faktor yang mendasari korosi tersebut dapat

dilihat dalam suatu rangkaian sel korosi basah sederhana pada gambar dibawah

ini.

Kawat Penghubung
1
2

3
Anoda Katoda
Elektrolit
4
Keterangan : 1. Anoda
2. Katoda
3. Elektrolit
4. Kawat Penghubung

Gambar II.1. Sel Korosi Basah Sederhana

Dari gambar II.1 dapat dilihat bahwa antar anoda dan katoda

dihubungkan oleh sebuah kawat yang dapat menghantarkan arus listrik yang

terjadi di dalam larutan elektrolit, hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi

pada anoda jika antara anoda dan katoda terdapat selisih potensial atau selisih

energi bebas.

Dari rangkaian sel korosi diatas terdapat empat faktor yang

memfasilitasi terjadinya korosi yaitu anoda, katoda, lingkungan (elektrolit) dan

hubungan listrik antara dua elektroda.

2.1 Anoda

Anoda adalah logam atau bagian dari logam yang potensial listrinya

lebih negatif dari logam lainnya. Pada anoda biasanya terjadi korosi dimana

logam terurai menjadi ion dan melepaskan sejumlah elektron dari atom logam

netral yang besarnya sama dengan jumlah valensi dari logam yang terurai,

peristiwa ini dikenal dengan reaksi oksidasi (reaksi anodik). Contoh rekasi

oksidasi ini dapat dilihat pada reaksi dibawah ini.


Fe Fe2+ + 2e-

Zn Zn2+ + 2e-

2.2 Katoda

Katoda adalah logam atau bagian dari logam yang potensial listriknya

lebih positip dibandingkan dengan logam atau bagian dari logam lainnya. Pada

katoda biasanya tidak mengalami peristiwa korosi karena disini terjadi reaksi

reduksi (reaksi katodik) yaitu terjadinya pengurangan ikatan valensi atau

pemakaian elektron. Berkaitan dengan hal tersebut dikenal suatu derajat keasaman

(pH), dimana jika derajat keasamannya lebih kecil dari tujuh (pH < 7) maka

lingkungan tersebut disebut asam, sebaliknya jika derajat keasaman lebih besar

dari tujuh (pH > 7) maka lingkungan tersebut disebut basa. Contoh reaksi dari

masing-masing derajat keasaman tersebut dapat dilihat pada reaksi dibawah ini.

2H+ + 2e- H2 (Asam), pH < 7

O2 + 4H+ + 4e- 2H2O (Asam), pH < 7

O2 + 2H2O + 4e- 4OH- (Basa), pH > 7

2.3 Lingkungan (Elektrolit)

Lingkungan adalah media tempat terjadinya korosi antara lain media

tanah, air dan udara.

a) Lingkungan tanah
Zat utama yang ada dalam tanah adalah SiO 2, Al2O3, CaO, MgO, dan

beberapa garam dalam air. Garam-garam yang dapat menimbulkan korosi adalah

garam sulfat, klorida florida, silikat, dan karbonat (HCO 3) dan kationnya adalah

Al3+, K+, Na+, dan Ca+. Akibat humus tanah dan organik dalam tanah, maka tanah

akan mempunyai pH yang rendah. Bakteri aerobik pembentuk garam sulfat dan

sulfat juga dapat menurunkan pH menjadi rendah. Dalam tanah rawa atau tanah

yang dalam, oleh bakteri anaerobik dapat mengubah senyawa belerang menjadi

H2S hingga dapat membentuk sulfida.

Dengan alasan diatas, korosi dalam tanah antara suatu titik dengan titik

lainnya akan sangat berbeda. Oleh karena itu ion Fe3+ dapat bereaksi dengan

silikat, terutama dalam tanah yang memiliki unsur perusak, maka akan terbentuk

lapisan tanah yang terdiri dari karat dan tanah. Pada temperatur yang lebih tinggi

(100o-300o) senyawa sulfat akan tereduksi menjadi sulfida.

Terutama baja yang mengandung Ni seperti baja austenitik adalah

termasuk pereduksi sulfat. H2S yang terbentuk akan mempercepat terjadinya

korosi merata maupun pada korosi sumur dan korosi tegangan. Humus dan hasil

proses pembusukan dari daun-daun akan membuat tanah menjadi lebih asam yang

menyebabkan tanah menjadi lebih korosi.

b) Lingkungan Air

Kita ketahui bahwa air di alam ada bermacam-macam, antara lain seperti :

Air hujan dan salju

Air permukaan seperti air sungai dan danau

Air tanah dangkal (air sumur) dan air tanah dalam (air artesis)
Air laut

Semua air ini adalah dapat menjadi penyebab korosi karena air dapat

berfungsi sebagai pereaksi, katalisator, pelarut, maupun sebagai elektrolit untuk

terjadinya korosi pada logam. Tapi, korosivitas dari masing-masing air ini akan

berlainan terhadap logam yang sama karena agresivitasnya berbeda disebabkan

mempunyai komposisi zat terlarut yang tidak sama.

Air yang paling bersih adalah air suling yang bebas dari kation dan anion,

yang masih baru dan terisolir dari udara maka akan bebas dari mikroba.

Air alam yang paling bersih adalah air hujan dan salju karena merupakan air

sulingan alam, tetapi walaupun demikian masih tercampur dengan CO2 dari

udara yang akan membentuk H2CO3 dan air menjadi bersifat sedikit asam dan

bersifat korosif pada baja.

Air laut yang mengandung 35 gram garam-garam tiap liternya. Yang

paling dominan adalah NaCl, kemudian MgSO4, MgCl2, dan seterusnya.

Dilihat dari konsentrasi garam yang begitu tinggi jelas sekali agresevitasnya

terhadap logam sangat tinggi.

Air permukaan yang komposisinya terlarut tergantung pada tanah yang

ditempati atau tempat tergenangnya. Tetapi pada umumnya zat yang terlarut

jauh lebih rendah dari air laut. Biasanya air permukaan mengandung Ca 2+, Mg
2+
, NH+4, Cl- dan SO4-, agresevitas korosinya lebih rendah dibanding air laut.

Air tanah dangkal, seperti air sumur, komposisi zat terlarutnya sangat

tergantung pada tanah, dimana sumur itu dibuat. Bila tanahnya banyak

mengandung kapur maka akan terbentuk endapan, air jenis ini masih
mengandung mikroba karena tidak mendapatkan saringan alam secara

sempurna. Korosivitasnya rendah dibanding dengan air laut.

Air tanah dalam, pada umumnya bebas dari mikroba karena mendapat proses

pengendapan yang lama sekali. Hanya kelemahannya jumlah ion yang terlarut

akan cukup banyak, karena kontak langsung antara air dengan tempat didalam

tanahnya sendiri, biasanya mengandung mineral yang cukup tinggi.

c) Lingkungan Air Tanah

Air tanah mengandung beberapa zat dalam jumlah yang bervariasi terdiri

dari CO3-, HCO3-, Cl-, SO4-, dan SiO2 sedangkan kationnya Ca2+, Na+, K+ dan

sedikit sekali Mg2+, dan Al3+. Pada temperatur tinggi zat-zat diatas akan

membentuk endapan pada dinding logam yang panas. Endapan yang utama adalah

CaCO3, CaSO4, dan didapat juga Na2SO4. Endapan inilah yang memulai

timbulnya korosi.

Pada elektrolit terjadi proses penghantaran arus listrik yang didalamnya

terdapat unsur-unsur yang agresif yang akan memfasilitasi reaksi pada anoda dan

katoda.

Pada lingkungan ini terdapat beberapa faktor yang dapat mempercepat

ataupun memperlambat laju korosi yaitu :

a. Oksigen dan oxidizer

Efek oxidizer terhadap laju korosi dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
Gambar II.2. Konsentrasi Oxidizer Terhadap Laju Korosi

Keterangan :

Daerah 1 = Laju korosi H2SO4 + O2

Daerah 2 = Laju korosi H2SO4 + Fe3+

Daerah 3 = Laju korosi H2SO4 + HNO3

Pada daerah nomor 1 menunjukkan kecenderungan laju korosi meningkat

seiring dengan pertambahan konsentrasi oksigen dalam larutan lingkungan.

Fenomena ini dapat dilihat pada reaksi tembaga dalam H2SO4 + O2.

Pada daerah nomor 2 laju korosi menurun drastis dan cenderung bertahan

pada laju yang sama walaupun kadar oksigen dalam larutan ditingkatkan.

Fenomena ini dapat dilihat pada reaksi baja dalam H2SO4 + Fe3+.

Pada daerah nomor 3 laju korosi meningkat pada konsentrasi oxidizer tertentu.

Fenomena ini dapat dilihat pada reaksi baja staeinless dalam H2SO4 + HNO3
pekat. Namun secara umum laju korosi meningkat seiring meningkatnya

konsentrasi oksidizer pada logam baja biasa.

b. Efek kecepatan

Efek kecepatan larutan terhadap laju korosi bersifat kompleks dan tergantung

pada karakteristik logam pada saat ia dicelupkan. Hal ini dapat dilihat dalam

Gambar II.3 dibawah ini.

Gambar II.3. Efek Kecepatan Terhadap Laju Korosi

Keterangan :

Daerah A = Fe dalam H2O + O2

Daerah B = Fe dalam HCl encer

Daerah C = Pb dalam H2SO4

Kurva A. Jika proses korosi dikontrol oleh difusi katodik. Hal ini terjadi pada

media dengan jumlah oksidiser yang sangat kecil, seperti O 2 terlarut dalam air

atau asam.
Kurva B. Jika proses korosi dikontrol oleh aktifasi polarisasi. Di sini

kecepatan alir atau agitasi tidak punya pengaruh terhadap laju korosi.

Kurva C. Jika pembentukan film protektif berupa massa yang tidak menempel

sekuat film pasif. Jika kecepatan alir sangat tinggi, maka film dapat rusak

secara mekanis atau lepas dari logam. Hal ini disebut korosi erosi. Diiyakini

bahwa Pb dalam H2SO4 encer membentuk senyawa Pb sulfat yang merupakan

film massa yang tidak larut, tetapi akan rusak oleh kecepatan tinggi.Hal ini

juga berlaku pada Fe dalam H2SO4 pekat yang membentuk Fe sulfat.

c. Efek temperatur

Temperatur dapat berperan dalam mengaktifasi semua reaksi kimia. Secara

umum dapat dilihat kecenderungan dimana makin tinggi temperatur maka

makin cepat laju korosi. Gambar berikut ini menunjukkan beberapa kasus

berkaitan dengan temperatur dan laju korosi.

Gambar II.4. Efek Temperatur Terhadap Laju Korosi.

Dari gambar II.4 diatas dapat dilihat bahwa pada posisi A laju korosi

mengalami peningkatan yang proporsional seiring dengan peningkatan

temperatur, sedangkan pada posisi B laju korosi meningkat pada temperatur

tertentu (x).
d. Konsentrasi unsur-unsur korosif

Pada gambar II.5 berikut ini akan diperlihatkan efek konsentrasi unsur-unsur

korosif dalam larutan terhadap laju korosi. Disini diperlihatkan pada posisi A

laju korosi meningkat pada konsentrasi unsur-unsur korosif tertentu,

sedangkan pada posisi B menunjukkan perilaku laju korosi yang tidak

konsisten, dimana pada saat awal laju korosi meningkat seiring peningkatan

konsentrasi korosif, tetapi berikutnya terjadi penurunan hingga minimal pada

peningkatan konsentrasi berikutnya.

1 2

Gambar II.5. Konsentrasi Unsur Korosif Terhadap Laju Korosi

Keterangan :

Daerah A.1. Ni dalam NaOH

Stainless steel 18-8 dalam HNO3

Hasstelloy kurva B dalam HCl

Ta dalam HCl

Daerah B. Al dalam Asam Cuka + HNO3

Stainless steel 18-8 dalam H2SO4

Fe dalam H2SO4
Kurva A.1. adalah bahan yang terpasifasi dan hanya sedikit dipengaruhi oleh

konsentrasi media.

Kurva A.1-2 adalah bahan yang lapisan pelindungnya rusak oleh konsentrasi

yang sangat tinggi, seperti Pb dalam H2SO4. Diyakini bahwa PbSO4 terbentuk

larut lagi pada konsentrasi yang tinggi.

Kurva B adalah kurva yang dihasilkan oleh media asam yang larut pada semua

konsentrasi

2.4 Hubungan Kelistrikan

Antara anoda dan katoda harus terdapat kontak listrik agar arus dalam

sel korosi dapat mengalir, tetapi hal ini tidaklah mutlak karena di dalam struktur

mikro dari suatu logam telah terdapat potensi yang dapat menyebabkan logam itu

terkorosi dengan sendirinya, karena di dalam logam tersebut terdapat unsur

katodik dan anodiknya yang berbatasan secara langsung sehingga menimbulkan

beda potensial.

3 Bentuk-bentuk Korosi
Berikut ini akan kita bicarakan mengenai bentuk-bentuk korosi yang

terjadi pada logam. Ada beberapa bentuk korosi yang terjadi pada logam yang

diantaranya yaitu :
1. Korosi Merata

Korosi ini disebut korosi merata karena korosi yang terjadi hampir sama

diseluruh permukaan. Korosi merata dapat dikendalikan dengan cara antara

lain penggunaan lapis pelindung (pengecatan), proteksi katodik, pemilihan

logam yang sesuai untuk lingkungan tertentu dan penambahan ketebalan

(Corrosion allowance).

2. Korosi Galvanik

Korosi galvanik adalah korosi yang tejadi antara dua logam tak sejenis

yang dipasang secara bergandengan, sehingga membentuk sebuah sel korosi

galvanik. Prinsip terjadinya sel galvanis adalah dua lempengan logam tak

sejenis yang masing-masing sebagai anoda dan katoda bila benda pada

lingkungan elektrolit dan adanya kontak arus listrik pada kedua logam tersebut

maka logam yang anodik akan teroksidasi dan membentuk produk korosi.

Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara hindari kontak langsung

antara dua logam tersebut, diberi isolator sehingga mencegah aliran elektron.

3. Korosi Selektif

Korosi selektif disebabkan karena terlarutnya suatu unsur yang bersifat

lebih anodik dari unsur paduan lain dari suatu logam paduan, contohnya, pada

logam kuningan yang merupakan paduan antara Cu dan Zn. Pengendaliannya

dengan penggunaan paduan yang tahan terhadap korosi selektif contohnya


pada paduan kuningan yang mengandung As, Sb atau P dan menghindari

lingkungan korosif.

4. Korosi Celah

Korosi celah terjadi pada daerah-daerah celahan dan bagian-bagian yang

tersembunyi pada permukaan logam di lingkungan korosif. Korosi ini terjadi

akibat adanya perbedaan konsentrasi oksigen antar lingkungan diluar celah

dengan konsentrasi oksigen didalam celahan.

Prinsip terjadinya korosi celah dapat diuraikan pada penjelasan dibawah

ini :

a. Pada kondisi awal korosi terjadi diseluruh permukaan logam

b. Karena oksigen sulit masuk kebagian dalam celah, maka klorida (Cl) yang

mempunyai diameter ion lebih kecil masuk, sehingga keasaman di dalam

celah meningkat dan reaksi selanjutnya mampu berjalan secara mandiri,

akibatnya terjadilah korosi yang lebih buruk pada bagian dalam celah

tersebut.

Pengendaliannya terutama dilakukan dengan menghindari terbentuknya

celah-celah dalam suatu konstruksi dan pembersihan karat basah dipermukaan

logam.

5. Korosi Erosi

Korosi erosi terjadi karena adanya aliran fluida yang bersifat korosif

pada permukaan logam. Aliran ini biasanya sangat cepat seperti aliran fluida
dalam pipa sehingga dapat menimbulkan keausan mekanik atau abrasif.

Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain :

1. Secara mekanik, pada tahap design ukuran pipa diperbesar agar laju arus

menurun.

2. Meminimalkan elbow (siku)

3. Kehalusan permukaan dalam pipa harus halus.

6. Korosi Tegangan

Korosi tegangan adalah korosi yang terjadi akibat adanya aksi gabungan

antara lingkungan korosif dan tegangan lokal yang melampaui batas elastis

logam. Hal-hal yang mempengaruhi korosi ini adalah temperatur, komposisi

larutan, komposisi logam, tegangan dan struktur logam. Cara mengatasinya

yaitu dengan cara : mempergunakan proteksi katodik, menggunakan inhibator,

menurunkan tegangan di bawah harga batasnya, mengganti bahan paduan

yang digunakan.

7. Korosi Sumuran

Korosi sumuran terjadi akibat adanya :

1. Slip dipermukaan logam

2. Cacat logam, antara lain :

a. Voids (cacat lubang)

b. Segregasi

c. Fasa kedua (unsur Mangan Sulfida)

d. Batas butir
Korosi ini merupakan korosi lokal yang secara selektif menyerang

bagian permukaan logam tertentu. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan

cara permukaan logam diperhalus, diberi inhibitor dan dengan pelapisan.

Terjadinya korosi sumuran dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Permukaan logam yang tergenang oleh titik air menyebabkan

berkurangnya kandungan oksigen dalam elektrolit di dekatnya, sehingga

terjadilah korosi umum di seluruh permukaan logam.

b. Karena lintasan oksigen yang ditengah lebih panjang, maka bagian ini

menjadi anoda. Akibatnya pelarutan terjadi di tengah titik air dan

terjadilah reaksi ion-ion hidroksil yang menyebabkan penumpukan produk

korosi di sekeliling lubang sumuran dan membentuk cincin karat.

8. Korosi Batas Butir

Korosi antar butir adalah korosi yang terjadi akibat terbentuknya deposit

pada permukaan butiran. Ini umumnya terjadi pada baja steinless yang

mengalami perlakuan panas dalam selang waktu tertentu, misalnya : pada

pengelasan multipass, dimana terjadi diffusi unsur chromium dari dalam

butiran ke batas butir dan membentuk endapan Cr23C6. Endapan (Cr23C6) ini

sangat mulia, sehingga yang terkorosi adalah logam yang ada dikiri kanannya.

Inilah yang disebut korosi antar butir.

Untuk mengatasi korosi antar butir ini dapat dilakukan dengan beberapa

cara antara lain :

1. Solution Quenching
0 0
Baja tahan karat dipanaskan pada temperatur 1050 C 1150 C,

kemudian di dinginkan secara cepat. Dengan cara ini karbida khrom akan

larut kembali kedalam butiran baja sehingga akan didapat baja tahan karat

dengan struktur yang lebih homogen. Sehingga korosi antar butir dapat

diatasi.

2. Penurunan Kadar Karbon

Kadar karbon didalam baja tahan karat diturunkan sampai dibawah 0,03%

dimana kandungan karbon seperti tersebut diatas karbida khrom tidak akan

terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai