Anda di halaman 1dari 11

Urgensi Presidential Threshold dalam

Pemilu Terhadap Stabilitas Pemerintahan


Oleh ; Mochamad Rifki Maulana

(1306451723)

Fakultas Hukum

Universitas Indonesia

Depok, Jawa Barat


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT atas rahmatnya penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Urgensi Presidential Threshold dalam Pemilu Terhadap
Stabilitas Pemerintahan dengan baik demi menyelesaikan salah satu tugas dalam mata kuliah
Asas Hukum Tata Negara (HTN) di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. Rintangan terutama
dalam penuulisan makalah ini adalah menganalisa masalah yang mengenai kepada sumber
hukum walaupun pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik.

Yang menjadi rintangan penulis adalah cukup banyak pasal yang harus dianalisis untuk
mendapatkan kebenaran logika bahwa pasal yang dipermasalahkan dalam makalah ini memang
benar-benar menyimpangi Undang-Undang Dasar. Kemudian waktu yang cukup sempit
mengakibatkan penulis hanya bisa mengumpulkan referensi makalah yang tidak banyak. Namun
semoga penulis bisa memenuhi dari unsur-unsur yang telah ditentukan oleh dosen maupun tim
dosen mata kuliah Hukum Tata Negara di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen maupun tim dosen mata kuliah Hukum
Tata Negara Fakultas Hukum, Universitas Indonesia yang telah dengan sabar memberikan
ilmunya kepada penulis (kami) mengenai hukum tata negara. Suatu kebanggaan tersendiri bisa
diajar dan dibina oleh bapak dan ibu sekalian. Penulis ucapkan terimakasih terutama kepada
bapak Makmur Amin S.H., M.H., atas pengajarannya di kelas penulis dan pemberian tugas yang
membuat kami semakin matang dalam melihat hukum tata negara khususnya mengenai pemilu.
Kepada Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia yang telah dengan siap membantu kami
mencarikan referensi buku-buku yang cocok dengan judul penulis dan kepada teman-teman
yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini, penulis ucapkan terimakasih atas
dedikasi dan waktu yang telah kalian berikan. Semoga apa yang penulis kerjakan menjadi amal
ibadah di sisi Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Semoga apa yang penulis susun kali ini dapat
memenuhi ekspektasi dari pengajar dan menjadi bekal ilmu buat penulis khususnya dan
bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Depok, 19 Maret 2014

Mochamad Rifki Maulana

11
Daftar Isi

Kata Pengantar ... 1

Daftar Isi. 2

BAB I Pendahuluan

Latar Belakang ... 3

Rumusan Masalah .. 4

Tujuan 4

Manfaat .. 5

BAB II Isi dan Pembahasan

Isi dan Pembahasan 6

BAB III Penutup

Kesimpulan .. 10

Saran 10

Daftar Pustaka .. 11

11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun ini adalah tahun yang penting untuk Indonesia. Bukan hanya rakyatnya tapi
seluruh aspek kehidupan di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan tahun ini akan
diselenggarakan pemilihan umum (Pemilu) dimana kita akan memilih pemimpin, yakni
suksesi pemimpin besar-besaran dalam lima tahun sekali untuk satu periode kedepan
yang sangat penting mengingat hasil yang ada akan menjawab kemana Indonesia akan
dibawa. Namun, bukan perkara mudah membawa Indonesia ke arah yang diinginkan
ataupun ke jalan yang benar, karena itu adalah hal yang cukup sulit dan tentu tolak
ukurnya cukup subjektif. Sudah banyak yang bermunculan capres-cawapres calon
pemimpin bangsa ini, sudah banyak pula tindakan dan hal yang mereka berikan kepada
masyarakat Indonesia seperti memberikan sumbangan berupa sembako, mengadakan kuis
berhadiah materi bagi pelajar, dan banyak hal lainnya. Meskipun itu semua semata-mata
untuk manarik simpatisan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa niat dalam memimpin
bangsa ini telah ada. Sehingga sudah bisa dikatakan telah terjadi persaingan sehat
diantara pasangan capres dan cawapres tersebut, hanya tinggal kita menunggu
pelaksanaan pemilu saja.

Tetapi bagaimana jika dalam proses pelaksanaannya terdapat keganjalan seperti


peraturan yang kurang jelas, undang-undang yang menyalahi Undang-Undang Dasar
(UUD) yang menyebabkan bertolak-belakangnya peraturan. Beberapa bulan yang lalu hal
ini telah diangkat oleh salah satu pakar hukum (Prof. Yusril Ihza Mahendra) dengan surat
permohonannya yang diajukan kepada MK mengenai masalah perundang-undangan
pemilu dan sedang dalam proses. Beliau mengajukan Peninjauan Kembali (PK) pada
pasal-pasal dalam UU yang bertolak belakang dalam UUD, yaitu Undang-undang Nomor
42 tahun 2008. Dalam gugatan tersebut membahas peraturan tentang pemilihan umum
presiden & wakil presiden di laksanakan setelah pemilihan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) yang diatur dalam UU no 42 tahun 2008 pasal 3 ayat (5), sedangkan terdapat
juga peraturan mengenai President Threshold pasal 9 dalam pengajuan capres &

11
cawapres yang telah disebutkan tadi. Hal ini lah menjandi masalah kerena perundang-
undangan menyipangi UUD 1945 pasal 6a ayat (2).

Tentu manjadi pertanyaan kenapa hal itu bisa terjadi, apa dikarenakan Indonesia
masih dalam tahap anak baru dalam percaturan pelaksanaan pemilu atau memang
sudah ada kesalahan yang mendasar sejak jaman dahulu. Karena apabila hal ini dibiarkan,
akan mengalami menyalahi aturan yang telah ada dalam pelaksanaan pemilu. Kemudian
apa dampaknya bagi pemerintahan dan masyarakat indonesia dan seberapa besarkah
dampaknya. Makalah ini akan menjabarkan bagaimana masalah yang terjadi dan diangkat
oleh penulis bisa terjadi dengan analisis-analisisnya serta kesimpulan dan saran.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini mengangkat masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berupa:
1. Bagaimana perbedaan antara Undang-Undang Nomor 42 tahun 2008 pasal 9
dengan UUD 1945 pasal 6a mengenai ketentuan pelaksanaan pemilu presiden
setelah pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD ?
2. Apa dampak dari penyimpangan terebut terhadap kesetabilan pemerintah
Indonesia dan masyarakat di Indonesia?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Memenuhi salah satu prasyarat tugas mata kuliah Hukum Tata Negara (HTN).
2. Menambah pengetahuan khususnya mengenai pemilihan umum.
3. Menyumbang sedikit pemikiran mengenai masalah yang diangkat.
4. Memprediksi dampak dari masalah dari sudut pandang penulis.
5. Menambah pengalaman penulis dalam membuat kaya ilmiah.

D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini bagi masyarakat adalah mengetahui masalah
yang sedang terjadi dalam penyelenggaraan pemilu ini serta menganalisa dampak apa
yang bisa terjadi dari masalah tersebut. Dari dampak tersebut bisa di berikan solusi agar
pemilu 2014 bisa berjalan dengan baik dan benar dari sudut pandang penulis. Sedangkan
bagi penulis makalah ini berguna sebagai pemberi nilai dalam mata kuliah HTN. Selain
itu makalah ini juga memberikan kesempatan kepada penulis dalam memberikan
pemikirannya. Penulis juga berharap adanya tanggapan dan masukan agar terjadi
pembelajaran 2 (dua) arah dan manfaat penulisan karya ilmiah ini semakin terasa.

11
BAB II

ISI dan PEMBAHASAN

Pada latar belakang telah dijelaskan bahwa masalah yang diangkat dalam makalah ini
mengenai peraturan dalam pemilihan umum (pemilu). Pemilu sendiri tidak lain merupakan cara
yang diselenggarakan untuk memilih wakil-wakil rakyat secara demokratis.1 Jadi bagi Negara
demokrasi pemilu merupakan ciri penting dan mutlak untuk diselenggarakan. Pemilu juga

1 Diambil dari Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, S.H. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, hlm 414.

11
merupakan salah satu penyampaian aspirasi rakyat dalam menentukan pemimpinnya. Itulah yang
dimaksud dengan kedaulatan berada di tangan rakyat.

Pentingnya pemilu untuk di selenggarakan disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya;


Menampung aspirasi rakyat yang bersifat dinamis dan berkembang dari waktu ke waktu, adanya
perubahan dalam masyarakat dapat merubah juga kehidupan masyarakat, adanya pertumbuhan
penduduk dan rakyat yang dewasa merubah pola pikir masyarakat, dan menjamin suksesnya
pergantian kepemimpinan Negara. Setidaknya itu yang disampaikan secara eksplisit mengenai
pentingnya pemilu di selenggarakan dalam buku referensi yang di baca penulis, meskipun
konteksnya pemilu dalam waktu berkala.2

Berbeda dari pentingnya pemilu di selenggarakan, menurut Prof. Jimly tujuan di


selenggarakannya pemilu adalah:

1. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan


damai.
2. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan
rakyat di lembaga perwakilan.
3. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat.
4. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara3

Sedangkan menurut Moh. Kusnadi & H. Ibrahim untuk Republik Indonesia paling tidak
ada tiga macam tujuan pemilihan umum itu. Ketiga macam tujuan pemilihan umum itu adalah:

1. Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib.


2. Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat
3. Dalam rangka melaksanakan hak-hak azasi warga negara4

Bisa dilihat dari semua tujan pemilu yang di sampaikan oleh masing-masing ahli hukum,
garis besarnya adalah adanya peralihan kekuasaan di pemerintahan sebagai bentuk dari
keinginan rakyat yang telah di sepakati sebelumnya bahwa presiden dan wakilnya hanya bisa
memegang masa jabatan tertentu.5 Namun sekarang fokus pada tujuan pemilu pada setiap akhir
masing-masing poin, melaksanakan hak asas manusia. Hak asasi manusia dalam poin tersebut

2 Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, S.H. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, hlm 415.
3 Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, S.H. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, hlm 419.
4 Moh. Kusnadi S.H. & Harmaily Ibrahim S.H. Hukum Tata Negara Indonesia, hlm 330.
5 UUD 1945 pasal 7

11
penulis memberi pendapat bahwa hak asasi yang di maksud terbagi menjadi 2 (dua). Pertama,
hak untuk memilih, dan kedua hak untuk di pilih.

Berdasarkan kasus yang diangkat oleh penulis, disini terlihat bahwa hak untuk dipilih
telah di langgar. Hal tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang telah di jabarkan
sebelumnya. Kali ini penulis akan menjabarkan pelanggaran hak atas asasi manusia tersebut
yang tertera dalam pasal.

Dalam surat permohonan yang diajukan Prof. Yusril Ihza Mahendra tertulis berbagai
macam argumen konstitusional yang mengatakan bahwa pasal-pasal UU no 42 tahun 2008
bertentangan dengan UUD 1945. Masalah yang ingin diangkat penulis ialah pasal 3 ayat (5) dan
pasal 9 UU no 42 tahun 2008 yang bertentangan dengan UUD 1945 pasal 6a ayat (2). Dalam
UUD 1945 pasal 6a ayat 2 tertulis :

Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum

Dalam pasal tersebut yang dimaksud pemilihan umum hanya bisa di tafsirkan pemilihan
umum pemilihan anggoa-anggota DPR, DPD, dan DPRD, karena hanya pemilihan umum inilah
yang pesertanya adalah partai politik. Disatu sisi dalam UU no 42 tahun 2008 pasal 3 ayat (5)
tertulis :

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan setelah pelaksanaan pemilihan umum
anggota DPR, DPD, dan DPRD

Dan juga untuk mencalonkan cepres dan cawapres ada peraturan, pasal 9 UU no 42 tahun
2008 yang di kenal dengan istilah Presidential Threshold berbunyi:

Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik peserta pemilu
yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah
kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional dalam
Pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Maka jelas pasal 3 ayat (5) dan pasal 9 UU no 42 tahun 2008 bertentangan dengan UUD
1945 pasal 6a ayat (2). Kerena bagaimana bisa dikatakan sah apabila jumlah hasil kursi pemilu

11
anggota DPR, DPD, dan DPRD telah di ketahui sedangkan itu adalah syarat mengajukan capres
& cawapres, dan pemilu capres & cawapres itu sendiri dilakukan setelah pemilu anggota DPR,
DPD, dan DPRD. Intinya hal ini memiliki arti kalau perolehan kursi masing-masing parpol
peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPR telah diumumkan dan telah di ketahui,
maka partai politik tersebut bukan lagi partai politik peserta pemilihan umum, karena pemilihan
umum yang pesertanya adalah partai politik telah selesai dilaksanakan. Hal itulah yang
menyimpang dalam peraturan perundang-undangan dalam pemilu dan secara tidak langsaung
juga telah menyimpangi asas pemilu dalam Undang-undang No. 23 tahun 2003 Tentang
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden adalah berdasarkan pasal 22E ayat (1) UUD 1945
Perubahan Ketiga;

Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
setiap lima tahun sekali

Dimana terdapat kata umum yang memilik arti semua warga Negara yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan undang-undang ini, berhak mengikuti pemilu dan menjamin
kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga Negara, tanpa diskriminasi berdasarkan
suku, agama, ras golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan, dan status social. 6 Lalu
bagaimana dampaknya terhadap kestabilan pemerintahan dan masyarakat di Indonesia.

Penulis disini ingin mengkritisi adanya keberadaan Presidensial Threshold dalam


sistem kepemerintahan. Memang benar apa yang dikatakan oleh Prof. Yusril mengenai
penyimpangan yang terjadi antara UU no 42 tahun 2008 dengan UUD 1945. Hal tersebut
menghilangkan identitas Negara Indonesia adalah Negara demokrasi, serta hak untuk dipilih
seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya juga hilang karena adanya halangan bagi yang
ingin maju menjadi presiden akibat adanya peraturan President Threshold tadi. Akibatnya
dapat dikatakan presiden dalam menjalan tugasnya harus di dukung oleh DPR & MPR kerena
merekalah yang menyetujui pelaksanaan program kerja presiden. Lalu bagaimana bisa presiden
menjalankan tugasnya apabila tidak ada dukungan dari DPR & MPR karena ada hak suara
disana. Hal itu jelas akan mempengaruhi kestabilan pemerintahan Indonesia.

6 Prof. Abdul Bari Azed S.H., M.H & Makmur Amin S.H., M.H., Pemilu dan Partai Politik di Indonesia, hlm 55

11
Pemerintahan Indonesia yang saat ini di pegang atau di kendalikan oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) bisa menjalankan tugasnya atau bisa menjalankan program
kerjanya di karenakan SBY, yang adalah fraksi partai demokrat yang telah bersekutu (koalisi)
dengan partai lain, mempunyai dukungan di DPR & MPR. Bayangkan bila hal ini tidak terjadi,
maka kerusuhan yang terjadi di tahun 1998 mungkin bisa terjadi lagi karena tidak ada kebijakan
dari pemerintah yang menjalankan negara ini. Keadaan bisa saja kacau balau dan akhirnya
menghilangkan kepercayaan dari masyarakat.

Pada hal yang telah terjadi mengenai kenaikan harga pangan saja, yaitu cabai, beras, dan
harga kebutuhan pokok lainnya juga BBM (Bahan Bakar Minyak), sudah banyak kritik pedas
yang masuk ke pemerintah. Bahkan hingga bertindak anarkis melakukan unjukrasa hanya untuk
menolak kebijakan tersebut. Belum lagi hal tersebut memicu adanya tindakan kriminal akibat
terdesaknya kebutuhan ekonomi. Hal ini jelas menunjukan bahwa kondisi Indonesia masih
rentan dan belum stabil. Maka dari itu disini penulis berpendapat bahwa peraturan mengenai
pasal 9 UU no 42 tahun 2008 tentang President Threshold masih diperlukan demi mendukung
kinerja presiden pada masa jabatannya. Hanya saja memang perlu adanya pembetulan dan
perbaikan hukum agar peraturan tersebut benar-benar memiliki pijakan konstitusional.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Di akhir penulisan makalah ini penulis menyimpulkan bahwa telah terjadi
penyimpangan Undang-undang No. 42 Tahun 2008 terhadap Undang-undang Dasar 1945,
mengenai President Threshold atau pemberian ambang batas minimal dalam
pencalonan presiden dan wakil presiden yang diatur dalam pasal 9 UU no.42 tahun 2008
yang secara tidak langsung juga melanggar asas pemilihan umum pasal 22E ayat (1)
UUD 1945. Namun disini penulis memberikan pandangan bahwa adanya pemberian

11
ambang batas minimal juga di perlukan dalam membangun kinerja pemerintah dalam
system pemerintahan. Karena disini penulis memberikan pandangan adanya kepentingan
yang lebih tinggi yaitu berjalannya kinerja pemerintah (presiden & wakil presiden) dalam
menjalalankan tugasnya demi kepentingan rakyat.

B. SARAN
Saran dari penulis ingin menyampaikan bahwa perlu adanya peraturan atau
undang-undang yang mengatur jelas tentang hal ini agar terciptanya keadilan, kejelasan,
dan penegasan serta penegakkan hukum. Sesuai dengan pasal 1 UUD 1945 bahwa
Negara Indonesia adalah negara hukum, maka memang perlulah hukum itu harus jelas
dan tegak dan memang tidak bisa di pungkiri bahwa dalam membuat hal itu terwujud
butuh waktu yang lama serta pemikiran yang dalam.
Sekiranya hanya itu saja yang bisa penulis sampaikan dari pemikirannya dalam
menulis karya ilmiah ini. Penulis meminta maaf apabila ada kesalahan atau kekurangan
informasi dari penulisan makalah ini karena sesungguhnya penulis juga manusia yang
rentan akan kesalahan dan sedang dalam proses pembelajaran kea rah yang lebih baik.
Penulis juga menerima kritik dan saran atas pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi penulis dan juga masyarakat banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. 2013. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta. PT


RAJAGRAFINDO PERSADA.

Bari Azed, Abdul, dan Makmur Amin. 2013. Pemilu dan Partai Politik di Indonesia. Depok.
Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Kusnardi, Moh, dan Harmaily Ibrahim. 1988. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta. Pusat
Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

2013. UUD 1945 dan Amandemennya. Fokusmedia.

11

Anda mungkin juga menyukai