LAPORAN TUTORIAL
MODUL ILMU BEDAH
TRIGGER III
Nyeri Perut
OLEH :
Kelompok Tutorial XV
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2015
1
TUTORIAL XV
BAB I
Trigger 3: Nyeri Perut
Seorang pasien perempuan 25 tahun datang ke RS Siti Rahmah dengan keluhan nyeri perut
kanan bawah sejak 2 hari yang lalu. Nyeri awalnya dirasakan disekitar ulu hati sejak 4 hari
yang lalu. Lalu berpindah disekitar pusat dan menetap pada perut kanan bawah. Nyeri terus
menerus dan tidak dipengaruhi dengan pergerakan. Pasien merasakan mual dan muntah
dan riwayat demam. BAB dan BAK dalam batas normal. Pasieen belum berkeluarga dan
riwayat menstruasi yang lancar.
2
TUTORIAL XV
- Tanda vital
- Abdomen :
o Inspeksi
o Auskultasi
o Perkusi
o Palpasi : Nyeri tekan
Diagnosa : Appendisitis akut
Diagnosa banding : Adnesisitis
Saran : Pemeriksaan darah rutin( Hb, Ht, eritrosit, leukosit)
Rontgen,USG
3. Langkah selanjut nya: Pemeriksaan darah rutin, USG dan rontgen
4. Rasa sakit pada abdomen timbul karena proses inflamasi pada regio kana bawah.
5. Rasa mual dan muntah berhubungan dengan reffered pain, karena nyeri yang tinggi
sehingga meransang lambung menjadi refluk dan mengakibatkan muntah
Demam ditimbulkan karna proses inflamasi dari infeksi yang menghasilkan toksin
yang meransang pirogen lalu meransang hipotalamus pada pusat pernapasan.
pergerakan, merasakan mual yaitu suhu antara 37,50C - 38,50C tetapi bila suhu lebih
dan muntah. tinggi, diduga telah terjadi perforasi.
Riwayat penyakit dahulu: f. Variasi lokasi anatomi apendiks akan menjelaskan
demam keluhan nyeri somatik yang beragam.
Riwayat keluarga : - Pemeriksaan Fisik
Riwayat menstruasi : lancar Inspeksi
Pemeriksaan fisik Penderita berjalan membungkuk sambil memegangi
Keadaan umum perutnya yang sakit, kembung (+) bila terjadi perforasi,
Tanda vital penonjolan perut kanan bawah terlihat pada appendikuler
Abdomen : abses.
Inspeksi Palpasi
Auskultasi a. Terdapat nyeri tekan Mc.Burney
Perkusi b. Adanya rebound tenderness (nyeri lepas tekan)
Palpasi : Nyeri tekan c. Adanya defens muscular.
Diagnosa : appendisitis d. Rovsing sign positif
akut e. Psoas sign positif
DD : adnesisitis f. Obturator Sign positif
Saran : pemeriksaan Perkusi
darah rutin( Hb, Ht, eritrosit, Nyeri ketok (+)
leukosit) Rontgen,USG, Auskultasi
laparaskopi. Peristaltik normal, peristaltik (-) pada illeus paralitik
karena peritonitis generalisata akibat appendisitis
perforata.
Rectal Toucher / Colok dubur
Nyeri tekan pada jam 9-12
Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium darah rutin dan darah perifer lengkap
1. Pada pasien dengan apendisitis akut, 70-90% hasil
laboratorium nilai leukosit dan neutrofil akan meningkat,
walaupun bukan penanda utama.
2.Pemeriksaan urinalisa dapat digunakan sebagai
konfirmasi dan menyingkirkan kelainan urologi yang
menyebabkan nyeri abdomen.
3.Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik pada wanita
usia subur, dan lakukan pengukuran kadar HCG yakin
tidak ada di puskesmas.
b. Foto Polos abdomen
1. Pada apendisitis akut, pemeriksaan foto polos abdomen
tidak banyak membantu. Mungkin terlihat adanya fekalit
pada abdomen sebelah kanan bawah yang sesuai dengan
lokasi apendiks, gambaran ini ditemukan pada 20% kasus.
Ultrasonografi telah banyak digunakan untuk diagnosis
apendisitis akut maupun apendisitis dengan abses.
2. penyebab
o Infeksi bakteri o Fekalit
o Sumbatan apendiks o Tumor apendisitis
o Hiperplasia jaringan o Konstipasi
limf
4
TUTORIAL XV
3. patogenesa
Apendisitis dapat dimulai dimukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan apendiks
dalam waku 24-48 jam, usaha pertahanan tubuh dengan menutup apendik dengan omentum,
usus halus, atau adneksa. Nyeri pada awalnya dirasakan nyeri visceral yang tidak dapat
ditentukan lokasi nyerinya, infeksi terus berlanjut sehingga peradangan menjalar ke
peritoneum parietale maka timbul nyeri somatik yang dapat diketahui lokasi nyeri yaitu pada
kuadran kanan bawah.
4. panatalaksanaan dan pencegahan
Penatalaksanaan
Pasien yang telah terdiagnosisAppendisitis akutharus segera dirujuk ke layanan
sekunder untuk dilakukan operasi cito. Jika diagnosa belum pasti maka pasien di beri
penatalaksanaan konservatif.
a. Non-farmakologis
1. Bed rest total posisi fowler (anti Trandelenburg)
2. puasa
3. Anak memerlukan perawatan intensif sekurang-kurangnya 4-6 jam sebelum dilakukan
pembedahan.
4. Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung agar mengurangi distensi
abdomen dan mencegah muntah.
Tata Laksana Farmakologi
1. Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah apendiktomi dan
merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik.
2. Penundaan apendektomi sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
perforasi. Insidensi apendiks normal yang dilakukan pembedahan sekitar 20%.
3. Antibiotik spektrum luas
Pencegahan
o Diet tingggi serat
o Lakukan pemeriksaan secepat mungkin
5.komplikasi
a. Perforasi appendix
b. Peritonitis umum
c. Sepsis
6. prognosis
Prognosis pada umumnya bonam, tergantung pada cepat dan tepatnya diagnosa dan
penatalaksanaannya.
5
TUTORIAL XV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA