6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan Darah
Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan.
Anemia yang terjadi bersifat normokrom normositer, tidak disertai dengan
tanda-tanda regenerasi. Adanya eritrosit muda atau leukosit muda dalam darah
tepi menandakan bukan anemia aplastik. Kadang-kadang pula dapat
ditemukan makrositosis, anisositosis, dan poikilositosis.
Jumlah granulosit ditemukan rendah. Pemeriksaan hitung jenis sel
darah putih menunjukkan penurunan jumlah neutrofil dan monosit.
Limfositosis relatif terdapat pada lebih dari 75% kasus. Jumlah neutrofil
kurang dari 500/mm3 dan trombosit kurang dari 20.000/mm3 menandakan
anemia aplastik berat. Jumlah neutrofil kurang dari 200/mm 3 menandakan
anemia aplastik sangat berat.
Jumlah trombosit berkurang secara kuantitias sedang secara kualitas
normal. Perubahan kualitatif morfologi yang signifikan dari eritrosit, leukosit
atau trombosit bukan merupakan gambaran klasik anemia aplastik yang
didapat (acquired aplastic anemia). Pada beberapa keadaan, pada mulanya
hanya produksi satu jenis sel yang berkurang sehingga diagnosisnya menjadi
red sel aplasia atau amegakariositik trombositopenia. Pada pasien seperti ini,
lini produksi sel darah lain juga akan berkurang dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu sehingga diagnosis anemia aplastik dapat ditegakkan.
Laju endap darah biasanya meningkat. Waktu pendarahan biasanya
memanjang dan begitu juga dengan waktu pembekuan akibat adanya
trombositopenia. Hemoglobin F meningkat pada anemia aplastik anak dan
mungkin ditemukan pada anemia aplastik konstitusional.
Plasma darah biasanya mengandung growth factor hematopoiesis,
termasuk erittropoietin, trombopoietin, dan faktor yang menstimulasi koloni
myeloid. Kadar Fe serum biasanya meningkat dan klirens Fe memanjang
dengan penurunan inkorporasi Fe ke eritrosit yang bersirkulasi.
Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12,
hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial.
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologis umumnya tidak dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosa anemia aplastik. Survei skletelal khusunya berguna untuk sindrom
kegagalan sumsum tulang yang diturunkan, karena banyak diantaranya
memperlihatkan abnormalitas skeletal. Pada pemeriksaan MRI (Magnetic
Resonance Imaging) memberikan gambaran yang khas yaitu ketidakhadiran
elemen seluler dan digantikan oleh jaringan lemak.
c. Terapi
Manajemen awal anemia aplastik berat yang terjadi pendarahan akibat
trombositopenia dan infeksi akibat granulositopenia dan monositopenia
memerlukan tatalaksana untuk menghilangkan kondisi yang potensial mengancam
nyawa ini dan untuk memperbaiki keadaan pasien. Yaitu menghentikan semua
obat-obatan atau penggunaaan agen kimia yang diduga menjadi penyebab anemi
aplastik. Jika Anemia dilakukan transfuse PRC bila terdapat anemia berat sesuai
yang dibutuhkan. Jika terjadi pendarahan hebat hebat akibat trombositopenia
diberikan tranfusi trombosit sesuai yang dibutuhkan. Tindakan pencegahan
infeksi biala terdapat neutropenia berat. Jika ada infeksi lakukan kultur
mikroorganisme, antibiotic spectrum luas bila organism spesifik tidak dapat
diidentifikasikan.
7. Komplikasi
a. Gagal jantung
b. Kejang
8. Penatalaksanaan Medis
a. Anemia aplastik:
Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
a. Manifestasi umum
- Kelemahan otot
- Mudah lelah
- Kulit pucat
- Sakit kepala
- Pusing
- Kunang-kunang
- Peka rangsang
- Proses berpikir lambat
- Penurunan lapang pandang
- Apatis
- Depresi
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
- Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
- Pertahankan teknik
isolasi k/p
- Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
- Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor pola
pernapasan abnormal
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
7 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Airway Management
pola nafas b.d tindakan keperawatan
- Buka jalan nafas,
selama . status
gunakan teknik chin lift
respirasi klien
atau jaw thrust bila
membaik dengan
perlu
kriteria
- Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Daftar Pustaka
Laksmi, I.M, Herawati, S. 2012. Anemia Aplastik. Jurnal Universitas Udanaya.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC