Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA APLASTIK

1. Definisi Anemia Aplastik


Anemia aplastik adalah suatu sindroma kegagalan sumsum tulang yang
ditandai dengan pansitopenia perifer dan hipoplasia sumsum tulang. Pada anemia
aplastik terjadi penurunan produksi sel darah dari sumsum tulang sehingga
menyebabkan retikulositopenia, anemia, granulositopenia, monositopenia dan
trombositopenia. Istilah anemia aplastik sering juga digunakan untuk menjelaskan
anemia refrakter atau bahkan pansitopenia oleh sebab apapun.
Anemia aplastik merupakan suatu kelainan dari sindrom klinik yang
diantaranya ditandai oleh defisiensi sel darah merah, neutrophils, monosit dan
platelet tanpa adanya bentuk kerusakan sumsum lainnya ( Laksmi, Herawati,
2012).
Menurut The National Organization for Rare Disorders (NORD, 2008),
anemia aplastik adalah kelainan yang memiliki karakteristik berupa kegagalan
sumsum tulang dalam memproduksi sel-sel darah yang cukup untuk sirkulasi.
Kekurangan produksi sel-sel darah tersebut berpotensi sangan serius atau dapat
menjadi penyakit yang fatal apabila tidak diatasi sebagaimana mestinya.

2. Klasifikasi Anemia Aplastik


Anemia aplastik umumnya diklasifikasikan ( Laksmi, Herawati, 2012).
sebagai berikut:
a. Klasifikasi menurut kausa:
1. Idiopatik : bila kausanya tidak diketahui; ditemukan pada kira-kira 50%
kasus.
2. Sekunder : bila kausanya diketahui.
3. Konstitusional : adanya kelainan DNA yang dapat diturunkan, misalnya
anemia Fanconi

b. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan atau prognosis


Klasifikasi anemia aplastik berdasarkan tingkat keparahan.

Anemia aplastik berat - Seluraritas sumsum tulang <25% atau 25-50%


dengan <30% sel hematopoietik residu, dan

- Dua dari tiga kriteria berikut :

netrofil < 0,5x109/l


trombosit <20x109 /l
retikulosit < 20x109 /l
Sama seperti anemia aplastik berat kecuali
Anemia aplastik sangat berat
netrofil <0,2x109/l

Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia


Anemia aplastik bukan berat aplastik berat atau sangat berat; dengan sumsum
tulang yang hiposelular dan memenuhi dua dari
tiga kriteria berikut :

- netrofil < 1,5x109/l


- trombosit < 100x109/l
- hemoglobin <10 g/dl

3. Etiologi Anemia Aplastik


Anemia aplastik sering diakibatkan oleh radiasi dan paparan bahan kimia.
Akan tetapi, kebanyakan pasien penyebabnya adalah idiopatik, yang
berarti penyebabnya tidak diketahui.
Anemia aplastik dapat juga terkait dengan infeksi virus dan dengan penyakit
lain
Anemia Aplastik yang Didapat (Acquired Aplastic Anemia)
Anemia aplastik sekunder
Radiasi
Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Efek regular
Bahan-bahan sitotoksik
Benzene
Reaksi Idiosinkratik
Kloramfenikol
NSAID
Anti epileptik
Emas
Bahan-bahan kimia dan obat-obat lainya
Virus
Virus Epstein-Barr (mononukleosis infeksiosa)
Virus Hepatitis (hepatitis non-A, non-B, non-C, non-G)
Parvovirus (krisis aplastik sementara, pure red cell aplasia)
Human immunodeficiency virus (sindroma immunodefisiensi yang didapat)
Penyakit-penyakit Imun
Eosinofilik fasciitis
Hipoimunoglobulinemia
Timoma dan carcinoma timus
Penyakit graft-versus-host pada imunodefisiensi
Paroksismal nokturnal hemoglobinuria
Kehamilan
Idiopathic aplastic anemia
Anemia Aplatik yang diturunkan (Inherited Aplastic Anemia)
Anemia Fanconi
Diskeratosis kongenita
Sindrom Shwachman-Diamond
Disgenesis reticular
Amegakariositik trombositopenia
Anemia aplastik familial
Preleukemia (monosomi 7, dan lain-lain.)
Sindroma nonhematologi (Down, Dubowitz, Seckel)
4. Patogenesis Anemia Aplastik
Ada 3 teori yang dapat mcnerangkan patofisiologi penyakit ini yaitu:
Kerusakan sel induk hematopoitik, kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang,
Proses imunologik yang menekan hematopoisis. Keberadaan sel induk
hematopoitik dapat diketahui lewat petanda sel yaitu CD 34, atau dengan biakan
sel. Dalam biakan sel padanan sel induk hematopoitik dikenal sebagai longterm
culture initiating cell (LTC-IC), long-term marrow culture (LTMC), jumlah sel
induk sangat menurun hingga 1-10 % dari normal. Demikian juga pengamatan
pada cobble stone area forming cells jumlah sel induk sangat menurun. Bukti
klinis yang menyokong teori gangguan sel induk ini adalah keberhasilan
transplantasi sumsum tulang pada 60-80% kasus. Hal ini membuktikan bahwa
dengan pemberian sel induk dari luar akan terjadi rekontruksi sumsum tulang
pada pasien anemia aplastik.
Kemampuan hidup dan daya proliferasi serta diferensiasi sel induk
hematopoitik tergantung pada lingkungan mikro sumsum tulang yang terdiri dari
sel stroma yang menghasilkan berbagai sitokin. Pada berbagi penelitian dijumpai
bahwa sel sel stroma sumsum tulang pasien anemia aplastik tidak menunjukkan
kelainan dan menghasilkan sitokin perangsang seprti GM-CSF, G-CSF, clan IL-6
dalam jumlah normal sedangkan sitokin penghambat seperti interferon , tumor
necrosis factor , protein macrophage inflammatory 1 dan transforming growth
factor 2 akan meningkat.sel stroma pasien anemia aplastik dapat menunjang
pertumbuhan sel induk, tapi sel stroma normal tidak dapat menumbuhkan sel
induk yang berasal dari pasien. Berdasarkan temuan tersebut, teori kerusakan
lingkingan mikro sumsum tulang sebagai penyebab mendasar anemia makin
banyak ditinggalkan.
Terapi imunosupresif memberikan kesembuhan pada sebagian besar pasien
anemia aplastik merupakan bukti meyakinkan tentang peran mekanisme
imunologik dalam patofisiologi penyakit ini. Pemakaian gangguan sel induk
dengan siklosporin atau metilprednisolon memberikan kesembuhan sekitar 75%
dengan ketahanan hidup jangka panjang menyamai hasil transplantasi sumsum
tulang. Keberhasilan imunosupesi ini sangat mendukung teori proses
imunologik. Transplantasi sumsum tulang singeneik oleh karena tiadanya
masalah histokomptabilitas seharusnya tidak menimbulkan masalah rejeksi
miskipun tanpa pemberian terapi conditioning menghasilkan remisi jangka
panjang pada semua kasus. Kenyataan ini menunjukan bahwa pada anemia
aplastik bukan saja terjadi kerusakan sel induk tetapi juga terjadi imunosupresi
terhadap sel induk yang dapat dihilangkan dengan terapi conditioning.

5. Gejala dan Pemeriksaan Fisik Anemia Aplastik


Tanda dan gejala anak anemia sebenarnya bisa dideteksi oleh orang tua.
Bagaimana orang tua bisa mengenali tanda anemia pada anak itulah adalah salah
satu cara untuk bisa menangani semenjak awal anemia ini dan juga memberikan
pengobatan anemia itu sendiri. Tanda anemia anak bisa berupa :
1. Anak terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang dibawa keseluruh
tubuh berkurang karena media trasportnya berkurang (Hb) kurang sehingga
tentunya yang membuat energy berkurang dan dampaknya adalah 3L, lemah,
letih dan lesu
2. Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal diatas, karena
darah yang membawa oksigen berkurang, aliran darah serta oksigen ke otak
berkurang pula dan berdampak pada indra penglihatan dengan pandangan
mata yang berkunang-kunang.
3. Menurunnya daya pikir, akibatnya adalah sulit untuk berkonsentrasi
4. Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudah terserang sakit
5. Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa menunjukkan
tanda-tanda detak jantung cepat dan bengkak pada tangan dan kaki.

Pada anemia aplastik terdapat pansitopenia sehingga keluhan dan gejala


yang timbul adalah akibat dari pansitopenia tersebut. Hipoplasia eritropoietik
akan menimbulkan anemia dimana timbul gejala-gejala anemia antara lain
lemah, dyspnoe deffort, palpitasi cordis, takikardi, pucat dan lain-lain.
Pengurangan elemen lekopoisis menyebabkan granulositopenia yang akan
menyebabkan penderita menjadi peka terhadap infeksi sehingga mengakibatkan
keluhan dan gejala infeksi baik bersifat lokal maupun bersifat sistemik.
Trombositopenia tentu dapat mengakibatkan pendarahan di kulit, selaput lendir
atau pendarahan di organ-organ. Pada kebanyakan pasien, gejala awal dari
anemia aplastik yang sering dikeluhkan adalah anemia atau pendarahan,
walaupun demam atau infeksi kadang-kadang juga dikeluhkan.
Anemia aplastik mungkin asimtomatik pendarahan, lemah badan dan
pusing merupakan keluhan yang paling sering dikemukakan, selain itu dapat pula
jantung berdebar, demam, nafsu makan berkurang, pucat, sesak nafas,
penglihatan kabur.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan Darah
Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan.
Anemia yang terjadi bersifat normokrom normositer, tidak disertai dengan
tanda-tanda regenerasi. Adanya eritrosit muda atau leukosit muda dalam darah
tepi menandakan bukan anemia aplastik. Kadang-kadang pula dapat
ditemukan makrositosis, anisositosis, dan poikilositosis.
Jumlah granulosit ditemukan rendah. Pemeriksaan hitung jenis sel
darah putih menunjukkan penurunan jumlah neutrofil dan monosit.
Limfositosis relatif terdapat pada lebih dari 75% kasus. Jumlah neutrofil
kurang dari 500/mm3 dan trombosit kurang dari 20.000/mm3 menandakan
anemia aplastik berat. Jumlah neutrofil kurang dari 200/mm 3 menandakan
anemia aplastik sangat berat.
Jumlah trombosit berkurang secara kuantitias sedang secara kualitas
normal. Perubahan kualitatif morfologi yang signifikan dari eritrosit, leukosit
atau trombosit bukan merupakan gambaran klasik anemia aplastik yang
didapat (acquired aplastic anemia). Pada beberapa keadaan, pada mulanya
hanya produksi satu jenis sel yang berkurang sehingga diagnosisnya menjadi
red sel aplasia atau amegakariositik trombositopenia. Pada pasien seperti ini,
lini produksi sel darah lain juga akan berkurang dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu sehingga diagnosis anemia aplastik dapat ditegakkan.
Laju endap darah biasanya meningkat. Waktu pendarahan biasanya
memanjang dan begitu juga dengan waktu pembekuan akibat adanya
trombositopenia. Hemoglobin F meningkat pada anemia aplastik anak dan
mungkin ditemukan pada anemia aplastik konstitusional.
Plasma darah biasanya mengandung growth factor hematopoiesis,
termasuk erittropoietin, trombopoietin, dan faktor yang menstimulasi koloni
myeloid. Kadar Fe serum biasanya meningkat dan klirens Fe memanjang
dengan penurunan inkorporasi Fe ke eritrosit yang bersirkulasi.
Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12,
hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial.

2. Pemeriksaan sumsum tulang


Aspirasi sumsum tulang biasanya mengandung sejumlah spikula
dengan daerah yang kosong, dipenuhi lemak dan relatif sedikit sel
hematopoiesis. Limfosit, sel plasma, makrofag dan sel mast mungkin
menyolok dan hal ini lebih menunjukkan kekurangan sel-sel yang lain daripada
menunjukkan peningkatan elemen-elemen ini. Pada kebanyakan kasus
gambaran partikel yang ditemukan sewaktu aspirasi adalah hiposelular. Pada
beberapa keadaan, beberapa spikula dapat ditemukan normoseluler atau
bahkan hiperseluler, akan tetapi megakariosit rendah.
Biopsi sumsum tulang dilakukan untuk penilaian selularitas baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Semua spesimen anemia aplastik ditemukan
gambaran hiposelular. Aspirasi dapat memberikan kesan hiposelular akibat
kesalahan teknis (misalnya terdilusi dengan darah perifer), atau dapat terlihat
hiperseluler karena area fokal residual hematopoiesis sehingga aspirasi
sumsum tulang ulangan dan biopsi dianjurkan untuk mengklarifikasi diagnosis.

b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologis umumnya tidak dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosa anemia aplastik. Survei skletelal khusunya berguna untuk sindrom
kegagalan sumsum tulang yang diturunkan, karena banyak diantaranya
memperlihatkan abnormalitas skeletal. Pada pemeriksaan MRI (Magnetic
Resonance Imaging) memberikan gambaran yang khas yaitu ketidakhadiran
elemen seluler dan digantikan oleh jaringan lemak.

c. Terapi
Manajemen awal anemia aplastik berat yang terjadi pendarahan akibat
trombositopenia dan infeksi akibat granulositopenia dan monositopenia
memerlukan tatalaksana untuk menghilangkan kondisi yang potensial mengancam
nyawa ini dan untuk memperbaiki keadaan pasien. Yaitu menghentikan semua
obat-obatan atau penggunaaan agen kimia yang diduga menjadi penyebab anemi
aplastik. Jika Anemia dilakukan transfuse PRC bila terdapat anemia berat sesuai
yang dibutuhkan. Jika terjadi pendarahan hebat hebat akibat trombositopenia
diberikan tranfusi trombosit sesuai yang dibutuhkan. Tindakan pencegahan
infeksi biala terdapat neutropenia berat. Jika ada infeksi lakukan kultur
mikroorganisme, antibiotic spectrum luas bila organism spesifik tidak dapat
diidentifikasikan.

7. Komplikasi

Komplikasi umum akibat anemia adalah:

a. Gagal jantung
b. Kejang

c. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )

d. Daya konsentrasi menurun

e. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun.

8. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti


darah yang hilang:

a. Anemia aplastik:

Transplantasi sumsum tulang


Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit (ATG)

b. Anemia pada penyakit ginjal

Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan

c. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan


penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang
mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,
sehingga Hb meningkat.

d. Anemia pada defisiensi besi

Dicari penyebab defisiensi besi


Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
9. Pengakajian Keperawatan

a. Manifestasi umum

- Kelemahan otot
- Mudah lelah
- Kulit pucat

b. Manifestasi system saraf pusat

- Sakit kepala
- Pusing
- Kunang-kunang
- Peka rangsang
- Proses berpikir lambat
- Penurunan lapang pandang
- Apatis
- Depresi

c. Syok (anemia kehilangan darah)

- Perfusi perifer buruh


- Kulit lembab dan dingin
- Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
- Peningkatan frekwensi jatung

10. Diagnosa Keperawatan

1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan

4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)

5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

6. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi

7. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan

8. Keletihan b.d anemia


11. Intervensi Keperawatan

DIANGOSA TUJUAN DAN


NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1 Perfusi jaringan Setelah dilakukan - Peripheral Sensation


tidak efektif b/d tindakan keperawatan Management
penurunan selama jam (Manajemen sensasi
konsentrasi Hb dan perfusi jaringan klien perifer)
darah, suplai oksigen adekuat dengan kriteria
- Monitor adanya daerah
berkurang :
tertentu yang hanya
- Membran mukosa peka terhadap
merah panas/dingin/tajam/tu
- Konjungtiva tidak
mpul
anemis - Monitor adanya
- Akral hangat
paretese
- Tanda-tanda vital
- Instruksikan keluarga
dalam rentang
untuk mengobservasi
normal
kulit jika ada lesi atau
laserasi
- Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
- Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
- Monitor kemampuan
BAB
- Kolaborasi pemberian
analgetik
- Monitor adanya
tromboplebitis
- Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NIC :Nutrition Management
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan
- Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b/d selama . status
makanan
intake yang kurang, nutrisi klien adekuat
anoreksia dengan kriteria - Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
Adanya peningkatan
jumlah kalori dan
berat badan sesuai
Definisi : Intake nutrisi yang
dengan tujuan
nutrisi tidak cukup dibutuhkan pasien.
untuk keperluan Beratbadan ideal
- Anjurkan pasien untuk
metabolisme tubuh. sesuai dengan tinggi
meningkatkan intake
badan
Fe
Mampu
Batasan - Anjurkan pasien untuk
mengidentifikasi
karakteristik : meningkatkan protein
kebutuhan nutrisi
dan vitamin C
- Berat badan 20 %
Tidk ada tanda tanda
atau lebih di bawah - Berikan substansi gula
malnutrisi
ideal
- Yakinkan diet yang
Menunjukkan
- Dilaporkan dimakan mengandung
peningkatan fungsi
adanya intake tinggi serat untuk
pengecapan dari
makanan yang mencegah konstipasi
menelan
kurang dari RDA
- Berikan makanan yang
(Recomended Daily Tidak terjadi
terpilih ( sudah
Allowance) penurunan berat badan
dikonsultasikan
yang berarti
- Membran mukosa dengan ahli gizi)
dan konjungtiva Pemasukan yang
- Ajarkan pasien
pucat adekuat
bagaimana membuat
- Kelemahan otot Tanda-tanda catatan makanan
yang digunakan malnutri si harian.
untuk
Membran - Monitor jumlah nutrisi
menelan/mengunyah konjungtiva dan mukos dan kandungan kalori
tidk pucat
- Luka, inflamasi - Berikan informasi
pada rongga mulut Nilai Lab.: tentang kebutuhan
nutrisi
- Mudah merasa Protein total: 6-8 gr%
kenyang, sesaat - Kaji kemampuan
Albumin: 3.5-5,3 gr %
setelah mengunyah pasien untuk
makanan Globulin 1,8-3,6 gr % mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
- Dilaporkan atau HB tidak kurang dari 10
fakta adanya gr % Nutrition Monitoring
kekurangan
- BB pasien dalam batas
makanan
normal
- Dilaporkan
- Monitor adanya
adanya perubahan
penurunan berat badan
sensasi rasa
- Monitor tipe dan
- Perasaan
jumlah aktivitas yang
ketidakmampuan
biasa dilakukan
untuk mengunyah
makanan - Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
- Miskonsepsi
makan
- Kehilangan BB
- Monitor lingkungan
dengan makanan
selama makan
cukup
- Jadwalkan
- Keengganan
pengobatan dan
untuk makan
tindakan tidak selama
- Kram pada jam makan
abdomen
- Monitor kulit kering
- Tonus otot jelek dan perubahan
- Nyeri abdominal pigmentasi
dengan atau tanpa
- Monitor turgor kulit
patologi
- Monitor kekeringan,
- Kurang berminat
rambut kusam, dan
terhadap makanan
mudah patah
- Pembuluh darah
- Monitor mual dan
kapiler mulai rapuh
muntah
- Diare dan atau
- Monitor kadar
steatorrhea
albumin, total protein,
- Kehilangan Hb, dan kadar Ht
rambut yang cukup
- Monitor makanan
banyak (rontok)
kesukaan
- Suara usus
- Monitor pertumbuhan
hiperaktif
dan perkembangan
- Kurangnya
- Monitor pucat,
informasi,
kemerahan, dan
misinformasi
kekeringan jaringan
konjungtiva

Faktor-faktor yang - Monitor kalori dan


berhubungan : intake nuntrisi

Ketidakmampuan - Catat adanya edema,


pemasukan atau hiperemik, hipertonik
mencerna makanan papila lidah dan
atau mengabsorpsi cavitas oral.
zat-zat gizi
- Catat jika lidah
berhubungan
berwarna magenta,
dengan faktor
scarle.
biologis, psikologis
atau ekonomi.

3 Defisit perawatan Setelah dilakukan NIC :


diri b/d kelemahan tindakan keperawatan
Self Care assistane : ADLs
fisik selama . jam
kebutuhan mandiri - Monitor kemempuan klien
klien terpenuhi dengan untuk perawatan diri yang
Definisi : kriteria mandiri.

Gangguan Klien terbebas dari bau - Monitor kebutuhan klien


kemampuan untuk badan untuk alat-alat bantu untuk
melakukan ADL kebersihan diri, berpakaian,
Menyatakan
pada diri berhias, toileting dan makan.
kenyamanan terhadap
kemampuan untuk - Sediakan bantuan sampai
melakukan ADLs klien mampu secara utuh
Batasan karakteristik
untuk melakukan self-care.
: ketidakmampuan Dapat melakukan
untuk mandi, ADLS dengan bantuan - Dorong klien untuk
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-
untuk berpakaian, hari yang normal sesuai
ketidakmampuan kemampuan yang dimiliki.
untuk makan,
- Dorong untuk melakukan
ketidakmampuan
secara mandiri, tapi beri
untuk toileting
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.

Faktor yang - Ajarkan klien/ keluarga


berhubungan : untuk mendorong
kelemahan, kemandirian, untuk
kerusakan kognitif memberikan bantuan hanya
atau perceptual, jika pasien tidak mampu
kerusakan untuk melakukannya.
neuromuskular/ otot-
- Berikan aktivitas rutin
otot saraf
sehari- hari sesuai
kemampuan.

- Pertimbangkan usia klien


jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan NIC :Infection Control


tindakan keperawatan (Kontrol infeksi)
Definisi :
selama . jam
Peningkatan resiko - Bersihkan lingkungan
status imun klien
masuknya setelah dipakai pasien
meningkat dengan
organisme patogen lain
kriteria
Faktor-faktor - Pertahankan teknik
Klien bebas dari tanda
resiko : isolasi
dan gejala infeksi
- Prosedur Infasif - Batasi pengunjung bila
Menunjukkan
perlu
- Ketidakcukupan kemampuan untuk
pengetahuan untuk mencegah timbulnya - Instruksikan pada
menghindari infeksi pengunjung untuk
paparan patogen mencuci tangan saat
Jumlah leukosit dalam
berkunjung dan setelah
- Trauma batas normal
berkunjung
- Kerusakan Menunjukkan perilaku meninggalkan pasien
jaringan dan hidup sehat
- Gunakan sabun
peningkatan paparan
antimikrobia untuk cuci
lingkungan
- Ruptur membran tangan
amnion
- Cuci tangan setiap
- Agen farmasi sebelum dan sesudah
(imunosupresan) tindakan kperawtan

- Malnutrisi - Gunakan baju, sarung


tangan sebagai alat
- Peningkatan
pelindung
paparan lingkungan
patogen - Pertahankan lingkungan
aseptik selama
- Imonusupresi
pemasangan alat
- Ketidakadekuatan
- Ganti letak IV perifer
imum buatan
dan line central dan
- Tidak adekuat dressing sesuai dengan
pertahanan sekunder petunjuk umum
(penurunan Hb,
- Gunakan kateter
Leukopenia,
intermiten untuk
penekanan respon
menurunkan infeksi
inflamasi)
kandung kencing
- Tidak adekuat
- Tingktkan intake nutrisi
pertahanan tubuh
primer (kulit tidak - Berikan terapi antibiotik
utuh, trauma bila perlu
jaringan, penurunan
Infection Protection
kerja silia, cairan
(proteksi terhadap infeksi)
tubuh statis,
perubahan sekresi - Monitor tanda dan
pH, perubahan gejala infeksi sistemik
peristaltik) dan lokal

- Penyakit kronik - Monitor hitung


granulosit, WBC

- Monitor kerentanan
terhadap infeksi

- Batasi pengunjung

- Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular

- Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko

- Pertahankan teknik
isolasi k/p

- Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema

- Inspeksi kulit dan


membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase

- Ispeksi kondisi luka /


insisi bedah

- Dorong masukkan
nutrisi yang cukup

- Dorong masukan cairan

- Dorong istirahat

- Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep

- Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan
gejala infeksi

- Ajarkan cara
menghindari infeksi

- Laporkan kecurigaan
infeksi

- Laporkan kultur positif

5 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan - Toleransi aktivitasi


b.d tindakan keperawatan
- Menentukan penyebab
ketidakseimbangan selama .. klien
intoleransi
suplai dan dapat beraktivitas
aktivitas&menentukan
kebutuhan oksigen dengan kriteria
apakah penyebab dari
- Berpartisipasi dalam fisik, psikis/motivasi
aktivitas fisik dgn TD,
- Observasi adanya
HR, RR yang sesuai
pembatasan klien dalam
-Menyatakan gejala beraktifitas.
memburuknya efek dari
- Kaji kesesuaian
OR&menyatakan
aktivitas&istirahat klien
onsetnya segera
sehari-hari
-Warna kulit
- aktivitas secara
normal,hangat&kering
bertahap, biarkan klien
Memverbalisa-sikan berpartisipasi dapat
pentingnya perubahan posisi,
aktivitasseca-ra berpindah & perawatan
bertahap diri
Mengekspresikan - Pastikan klien
pengertian pentingnya mengubah posisi secara
keseimbangan bertahap. Monitor
latihan&istira gejala intoleransi
aktivitas
Hat
- Ketika membantu klien
- Peningkatan toleransi
berdiri, observasi gejala
aktivitas
intoleransi spt mual,
pucat, pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital

- Lakukan latihan ROM


jika klien tidak dapat
menoleransi aktivitas

- Bantu klien memilih


aktifitas yang mampu
untuk dilakukan.

6 Gangguan Setelah dilakukan Terapi Oksigen


pertukaran gas b.d tindakan keperawatan
- Bersihkan mulut,
ventilasi-perfusi selama .. status
hidung dan secret
respirasi : pertukaran
trakea
gas membaik dengan
kriteria : - Pertahankan jalan
nafas yang paten
Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi - Atur peralatan
dan oksigenasi yang oksigenasi
adekuat
- Monitor aliran oksigen
Memelihara kebersihan
- Pertahankan posisi
paru paru dan bebas
pasien
dari tanda tanda
distress pernafasan - Onservasi adanya
Mendemonstrasikan tanda tanda
batuk efektif dan suara hipoventilasi
nafas yang bersih, tidak
- Monitor adanya
ada sianosis dan
kecemasan pasien
dyspneu (mampu
terhadap oksigenasi
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas Vital sign Monitoring
dengan mudah, tidak
- Monitor TD, nadi,
ada pursed lips)
suhu, dan RR
Tanda tanda vital dalam - Catat adanya fluktuasi
rentang normal tekanan darah

- Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri

- Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan

- Monitor TD, nadi, RR,


sebelum, selama, dan
setelah aktivitas

- Monitor kualitas dari


nadi

- Monitor frekuensi dan


irama pernapasan

- Monitor suara paru

- Monitor pola
pernapasan abnormal

- Monitor suhu, warna,


dan kelembaban kulit

- Monitor sianosis
perifer

- Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)

- Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
7 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Airway Management
pola nafas b.d tindakan keperawatan
- Buka jalan nafas,
selama . status
gunakan teknik chin lift
respirasi klien
atau jaw thrust bila
membaik dengan
perlu
kriteria

- Posisikan pasien untuk


Mendemonstrasikan
memaksimalkan
batuk efektif dan suara
ventilasi
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan - Identifikasi pasien
dyspneu (mampu perlunya pemasangan
mengeluarkan sputum, alat jalan nafas buatan
mampu bernafas
- Pasang mayo bila perlu
dengan mudah, tidak
ada pursed lips) - Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien - Keluarkan sekret
tidak merasa tercekik, dengan batuk atau
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam suction
rentang normal, tidak
- Auskultasi suara nafas,
ada suara nafas
catat adanya suara
abnormal)
tambahan
Tanda Tanda vital
- Lakukan suction pada
dalam rentang normal
mayo
(tekanan darah, nadi,
pernafasan) - Berikan bronkodilator
bila perlu

- Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab

- Atur intake untuk


cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.

8 Keletihan b.d Setelah dilakukan Energi manajemen


anemia tindakan keperawatan
- Monitor respon klien
selama
terhadap aktivitas
.. .keletihan klien
takikardi, disritmia,
teratasi dengan
dispneu, pucat, dan
kriteria :
jumlah respirasi
- Monitor dan catat
Kemampuan
jumlah tidur klien
aktivitas adekuat
- Monitor
Mempertahankan ketidaknyamanan
nutrisi adekuat atauu nyeri selama
bergerak dan aktivitas
Keseimbangan - Monitor intake nutrisi
- Instruksikan klien
aktivitas dan istirahat
untuk mencatat tanda-
Menggunakan
teknik energi tanda dan gejala
konservasi kelelahan
- Jelakan kepada klien
Mempertahankan hubungan kelelahan
interaksi sosial dengan proses
penyakit
Mengidentifikasi
- Catat aktivitas yang
faktor-faktor fisik dan
dapat meningkatkan
psikologis yang
kelelahan
menyebabkan - Anjurkan klien
kelelahan melakukan yang
meningkatkan
Mempertahankan
relaksasi
kemampuan untuk - Tingkatkan
konsentrasi pembatasan bedrest
dan aktivitas

Daftar Pustaka
Laksmi, I.M, Herawati, S. 2012. Anemia Aplastik. Jurnal Universitas Udanaya.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai