Anda di halaman 1dari 20

ANESTESI DAN SKILL LAB

Fachira Ulfa Makmur, Andi Sofyan Efendi, Nana Junita, Raldi P.


Pembimbing Drh. Novi Susanty
Bagian Bedah dan Radiologi Program Pendidikan Dokter Hewan
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin

1.PENDAHULUAN peserta didik untuk mendapatkan


pengalaman langsung. Ide dasar belajar
Pada dasarnya, pemberian anestesi
berdasarkan pengalaman mendorong peserta
memang dilakukan untuk mengurangi
didik untuk merefleksi atau melihat kembali
bahkan menghilangkan rasa nyeri,baik
pengalaman-pengalaman yang mereka
disertai atau tanpa disertai hilangnya
pernah alami.
kesadaran. Biasanya anestesi dibutuhkan
Adapun yang dilakukan dalam
pada tindakan-tindakan yang berkaitan
pembelajaran skill lab kali ini yaitu lebih
dengan pembedahan, karena dalam waktu
difokuskan pada Anestesi hewan,
tertentu harus dapat dipastikan hewan tidak
pemasangan infus, pemasangan Edotracheal
dapat merasakan nyeri lagi sehingga tidak
Tube (ETT),pemasangan kateter pembacaan
menimbulkan penderitaan bagi hewan
EKG, dan teknik pengambilan darah.
(Sardjana dan Kusumawati, 2004).
Skills Labkepanjangan dari skill 2. TINJAUAN PUSTAKA
laboratory atau laboratorium keterampilan
2.1.Pengertian Anestesi
medik bertujuan untuk membekali
mahasiswa kedokteran, dalam hal ini Anaesthesia adalah hilangnya sensasi
khususnya kedokteran hewan dengan atau kontrol terhadap tubuh. Biasadigunakan
kompetensi klinik.Skills Labmenawarkan untuk mendeskripsikan proses reversible
metode belajar keterampilan medis yang yang membiarkan proseduroperasi atau
sistematis, mulai dari yang sederhana ke arah terapi apapun yang menyebabkan rasa nyeri
yang lebih kompleks dan makin terintegrasi hebat untuk dilakukan tanpapasien merasa
pada tahun-tahun akhir pendidikan. stres atau tidak nyaman (Marcovitch, H.,
Keterampilan medik terdiri dari tiga pokok 2005).Anaesthesia umum adalah hilangnya
keterampilan, kontrol terhadap tubuh karena
yaitu:Keterampilankomunikasi, penekananterhadap sistem syaraf pusat
Keterampilan pemeriksaan fisik, dan secaraa reversible (Welsh, L., 2009).
keterampilan prosedural.Praktek merupakan Pada bidang sains veteriner, anestesi
upaya untuk memberi kesempatan kepada umum diperlukan untuk berbagai kasus
dalam pembedahan dan juga untuk pupil.Pemberian tidak dianjurkan pada
penentuan diagnosis didalam praktik kondisi takikardia. Kontradiksi obat ini yaitu
(Sardjana et al, 2011). hewan yang menderita gangguan hepar
Menurut Sardjana dan Kusumawati (Sardjana dan Kusumawati, 2004)
(2004), obat-obatan anestetik yang diberikan Menururt Sardjana et al (2011),obat
pada hewan akan membuat hewan tersebut golongan antikolinergik seperti atropin
tidak peka terhadap rasa sakit sehingga diberikan dengan dosis pada anjing dan
hewan menjadi lebih tenang,dengan kucing 0,02mg/kg BB SC(subcutan).
demikian pembedahan dapat dilaksanakan Berikut tabel dosis atropin sulfat
dengan aman dan lancar. Tipe anestesi dapat secara intra muskular pada beberapa spesies
dikelompokkan dalam: hewan:
1. 1.Anestesi terbatas, yaitu: anestesi lokal, Tabel 2.1Dosis Atropin sulfat
anestesi regional, sedasi dan narkosis. Hewan Dosis (mg/KgBB)
2. anestesi umum, dengan beberapa metode Anjing 0,005
yaitu: melalui inhalasi, peroral,per-rektal, Kucing 0,1
intravena, intraperitoneal, kombinasi Kelinci 0,2
anestesi terbatas dan anestesi umum Tikus 0,005
dengan atau tanpa pemberian Mencit 0,005
premedikasi. Kuda 0,02
Domba 0,3
2.2 Jenis Premedikasi dan Obat Anestesi Babi 0,1
Primata 1,005
a.Premedikasi
Sumber:Sardjana dan Kusumawati (2004)
Atropin Sulfat
Pemberian atropin sebagai obat
b.Obat Anestesi
antikolinergik digunakan untuk mengurangi
1.) Ketamin
sekresi kelenjar ludah dan bronkus serta
Ketamin mempengaruhi susunan
mencegah bradikardia yang diberikan
saraf pusat, keamin mempunyai efek
sebelum pemberian anestesi,mengingat
analgesia yang sangat kuat dan khususnya
sekresi bronkial berlangsung selama anestesi
pada hewan golongan felidae, tetapi efek
dan dapat berlangsung dengan pemasangan
hipnotiknya kurang dan kesadaran relatif
pipa intubasi trachea (Sardjana et al, 2011).
kembali dengan cepat.ketamin sering
Atropin dapat menurunkan peristaltik
menimbulkan disorientasi, halusinasi, gelisah
intestinal dan menyebabkan dilatasi
dan tidak terkendali. Efek pada barbiturat dan ketamin potensiasi yang
kardiovaskuler yaitu terjadi peningkatan terjadi dapat mencapai 50%.Obat ini dapat
tekanan darah baik sistolik maupun distolik berfungsi sebagai sedatif terutama pada sapi
yang mencapai 20-25%,dengan demikian ada dan domba, tetapi dapat juga dipakai untuk
terjadi peningkatan jantung. Efek lainnya kuda, kucing, anjing, primata, dan
adalah depresi pernapasan kecil dan bersifat kelinci.Efek sedasi tercapai maksimal 20
sementara pada sistem pernapasan, menit setelah pemberian intramuskular dan
menyebabkan dilatasi bronkus dan berakhir setelah satu jam. Xylazine yang
mengurangi spasme bronkus.Indikasi dipakai untuk tujuan relaksasi muskulus, dan
pemakaian ketamin adalah sebagai obat pada umumnya dikombinasikan dengan
tunggal maupun sebagai induksi pada ketamin untuk beberapa spesies hewan
anestesi umum. Kontraindikasi pemakaian (Sardjana dan Kusmawati, 2004) .
obat ini adalah hewan yang mengalami Sardjana dan Kusumawati (2004)
hipertensi dan penderita penyakit jantung menuliskan bahwa pada hewan kecil, efek
(Sardjana et al,2011). sampingnya meliputi bradikardia dan
Hampir pada semua hewan, ketamin penurunan cardiac output, vomit, tremor,
dengan dosis pemberian tunggal bukan obat motilitas intestinal menurun tetapi kontraksi
anestetik yang bagus, karena obat ini tidak uterus meningkat. Selain itu, xylazine juga
merelaksasi muskulus bahkan kadang- mempengaruhi keseimbangan hormonal,
kadang tonus sedikit meningkat (Sardjana antara lain menghambat produksi insulin dan
dan Kusumawati,2004). Dosis pemberian ADH (antidiuretic hormone).
pada anjing 5-8mg/kg BB secara IV atau 10- Tabel 2.2
20mg/kgBB secara IM (Sardjana et al,2011). Dosis xylazin pada beberapa spesies
Pada kucing, dosis ketamin yang dianjurkan Hewan Dosis Cara
adalah 10-30mg/KgBB secara IM (sardjana (mg/kgBB) Pemberian

dan Kusumawati,2004). Anjing 1.0-2,0 IM


Kucing 1,0-2,0 IM
2.Xylazin Kelinci 3,0 IV
Xylazin menimbulkan efek relaksasi Primata 1,0-2,0 IM
muskulus sentralis,juga mempunyai efek Sapi 0,1 IM
analgesik. Kondisi tidur yang ringan sampai Kambing 0,05 IM
kondisi narkosis yang dalam dapat tercapai, Domba 0,2 IM
tergantung pada dosis untuk masing-masing Kuda 0,5-3.0 IM
spesies hewan.Bila dipakai bersama golonan Babi 1,0 IM
Sumber:Sardjana dan Kusumawati (2004) gambaran seperti mata ikan karena
terhentinya sekresi lakrimal.
2.3 Stadium Anestesi

2.4 Gangguan Anestesi


Stadium anestesi dibagi dalam 4
yaitu; Stadium I (stadium induksi atau Menurut Sardjana dan Kusumawati
eksitasi volunter), dimulai dari pemberian (2004), pemberian obat anestetik seringkali
agen anestesi sampai menimbulkan menimbulkan berbagai gangguan yang dapat
hilangnya kesadaran.Rasa takut dapat disebabkan oleh obat anestetik atau kondisi
meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, hewan itu sendiri. Beberapa hal yang
dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan menjadi penyebab terjadinya gangguan
defekasi.Stadium II (stadium eksitasi anestesi meliputi:
involunter), dimulai dari hilangnya 1.) Gangguan pada Kardiovaskular
kesadaran sampai permulaan stadium Hipotensi
pembedahan.Pada stadium II terjadi eksitasi Adalah terjadinya penurunan tekanan
dan gerakan yang tidak menurut kehendak, darah yang lebih dari 25% dari nilai
pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, normal. Etiologinya yaitu: hipovolemia
muntah, midriasis, hipertensi, dan takikardia. karena perdarahan saat pembedahan,
Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi pemberian obat induksi anestesi yang
dalam 3 bagian yaitu; Plane I yang ditandai overdosis pada pasien dengan keadaan
dengan pernafasan yang teratur dan umum yang kurang baik, pemberian
terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan anestetik seperti halothane,
thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada, enflurane,isoflurane, termasuk obat
bola mata bergerak-gerak, palpebra, relaksasi muskulus, dan adanya penyakit
konjuctiva dan kornea terdepresi. Plane II, kardiovaskular seperti infark
ditandai dengan respirasi thoracoabdominal miokard,aritmia.
dan bola mata ventro medial semua otot
mengalami relaksasi kecuali otot perut.Plane Hipertensi
III, ditandai dengan respirasi regular, Terjadinya peningkatan tekanan

abdominal, bola mata kembali ke tengah dan darah pada periode induksi anestesi dan
otot perut relaksasi. Stadium IV (paralisis fase recovery. Pemberian obat anestetik

medulla oblongata atau overdosis),ditandai yang tidak sesuai akan menyebabkan


dengan paralisis otot dada, pulsus cepat dan hipertensi yang dapat diatasi dengan
pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan menambah dosis anestesi. Selain itu, rasa
nyeri pada akhir operasi juga dapat
menimbulkan hipertensi,tetapi hal ini 3.)Gangguan Digesti
juga dapat diatasi dengan pemberian
Terjadinya vomit karena induksi
analgesik.
anestesi yang tidak berjalan dengan baik,
Aritmia Jantung keluarnya isi lambung dapat menimbulkan
Kejadian ini dapat mencapai 5-10% terjadinya aspirasi pneumonia. Hal ini
pada kondisi anestesi.Terapi dilakukan disebabkan oleh: adanya sisa makanan dalam
bilamana terjadi hipotensi, bradikardia lambung karena hewan tidak puasa, adanya
yang berat atau fibrilasi ventrikel dan obstruksi pilorus atau peritonitis,
adanya gejala iskemia miokard. peningkatan tekanan intraabdominal akibat
obesitas atau fasikulasi karena
2.)Gangguan Respirasi
succynilcholine, penurunan intratoraks yang
berlebihan pada anestesi dengan respirasi
Obstruksi saluran respirasi
spontan. Tindakan pencegahannya meliputi:
Pemberian anestesiumum tanpa
puasa sekitar 6-8 jam untuk hewan
dilengkapi dengan intubasi trakea dapat
dewasa,dan 4-6 jam untuk hewan anakan
menimbulkan gangguan respirasi. Tanda-
sebelum anestesi,pemberian antacid untuk
tanda adanya gangguan repirasi yaitu:
menetralisasi asam lambung.
ngorok, retraksi muskulus toraks, repirasi
paradoxal, dan sianosis.
2. Pemasangan endotracheal tube dan
Faktor penyebab gangguan pada kateter
saluran respirasi yang sering terjadi adalah:
Pemasangan endotracheal tubeadalah
adanya sekret, perdarahan pada saluran
pemasangan alat melalui mulut hingga
respirasi, spasmus laring, pemberian obat
sampai ke trakea yang dilakukan untuk
induksi yang terlalu cepat menyebabkan
tujuan tertentu, seperti: Pertolongan pada
terjadinya obstruksi saluran respirasi yang
gangguan pernafasan, tindakan rutin pada
pada akhirnya akan terjadi apnoea (respirasi
waktu dilakukan anestesi umum dan anastesi
berhenti). Terjadinya aspirasi yang
inhalasi (Sudarminto, 2012).
menyumbat salahsatu bronkusdapat
Pemasangan kateter. Indikasi untuk
menimbulkan atelektasis. Gejala klinis yang
kateter kemih meliputi obstruksi kemih,
tampak antara lain adalah pergerakan dada
trauma kemih, gangguan berkemih,
yang asimetris dan retraksi toraks. Adanya
pengalihan urine selama atau setelah operasi,
pneumotoraks juga merpakan salahsatu
atau untuk memantau produksi urin. Selain
faktor penyebab gangguan pada saluran
itu, kateter kadang-kadang digunakan untuk
respirasi.
melakukan prosedur radiografi kontras, Rekaman EKG biasanya dibuat pada kertas
untuk mengumpulkan air seni atau untuk yang berjalan dengan kecepatan standard
mengumpulkan sel dan sampel jaringan dari 25mm/ detik dan defleksi 10mm sesua
saluran kemih bagian bawah. kateter urin dengan potensial 1mV
dapat dilewatkan dan dilepaskan (intermiten
Gambaran EKG normal menunjukkan
kateterisasi) atau dibiarkan di tempat selama
bentuk dasar sebagai berikut :
periode variabel waktu (berdiamnya
Gelombang P : Gelombang ini pada
kateterisasi urin). Kateter dicadangkan untuk
umumnya berukuran kecil dan merupakan
situasi di mana retensi urin atau penggantian
hasil depolarisasi atrium kanan dan kiri.
kateter akan merugikan pasien (sakit parah
Segmen PR : Segmen ini merupakan garis
pada kucing, trauma uretra, atau pemantauan
iso-elektrik yang menghubungkan antara
dari gagal ginjal akut) (Lane, 2009).
gelombang P dengan Kompleks QRS
3. Pemeriksaan EKG Kompleks QRS : Kompleks QRS

Elektrokardiogram (EKG) merupakan suatu merupakan suatu kelompok gelombang


grafik yang dihasilkan oleh suatu yang merupakan hasil depolarisasi
elektrokardiograf. Alat ini merekam aktivitas
ventrikel kanan dan kiri.Kompleks QRS
listrik jantung pada waktu tertentu (saat
pemeriksaan). pada umumnya terdiri dari gelombang Q
yang merupakan gelombang defleksi
Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG)
bertujuan untuk melihat frekuensi jantung negatif pertama, gelombang R yang
dan ritme jantung. merupakan gelombang defleksi positif
pertama, dan gelombang S yang
merupakan gelombang defleksi negatif
pertama setelah gelombang R.
Segmen ST : Segmen ini merupakan garis
iso-elektrik yang menghubungkan
kompleks QRS dengan gelombang T
Gelombang T : Gelombang T merupakan
pontesial repolarisasi dari ventrikel kiri
dan kanan
Gelombang U : Gelombang in berukuran
Gambar 1.1 sumber:y JoseQuinones kecil dan sering tidak ada. Asal
gelombang ini masih belum jelas
Irama Normal Pada EKG
Menurut OGrady et al (2011), parameter Lead II right arm (-) dibandingkan
normal EKG pada anjing dan kucing: dengan left leg (+)
Heart rate (beats perminute) Lead III left arm (-) dibandingkan dengan
Anjing: left leg (+)
-anjing dewasa : 70-160 AVR right arm (+) dibandingkan dengan
- anjing bangsa toy : up to 180 pertengahan titik left arm dan left leg (-)
-anak anjing : up to 220 AVL left arm (+) dibandingkan dengan
-kucing : 160-240 pertengahan titik right arm dan left leg (-)
Interval (seconds)/lebar (detik) AVF left leg (+) dibandingkan dengan
Gelombang P : pertengahan titik left arm dan right arm (-)
-anjing:<0,04
4. Terapi Cairan
-kucing: < 0,04
PR: Dehidrasi adalah gangguan dalam
-anjing :0,06-0,13 keseimbangan cairan atau air pada tubuh.
-kucing: 0,05-0,09 Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih
QRS: banyak dari pada pemasukan (misalnya
-Anjing < 20kg:<0,05 minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh
-Anjing> 20kg : <0,06 ini disertai dengan gangguan keseimbangan
-Anjing besar : < 0,065 zat elektrolit tubuh. Dehidrasi biasanya
-Kucing: 0,04 merupakan gejala dari penyakit lain atau
QT : membuat penyakit yang jauh lebih
-Anjing : 0,15-0,25 buruk.Dehidrasi dibagi atas:
-kucing : 0,12-0,18 a.Dehidrasi ringan: penurunan sekitar 5%
pada tingkat hidrasi, dapat dirawat di rumah
OGrady et al (2011) menuliskan bahwa
dengan meningkatkan ketersediaan air dan
pada hewan, MEA (Mean Electrical Axis)
elektrolit.
berfungsi sbagai pengukur besar bilik
b.Dehidasi sedang: penurunan 5%-10%
jantung , dalam hal ini mengukur 3 standar
dalam tingkat air tubuh dan harus ditangani
LEAD ( melihat jantung dari sudut pandang
oleh dokter.
berbeda ) bipolar sebaik pada 3 lead unipolar
c.Dehidrasi Parah: kehilangan air lebih dari
tambahan yakni :
10%, kucing perlu dirawat di rumah sakit.
Lead I Raight arm (-) disbanding dengan
Kucing yang paling berisiko untuk
left arm (+)
dehidrasi adalah kucing yang menderita
berbagai penyakit seperti gangguan ginjal,
kanker dan hipertiroidisme. Kucing Lansia minum. Lebih baik berikan minum dalam
dan menyusui mungkin rentan terhadap jumlah sedikit tetapi sering (menggunakan
dehidrasi, serta kucing diabetes yang sendok teh atau spuit 1 cc), karena minum
kondisinya tidak dimonitor secara teratur. terlalu banyak dalam waktu sekaligus dapat
membuat kucing muntah. Untuk dehidrasi
Penyebab Dehidrasi antara lain muntah,
sedang, pemberian larutan elektrolit sangat
diare,kekurangan darah, demam,poliuria,
efektif, misalnyalarutan NaCl, ringer laktat,
penggunaan diuretik,asupan air
larutan dextrose 5%. Terapi infus diperlukan
berkurang,cuaca yang terlalu panas,dan
untuk dehidrasi sedang hingga berat.
peningkatan aktivitas.
Tujuan terapi cairan adalah untuk
Gejala Umum Dehidrasi biasanya
mengganti kekurangan air dan elektrolit,
terlihat mata cekung, kelesuan, kehilangan
mengatasi syok, dan untuk memenuhi
nafsu makan, mulut kering, depresi,
kebutuhan terapi cairan pada
peningkatan denyut jantung,elastisitas kulit
prabedah.Pemberian cairan secara intravena
menurun,dan nafas terengah-engah.
harus diberikan pada hewan penderita saat
Dehidrasi dapat di diagnosa dengan
anestesi dalam jumlha yang cukup untuk
menguji turgor kulitnya pegang beberapa
memelihara volume darah dan cairan tubuh
kulit pada pangkal leher (tengkuk) dan
hewan penderita. Pemberian cairan infus
dengan lembut tarik ke atas. Hewan yang
sekitar 10ml/kg akan membantu penderita
dehidrasi, kulit akan menjadi lebih lambat
dari kehilangan cairan tubuh saat operasi.
untuk menarik kembali. Semakin parah
Untk mencegah hyipothermia dapat
dehidrasi semakin lambat kulit akan menarik
diberikan selimut yang hangat untuk
kembali.
menjaga suhu tubuh sebagai bagian dari
Selain itu dengan melihat CRTnya
pelaksaanan operasi, mengingat jenis anjing
dengan cara menekan telapak jari pada gusi,
dan kucing sebagai hewan kecil sangat
lalu lepaskan tekanan sampai terlihat tanda
mudah mengalami hypothermia saat anestesi
putih pada gusi di mana gusi ditekan. Hitung
diberikan (Sardjana et al, 2011).
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
Menurut Sardjana et al (2011), cairan
gusi kembali lagi ke warna merah muda.
yang digunakan dalam terapi adalah cairan
Pada kucing yang sehat itu harus memakan
elektrolit (kristaloid), cairan non-elektrolit
waktu sekitar 1 - 2 detik untuk kembali ke
dan cairan koloid. Cairan pemeliharaan yang
merah muda.
sering digunakan adalah cairan kristaloid
Penanganan atau pengobatan untuk
seperti dextrose 5% dalam NaCl 0,45%,
dehidrasi ringan cukup denganmemberi
dapat juga menggunakan cairan nonelektrolit
seperti dextrose 5% dalam ringer laktat, g. Pemasangan endotracheal tube:
NaCl 0,9%. Cairan yang diberikan kepada Endotracheal tube, Spuit 3cc,
pasien dikelompokkan menjadi tiga laryngoscope, mouth gage, pen light
kelompok, yakni: dan perban.
Hipotonik :Dekstrose 2,5%, saline h. Pemasangan kateter: alat cukur/silet,
0,45% alkohol, kapas, kateter, v-gel, dan
Isotonik: dextrose 5%,LR,R, Saline spoit.
0,9%
Metode
Hipertonik: dextrose > 10% NaHCO3
8,4% KCl 15%,calcii gluconat. a. Signalement (Ras, umur, jenis
kelamin, berat badan).
Materi dan Metode
b. Anamnesa suatu catatan yang
Materi lengkap mengenai latar belakang
kesehatan haruslah diperoleh
Alat dan Bahan:
termasuk penyakit yang pernah,
a. Pemeriksaan fisik sedang diderita ataupun hal lain yang
Thermometer, stetoskop, hummer, berhubungan dengan penyakit
penlight, otoskop, dan timbangan tersebut, juga termasuk riwayat
b. Pemeriksaan laboratorium /catatan vaksinasi terutama anjing.
- Ulas darah Carilah keterangan tentang
Spoit, tourniquet, objek glass, kemungkinan reaksi alergi terhadap
methanol, gimza, mikroskop. obat tertentu ataukah hewan tersebut
c. Pemeriksaan elektrokardiografi pernah mengalami operasi pada organ
(EKG): mesin EKG dan gel. yang sama, sehingga keterangan
d. Terapi cairan infus tersebut akan memberi gambaran
Infus set pada operator apa yang akan dihadapi
e. Perisapan pasien nanti dan juga dapat memberi
Kandang, alat cukur, alkohol, kapas. keterangan yang tepat pada
f. Persiapan alat dan bahan anestesi pemiliknya.
(parenteral, lokal, umum) c. Pemeriksaan fisik
Iv cath, spoit 1 cc, infuse set, ringer Inspeksi: melihat, membaui, dan
laktat, atropine, xylazine, ketamin, mendengarkan tanpa alat bantu.
lidocaine, acepromazine, diazepam, Usahakan agar hewan tenang dan
hipafix, alkohol, kapas dan underpad, tidak menaruh curiga kepada
pemeriksa.Lakukan inspeksi dari jauh menggunakan satuan yang lazim
dan dekat terhadap pasien secara untuk pengukuran dan perhitungan
menyeluruh dari segala arah serta yaitu kali, per menit, dan derajat
perhatikan keadaan celcius.
sekitarnya.Perhatikan ekspresi muka, d. Uji laboratorium: terutama
kondisi tubuh, pernafasan, keadaan pemeriksaan darah lengkap dan ulas
abdomen, posisi berdiri, keadaan darah dimaksudkan untuk melihat
lubang alami, aksi dan suara. morfologi darah jumlah leukosit dan
Palpasi: dilakukan dengan cara eritrosit, dengan cara menyiapkan 2
superficial dan profundal. Superficial buah objek glass, darah diteteskan
dengan meraba seluruh tubuh mulai pada kaca objek kira-kira 2 cm dari
cranial sampai caudal hanya pada pinggir kanan, kemudian tangan
bagian superficial, danpalpasi memegang kaca objek yang lain
profundal dengan cara sedikit diletakkan diujung kaca objek
menekan untuk memastikan tidak ada membentuk sudut 30 didepan tetes
kelainan. darah, kaca objek yang kedua
Perkusi : dengan menggunakan diarahkan kebelakang tetap
hummer atau ujung jari mengetuk membentuk sudut 30 sampai ditarik
bagian tubuh dan didengarkan ada kebelakang hingga menyebar, setelah
atau tidaknya kelainan atau bunyi itu kaca didorong kedepan. Setelah
yang berbeda. itu kaca objek dikeringkan diudara
Auskultasi: dengan menggunakan kemudian dicelupkan kedalam
stetoskop untuk mendengar suara methanol hingga kering, objek kaca
jantung hewan, paru-paru, gerakan yang kering dicelupkan kedalam
perstaltik lambung. gimza dikeringkan selama 15-20
Mencium dan membaui: mengetahui menit dan bilas dengan air mengalir
perubahan aroma atau bau yang dan dikeringkan kemudian preparat
dtimbulkan atau dikeluarkan dari siap untuk diamati dibawah
lubang umlah hewan yang nantinya mikroskop (Sudarminto, 2012).
akan dapat menentukan pemeriksaan e. Pemeriksaan EKG: Pasien tersebut
fisik hewan pada kejadian penyakit dibaringkan, pasien dalam posisi
tertentu. tenang, nyalakan mesin EKG dengan
Mengukur dan menghitung: menekan tombol on/off, lalu
dilakukan secara kuantitaif pasangkan amplitudonya pada kaki
depan dan kaki belakang pasien. melipat-lipat (berlebihan) sehingga
Perhatikan ritme jantungnya, untuk menyulitkanwaktu memasukan
melihat hasil pembacaan maka tekan Endotracheal tube tersebut. Setelah
tombol print, maka hasilnya akan masuk dengan spuit kosong udara
dicetak secara otomatis. dimasukan lewat selang kecil
f. Persiapan pasien: pasien dikeluarkan untukmenggelembungkan karet
dari kandang dibersihkan dan diujung Endotracheal tube kemudian
rambutnya dicukur pada tempat yang dikontrol dengan kapaskering, yang
akan diinfus dan anestesi, beri betul kapas akan terhembus saat
alcohol dan usap dengan kapas. ekspirasi dan terhisap saat inspirasi
g. Pemulihan postanastesi. untuk keperluan anestesi,
h. Preoperasi: (persiapan alat, Endotracheal tube dihubungkan
premedikasi, dan anestesi). dengan selang yang mengalirkan
i. Pemasangan endotracheal tube: Halothane (Sudarminto, 2012).
Hewan harus dalam keadaan j. Kateter : Anjing dalam keadaan
teranestesi umum, atau mendapatkan terestrain dan direbahkan miring
sedativa kuatmisal dengan campuran lateral recumbency.Ujung
xylazin dan ketamin. Hewan praeputium dibersihkan, penis
diposisikanrebah ventral dan seorang dikeluarkan dengan cara praeputium
asisten memegang rahang atas bawah ditarik atau ditekankebelakang
, dengan menggunakanlaringoskop berlawanan dengan arah bulbus
pangkal lidah ditekan dan dibantu glandis, ujung penis dibersihkan
dengan lidah ditarik kedepan maka dengan kapasyang steril. Kateter
akanterlihat laring, diujungnya sebelum dimasukan diukur dan diberi
terlihat epiglotis yang sudah sedikit tanda mulai dari ujung praeputium
membuka,endotracheal tube dengan sampai didaerah vesika urinaria, bert
ukuran yang pas dimasukan dengan tanda. Kateter yang baru biasanya
ujungnya menekankebawah dari steril, jika menggunakan kateter yang
epiglotis dan Endotracheal tube telah terpakai maka harus disterilkan
didorong kedalam laring terus ke terlebih dulu, kemudian ujungnya
trachea.Untuk anjing bermoncong diberi lubrikan dan dimasukkan lewat
pendek (brachiocephalik) seringkali orifisium urethra eksternum dan
epiglotis melekat denganpalatum didorong sampai ujungnya sampai
dorum dan palatum mollenya divesika urinary, jika VU terisi maka
urin akan keluar lewat kateter. Bila -R wave harus selalu positif pada
diperlukan obat dapat dimasukkan LEAD I, jika negatif chek lagi
melalui lubang dipangkal kateter apakah kabel hewan ada yang lepas
(Sudarminto, 2012). atau terbalik pada pemasangan , jika
k. Menurut Darma (2010), teknik ternyata benar berarti ada kelainan
merekam EKG: Kabel pasien dari jantungnya.
dikenakan pada kulit hewan yang -Kalibrasi kertas standar kecepatan
terlebih dahulu diolesi gel untuk 50 mm/detik dan 1 cm = 1 mv.
mendapatkan kontak yang baik. -Evaluasi keadaan pasien atau
Posisi pasien right lateral kedalaman anastesi (frekuensi nafas,
recumbency,tanpa ada intervensi denyut jantung, dan suhu)
metal, ditempatkan yang sangat l. Cara pemasangan infus :
tenang, jauh dari kebisingan. Untuk - Sterilkan tangan terlebih dahulu
kucing lebih tenag dilakukan pada - Hubungkan cairan dan infus set dengan
posisistenal recumbency, memasukkan ke bagian karet atau
(penggunaan sedasi tidak di anjurkan akses selang ke botol infus
sehubungan dengan efek sedasi itu - Isi cairan ke dalam set infus dengan
sendiri akan mempengaruhi ritme menekan ruang tetesan hingga terisi
jantung).Rekam LEAD II pada 30 sebagian dan buka klem slang hingga
60 detik pada kecepatan 25 mm/ cairan memenuhi selang dan udara
detik untuk memperkirakan heart selang keluar
rate. Rekam secara singkat pada - Lakukan pembendungan dengan
kecepatan 50 mm/detik untuk torniket (karet pembendung) 10-
memudahkan pengukuran gelombang 12cmdi atas tempat penusukan
P-QRS-T.Ketika merekam perhatikan - Disinfeksi daerah yang akan ditusuk
hal hal sebagai berikut : dengan kapas alkohol yaitu pada vena
-Sentral kertas recording atas dan cephalica.
bawah harus bisa terbaca. - Lakukan penusukan pada vena dengan
-Menurunkan sensitifitas menjadi 0.5 meletakkan ibu jari di bagian bawah
cm = 1 mv jika QRS complek keluar vena dan posisi jarum (abocath)
dari kertas rekaman. mengarah ke atas
-Perpanjang waktu merekam jika ada - Perhatikan keluarnya darah melalui
tanda arrhythmia. jarum (abocath/ surflo) maka tarik
keluar bagian dalam (jarum) sambil 2004).
meneruskan tusukan ke dalam vena
- Setelah jarum infus bagian dalam 3.2 Stadium Anestesi
dilepaskan atau dikeluarkan, tahan Penggunaan anestesi harus tetap
bagian atas vena dengan menekan mempertahankan kedalaman anestesi tetapi
menggunakan jari tangan agar darah juga tetap menjaga agar tidak terjadi
tidak keluar. Kemudian bagian infus gangguan pada sistem kardiovaskular dan
dihubungkan atau disambungkan respirasinya.Dua hal tesebut dapat dijaga
dengan slang infus hanya dengan memperhatikan tanda-tanda
- Buka pengatur tetesan dan atur vital hewan. Refleks pedal, menjepit ekor
kecepatan sesuai dengan dosis yang dan telinga dapat digunakan untuk melihat
diberikan capaaian kedalaman anestesi, tetapi tidak
- Lakukan fiksasi dengan kasa steril dapat digunakan untuk memantau bahwa
- Tuliskan tanggal dan waktu anestesi sudah dalam dan membahayakan.
pemasangan infus serta catat ukuran Pada keadaan tahap anestesi yang terlalu
jarum dalam dapat menyebabkan gagalnya respirasi
- Lepaskan sarung tangan dan cuci dan gangguan kardiovaskuler (Sardjana et al
tangan 2011).

3. Hasil dan0020Pembahasan Pasien 1


Signalement dan Anamnesis
3.1 Respon Hewan Terhadap obat
Adapun data pasien (signalement) yaitu:
Anestetik
Nama : Innes
Respon hewan terhadap obat-obatan
Spesies : kucing
anestetik bervariasi, baik kualitatif maupun
Ras/Breed : domestik
kuantitatif, pada umumnya variasi tersebut
Kelamin/Sex : Betina
dihubungkan dengan perbedaan kecepatan
Umur/Age : 3 tahun
metabolisme, distribusi dan eliminasi obat.
Rambut dan Warna : keadaan rambut bersih,
Selain itu, juga tergantung pada perbedaan
warna calico
biologis, antara lain: berat badan, jenis
Berat Badan : 3,3 kg
kelamin, spesies, status kesehatan, status
Tanda khusus : rambut berwarna putih
nutrisi dan temperatur tubuh, sedangkan
disekitar dahi.
fungsi respirasi dan kardiovaskular hewan
merupakan hal terpenting dari semua faktor-
faktor tersebut (Sardjana dan Kusumawati,
Data pemilik hewan : suara jantung, paru-paru maupun kelainan di
Nama : Elvi Susanti daerah abdomen.Pemeriksaan sistem getah
Alamat : Bung Permai Blok B6/23 bening.Pemeriksaan ini dilakukan dengan
Nomor Telepon : 085255899948 melakukan palpasi pada daerah-daerah
Setelah signalement, dilakukan dengan limphoglandula, di mana jika ada
anamnesapasien (hewan) diperoleh pembengkakan maka daerah sekitarnya dapat
keterangan:Nafsu makan anjing baik, kita simpulkan mengalami suatu peradangan
aktif/lincah, jinak, tidak ada riwayat alergi atau kelainan.Pada pasien, kelenjar getah
atau penyakit lainnya. beningnya tidak ada yang mengalami
a. Pemeriksaan Fisik pembengkakan yang artinya tidak terjadi

Hewan dalam keadaan sehat, jalannya peradangan di daerah sekitarnya.

teratur, rapi, bergantian antara keempat


kakinya. Rambut mengkilap, tidak terdapat b. Anestesi

leleran di sekitar hidung, warna konjunctiva Persiapan pre-anastesi hewan diukur


normal, bola mata bersih, bening dan cerah. pulsus, frekuensi jantung, frekuensi napas,
Kelopak mata bagian dalam (conjunctiva) dan suhu sebelum pemberian premedikasi
berwarna kemerahan (pink) dan tidak ada dan anestesi. Dan menyiapkan dosis
luka artinya konjunctiva normal. footpad premedikasi dan anestesi.
normal dan tidak terdapat kotoran, bagian
tubuh lain seperti kulit normal, tidak terdapat Tabel 3.1 Pengukuran parameter sebelum

tonjolan ataupun lesi, daerah sekitar mulut premedikasi dan anestesi

bersih, tidak mengalami dehidrasi setelah Parameter Keterangan


dilakukan pemeriksaan kulit, capillary refill Suhu 39,3oC
time (CRT ) normal, waktu yang dibutuhkan Pulsus 90 kali/menit
untuk kembali ke warna semula 3 detik,
Frekuensi jantung 130 kali/menit
tidak ditemukan bau ureum ataupun bau lain
Frekuensi napas 40 kali/menit
yang bisa mengindikasikan adanya
CRT 3 detik
kelainan.Gusi berwarna normal pink pucat,
Turgor Normal
lidah dan gigi bersih, pada faring, esophagus
BCS 4
dan abdomen hingga ke daerah anus setelah
dilakukan palpasi tidak menunjukkan batuk Suhu normal pada kucing yaitu
atau kontraksi berlebihan. Saat Auskultasi 37,5oC-39,9oC, frekuensi pulsus normal pada
dilakukan tidak ditemukan kelainan pada kucing besar yaitu 65-90 kali/menit dianjing
kecil/muda 90-120 kali/menit (Widodo CRT 3 detik
et.al.,2011). Frekuensi pernapasan normal Turgor Normal
pada kucing yaitu sekitar 24-42 kali/menit Tingkah laku Tenang
(Surono dkk, 2003).Berdasarkan hasil
Setelah diukur parameternya,
pemeriksaan pre-anestesidiatas, Inces
kemudian diinjeksikan obat ketamin dengan
dianggap layak untuk dianestesi.
dosis sebanyak 0,33 ml. Kemudian
Perhitungan Dosis : parameter diukur tiap 15 menit selama 1 jam
Premedikasi : untuk melihat kedalaman anestesi.
Atropin = 0,04 x 3,3 kg = 0,52 ml
Hewan coba terlihat tidak teranestesi
0,25 dengan baik. Mengalami tremor dan kaku
Anestesi :
badan (tidak bisa bergerak) tetapi masih
Ketamin = 10 x 3,3 kg = 0,33 ml dalam keadaan setengah sadar (reaksi pupil

100 masih ada,tetapi sudah kehilangan refleks


pedal,dan refleks otot) .
Untuk dosis : 0,17 ml dan dosis 1/3 : 0,05
ml Pukul 11.03 hewan sudah mulai
sadar, dan memberontak sehingga dosis
xylazin = 1 x 3,3 kg = 0,16 ml
anastesi kembali diinjeksikan sebanyak 0,15
20 ml yaitu setengah dari dosis dengan rute
c. Pembahasan
pemberian intra muscular. Selanjutnya pada
Obat premedikasi yaitu atropin pukul 11.43 kembali diinjeksi ketamin untuk
diinjeksikan secara sub cutan pada kucing menambah dosis anastesi sebanyak 1/3 dari
pukul 09.54 WITA. Setelah 15 menit satu hitungan dosis yaitu 0,05 cc dengan rute
kemudian parameter pemeriksaan seperti pemberian intra muscular dikarenakan
pulsus, frekuensi jantung, frekuensi napas, hewan sudah mulai sadar kembali dan
dan dan suhu diukur ulang. memberontak. Dosis sebanyak 0,05 cc
diberikan sebanyak 2 kali dengan selang
Tabel 3.2 Parameter setelah injeksi atropin
waktu 40 menit.
Parameter Keterangan
Tabel 3.3 Parameter setelah injeksi ketamin
Suhu 38,1oC
dari dosis sebanyak 0,15 ml.
Pulsus 128kali/menit
Parameter Keterangan
Frekuensi jantung 148 kali/menit
Suhu 37,6oC
Frekuensi napas 20 kali/menit
Pulsus 120
Frekuensi jantung 116 kali/menit kakinya. Rambut mengkilap, tidak terdapat
Frekuensi napas 36 kali/menit leleran di sekitar hidung, warna konjunctiva
CRT 3 detik normal, bola mata bersih, bening dan cerah.
Turgor Normal Kelopak mata bagian dalam (conjunctiva)
Tingkahlaku Tenang berwarna kemerahan (pink) dan tidak ada
luka artinya konjunctiva normal. Footpad

Pasien 2 normal dan tidak terdapat kotoran, bagian


Signalement dan Anamnesis tubuh lain seperti kulit normal, tidak terdapat
Adapun data pasien (signalement) yaitu: tonjolan ataupun lesi, daerah sekitar mulut
Nama : Rewa bersih, tidak mengalami dehidrasi setelah
Spesies : kucing dilakukan pemeriksaan kulit, capillary refill
Ras/Breed : domestik time (CRT ) normal, waktu yang dibutuhkan
Kelamin/Sex : betina untuk kembali ke warna semula <2 detik,
Umur/Age : 1 tahun tidak ditemukan bau ureum ataupun bau lain
Rambut dan Warna : keadaan rambut bersih yang bisa mengindikasikan adanya kelainan.
dan warna putih Gusi berwarna normal pink pucat, lidah dan
Berat Badan : 2,4 kg gigi bersih, pada faring, esophagus dan
Tanda khusus : lensa mata berwarna abdomen hingga ke daerah anus setelah
merah dilakukan palpasi tidak menunjukkan batuk
atau kontraksi berlebihan. Saat Auskultasi
Data pemilik hewan : dilakukan tidak ditemukan kelainan pada
Nama : Deny Fajar Bayu suara jantung, paru-paru maupun kelainan di
Alamat : BTP daerah abdomen. Pemeriksaan sistem getah
Nomor Telepon : 085256821990 bening.Pemeriksaan ini dilakukan dengan
Setelah signalement, dilakukan melakukan palpasi pada daerah-daerah
anamnesapasien (hewan) diperoleh dengan limphoglandula, di mana jika ada
keterangan: nafsu makan kucing baik, pembengkakan maka daerah sekitarnya dapat
aktif/lincah, jinak,ditemukan kasus giardiasis kita simpulkan mengalami suatu peradangan
pada pasien (hewan) saat pemeriksaan atau kelainan. Pada pasien, kelenjar getah
laboratorium feses post operasi. beningnya tidak ada yang mengalami

b. Pemeriksaan Fisik pembengkakan yang artinya tidak terjadi


peradangan di daerah sekitarnya.
Hewan dalam keadaan sehat, jalannya
b. Anestesi
teratur, rapi, bergantian antara keempat
Persiapan pre-anastesi hewan diukur Untuk dosis 1/3 = 0,08 ml
pulsus, frekuensi jantung, frekuensi napas, xylazin = 1 x2,4 kg = 0,12 ml
dan suhu sebelum pemberian premedikasi
20
dan anestesi. Dan menyiapkan dosis
c. Pembahasan
premedikasi dan anestesi.
Obat premedikasi yaitu atropin
Tabel 3.1 Pengukuran parameter sebelum
diinjeksikan secara subcutan pada kucing
premedikasi dan anestesi
pukul 15.11 WITA. Setelah 15 menit
Parameter Keterangan kemudian parameter pemeriksaan seperti

Suhu 38,5oC pulsus, frekuensi jantung, frekuensi napas,

Pulsus 128 kali/menit dan dan suhu diukur ulang.

Frekuensi jantung 130 kali/menit Tabel 3.2 Parameter setelah injeksi atropin
Frekuensi napas 20 kali/menit
CRT <2 detik Parameter Keterangan

Turgor Baik Suhu 36,1oC

BCS 2 Pulsus 120 kali/menit


Frekuensi jantung 124 kali/menit
Suhu normal pada kucing yaitu Frekuensi napas 24 kali/menit
o o
37,5 C-39,9 C,frekuensi pulsus normal pada CRT <2 detik
kucing besar yaitu 65-90 kali/menit di Turgor Normal
kucing kecil/muda 90-120 kali/menit Tingkahlaku Tenang
(Widodo et.al.,2011). Frekuensi pernapasan
normal pada kucing yaitu sekitar 24-42 Setelah diukur parameternya,
kali/menit (Surono dkk, 2003).Berdasarkan kemudian diinjeksikan obat ketamin dengan
hasil pemeriksaan pre-anestesidiatas, Rewa dosis sebanyak 0,24 ml. Kemudian
dianggap layak untuk dianestesi. parameter diukur tiap 15 menit selama 1 jam
untuk melihat kedalaman anestesi.
Perhitungan Dosis :
Hewan coba terlihat tidak teranestesi
Premedikasi :
dengan baik. Mengalami tremor dan kaku
Atropin = 0,04 x2,4 kg = 0,38 ml
badan (tidak bisa bergerak) tetapi masih
0,25 dalam keadaan setengah sadar (reaksi pupil
Anestesi :
masih ada, tetapi sudah kehilangan refleks
Ketamin = 10 x 2,4 kg = 0,24 ml pedal,dan refleks otot) .
100
Pukul 16.18 WITA hewan sudah Parameter Keterangan
mulai sadar, dan memberontak sehingga Suhu 35,70oC
dosis anastesi kembali diinjeksikan Pulsus 128
sebanyak 0,08 ml yaitu sepertiga dari dosis Frekuensi jantung 130 kali/menit
dengan rute pemberian intra muscular. Frekuensi napas 24 kali/menit
Selanjutnya pada pukul 16.48 WITA CRT >3 detik
kembali diinjeksi ketamin untuk menambah Turgor Normal
dosis anastesi sebanyak 1/3 dari satu Tingkahlaku Memberontak
hitungan dosis yaitu 0,08 cc dengan rute
pemberian intra muscular dikarenakan
KESIMPULAN
hewan sudah mulai sadar kembali dan
memberontak. Penggunaan ketamin sebagai anestesi
tunggal pada anjing tidak disarankan.
Tabel 3.3 Parameter setelah injeksi ketamin
Kombinasi obat ketamine -xylazine
1/3 dari dosis sebanyak 0,08 ml.
merupakan anestesi yang cukup baik dengan
Parameter Keterangan
dan cepat reaksinya,kedalaman anestesi yang
Suhu 38,2 oC
dicapai cukup lama, sehingga proses
Pulsus 118
recovery membutuhkan waktu yang juga
Frekuensi jantung 120 kali/menit
lebih lama dibandingkan penggunaan
Frekuensi napas 20 kali/menit
ketamine dosis tunggal.
CRT >3 detik
Penurunan denyut jantung pada
Turgor Normal
kondisi teranestesi dapat terjadi akibat
Tingkahlaku Tenang
adanya pengaruh sebagian besar anestetikum
yang dapat menekan denyut jantung dan
Selanjutnya pada pukul 16.48 WITA fungsi miokardiak. Frekuensi napas yang
kembali diinjeksi ketamin untuk menambah meningkat terjadi pada keadaan
dosis anastesi sebanyak 1/3 dari satu stress,beraktivitas, demam, dan adanya rasa
hitungan dosis yaitu 0,08 cc dengan rute sakit. Frekuensi napas dapat terjadi pada
pemberian intra muscular dikarenakan depresi keprkaan pusat napas seperti pada
hewan sudah mulai sadar kembali dan kasus hilang kesadaran(teranestesi).
memberontak. Pemberian obat anestesi membuat rata-rata
suhu hewan menurun khususnya pada anjing
Tabel 3.4 Parameter setelah injeksi ketamin
dan kucing.
1/3 dari dosis sebanyak 0,08 ml.
Terapi cairan merupakan salahsatu kateter, harus lebih dulu diolesi dengan gel,
cara pengobatan utama pada pasien yang agar tidak mengiritasi organ.
kritis dan memerlukan perawatan intensif. Pemasangan jarum infus harus
Pemasangan Endotracheal Tube dilakukan dengan hati-hati dan tepat
(ETT) atau Intubasi adalah memasukkan sehingga tidak menyebabkan hematom pada
pipa jalan nafas buatan kedalam trachea hewan.
melalui mulut. Ukuran ETT tergantung pada Pemeriksaan ektrokardiogram (EKG)
jenis hewannya. adalah pemeriksaan kesehatan terhadap
Kateter adalah sebuah selang yang aktivitas elektrik (listrik) jantung.
dimasukkan tubuh untuk mengeluarkan atau Elektrokardiogram adalah rekaman aktivitas
memasukkan cairan ke dalam rongga elektrik jantung sebagai grafik jejak garis
tubuh.Paling umum, kateter dimasukkan pada kertas grafik.
melalui uretra ke kandung kemih untuk
mengalirkan urin.Sebelum memasukkan

DAFTAR PUSTAKA
Dharma S. Pedoman Praktis Interpretasi Sardjana, I Komang Wiarsa,. dan
EKG. Jakarta : EGC. 2010 Kusumawati,Diah .2004. Anestesi
Kusumawati, 2004.Anastesi Veteriner. Jilid Veteriner Jilid 1. Surabaya:
1: Gadjah Mada University Press. Gadjahmada University Press

Marcovitch, H., 2005.,Blacks Medical Sardjana, I Komang Wiarsa. Dan


dictionary 21 edition., A & C Black,
Kusumawati,Diah .2011. Bedah
London.
Veteriner Surabaya: Airlangga
Nursita,Ita Wahju,.Cholis,Nur., dan University Press
Kristanti,Arie. 2013. [Jurnal] Status
Fisiologi dan Pertambahan Bobot Sudarminto, 2012.Teknik Bedah Dasar,
Badan Kelinci Jnatan Lokal Lepas Restraint dan Casting. Universitas
Sapih pada Perkandangan dengan Gadjah Mada: Yogjakarta.
Bahan atap dan Ketinggian Kandang
Berbeda. Jurnal Ilmu-ilmu Zainal, A. M. dan D. Kusumawati. 1998.
Peternakan (alamat website: Pengaruh PremedikasiAcepromazin
jiip.ub.ac.id) dan Xylazin TerhadapAnestesi Umum
Ketamin PadaAyam.Media
Welsh, L., 2009.,Anaesthesia for Veterinary Kedokteran Hewan 4(14) : 277-281.
Nurses Second edition. Wiley
blackwell.,Singapore. OGrady, Michael R., dan Sullivan,
M.Lynne,. 2011. [journal] Clinical
Sardjana, 2004.Anastesi Veteriner. Jilid 1: Cardiology Concepts for dog and cat
Gadjah Mada University Press. (diakses tanggal 9/11/2016,alamat
website:
www.vetgo.com/cardio/concepts/con Philadelphia: Lippincott Raven
csect.php?conceptkey=20114) Publisher.
Lorenz, M. D., L. M. Cornelius, dan D. C. Pearce. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk
Ferguson. 1997. Small Animal Paramedis. Gramedia. Jakarta.
Medical Therapeutics.

LAMPIRAN

Pemasangan ETT :

Anda mungkin juga menyukai