Protein Hewani Luka Perineum PDF
Protein Hewani Luka Perineum PDF
) ) )
, ,
ABSTRAK
I. PENDAHULUAN
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Hampir Sebagian besar persalinan
merupakan persalinan normal, hanya 12-15% merupakan persalinan patologi.
Pada beberapa kondisi, persalinan normal dapat beralih menjadi persalinan
patologi apabila terjadi kesalahan dalam penilaian kondisi ibu dan bayi atau
akibat kesalahan dalam memimpin persalinan (Sarwono, 2008; h.455).
Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Setelah
persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan pada vulva dan perineum
(Wiknjosastro H, 2005) .
Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari). Pelayanan pasca persalinan
harus terselenggara untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi
upaya pencegahan infeksi, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI,
cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Sarwono,
2010; h.356). Masa nifas berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil dan berlangsung selama 6 minggu. Pada masa ini
terjadi perubahan fisiologi meliputi perubahan fisik, involusio, lokhea,
laktasi, perubahan sistem lain dan perubahan psikologis. Asuhan masa nifas
diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kriris baik ibu maupun
bayinya (Sarwono, 2008; h.122).
Infeksi nifas masih berperan sebagai penyebab utama kematian ibu
terutama di negara berkembang seperti Indonesia ini, masalah itu terjadi
akibat dari pelayanan kebidanan yang masih jauh dari sempurna. Faktor
penyebab lain terjadinya infeksi nifas di antaranya, daya tahan tubuh yang
kurang, perawatan nifas yang kurang baik, kurang gizi/mal nutrisi, anemia,
hygiene yang kurang baik, serta kelelahan. Upaya yang dilakukan dengan
memberikan asuhan pada ibu dan bayi dengan baik pada masa nifas
diharapkan dapat mencegah kejadian tersebut (BKKBN, 2006).
Pada masa nifas diperlukan nutrisi yang bermutu tinggi dengan cukup
kalori, protein, cairan serta vitamin. Faktor nutrisi akan mempengaruhi
proses penyembuhan luka jalan lahir. Berdasarkan penelitian Ija (2009),
status gizi akan mempengaruhi penyembuhan luka. Pada sebagian pasien,
penurunan kadar protein akan mempengaruhi penyembuhan luka. Bila ibu
nifas mampu melakukan perawatan luka perineum dengan benar selama di
rumah, ditunjang dengan status gizi yang baik maka proses penyembuhan
luka akan berjalan dengan normal sesuai masa penyembuhan luka dan resiko
terjadinya infeksi masa nifas dapat dihindari.
28 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 7, No. 12, Juni 2016
yang sudah mengering dan jaringan kulit sudah menyatu ini dikarenakan
tidak menghindari makanan tertentu termasuk ikan dan telur.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Hubungan Konsumsi Makanan Protein
Hewani pada Ibu Nifas Dengan Penyembuhan Luka Perineum di Wilayah
Kerja Puskesmas Klaten Tengah.
d. Pekerjaan Responden
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Klaten Tengah
2. Analisa Bivariat
Tabel 4.3 Hubungan Konsumsi Makanan Protein Hewani pada Ibu Nifas
dengan Penyembuhan Luka Perineum di Wilayah Kerja Puskesmas
Klaten Tengah
B. Pembahasan
penting untuk struktur dan fungsi tubuh serta penting untuk sintesis dan
pembelahan sel yang sangat vital untuk penyembuhan luka.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kang Kapuk
(2013) yang menyatakan bahwa faktor gizi terutama protein akan sangat
mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena
penggantian jaringan sangat membutuhkan protein. Terwujudnya semua
makanan yang dianjurkan untuk ibu nifas maka proses penyembuhan luka
heating akan semakin cepat sembuh dan kering. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Mukarramah dan Ismail (2013) yang menyatakan bahwa nutrisi
sangat berpengaruh terhadap penyembuhan luka karena pada ibu nifas yang
sudah mengerti tentang pemenuhan nutrisi dan mau mengkonsumsi sayur-
sayuran, buah-buahan maupun ikan, daging dan telur dalam masa nifas
sehingga proses penyembuhan luka baik dan cepat.Diet yang diberikan pada
ibu nifas harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan
banyak mengandung cairan (Elida, 2013).
Sedangkan responden mengalami penyembuhan luka perineum yang
tidak baik dan tidak mengkonsumsi makanan protein hewani sebanyak 5
responden (71,4%). Dari 5 responden tersebut berpotensi terjadinya infeksi
pada luka perineum. Berdasarkan penelitian Ija (2009), menyatakan bahwa
pada sebagian pasien dengan penurunan protein akan mempengaruhi
penyembuhan luka. Zat gizi yang mempengaruhi penyembuhan luka salah
satunya adalah protein.
Sejalan dengan penelitian Setiya (2010), ibu nifas pantang
mengkonsumsi telur, daging ayam, ikan (yang berasal dari air tawar ataupun
air laut), serta bahan makanan lain yangberasal dari laut seperti udang,
kepiting, cumi-cumi, dan sebagainya yang merupakan sumber protein
hewani. Protein hewani merupakan protein lengkap (sempurna) yang
mengandung berbagai asam amino esensial lengkap yang dapat memenuhi
unsur-unsur biologis sempurna. Sehingga ibu nifas tersebut tidak mendapat
asupan zat gizi yang cukup untuk proses penyembuhan lukaperineum
(Almatsier, 2009). Apabila ibu nifas yang tidak mengkonsumsi makanan
protein hewani akan timbul jaringan granulasi abnormal pada luka perineum,
adanya pus, luka tidak menutup dan luka dijahit kembali. Sedangkan ibu
nifas yang mengkonsumsi makanan protein hewani pada luka perineumnya
akan kering, menutup dan disertai jaringan parut.
36 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 7, No. 12, Juni 2016
IV. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Umur responden di Wilayah Kerja Puskesmas Klaten Tengah adalah
21 34 tahun yaitu sebanyak 24 responden (73,5%)
2. Paritas responden di Wilayah Kerja Puskesmas Klaten Tengah adalah
primigravida yaitu 16 responden (47,1%) dan mulitigravida 18
responden (52,9%)
3. Pendidikan responden di Wilayah Kerja Puskesmas Klaten Tengah
adalah SMA yaitu sebanyak 17 responden (50,0%)
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa
saran yang dapat diberikan, yaitu
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi peneliti
selanjutnya terkait masalah gizi pada ibu nifas dengan penyembuhan
luka perineum atau personal hygiene pada ibu nifas dengan lama
penyembuhan luka perineum.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengembangan keilmuan
dan informasi dalam memperkuat wawasan dan kemampuan di
bidang kebidanan, khususnya terkait tentang konsumsi makanan
protein hewani pada ibu nifas dengan penyembuhan luka perineum.
4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadikan acuan ibu dalam memahami
pentingnya konsumsi makanan protein hewani pada ibu nifas
terhadap penyembuhan luka perineum dan ada perubahan sikap dan
perilaku untuk tidak menghindari makanan tertentu khususnya
makanan yang protein hewani serta bersedia makan makanan yang
mengandung protein.
38 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 7, No. 12, Juni 2016
DAFTAR PUSTAKA