Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

I. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa diman klien mengalami
perubahan persepsi sensori. Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang
apapun pada panca indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau
bangun, dasarnya mungkin organik, psikotik ataupun histerik (Maramis,
1994).Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Halusinasi adalah suatu penghayatan yang
dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimuli ekstern; persepsi
palsu (Lubis, 1993).
Berikut akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif pada klien
dengan halusinasi

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif

Halusinasi Dengar Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau


Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
(klien mendengar suara Mendekatkan telinga ke arah Mendengar suara yang
atau bunyi yang tidak ada tertentu mengajak bercakap-cakap
hubungannya dengan Menutup telinga Mendengar suara menyuruh
stimulus yang nyata atau melakukan sesuatu yang
lingkungan) berbahaya

Halusinasi penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar, bentuk


tertentu geometris, kartun, melihat
(klien melihat gambaran Ketakutan pada sesuatu yang hantu, atau monster.
yang jelas atau samar tidak jelas
terhadap adanya stimulus
yang nyata dari
lingkungan dan orang lain
tidak melihatnya).

Halusinasi penciuman Mengendus-endus seperti Membaui bau-bauan seperti bau


sedang membaui bau-bauan darah, urine, feses, dan
(klien mencium suatu bau tertentu terkadang bau-bau tersebut
yang muncul dari sumber Menutup hidung menyenangkan bagi klien.
tertentu tanpa stimulus
yang nyata)

Halusinasi pengecapan Sering meludah Merasakan rasa seperti darah,


Muntah urine, atau feses.
(klien merasakan sesuatu
yang tidak nyata, biasanya
merasakan rasa makanan
yang tidak enak)

Halusinasi perabaan Menggaruk-garuk permukaan Mengatakan ada serangga di


kulit. permukaan kulit
(klien merasakan sesuatu Merasa seperti tersengat
pada kulitnya tanpa ada listrik.
stimulus yang nyata)
Halusinasi Kinestetik Memegang kakinya yang Mengatakan badannya melayang
dianggapnya bergerak sendiri. di udara.
(klien merasa badannya
bergerak dalam suatu
ruangan atau anggota
badannya bergerak).

Halusinasi Viseral Memegang badannya yang Mengatakan perutnya menjadi


dianggapnya berubah bentuk mengecil setelah minum soft
(perasaan tertentu timbul). dan tidak normal seperti drink.
biasanya.

II. Faktor Predisposisi


Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat
meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetik.
2.1 Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.
2.2 Faktor Sosiokultural
Berbagai factor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan
yang membesarkannya.
2.3 Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stress yang berleihan, maka di dalam tubuhnya akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik nuorokimia seperti
buffofenon dan dimethytranferase (DMP).
2.4 Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan
stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi
realitas.
2.5 Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil
studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
III. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di
lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus
terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan
yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

IV. Manifestasi Klinis/Tanda gejala

Perilaku yang dapat


Tahap Ciri-ciri
diobservasi

Comforting Klien yang berhalusinasi Tersenyum lebar,


mengalami emosi yang intense menyeringai tetapi
Halusinasimenyenangkan,Cemas seperti cemas, kesepian, rasa tampak tidak tepat
ringan bersalah, dan takut dan mencoba Menggerakan bibir
untuk berfokus pada pikiran yang tanpa membuat
menyenangkan untuk suara
menghilangkan kecemasan. Pergerakan mata
Seseorang mengenal bahwa pikiran yang cepat
dan pengalaman sensori berada Respon verbal yang
dalam kesadaran control jika lambat seperti asyik
kecemasan tersebut bisa dikelola. Diam dan tampak
asyik

Comdemning Penngalaman sensori menjijikan Ditandai dengan


dan menakutkan. Klien yang peningkatan kerja
Halusinasi menjijikan,Cemas berhalusinasi mulai merasa system saraf
sedang kehilangan control dan mungkin autonomic yang
berusaha menjauhkan diri, serta menunjukan
merasa malu dengan adanya kecemasan
pengalaman sensori tersebut dan misalnya terdapat
menarik diri dari orang lain. peningkatan nadi,
pernafasan dan
tekanan darah.
Rentang perhatian
menjadi sempit
Asyik dengan
penngalaman
sensori dan
mungkin
kehilangan
kemampuan untuk
membedakan
halusinasi dengan
realitas.

Controlling Klien yang berhalusinasi Arahan yang


menyerah untuk mencoba diberikan halusinasi
Pengalamansensori melawan pengalaman tidak hanya
berkuasa,Cemas berat halusinasinya. Isi halusinasi dijadikan objek saja
bisa menjadi oleh klien tetapi
menarik/meimkat. Seseorang mungkin akan
mungkin mengalami kesepian diikitu/dituruti
jika pengalaman sensori Klien mengalami
kesulitan
berakhir. berhubungan
dengan orang lain
Rentang perhatian
hanya dalam
beberapa detik atau
menit
Tampak tanda
kecemasan berat
seperti berkeringat,
tremor, tidak
mampu mengikuti
perintah.

Conquering Pengalaman sensori bisa Perilakku klien


mengancam jika klien tidak tampak seperti
Melebur dalam pengaruh mengikuti perintah dari dihantui terror dan
halusinasi,Panic halusinasi. Halusinasi panic
mungkin berakhir dalam Potensi kuat untuk
waktu empat jam atau sehari bunuh diri dan
bila tidak ada intervensi membunuh orang
terapeutik lain
Aktifitas fisik yang
digambarkan klien
menunjukan isi dari
halusinasi misalnya
klien melakukan
kekerasan, agitasi,
menarik diri atau
katatonia
Klien tidak dapat
berespon pada
arahan kompleks
Klien tidak dapat
berespon pada lebih
dari satu orang

Pohon Masalah
Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan persepsi sensori:


halusinasi

Care Problem

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis


V. Proses Keperawatan
5.1 Pengkajian
Subjektif:
Klien mengatakan mendengar sesuatu
Klien mengatakan melihat bayangan putih
Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik
Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses
Klien mengatakan kepalanya melayang di udara
Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada
dirinya.
Objektif:
Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji
Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
Berhenti bicara di tengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
Disorientasi
Konsentrasi rendah
Pikiran cepat berubah-ubah
Kekacauan alur pikiran

5.2 Diagnosis Keperawatan


Perubahan Sensori Persepsi: halusinasi

6.3 Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:

Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya


Klien dapat mengontrol halusinasinya
Klien mengikuti program pengobatan secara optimal

Tindakan Keperawatan

1. Membantu klien mengenal halusinasi


Dalam membantu klien mengenal halusinasinya, perawat dapat
berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang didengar,
dilihat atau dirasa), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan terjadinya halusinasi, dan respon
klien saat halusinasi itu muncul.
2. Melatih klien mengontrol halusinasi
a. Menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Memperagakan cara menghardik
Meminta klien memperagakan ulang
Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku klien.
b. Bercakap-cakap dengan orang lain
Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol
halusinasi, ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain terjadi
distraksi yaitu focus perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain. Anjurkan atau
ingatkan kepada klien bahwa ketika waktu-waktu yang diperkirakan
sebagai waktu halusinasi tersebut muncul maka kien diharapkan
langsung mencari teman untuk bercakap-cakap.
c. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi
Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan klien
Melatih klien melakukan aktivitas
Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih. Upayakan agar klien memiliki aktivitas muali
dari bangun pagi sampai dengan tidur malam.
d. Minum obat secara teratur
Jelaskan kegunaan obat
Jelaskan akibat putus obat
Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat

VI. Strategi Pelaksanaan

SP PASIEN SP KELUARGA

SP 1 SP 1

1. Identifikasi halusinasi: dengan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan


mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi keluarga dalam merawat pasien
situasi pencetus, perasaan dan respon 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala serta
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi : proses terjadinya halusinasi (gunakan
hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan booklet)
kegiatan 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan halusinasi
menghardik 4. Latih cara merawat halusinasi: hardik
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
latihan menghardik dan beri pujian

SP 2 SP 2

1. Evaluasi kegiatan menghardik: beri pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan merawat melatih pasien menghardik beri
obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, pujian
dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat) 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
3. Jelaskan pentingnya pengguanaan obat 3. Latih cara memberikan atau membembing
pada gangguan jiwa minum obat
4. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
sesuai program dan beri pujian
5. Jelaskan akibat putus obat
6. Jelaskan cara berobat
7. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik dan beri pujian

SP 3 SP 3

1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


obat. Beri pujian merawat atau melatih pasien dalam
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan memberikan obat. Beri
bercakap-cakap ketika halusinasi muncul pujian
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk 2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan
latihan menghardik, minum obat dan melakukan kegiatan untuk mengontrol
bercakap-cakap halusinasi
3. Latih dan sediakan waktu untuk bercakap-
cakap dengan pasien terutama saat
halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
dan berikan pujian

SP 4 SP 4

1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga merawa/


penggunaan obat dan bercakap-cakap. Beri melatih pasien mengahardik, memberikan
pujian obat dan bercakap-cakap. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan 2. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM, tanda
menggunakan kegiatan harian (mulai 2 kambuh, rujukan
kegiatan) 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal.
3. Masukan kedalam jadwal kegiatan untuk Beri pujian
latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian
SP 5 SP 5

1. Evaluasi kegiatan latiahn menghardik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


minum obat, bercakap-cakap dan merawat atau melatih pasien menghardik,
melakukan kegiatan harian. Beri pujian minum obat, bercakap-bercakap, kegiatan
2. Latih kegiatan harian harian dan foloow up. Beri pujian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol pasien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol ke RSJ/PKM

SP1 Pasien: Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara


mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara pertama: menghardik halusinasi

Orientasi:
Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa UMB yang akan merawat bapak
Nama Saya Marfuah, senang dipanggil Fuah. Nama bapak siapa? Bapak
Senang dipanggil apa. Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa
keluhan bapak saat iniBaiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya?
Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30
menit
Kerja:
Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya? Apa yang
dikatakan suara itu?Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-
waktu? Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari
bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada
waktu sendiri? Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara
itu? Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah
dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar
cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul? bapak , ada empat
cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang
ke empat minum obat dengan teratur. Bagaimana kalau kita belajar
satu cara dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya sebagai berikut:
saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak
mau dengar, Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak
peragakan! Nah begitu, bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah
bisa
Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi? Kalau
suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu
kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara
masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam
berapa bapak? Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan
berlatih? Dimana tempatnya Baiklah, sampai jumpa.

SP2 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi
Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang
telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ?
Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi
selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?
Kerja
Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah
suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya
suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak
muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat
menyiapkan obat pasien)Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-
suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk
rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HLP) 3 kali sehari
jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara
sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan
dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit
untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa
minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat
menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak
harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan
keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan
obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum
sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa
jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari
Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat?
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba
sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal
minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya
minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah
makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4
cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.

SP 3 & 4Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:


bercakap-cakap dengan orang lain
Orientasi:
Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah
kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi
saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit.
Mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai
mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol.
Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; tolong,
saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau
ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol
dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak
lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi!
Bagus! Nah, latih terus ya bapak!
Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa
cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus,
cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi.
Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak.
Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara
teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke
mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan
aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau
di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi

SP 5 - 12 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara


ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal
Orientasi:
Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang
telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini
kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu
melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk
di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit?
Baiklah.
Kerja:
Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus
jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai
malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan
hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan.
Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai
malam ada kegiatan.
Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang
ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara
yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari
kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai
jadwal ya! (Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan
berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara
minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan


Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika :
Jakarta
Banjarmasin, April 2017

Preseptor Klinik, Preseptor Akademik,

(.) (.)

Anda mungkin juga menyukai