Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Analisis Univariat

a. Pengetahuan kelompok wanita usia berisiko tentang kanker serviks dan

pemeriksaan IVA sebelum diberikan intervensi.

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sebelum Intervensi Pendidikan Kesehatan

Pengetahuan tentang kanker n %


serviks dan pemeriksaan
IVA
Baik 2 7.1%
Cukup 5 17.9%
Kurang 21 75.0%
Total 28 100%

Berdasarkan data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil

distribusi frekuensi dari 28 responden sebelum diberikan pendidikan

kesehatan yaitu pengetahuan baik sebanyak 2 orang (7,1 %), pengetahuan

cukup sebanyak 5 orang (17,8 %), dan pengetahuan kurang sebanyak 21

orang (75 %).

Distribusi frekuensi tersebut juga dapat disajikan dalam bentuk pie

diagram sebagai berikut :


75%

b. Pengetahuan kelompok wanita usia berisiko tentang kanker serviks dan

pemeriksaan IVA sesudah diberikan intervensi.

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sesudah Intervensi Pendidikan
Kesehatan

Pengetahuan tentang kanker n %


serviks dan pemeriksaan
IVA
Baik 23 82.1%

Cukup 5 17.9%

Total 28 100%

Berdasarkan data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil

distribusi frekuensi dari 28 responden sesudah diberikan pendidikan

kesehatan mengalami peningkatan yaitu baik sebanyak 23 orang (82.1 %)

dibandingkan dengan sebelum diberikan intervensi yaitu sebanyak 2

orang, setelah dilakukan intervensi pengetahuan cukup sebanyak 5 orang

(17.9 %).

Distribusi frekuensi tersebut juga dapat disajikan dalam bentuk pie

diagram sebagai berikut :


c. Sikap kelompok wanita usia berisiko tentang kanker serviks dan

pemeriksaan IVA sebelum diberikan intervensi.

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Sikap Sebelum Intervensi Pendidikan Kesehatan

Sikap tentang kanker n %


serviks dan pemeriksaan
IVA
Baik 2 7.1%
Cukup 6 21.4%
Kurang 20 71.4%
Total 28 100%

Berdasarkan data pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil

distribusi frekuensi dari 28 responden sebelum diberikan pendidikan

kesehatan yaitu sikap baik sebanyak 2 orang (7.1%), sikap cukup sebanyak

6 orang (21.4 %), dan sikap yang kurang sebanyak 20 orang (71,4 %).

Distribusi frekuensi tersebut juga dapat disajikan dalam bentuk pie

diagram sebagai berikut :


d. Sikap kelompok wanita usia berisiko tentang kanker serviks dan

pemeriksaan IVA sesudah diberikan intervensi.

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Sikap Sesudah Intervensi Pendidikan Kesehatan

Sikap tentang kanker n %


serviks dan pemeriksaan
IVA
Baik 17 60.7%
Cukup 11 39.3%

Total 28 100%

Berdasarkan data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil distribusi

frekuensi dari 28 responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan

mengalami peningkatan yaitu sikap baik sebanyak 17 orang (60.7 %)

dibandingkan dengan sebelum diberikan intervensi yaitu sebanyak 2 orang,

setelah dilakukan intervensi sikap cukup sebanyak 11 orang (39.3 %).

Distribusi frekuensi tersebut juga dapat disajikan dalam bentuk pie

diagram sebagai berikut :


e. Perilaku kelompok wanita usia berisiko terhadap pemeriksaan IVA sebelum

diberikan intervensi.

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Perilaku Sebelum Intervensi Pendidikan
Kesehatan

Perilaku terhadap n %
pemeriksaan IVA
Tidak 26 92.9%
Ya 2 7.1%

Total 28 100%

Berdasarkan data pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil distribusi

frekuensi perilaku dari 28 responden sebelum diberikan pendidikan

kesehatan yaitu sebanyak 26 orang (92.9%) tidak bersedia melakukan

pemeriksaan IVA dan bersedia melakukan pemeriksaan IVA 2 orang (7.1

%).

Distribusi frekuensi tersebut juga dapat disajikan dalam bentuk pie

diagram sebagai berikut :


f. Perilaku kelompok wanita usia berisiko terhadap pemeriksaan IVA sesudah

diberikan intervensi.

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Perilaku Sesudah Intervensi Pendidikan
Kesehatan

Perilaku terhadap n %
pemeriksaan IVA
Ya 15 53.6%
Tidak 13 46.4%

Total 28 100%

Berdasarkan data pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil distribusi

frekuensi perilaku dari 28 responden sesudah diberikan pendidikan

kesehatan yaitu sebanyak 13 orang (46,4%) tidak bersedia melakukan

pemeriksaan IVA dan bersedia melakukan pemeriksaan IVA 15 orang (53,6

%).

Distribusi frekuensi tersebut juga dapat disajikan dalam bentuk pie

diagram sebagai berikut :


2. Bivariat

a. Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA.

Tabel 4.5

Perbedaan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

Pengukuran Mean Standar N P value


pengetahuan deviasi
Sebelum 1.32 .612 28 0.000

Sesudah 2.82 .390 28

Berdasarkan tabel 4.5 dari hasil dengan menggunakan uji

marginal homogeneity test didapatkan sebelum dilakukan intervensi

rerata 1.32 dengan standar deviasi .612 dan sesudah diberikan

intervensi rerata 2.82 dengan standar deviasi .390 didapatkan p value =

0,000 (p <0,05), hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi

pendidikan kesehatan mengenai kanker serviks dan pemeriksaan IVA.

Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan dapat

meningkatkan pengetahuan kelompok wanita usia berisiko mengenai

kanker serviks dan pemeriksaan IVA.

b. Perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA.


Tabel 4.6

Perbedaan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

Pengukuran Mean Standar N P value


sikap deviasi
Sebelum 1.36 .612 28 0.000

Sesudah 2.61 .497 28

Berdasarkan tabel 4.6 dari hasil dengan menggunakan uji

marginal homogeneity test didapatkan sebelum dilakukan intervensi

rerata sikap 1.36 dengan standar deviasi .612 dan sesudah diberikan

intervensi rerata 2.61 dengan standar deviasi .497 didapatkan p value =

0,000 (p <0,05), hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara sikap sebelum dan sesudah diberikan intervensi

pendidikan kesehatan mengenai kanker serviks dan pemeriksaan IVA.

Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan dapat

mempengaruhi sikap kelompok wanita usia berisiko mengenai kanker

serviks dan pemeriksaan IVA.

c. Perbedaan perilaku sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan terhadap pemeriksaan IVA.

Tabel 4.7

Perbedaan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

Pengukuran Mean Standar N P value


perilaku deviasi
Sebelum .07 .262 28 0.000

Sesudah .54 .508 28


Berdasarkan tabel 4.7 dari hasil dengan menggunakan uji

marginal homogeneity test didapatkan sebelum dilakukan intervensi

rerata perilaku .07 dengan standar deviasi .262 dan sesudah diberikan

intervensi rerata .54 dengan standar deviasi .508 didapatkan p value =

0,000 (p <0,05), hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara perilaku sebelum dan sesudah diberikan

intervensi pendidikan kesehatan mengenai kanker serviks dan terhadap

pemeriksaan IVA. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian

pendidikan kesehatan dapat mempengaruhi perilaku kelompok wanita

usia berisiko mengenai kanker serviks dan terhadap pemeriksaan IVA.

A. Pembahasan

1. Pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian intervensi

Dalam penelitian ini bahwa sebelum diberikan pendidikan

kesehatan terhadap 28 wanita usia berisiko yaitu pengetahuan yang baik

sebanyak 2 orang (7,1 %), cukup sebanyak 5 orang (17,8 %), dan kurang

sebanyak 21 orang (75 %). Hal ini juga dibuktikan oleh jurnal penelitian

Suwarjana dan Dharmadi (2016), berdasarkan tingkat pengetahuan

sebanyak 44 (53,7%) memiliki pengetahuan kurang tentang IVA, tidak

jauh berbeda dengan responden yang memiliki pengetahuan baik yakni

sebanyak 38 (46,3%). Kemudian dalam penelitian ini sesudah diberikan

pendidikan kesehatan mengalami peningkatan yaitu pengetahuan yang

baik sebanyak 23 orang (82,1 %) dibandingkan dengan sebelum diberikan

intervensi hanya 2 orang, pengetahuan cukup sebanyak 5 orang (17.9%)


untuk jumlahnya tidak mengalami perubahan dari sebelum diberikannya

intervensi, dari 21 orang yang sebelumnya berpengetahuan kurang

mengalami peningkatkan yang sangat baik dengan mengalami peningkatan

pengetahuan yang cukup hingga sampai menjadi pengetahuan yang baik

sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang baik dapat merubah sikap

dan perilakunya juga.

Menurut peneliti pemberian pendidikan kesehatan terhadap

masyarakat terutama dalam hal ini yaitu kelompok wanita usia berisiko

berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan wanita usia berisiko

mengenai kanker serviksa dan pemeriksaan IVA, sehingga yang belum

mengetahui mengenai kanker serviks dan pemeriksaan IVA sebelumnya

setelah diberikan intervensi menjadi tahu dengan bertambahnya informasi

melalui pendidikan kesehatan ini. Hal ini sejalan dengan menurut

Notoatmodjo (2010), bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan

atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok

atau individu, dengan harapan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,

kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan

yang lebih baik.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukamti, Aticeh,

dan Maryanah (2013), pemeriksaan IVA pada kelompok perlakuan yang

melakukan pemeriksaan IVA terdapat sebanyak 29 responden (82,9

persen). Pengetahuan pada kelompok perlakuan terdapat mean 72,3, SD

20,87 dan CI 95% adalah 65,1 - 79,5 sedangkan pada kelompok

pembanding mean 54, SD 10,08 dan CI 95% adalah 50,5 - 57,5. Hasil uji
statistik didapatkan perbedaan mean antar kelompok sebesar 18,28 (95%

CI = 10,41 - 26,15) p<0,001, artinya pada tingkat kepercayaan 5% terdapat

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu dalam deteksi

dini kanker serviks dengan IVA. Pemberian penyuluhan memberi dampak

terhadap tingkat pengetahuan dan berpengaruh dalam pengambilan

keputusan dalam melakukan pemeriksaan IVA.

Pengetahun wanita usia berisiko yang tinggi tentang kanker

serviks diharapkan dapat merubah sikap dan perilaku untuk deteksi dini

kanker serviks dengan melakukan pemeriksaan IVA, sebagaimana

diungkapkan George Pickett & John J Hanlon (2004) bahwa dengan

pendidikan kesehatan bertujuan menanamkan pengetahuan, dengan

harapan agar pengetahuan tersebut dapat membentuk sikap yang pada

gilirannya akan membentuk perilaku.

Penelitian yang dilakukan Mahanani (2016) dengan menggunakan

metode studi diskriptif dengan pendekatan pre-experimental design dengan

one group pre-test dan post-test design, penelitian ini dilakukan di

Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura tepatnya di Desa Pabelan di Dukuh

Gumpang Lor dan dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Populasi dalam

penelitian ini adalah wanita usia subur telah menikah dan belum

melakukan pemeriksaaan IVA sebelumnya yang tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Populasi wanita usia subur yang ada di

wilayah dukuh Gumpang Lor Desa Pabelan yang berjumlah 100 orang.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 78 orag. Teknik analisis data

dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji pairet


sampel t-test. Dari data didapatkan hasil tingkat pengetahuan dari 78

responden, sebelum diberikan pendidikan kesehatan diperoleh nilai rata-

rata 9. Nilai dari 9 masuk dalam kategori tingkat pengetahuan kurang.

Nilai rata-rata pada post test menunjukan 11, nilai 11 masuk dalam

kategori tingkat pengetahuan baik. Hasill uji statistik dengan paired t test

menunjukan nilai p-value = 0,001. Berdasarkan hasil tersebut, keputusan

yang diambil adalah menolak H0, artinya terdapat pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap tingkat pengetahuan wanita usia subur dalam

melakukan pemeriksaan IVA.

2. Sikap sebelum dan sesudah pemberian intervensi

Dalam penelitian ini sikap kelompok wanita usia berisiko terhadap

pemeriksaan IVA sebelum diberikan intervensi pendidikan kesehatan dari

28 responden menunjukan bahwa hanya 2 orang yang menunjukan sikap

yang baik, kemudian sikap cukup sebanyak 6 orang, sedangkan sikap yang

kurang sebanyak 20 orang, hal ini menunjukan bahwa masih banyak

responden sikap terhadap pemeriksaan IVA masih sangat kurang atau

rendah. Menurut peneliti hal ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan

terhadap pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks itu sendiri

sehingga belum bisa untuk mengambil sikap yang positif mengenai

pemeriksaan tersebut. Hasil setelah dilakukan intervensi pendidikan

kesehatan mengenai sikap wanita usia berisiko tersebut mengalami

peningkatan dimana dari 28 responden tersebut bahwa 17 orang dengan

sikap yang baik dan 11 orang dengan sikap yag masih dikategorikan cukup.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Made (2012)

didapatkan bahwa wanita usia berisiko yang sikapnya kurang, sebanyak

95,5% tidak melakukan pemeriksaan IVA dan 4,5% melakukan

pemeriksaan IVA, sedangkan pada wanita usia berisiko yang memiliki sikap

baik, sebanyak 33,33% tidak melakukan pemeriksaan IVA dan 66,67%

melakukan pemeriksaan IVA.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, A.P (2013), dengan populasi

penelitian adalah ibu-ibu yang berusia 25-50 tahun di RW Kretek Kebumen

yang berjumlah 160 kemudian menggunakan teknik simple random

sampling sehingga populasi untuk kelompok eksperimen sebanyak 20

responden yang akan diberikan intervensi pendidikan kesehatan, kemudian

didapatkan data bahwa sikap rata-rata responden sebelum diberikan

penyuluhan tentang kanker serviks adalah 55,30 sedangkan setelah

diberikan penyuluhan adanya peningkatan sikap ibu untuk melakukan

pemeriksaan IVA sebesar 67,55 yang berarti ada peningkatan terhadap sikap

ibu sebesar 12,25, dengan mengunakan uji wilcoxon didapatkan nilai

p=0,000 yang berarti p <0,005 sehingga ada beda antara sebelum dan

sesudah perlakuan untuk kelompok dengan diberikan intervensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahanani (2016) menunjukan hasil sikap

dari 78 responden, sebelum diberikan pendidikan kesehatan diperoleh nilai

rata-rata 20. Nilai dari 20 masuk dalam 8 kategori sikap kurang. Nilai rata-

rata pada post test rnenunjukan 25. Nilai 25 masuk dalain kategori sikap

baik.. Hasil uji statistik dengan paired t test menur jukan nilai p-value =
0,001. Berdasarkan hasil tersebut, keputusan yang diambil adalah menolak

Ho, artinya terdapat pengaruh pendidil:an kesehatan terhadap sikap wanita

usia subur dalam melakukan pemeriksaan IVA, penelitian ini sejalan dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2013) yang menyebutkan

bahwa perubahan sikap tidak terlepas dari meningkatnya pengetahuan

seseorang.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus yang

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-

tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2007). Alasan penyuluhan

memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap responden tentang IVA

karena penyuluhan tentang IVA sangat penting untuk responden karena

diharapkan dengan diberikannya penyuluhan tentang IVA akan

meningkatkan pengetahuan dan juga kemampuan untuk melakukan IVA

guna mencegah terjadinya kanker serviks. Dengan pengetahuan tentang

kanker serviks secara tidak langsung akan mempengaruhi sikap responden

untuk melakukan pemeriksaan IVA. Memiliki sikap baik, cenderung

melakukan pemeriksaan IVA dari pada wanita usia berisiko yang sikapnya

kurang. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari hari merupakan

reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social (Notoadmodjo,

2007). Sosialisasi deteksi dini resiko kanker serviks dengan pemeriksaan


IVA adalah upaya untuk menggugah kesadaran dan memfasilitasi

perubahan perilaku kesehatan individu, masyarakat, organisasi lain dan

lingkungannya.

Setelah diberikan penyuluhan rata-rata nilai sikap termasuk dalam

kategori baik. Keberhasilan penyuluhan tersebut tidak lepas dari beberapa

faktor yang melatarbelakangi mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan

kesehatan yaitu terdiri dari faktor penyuluh, dan sasaran dan persiapan yang

matang, penguasaan materi, penampilan yang meyakinkan, penggunaan

LCD, dan penggunan video.

3. Perilaku sebelum dan sesudah pemberian intervensi

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang bersangkutan

yang merupakan tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri

yang mempunyai bentangan yang sangat luas baik yang dapat diamati

langsung maupun yang tidak langsung dapat diamati pihak luar yang

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Penyuluhan tentang kanker serviks merupakan kegiatan penyuluhan

yang bertujuan mengajak masyarakat untuk mau berpartisipasi aktif untuk

melakukan deteksi dini.

Dari hasil penelitian ini berdasarkan data yang telah diperoleh

bahwa dari 28 responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu

sebanyak 26 orang (92.9%) tidak bersedia melakukan pemeriksaan IVA

dan bersedia melakukan pemeriksaan IVA 2 orang (7.1 %) dan sesesudah

diberikan pendidikan kesehatan yaitu sebanyak 13 orang (46,4%) tidak

bersedia melakukan pemeriksaan IVA dan bersedia melakukan


pemeriksaan IVA mengalami peningkatan sebanyak 15 orang (53,6 %).

Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh dalam pemberian intervensi

pendidikan kesehatan terhadap perilaku wanita usia berisiko terhadap

pemeriksaan IVA.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraheny

(2010) dengan menggunakan metode eksperimental semu (quasi

eksperimental) dengan pencuplikan cluster random dari 3 SMA kemudian

diambil 2 SMA yaitu sma 1 sebagai kelompok perlakuan dan 1 sma

sebagai kelompok kontrol, dengan jumlah 30 orang pada kelompok

perlakukan dan 21 orang pada kelompok kontrol dengan menggunakan

analisa data memakai uji anova dua jalur. Hasil penelitian menunjukan

bahwa ada pengaruh yang bermakna atau signifikan terhadap pemberian

penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker serviks

yang menunjukan bahwa taraf signifikansi 5% didapatkan hasil p sig

0,00<0,05 dengan f hitung (18.404) > dari F tabel (2.56), sehingga dapat

diambil kesimpulan terdapat pengaruh pemberian penyuluhan terhadap

perilaku.

Menurut Notoadmodjo (2007), dilihat dari bentuk respon terhadap

stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan

/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh

orang lain.
2. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut

sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

Menurut peneliti dari 28 responden setelah diberikannya intervensi

pendidikan kesehatan terdapat 15 orang yang bersedia untuk melakukan

pemeriksaan IVA hal ini disebabkan oleh pengetahuan dari 15 responden ini

baik sehingga dapat mengambil keputusan dengan sikap yang positif

mengenai pemeriksaan IVA yang kemudian dapat mempengaruhi perilaku

yang positif yang membuat bersedia melakukan pemeriksaan IVA, namun

dalam hal ini belum dapat menunjukan bahwa akan melakukan tindakan

atau praktek secara langsung karena untuk melakukan pemeriksaan IVA

tersebut mempunyai syarat yang harus diperhatikan sebelum melakukan

pemeriksaan IVA yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa yang

harus diperhatikan antara lain antara 10-20 hari setelah hari pertama masa

menstruasi, selama kira-kira dua hari sebelum pemeriksaan seorang wanita

sebaiknya menghindari douching atau penggunaan pembersih vagina, tidak

sedang datang bulan/haid, tidak sedang hamil, serta 24 jam sebelumnya

tidak melakukan hubungan seksual, sehingga butuh waktu dan persiapan

untuk melakukan pemeriksaan. Kemudian dari 15 responden tersebut juga

dapat terdapat perilaku yang tertutup sehingga tindakan atau perilakunya

belum dapat dilihat secara langsung hal ini dikarenakan dari hasil penilaian

setelah dilakukan intervensi tersebut responden ingin melakukan

pemeriksaan IVA tersebut hal ini dibuktikan sikap yang postif namun untuk

perilaku masih merasa takut hal ini disebakan masih merasa malu dan takut
untuk melakukan pemeriksaan sehingga masih menimbang-nimbang

kesiapan untuk melakukan pemeriksaan, hal ini termasuk kedalam perilaku

dalam tahap evalution (menimbang-nimbang). Hal ini sejalan menurut

Sarasawati, L.K (2011) dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yaitu

a. Awarenes (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evalution (menimbang-menimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, sikap dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Kemudian dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk 13

responden yang tidak bersedia melakukan pemeriksaan IVA meskipun

telah memiliki pengetahuan yang baik dan telah mendapatkan

informasi mengenai pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker

serviks hal ini tidak secara langsung dapat melakukan pemeriksaan

karena dari hasil penilaian setelah intervensi tersebut responden masih

takut dan malu karena berhubungan dengan pemeriksaan bagian


reproduksi wanita meskipun mereka ingin melakukan pemeriksaan

tersebut.

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari kuesioner

Mulyati (2013) dan dilakukan modifikasi pada kuesioner sehingga perlu

dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas adalah indeks yang

menunjukkan bahwa suatu alat ukur benar-benar teruji kesahihannya. Uji

validitas dilakukan untuk mengukur relevan atau tidaknya pengukuran dan

pengamatan yang dilakukan pada penelitian (Notoatmojo, 2012). Uji validitas

dengan corrected item total correlation dengan derajat kepercayaan 99 % .

Apabila skor r hitung > r tabel berarti data tersebut valid dan apabila skor r

hitung < r tabel berarti data tidak valid. Sedangkan reliabilitas adalah indeks

yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau

diandalkan sehingga dapat menunjukkan bahwa pengukuran tersebut

konsisten (Notoatmojo, 2012). Uji reliabilitas dilakukan dengan membuang

pernyataan yang tidak valid dan selanjutnya pernyataan-pernyataan yang

sudah valid secara bersama-sama diukur reliabilitasnya dengan cara

melakukan uji Cronbach Alpha. Apabila Cronbach Alpha 0,6 artinya data

reliabel namun bila Cronbach Alpha < 0,6 artinya data tidak reliabel

(Hastono, 2007). Uji validitas kuesioner pengetahuan telah dilakukan pada 15

responden. Dengan jumlah soal 20 setelah dilakukan uji validitas yang valid

13 soal sehingga soal yang tidak valid dihilangkan. Teknik korelasi yang

digunakan adalah teknik korelasi product moment. Skor r tabel untuk 15

responden yaitu 0.514 (Hidayat, 2011). Hasil uji reliabilitas diperoleh skor

sebesar 0,891 yang artinya data reliabel. Hasil uji validitas untuk kuesioner
sikap dengan jumlah 14 setlah di uji validitas menjadi 11 soal untuk

kuesioner sikap dan nilai reliabilitas yaitu 0,906 yang berarti data reliabel

B. Keterbatasan Peneliti

1. Pada saat penelitian, dirumah responden berkumpul disuatu ruangan dan

duduk berdekatan sehingga memungkinkan untuk saling bertanya pada

saat menjawab kuesioner dan mencontoh hasil jawaban.

2. Pada saat intervensi kesulitan untuk mengatur posisi responden dan pada

saat responden bertanya pada saat pengisian kuesioner dan pembagian

kuesioner sedikit kesulitan karena terbatasnya fasilitator yang ada.

Anda mungkin juga menyukai