Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
konseling tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, keluarga berencana, dan
melakukan deteksi dini. Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya
kecacatan dan kematian yang terjadi akibat IUGR.
Pada kasus-kasus IUGR yang sangat parah dapat berakibat janin lahir
mati (still birth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka
panjang dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus IUGR dapat muncul,
sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun faktor-faktor kekurangan
nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara hidup
beresiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan
secara teratur dapat menekan resiko munculnya IUGR.
2
1.3.1 Studi Kasus
1.3.4 Diskusi
BAB I : Pendahuluan
3
Meliputi latar belakang, Tujuan Penulisan baik secara
Umum maupun khusus, ruang lingkup serta sistematika
penulisan.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. 1. Definisi
5
2.2.Patologi
2.3. Diagnosis
6
dari 50 Kg, penyakit Jantung Cyanotic, Hipertensi kronis, Pregnancy
Induced Hipertensi, Diabetus Mellitus dengan gangguan Vasculopaty,
Connective Tissue Disease.
7
2. Penurunan fungsi plasenta
3. Penurunan kadar oksigen dalam darah janin.
8
ketika terjadi infeksi dalam kandungan (misalnya, herpes simplek, rubella,
cytomegalovirus dan toksoplasma),kelainan kromosom, dan kelainan
congenital.Harus diingat, bagaimanapun, fetus yang simetris mungkin secara
aturan kecil dan menderita tetapi tidak semuanya mengalami
ketidaknormalan.
9
Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan fetus adalah
type 2. IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit ibu seperti
Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetus Mellitus dengan vaskulopaty,
dan yang lainnya.
3. Intermediate IUGR
10
kepercayaan 95%. Antara 12 sampai 24 minggu, ukuran diameter biaparietal
(BPD) merupakan penuntun yang dapat dipercaya bila dibandingkan dengan
ukuran panjang kepala bokong yang dilakukan pada trimester I kehamilan.
Diluar usia kehamilan 28-30 minggu terjadi peningkatan progresif pada
variasi BPD, dan ketepatan penetapan dari usia kehamilan kurang
memuaskan.
2.6 Preeklamsia
11
2.7 Pemantauan Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin harus selalu dinilai pada setiap kali pasien
melakukan pemeriksaan hamil (umumnya setelah kehamilan trimester
pertama), pada trimester kedua dan selanjutnya. DJJ dapat dinilai dengan
menggunakan leanec atau Doppler. DJJ dihitung dalam satu menit penuh
dalam satu menit dengan memperhatikan keteraturan serta frekuensinya.
Pemantauan DJJ dipantau saat ada his dan diluar His. Adanya
iregularitas (aritmia) atau frekuensi dasar yang abnormal ( takhikardi : 160-
180 dpm atau bradikardi : 100-120 dpm, apalagi bila gawat janin (DJJ<100
dpm atau > 180 dpm) harus segera ditindaklanjuti. ( Standarisasi Pemantauan
Kesejahteraan Janin , Januadi, Jud. FK UPN Veteran 2006).
Interpretasi NST:
1. Reasuring (Reaktif)
Tidak terdapat gerakan janin dalam 20 menit, atau tidak terdapat akselerasi
pada gerakan janin
Frekuansi dasar DJJ abnormal (kurang dari 120 menit, atau lebih dari 160
dpm)
3. Meragukan
Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat akselerasi
yang kurang dari 15 dpm
12
Frekuensi dasar DJJ abnormal
Hasil NST yang baik hanya dapat diikuti dengan keadaan janin yang
baik sampai 1 minggu kemudian (spesifisitas 95%-99%). Hasil NST non
reaktif disertai dengan keadaan janin yang jelek dengan sensitivitas sebesar
20 %. Hasil NST yang meragukan harus diulang dalam waktu 24 jam. Oleh
karena rendahnya nilai sensitivitas NST, maka setiap hasil NST yang non-
reaktif sebaiknya dievaluasi lebih lanjut dengan Contraction stress test (CST)
selama tidak ada kontraindikasi.
13
BAB III
LAPORAN KASUS
25-5-2014
Ps datang sendiri ke UGD d/
14
Riwayat alergi obat : Tidak ada
Riwayat penyakit : Tidak ada
Riwayat Operasi : Sc 1x thn 1998
Pemeriksaan Fisik
PD a/ i menilai keadaan:
Portio : tebal lunak cm arah depan
Pembukaan : 3cm
Ketuban +menempel
Persentasi kepala
Penurunan Hodge II
Posisi sutura sagitalis lintang
Molase : tidak ada
Pemeriksaan Penunjang : Cek protein uria (+3)
Analisa masalah
G5P3A1 H. 37 mgg (USG) d/ PK1 Laten+PEB+bekas Sc
1x th98, sups IUGR
Janin Tunggal Hidup Persentasi Kepala.
Maspot = Eklamsia, Ruptur, gawat janin,
Rencana Diognostik
Cek PEB rutin,sceraning, USG, NST
15
Rencana Terapi
Mengimpormasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga.
Mengobservasi TTV 1 jam
Mengobservasi His dan DJF 30 detik
Memberikan ibu pendamping persalinan
Memberikan rasa nyaman kepada ibu
Memberikan ibu hidrasi
Menganjurkan ibu untuk miring kiri,
Melakukan kolaborasi dengan dr. jaga:
Melakukan tatalaksana PEB (ps. dapat nipedipine
10 mg oral, di pasang infus, di pasang Dc, urin
warena kuning jernih 100 cc, ps. dapat MgS04 2
gr/bolus).
Siapkan USG dan cek PEB rutin,
NST dan rencana lapor dr. konsulen
Hasil USG :
Janin tunggal hidup Persentasi kepala DJF (+) gerak bayi (+),
BPD 86,2~34 minggu, FW = 2060 gr.plasenta corpus belakang
grade II-III. ICA = 10,4, Tampak gambaran tali pusat di sekitar
leher 1kali.
Hasil Lab :
HB 10,9, Leukosit 10,2, HT 33,7 , Trom 186,
Urin = albumin +4 (ps. dpt MgSO4 2 gr/bolus), darah samar +1
16
36,6c, DJF (+) 154x/mt,, palp.abdomen lemas, HIS 2x1025
inspeksi perd. (-).
17
j. 23.50 Ps. masuk RR
S/ pusing (-), mual (-), muntah (-),
Kaki belum dapat digerakan.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
19
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Salah satu penyebab IUGR di dalam kasus ini adalah faktor dari ibu
yakni terjadi komplikasi Preeklamsi Berat. Faktor ini bukan hanya salah satu
penyebab dari IUGR, masih banyak faktor lain yang dapat menyebabkan
IUGR, namun sayangnya pada kasus ini tidak di lakukan pemeriksaan lebih
lanjut lagi dengan menggunakan USG Fetomaternal sehingga tidak diketahui
penyebab dari terjadinya IUGR.
1.2 Saran
20