14 - Pengantar Audit
14 - Pengantar Audit
Menunjuk Surat Keputusan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan Cukai
nomor KEP-53/PP.5/2013 tanggal 15 April 2013 hal Pembentukan Tim Penyusunan Modul
Pendidikan dan Pelatihan pada Pusdiklat Bea dan Cukai Tahun Anggaran 2013, maka
kepada Sdr. Ichsan Nafarin, S.S.T., Ak. telah ditugaskan menyusun Modul Pengantar Audit
untuk Diklat Teknis Substantif Dasar (DTSD) Kepabeanan dan Cukai.
Modul ini telah diseminarkan dan telah dilakukan perbaikan sesuai dengan masukan
dan saran dalam seminar, serta telah disusun dengan mengacu pada peraturan
penyusunan modul yang berlaku, maka dengan ini kami nyatakan modul ini sah dan layak
untuk digunakan dalam diklat di lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada penyusun dan semua pihak
yang telah membantu penyelesaian modul tersebut.
DAFTAR ISI
Halaman
A.Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat .... 1
2. Persyarat Kompetensi................ 2
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar................................................... 2
4. Relevansi Modul .................................. 2
B.KEGIATAN BELAJAR
1. Kegiatan Belajar (KB) 1. Pendahuluan Audit Kepabeanan dan Cukai
1.1. Uraian dan contoh ....................................................................................... 3
A. Latar Belakang Audit Kepabeanan dan Cukai.................... 3
B. Pengertian Audit Kepabeanan dan Cukai ...................... 9
C. Tujuan Audit Kepabeanan dan Cukai..................................... 16
1.2. Latihan 1 ........................ 17
1.3. Rangkuman ......... 17
1.4. Tes Formatif 1...... 18
1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ....................... 19
PENUTUP ... 44
TES SUMATIF ............................................ 45
KUNCI JAWABAN ( TES FORMATIF DAN TES SUMATIF ) ............................. 47
DAFTAR PUSTAKA .................................................... 48
ii
Pengantar Audit
DAFTAR GAMBAR
iii
iii
iii
Pengantar Audit
Untuk dapat memahami modul ini secara benar, maka peserta diklat diharapkan
mempelajari modul ini secara urut mulai dari Kegiatan Belajar 1 sampai dengan Kegiatan
Belajar 5.
Cara mempelajari setiap kegiatan belajar adalah mengikuti tahap-tahap berikut ini:
1. Lihat apa yang menjadi target indikator dari kegiatan belajar tersebut;
2. Pelajari materi yang menjadi isi dari setiap kegiatan belajar hingga anda benar-benar
memahami;
3. Lakukan review materi secara umum, dengan cara membaca kembali ringkasan materi
untuk mendapatkan hal-hal penting yang menjadi fokus perhatian pada kegiatan
belajar ini;
4. Kerjakanlah Tes Formatif pada kegiatan belajar yang sedang dipelajari;
5. Lihat kunci jawaban Tes Formatif dari kegiatan belajar tersebut yang terletak pada
bagian akhir modul ini. Cocokkan hasil tes formatif dengan kunci jawaban tersebut.
Apabila ternyata hasil Tes Formatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 81 ((jumlah
yang benar/total jumlah soal)x100%), maka kegiatan belajar dapat dilanjutkan pada
kegiatan belajar berikutnya, namun apabila diperoleh angka di bawah 81, maka
peserta diklat diharuskan mempelajari kembali kegiatan belajar tersebut agar
selanjutnya dapat diperoleh angka minimal 81.
6. Kerjakan Tes Sumatif apabila semua Tes Formatif dari seluruh kegiatan belajar telah
dilakukan.
7. Lihat kunci jawaban Tes Sumatif yang terletak pada bagian akhir modul ini. Cocokkan
hasil tes sumatif dengan kunci jawaban tes sumatif, apabila ternyata hasil tes sumatif
peserta diklat memperoleh nilai minimal 81 ((jumlah yang benar/total jumlah
soal)x100%), maka peserta diklat dapat dinyatakan lulus dari kegiatan belajar.
iv
iv
iv
Pengantar Audit
PETA KONSEP
Dalam mempelajari modul ini, agar lebih mudah dipahami maka disarankan
kepada peserta diklat untuk mempelajari peta konsep modul. Dengan demikian pola pikir
yang sistematik dalam mempelajari modul dapat terjaga secara berkesinambungan
selama mempelajari modul.
v
Pengantar Audit
vi
Pengantar Audit
A
PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Modul Pengantar Audit Kepabeanan dan Cukai ini digunakan untuk mata
diklat pengantar audit kepabeanan dan cukai dalam Diklat Teknis Substantif
Dasar (DTSD) Kepabeanan dan Cukai. Titik berat modul ini ditekankan kepada
latar belakang, pengertian dan tujuan audit kepabeanan dan cukai, obyek audit,
jenis-jenis audit kepabeanan dan cukai, serta alur proses audit mulai
perencanaan hingga pelaporan. Modul ini sebagai tahap lanjutan dalam
memahami konsep audit kepabeanan dan audit cukai.
Pemahaman terhadap konsep audit kepabeanan dan cukai serta berbagai
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai penting
untuk dikuasai setiap pegawai DJBC karena audit kepabeanan dan cukai telah
menjadi bagian integral dari sistem kepabeanan dan cukai. Dengan memahami
konsep audit kepabeanan dan cukai maka pola pemikiran pegawai DJBC
terhadap sistem kepabeanan dan cukai menjadi utuh dan lengkap.
2. Prasyarat Kompetensi
1
Pengantar Audit
Standar Kompetensi
Setelah mempelajari modul ini diharapkan para peserta diklat dapat
menjelaskan materi audit kepabeanan dan cukai.
Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari modul ini, para peserta diklat diharapkan dapat
menjelaskan latar belakang, pengertian dan tujuan audit kepabeanan dan cukai,
mampu menjelaskan objek dan jenis-jenis audit kepabeanan dan cukai, serta
mampu menjelaskan proses perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan dalam
audit kepabeanan dan cukai.
4. Relevansi modul
2
Pengantar Audit
B
KEGIATAN
BELAJAR
1. Kegiatan Belajar (KB) 1
PENDAHULUAN
AUDIT KEPABEANAN DAN CUKAI
Indikator Keberhasilan :
1. Mampu memahami latar belakang audit kepabeanan dan cukai
2. Mampu memahami pengertian audit kepabeanan dan cukai
3. Mampu menjelaskan audit di bidang kepabeanan dan cukai
3
Pengantar Audit
Di masa awal institusi kepabeanan dan cukai yang dulu lazim disebut
douane, bea dan cukai identik dengan fungsi pengawasan lalu lintas barang
impor ekspor. Karena fungsi pengawasannya, bea dan cukai kemudian dianggap
sebagai faktor "hambatan" dalam perdagangan internasional. Hal ini dapat
dimengerti karena memang keberadaan bea dan cukai sangat penting dalam
upaya melindungi negara dan masyarakat dari pengaruh buruk barang-barang
dari luar negeri, termasuk menjaga agar barang-barang strategis di dalam negeri
tidak begitu saja mengalir keluar negeri yang efeknya dapat mengancam
kepentingan nasional. Dalam konteks cukai, bea dan cukai berperan mengurangi
konsumsi barang kena cukai yang memang memiliki karakteristik perlu dibatasi
dan dikendalikan penggunaannya karena efek tertentu kepada masyarakat. Di
sinilah bea dan cukai berperan sebagai community protector.
Ketika perdagangan internasional menjadi kebutuhan, maka negara
menerapkan kebijakan tarif untuk menjaga kepentingan nasional dan
mengendalikan arus keluar masuk barang. Barang kena cukai juga dikendalikan
dengan mekanisme tarif cukai yang tentu memberikan pemasukan melalui
pembayaran cukai. Ditambah dengan fakta bahwa negara juga membutuhkan
pendapatan untuk membiayai berbagai kegiatan, ternyata bea masuk, bea
keluar, cukai dan pajak dalam rangka impor/ekspor dapat turut berperan
mendukung keuangan negara. Dari sinilah kemudian bea dan cukai berperan
sebagai revenue collector.
Ketika kebutuhan perdagangan internasional semakin besar dan sangat
mempengaruhi perekonomian negara, bea dan cukai dituntut untuk berperan
dalam pertumbuhan ekonomi. Karena bea dan cukai memang bergerak dalam
pengawasan ekspor impor, maka perannya jelas sangat strategis dalam
perekonomian. Ekonomi akan tumbuh pesat jika kegiatan industri dan
perdagangan tumbuh dan berkembang dengan baik. Karenanya bea dan cukai
diharapkan membantu sektor perdagangan agar berjalan lancar, dengan iklim
perdagangan yang sehat, fair dan kompetitif. Demikian pula bea dan cukai
diharapkan mendukung pertumbuhan sektor industri agar semakin efisien dan
lebih berkembang. Di sinilah bea dan cukai kemudian dianggap memiliki peran
sebagai trade facilitator dan industrial assistance.
4
Pengantar Audit
5
Pengantar Audit
Gambar 1.1
Sumber : Penulis
6
Pengantar Audit
7
Pengantar Audit
8
Pengantar Audit
9
Pengantar Audit
Berbicara tentang audit kepabeanan dan audit cukai akan selalu berkaitan
dengan audit yang dilakukan dalam bidang akuntansi keuangan. Orang yang
belum mengerti tentang audit kepabeanan dan audit cukai akan selalu
membandingkannya dengan audit keuangan (financial audit) yang dilakukan oleh
kantor-kantor akuntan publik (KAP). Bahkan ketika audit kepabeanan dan audit
cukai hendak dilakukan, banyak yang mengelak dengan berkata bahwa mereka
sudah diaudit oleh KAP. Hal ini adalah hal yang wajar karena memang keduanya
sesungguhnya merupakan bagian dari kegiatan audit yang cakupannya meliputi
segala bidang dan tidak terbatas pada akuntansi keuangan saja.
Secara etimologi, audit berasal dari bahasa latin dengan kata auderee
yang berarti mendengar. Mendengar yang efektif adalah sebuah aktivitas
menyerap informasi dalam suatu media dengan menggunakan alat pendengaran
yang diikuti dengan respon yang terprogram. Dengan demikian agar kegiatan
mendengar terjadi maka:
Harus ada informasi
Harus ada media
Harus ada alat pendengaran
Harus direspon
Secara istilah, Alvin A. Arens mendefinisikan audit sebagai proses
pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti informasi yang dapat diukur
mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan yang
dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen. Atau dapat disimpulkan
bahwa audit itu adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan:
Proses pengumpulan dan evaluasi bukti audit
Informasi yang dapat diukur
Entitas, baik berupa perusahaan atau organisasi lainnya
Seseorang atau sejumlah orang yang kompeten dan independen
Penentuan kesesuaian informasi dengan kriteria tertentu
Pelaporan hasil berupa informasi tentang tingkat kesesuaian antara informasi
yang diuji dan kriterianya
10
Pengantar Audit
UU Kepabeanan dan
UU Cukai dan
peraturan
pelaksanaannya
Sumber: Penulis
11
Pengantar Audit
12
Pengantar Audit
d. Pelaporan
Tahap terakhir dalam audit adalah penyusunan laporan audit yang
merupakan alat penyampaian hasil audit kepada pengguna laporan tersebut.
Walaupun isi laporan audit dapat berbeda, tetapi pada hakekatnya laporan
tersebut harus mampu memberikan keterangan mengenai kesesuaian informasi
dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam audit kepabeanan dan audit cukai,
laporan audit dituangkan dalam Laporan Hasil Audit (LHA) yang berisi
kesimpulan tentang hasil pemeriksaan, data-data terkini dari auditee beserta
rekomendasi atas temuan-temuan audit. LHA ini selanjutnya menjadi landasan
pengambilan keputusan yang dituangkan dalam surat-surat penetapan dan surat
tindak lanjut hasil audit serta dipergunakan dalam kegiatan updating data profil
pengguna jasa kepabeanan dan cukai.
Sebagaimana dalam audit keuangan, LHA dalam audit kepabeanan dan
audit cukai juga dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak. Dalam audit keuangan
laporan audit dapat dimanfaatkan oleh para pemegang saham, investor, debitur,
kreditur, direksi, komisaris, karyawan dan stakeholder lainnya. Sedangkan LHA
dalam audit kepabeanan dan audit cukai dapat dimanfaatkan oleh DJBC dalam
13
Pengantar Audit
14
Pengantar Audit
15
Pengantar Audit
mekanisme audit maka metode pengawasan yang dilakukan bea dan cukai telah
sesuai dengan international best practice.
16
Pengantar Audit
1.2. Latihan 1
1.3. Rangkuman
17
Pengantar Audit
18
Pengantar Audit
management.
5. BS Audit yang dilaksanakan oleh DJBC diarahkan untuk audit
keuangan.
6. BS Audit kepabeanan dan cukai dapat menggunakan data DJBC.
7. BS Bukti audit hanya bersumber dari pembukuan.
8. BS Audit kepabeanan dan cukai merupakan operational audit.
9. BS Audit kepabeanan dan cukai bertujuan untuk menguji ketentuan
perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai.
10. B S Audit kepabeanan dan cukai umumnya bersifat investigasi.
19
Pengantar Audit
A. Obyek Audit
Dalam audit kepabeanan dan cukai, pada prinsipnya audit dapat dilakukan
atas semua pihak yang dalam melakukan kegiatannya memiliki tanggung jawab
atas pemenuhan ketentuan perundangan di bidang kepabeanan dan cukai baik
perorangan maupun badan hukum, baik badan usaha swasta maupun milik
negara. Audit ini dilakukan untuk menguji kepatuhan terhadap ketentuan
perundangan terutama dalam rangka pengawasan, pembinaan, penilaian
ketaatan, pendeteksian kemungkinan penyimpangan dan pelanggaran pidana
serta untuk mengamankan hak-hak keuangan negara.
1. Audit Kepabeanan
Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan audit kepabeanan terhadap
Orang yang bertindak sebagai importir, eksportir, pengusaha tempat penimbunan
sementara (TPS), pengusaha tempat penimbunan berikat (TPB), pengusaha
pengurusan jasa kepabeanan (PPJK), dan pengusaha pengangkutan sesuai
Undang-Undang Kepabeanan.
a. Importir
Importir adalah Orang yang melakukan kegiatan memasukkan barang
kedalam daerah pabean. Dalam konteks audit kepabeanan, importir diaudit untuk
20
Pengantar Audit
b. Eksportir
Eksportir adalah orang yang melakukan kegiatan mengeluarkan barang
dari daerah pabean. Eksportir diaudit untuk memastikan kewajibannya telah
dipenuhi. Kewajiban tersebut antara lain mencakup hal-hal berikut :
menyelenggarakan pembukuan dan menerapkan sistem pengendalian
internal yang memadai.
memberitahukan semua ekspor yang dilakukan dengan membuat
pemberitahuan pabean ekspor.
membuat pemberitahuan pabean ekspor dengan benar dalam arti kegiatan
ekspor tersebut benar-benar terjadi, dan semua informasi yang disampaikan
dalam pemberitahuan tersebut terkait jumlah dan jenis barang, klasifikasi tarif
bea keluar serta nilai ekspor.
membayar bea keluar terkait kegiatan impor yang dilakukan sesuai jumlah
yang seharusnya dibayar.
21
Pengantar Audit
22
Pengantar Audit
f. Pengusaha pengangkutan
Pengusaha pengangkutan adalah orang yang melakukan kegiatan
pengangkutan barang yang berada dalam lingkup undang-undang kepabeanan.
Dalam konteks audit kepabeanan, pengusaha pengangkutan diaudit untuk
memastikan kewajibannya telah dipenuhi yang mencakup antara lain hal-hal
berikut :
menyelenggarakan pembukuan dan menerapkan sistem pengendalian
internal yang memadai.
memberitahukan kegiatan pengangkutan barang yang diatur dalam undang-
undang kepabeanan terkait kedatangan dan keberangkatan sarana
pengangkut.
menyerahkan pemberitahuan pabean atas barang yang diangkutnya dan
menyampaikan secara benar informasi terkait jumlah, jenis, volume dan
tonase barang.
melakukan kewajiban lainnya sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.
2. Audit Cukai
Untuk audit cukai, Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan audit
terhadap orang yang bertindak sebagai pengusaha pabrik, pengusaha tempat
penyimpanan, importir barang kena cukai, penyalur, dan pengguna barang kena
cukai (BKC) yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai sesuai Undang-
Undang Cukai.
a. Pengusaha Pabrik
Pengusaha pabrik adalah orang yang mengusahakan tempat tertentu yang
dipergunakan untuk menghasilkan barang kena cukai dan/atau untuk mengemas
barang kena cukai dalam kemasan untuk penjualan eceran. Dalam konteks audit
23
Pengantar Audit
24
Pengantar Audit
d. Penyalur BKC
Penyalur adalah orang yang menyalurkan atau menjual BKC yang sudah
dilunasi cukainya yang semata-mata ditujukan bukan kepada konsumen akhir.
Penyalur BKC diaudit untuk memastikan kewajibannya telah dipenuhi. Kewajiban
tersebut mencakup hal-hal berikut :
menyelenggarakan pembukuan dan menerapkan sistem pengendalian
internal yang memadai.
Memasukkan dan menjual BKC hanya yang telah dilekati pita cukai atau
sudah dilunasi cukainya.
Melakukan kewajiban lainnya sebagai penyalur BKC sesuai ketentuan.
25
Pengantar Audit
B. Jenis Audit
Bila dalam audit umum kita mengenal audit keuangan, audit kinerja, audit
investigasi, audit lingkungan, dsb maka berdasarkan lingkup dan tujuannya,audit
kepabeanan dan audit cukai dapat dibagi menjadi tiga yaitu audit umum, audit
khusus dan audit investigasi:
1. Audit Umum
Audit Umum adalah audit yang memiliki ruang lingkup pemeriksaan secara
lengkap dan menyeluruh terhadap pemenuhan kewajiban kepabeanan dan
cukai. Contoh audit umum adalah audit yang masuk dalam Daftar Rencana
Obyek Audit (DROA) dan audit sewaktu-waktu yang meliputi lingkup
pemeriksaan yang lengkap dan menyeluruh.
2. Audit Khusus
Audit Khusus adalah audit yang memiliki ruang lingkup pemeriksaan
tertentu terhadap pemenuhan kewajiban kepabeanan dan/atau cukai. Contohnya
adalah audit dalam rangka keberatan atas penetapan pejabat bea dan cukai
mengenai nilai pabean dan audit dalam rangka pemberian fasilitas kepabeanan.
3. Audit Investigasi
Audit Investigasi adalah audit dalam rangka membantu proses penyelidikan
dalam hal terdapat dugaan tindak pidana kepabeanan dan/atau cukai. Audit
investigasi dilakukan dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di bidang
kepabeanan dan cukai didasarkan pada rekomendasi Direktur Penindakan dan
Penyidikan (P2) atau Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan. Pelaksanaan
audit investigasi harus didahulukan dari audit umum dan audit khusus, guna
penyelesaian secepatnya.
Adapun berdasarkan proses perencanaannya audit kepabeanan dan cukai
dapat dibedakan dalam audit terencana dan audit sewaktu-waktu. Audit secara
terencana dilaksanakan atas obyek audit yang telah disusun secara selektif dan
tertuang dalam Daftar Rencana Obyek Audit (DROA) yang disetujui oleh Direktur
Audit. DROA disusun untuk periode 6 (enam) bulan dengan memperhatikan
26
Pengantar Audit
ketersediaan Tim Audit dan beban kerja. Yang tercakup dalam audit terencana
hanya audit yang bersifat umum.
Audit dilakukan sewaktu-waktu dapat dilaksanakan berdasarkan perintah
Direktur Jenderal, Permintaan Direktur, Kepala Pusat Kepatuhan Internal, Kepala
Kantor Wilayah, Kepala Kantor Pelayanan Utama, Lembaga-lembaga Negara,
instansi lain diluar DJBC, permohonan dari pihak calon auditee dan informasi
masyarakat, dengan mempertimbangkan skala prioritas. Audit sewaktu-waktu ini
bisa berbentuk audit umum, khusus maupun investigasi.
2.2. Latihan 2
1. Sebutkan siapa saja yang menjadi obyek audit kepabeanan maupun obyek
audit cukai!
2. Sebutkan jenis-jenis audit kepabeanan dan cukai, jelaskan masing-masing!
2.3. Rangkuman
1. Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan audit kepabeanan terhadap
perseorangan atau badan hukum yang bertindak sebagai Importir,
Eksportir, Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara (TPS), Pengusaha
Tempat Penimbunan Berikat (TPB), Pengusaha Pengurusan Jasa
Kepabeanan (PPJK), Pengusaha Pengangkutan.
2. Untuk audit Cukai, Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan audit
terhadap Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir
Barang Kena Cukai, Penyalur, Pengguna Barang Kena Cukai yang
mendapat fasilitas pembebasan cukai.
3. Berdasarkan lingkup dan tujuannya, audit kepabeanan dan audit cukai
dapat dibagi menjadi tiga yaitu audit umum, audit khusus dan audit
investigasi. Berdasarkan proses perencanaannya audit dapat dibedakan
dalam audit terencana dan audit sewaktu-waktu.
27
Pengantar Audit
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai
91 % s.d 100 % : Amat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81 % ke atas (kategori Baik), maka
disarankan mengulangi materi.
28
Pengantar Audit
ALUR PROSES
AUDIT KEPABEANAN DAN CUKAI
Indikator Keberhasilan :
1. Mampu menjelaskan proses perencanaan audit
2. Mampu menjelaskan proses pelaksanaan audit
3. Mampu menjelaskan proses pelaporan
4. Mampu menjelaskan proses evaluasi dan monitoring
A. Perencanaan Audit
1. Penyusunan DROA
Perencanaan audit merupakan langkah penting pertama yang harus
dipersiapkan dengan baik agar pekerjaan-pekerjaan audit yang akan dilakukan
dalam suatu periode berjalan dengan baik, terkoordinasi dan tidak saling
tumpang-tindih. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menuangkan rencana audit
dalam Daftar Rencana Obyek Audit (DROA). DROA merupakan daftar yang
berisi nama-nama obyek yang akan diaudit beserta alasan dan rencana waktu
pelaksanaan audit dalam periode tertentu. DROA disusun untuk periode 6
(enam) bulan dengan memperhatikan ketersediaan Tim Audit dan beban kerja.
Periode DROA adalah jangka waktu 1 Januari s.d. 30 Juni dan 1 Juli s.d. 31
Desember (semesteran).
DROA disusun dengan mempertimbangkan risk management. Faktor-
faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan obyek audit yang
29
Pengantar Audit
30
Pengantar Audit
Rencana Kerja Audit (RKA) yang memuat prosedur dan jadwal terkait persiapan
audit, pekerjaan lapangan, penyampaian daftar temuan sementara, pembahasan
akhir, dan pelaporan. RKA berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
tugas audit agar sesuai dengan prosedur dalam program audit, pembagian tugas
antar anggota tim serta pelaksanaannya agar dapat selesai tepat waktu.
B. Pelaksanaan Audit
1. Tim Audit
Dalam audit kepabeanan dan audit cukai, setiap pelaksanaan audit dapat
dilakukan oleh tim audit yang susunan keanggotaannya terdiri dari pengawas
mutu audit (PMA), pengendali teknis audit (PTA), ketua auditor dan seorang atau
lebih auditor. Untuk audit investigasi, keanggotaan tim audit ditambah dengan
satu atau lebih pejabat bea dan cukai dari Direktorat atau Bidang Penindakan
dan Penyidikan (P2). Dan jika dipandang perlu, susunan tim audit juga dapat
ditambah dengan seorang atau lebih pejabat bea dan cukai selain auditor
dan/atau seorang atau lebih pejabat instansi lain di luar DJBC.
3. Periode Audit
Periode audit adalah periode kegiatan auditee yang masuk dalam lingkup
audit. Periode audit umum ditetapkan selama dua tahun sampai dengan akhir
bulan sebelum penerbitan surat tugas. Apabila akhir periode audit kurang dari
dua tahun maka periode audit dimulai sejak akhir periode audit sebelumnya, atau
sejak auditee melakukan kegiatan kepabeanan dan/atau cukai sampai dengan
akhir bulan sebelum penerbitan surat tugas.
31
Pengantar Audit
5. Kewajiban Auditee
Pekerjaan audit memerlukan adanya kerjasama yang baik antara tim audit
dan auditee. Untuk itu peraturan mengenai kepabeanan dan cukai mengatur
kewajiban auditee berkaitan dengan pelaksanaan audit, yaitu :
32
Pengantar Audit
Pelaksanaan audit harus diselesaikan dalam jangka waktu tiga bulan sejak
tanggal penugasan sebagaimana tercantum dalam surat tugas atau surat
perintah. Penyelesaian audit dapat diperpanjang oleh Direktur Audit, KaKanwil
atau Kepala KPU sehingga menjadi paling lama 12 bulan dengan periode
perpanjangan maksimum tiga bulan untuk setiap permohonan perpanjangan
penyelesaian Audit. Apabila pelaksanaan Audit tidak dapat diselesaikan dalam
jangka waktu 12 bulan, harus diajukan permohonan perpanjangan jangka waktu
penyelesaian audit kepada Direktur Jenderal.
7. Pekerjaan Lapangan
33
Pengantar Audit
8. Pekerjaan Kantor
34
Pengantar Audit
d. Pembahasan Akhir
Dalam hal auditee menolak sebagian atau seluruh temuan dalam DTS, tim
audit dan auditee melakukan pembahasan akhir yang dilaksanakan selambat-
lambatnya tujuh hari kerja setelah tanggal diterimanya tanggapan auditee.
Proses Pembahasan Akhir dituangkan dalam risalah pembahasan akhir dan
dirangkum dalam hasil pembahasan akhir untuk selanjutnya ditutup dengan
BAHA.
Berkaitan dengan pelaksanaan pembahasan akhir, auditee dianggap
menerima seluruh temuan audit dalam DTS dan dijadikan dasar pembuatan
BAHA, dalam hal auditee tidak menghadiri pembahasan akhir, auditee hadir
tetapi tidak melaksanakan pembahasan akhir atau auditee melaksanakan
pembahasan akhir tetapi tidak menandatangani hasil pembahasan akhir.
Hasil pembahasan akhir memuat:
temuan audit yang disetujui oleh auditee;
temuan audit yang dibatalkan oleh Tim Audit; dan/atau
temuan audit yang dipertahankan oleh Tim Audit.
35
Pengantar Audit
f. Penelaahan
Dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Tim Audit dengan auditee
dalam Risalah Pembahasan Akhir yang terkait penafsiran peraturan kepabeanan
dan/atau cukai, PMA dapat mengajukan permohonan penelaahan kepada
Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan. Hasil
Penelaahan dituangkan dalam Risalah Penelaahan dan merupakan bagian dari
Risalah Pembahasan Akhir. Risalah Penelaahan selanjutnya disampaikan
kepada Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan
Utama.
36
Pengantar Audit
Hasil dari pelaksanaan audit adalah berupa Laporan Hasil Audit (LHA),
yang disusun berdasarkan Berita Acara Hasil Audit (BAHA) atau Berita Acara
Penghentian Audit (BAPA) dalam hal audit umum atau audit khusus selain
dalam rangka keberatan atas penetapan Pejabat Bea Cukai. Untuk audit khusus
dalam rangka keberatan atas penetapan Pejabat Bea Cukai dan audit
investigasi, LHA disusun berdasarkan KKA.
LHA disampaikan secara hardcopy dan/atau data elektronik kepada
Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala Kantor Pelayanan Utama;
dan/atau auditee. Laporan Hasil Audit ditandatangani oleh PMA, PTA dan Ketua
Auditor. Sedangkan KKA sebagai lampiran LHA disampaikan secara hardcopy
dan/atau data elektronik kepada Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah, atau
Kepala Kantor Pelayanan Utama dikirimkan kepada auditee, Direktur Audit,
Kepala Kantor Wilayah atau Kepala KPU. Dalam hal Audit Khusus yang
dilakukan dalam rangka keberatan atas penetapan Pejabat Bea dan Cukai dan
Audit Investigasi, LHA tidak disampaikan kepada auditee. LHA dan KKA harus
diterima oleh Direktur Audit paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal
penerbitan LHA.
LHA digunakan sebagai dasar penetapan Direktur Jenderal Bea dan Cukai,
penetapan Pejabat Bea dan Cukai, penerbitan surat tindak lanjut dan/atau
penerbitan surat tindak lanjut hasil audit cukai.
a. Penetapan Direktur Jenderal Bea dan Cukai yang dituangkan dalam :
Surat Penetapan Kembali Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPKTNP), dalam hal
terdapat kekurangan dan/atau kelebihan pembayaran bea masuk, cukai, pajak
dalam rangka impor, dan/atau sanksi administrasi berupa denda yang
diakibatkan karena kesalahan tarif dan/atau nilai pabean.
Surat Penetapan Kembali Perhitungan Bea Keluar (SPKPBK), dalam hal
terdapat kekurangan atau kelebihan pembayaran bea keluar dan/atau sanksi
administrasi berupa denda.
37
Pengantar Audit
38
Pengantar Audit
1. Evaluasi
2. Monitoring
3.2. Latihan 3
39
Pengantar Audit
3.3. Rangkuman
1. DROA merupakan daftar yang berisi nama-nama obyek yang akan diaudit
berserta alasan dan rencana waktu pelaksanaan audit dalam periode
tertentu. DROA disusun secara selektif untuk periode 6 (enam) bulan
berdasarkan manajemen resiko.
2. Rencana Kerja Audit memuat prosedur dan jadwal yang tekait dengan
Persiapan audit, Pekerjaan Lapangan, Penyampaian Daftar Temuan
Sementara, Pembahasan Akhir, dan Pelaporan.
3. Audit umum dan audit khusus dilaksanakan berdasarkan surat sedangkan
untuk audit investigasi dilaksanakan berdasarkan surat perintah.
4. Tim audit terdiri dari pengawas mutu audit (PMA), pengendali teknis audit
(PTA), ketua auditor dan seorang atau lebih auditor. Dalam hal audit
investigasi, keanggotaan tim audit di atas ditambah dengan satu atau lebih
pejabat bea dan cukai dari Direktorat Penindakan dan Penyidikan (P2) atau
Bidang Penindakan dan Penyidikan.
5. Wewenang tim audit dalam suatu pekerjaan audit adalah :
Meminta data audit, Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari
auditee atau pihak lain yang terkait;
Memasuki bangunan kegiatan usaha dan/atau ruangan tempat
menyimpan data audit serta melakukan pemeriksaan di tempat tersebut;
Melakukan tindakan pengamanan terhadap tempat/ruangan
penyimpanan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan kepabeanan
dan/atau cukai (penyegelan).
6. Kewajiban auditee berkaitan dengan pelaksanaan audit, yaitu :
Menyerahkan data audit dan menunjukkan sediaan barangnya;
Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis;
40
Pengantar Audit
41
Pengantar Audit
42
Pengantar Audit
Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai
91 % s.d 100 % : Amat Baik
81 % s.d. 90,00 % : Baik
71 % s.d. 80,99 % : Cukup
61 % s.d. 70,99 % : Kurang
43
Pengantar Audit
PENUTUP
Setelah Saudara selesai mempelajari Modul ini (membaca serta
mengerjakan latihan soal, maupun tes formatif yang tersedia) diharapkan
Saudara memahami bagaimana latar belakang pelaksanaan audit kepabeanan
dan cukai. Terdapat bebarapa tahap dalam sistem pengawasan diantaranya
tahap sebelum clearance (preclearance stage), Tahap pada saat clearance
barang (clearance stage), Tahap pasca clearance barang (post clearencestage),
dan kemudian berkembang untuk menyelaraskan antara pengawasan dan
pelayanan.
Kemudian Saudara akan lebih mendalam untuk memahami obyek dan
jenis-jenis audit kepabeanan dan cukai. Obyek audit ada yang berkaitan dengan
audit kepabeanan dan ada yang berkaitan dengan audit cukai, masing-masing
memiliki tujuan yang secara umum dapat diringkas sebagai upaya menguji
kepatuhan terhadap ketentuan perundangan di bidang kepabeanan dan cukai.
Adapun alur proses audit kepabeanan dan cukai dimulai dari proses
perencanaan melalui penyusunan DROA hingga penyusunan tim audit.
Pelaksanaan audit ditandai terbitnya surat tugas/perintah yang kemudian
dilanjutkan proses perencanaan pelaksanaan audit melalui penyusunan RKA dan
program audit. Pelaksanaan audit dilakukan dalam pekerjaan tim yang terdiri dari
PMA, PTA, ketua auditor dan auditor. Melalui tahapan pekerjaan lapangan dan
pekerjaan kantor, hasil audit dituangkan dalam DTS yang kemudian disampaikan
kepada auditee untuk ditanggapi.
Tahap akhir dari kegiatan audit adalah pelaporan hasil audit yang
dituangkan dalam laporan hasil audit (LHA) yang berisi berbagai fakta dan
rekomendasi yang kemudian ditindaklanjuti dengan surat-surat penetapan dan
tindak lanjut. Untuk menjamin perbaikan secara kontinyu dan memastikan hasil
audit ditindaklajuti dilakukan evaluasi dan monitoring audit.
Modul ini merupakan dasar dari pengetahuan tentang kegiatan audit
kepabeanan dan cukai yang minimal harus Saudara ketahui. Untuk hal yang
lebih mendalam Saudara harus menambah pengetahuan melalui diklat lanjutan
post clearence audit (DTSS Post Clearence Audit).
44
Pengantar Audit
TES SUMATIF
45
Pengantar Audit
46
Pengantar Audit
KUNCI JAWABAN
2. TEST SUMATIF
1. S 11. S
2. B 12. B
3. S 13. S
4. S 14. B
5. S 15. B
6. B 16. S
7. S 17. S
8. S 18. S
9. S 19. S
10. B 20. B
47
Pengantar Audit
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 200/PMK.04/2011 tanggal 9 Desember
2011 tentang Audit Kepabeanan dan Audit Cukai
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 138/PMK.04/2007 tanggal 12 November
2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembukuan di Bidang
Kepabeanan
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 110/PMK.04/2008 tanggal 15 Agustus
2008 tentang Kewajiban Pencatatan bagi pengusaha pabrik Skala Kecil,
Penyalur Skala Kecil yang wajib memiliki izin, dan pengusaha tempat
Penjualan eceran yang wajib memiliki izin
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 109/PMK.04/2008 tanggal 15 Agustus
2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembukuan di Bidang Cukai.
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-7/BC/2012 tentang
Standar Audit Kepabeanan dan Audit Cukai
Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-9/BC/2012 tentang
Tata Laksana Audit Kepabeanan dan Audit Cukai
World Customs Organization, Revised KYOTO Convention
Standar Akuntansi Keuangan(SAK), Ikatan Akuntan Indonesia.
48