Fatmawati Mohamad
Email : rifka_waty@yahoo.co.id
Staf Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo
ABSTRAK
Demam (hipertermi) adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya,
dan merupakan gejala dari suatu penyakit. Menurunkan atau tepatnya mengendalikan dan
mengontrol demam pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah
dengan cara kompres hangat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas kompres hangat dalam
menurunkan demam pada pasien thypoid abdominalis di Ruang G1(anak) Lt.2 RSUD. Prof. Dr.
Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Jumlah responden sebanyak
19 orang, yang diobservasi sebelum dan setelah dilakukan tindakan kompres hangat. Penelitian
ini menggunakan metode purposive sampling, dengan menggunakan kriteria inklusi. Analisis
data pada penelitian ini menggunakan uji statistik Sign test.
Hasil penelitian: b (x ; n , p) < 0,05 = b (5 ; 19 , ) < 0,05 = 0,0318 < 0,05.
Kesimpulan; H0 ditolak, yang artinya tindakan kompres hangat efektif dalam menurunkan
demam pada pasien thypoid abdominalis di ruang G1(anak) Lt.2 RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei
Saboe Kota Gorontalo.
a. Ket:
x = 5 (banyaknya tanda positif atau negatif yang paling sedikit)
n = 19 (banyaknya sampel/ responden)
p = (probabilitas/ peluang diterima atau ditolak H0)
b. Penyelesaian
= b (x ; n , p) < 0,05
= b (5 ; 19 , ) < 0,05
= 0,0318
c. Kesimpulan
Dari cara penyelesaian di atas, didapatkan nilai b (x ; n , p) < 0,05 (0,0318 < 0,05).
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa: pernyataan H0 ditolak, yang artinya
peryataan bahwa tindakan kompres hangat dapat menurunkan demam pada pasien
demam thypoid dapat diterima.
Berdasarkan hasil penelitian tentang kompres dilakukan tindakan kolaborasi dengan tim
hangat yang dilakukan pada 19 responden medis.
yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 Tindakan kompres hangat merupakan tindakan
responden yang hasilnya menunjukkan yang cukup efektif dalam menurunkan
penurunan suhu tubuh dan 5 responden demam. Oleh karena itu, sebaiknya
lainnya tidak menunjukkan penurunan suhu penggunaan antipiretik tidak diberikan secara
tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden otomatis pada setiap keadaan demam. Dalam
tersebut merupakan pasien dengan diagnosa hasil penelitian Purwanti (2008) ditekankan
demam thypoid H-0 yang masa infeksinya bahwa, obat penurun panas hanya diberikan
masih tinggi, dimana demam yang dialami pada anak dengan suhu di atas 38,50C atau bila
oleh pasien tersebut juga sulit untuk anak tersebut merasa tidak nyaman
menunjukkan penurunan suhu tubuh. Oleh (uncomfortable), selain dari itu sebaiknya
karena itu, untuk pasien dengan demam jangan dulu dilakukan pemberian antipiretik.
thypoid H-0 yang masa infeksinya maupun Hal ini senada dengan teori Hartanto (2003)
demamnya masih tinggi perlu diberikan terapi yang menekankan bahwa antipiretik hanya
antibiotik secara intensif dan terapi antipiretik diberikan untuk menurunkan suhu tubuh pada
jika perlu (demam > 38,50C). Hal ini sesuai anak dengan riwayat kejang demam
dengan teori Aden (2010) yang mengatakan sebelumnya, atau ditujukan untuk mencegah
antibiotik merupakan terapi yang efektif untuk terjadinya kejang demam yang sering dialami
demam tifoid. Tetapi, pemberian antibiotik balita umur 6 bulan sampai 6 tahun.
tidak secara otomatis menurunkan demam, Selain itu, penggunaan antipiretik secara
karena di dalam tubuh masih terjadi proses berkepanjangan dapat menimbulkan efek
kerja dari antibiotik dalam mematikan bakteri toksik bagi organ tubuh seperti yang
penyebab infeksi. dijelaskan oleh Pujiarto (2007) bahwa pada
Dalam melakukan penelitian, responden yang dasarnya tidak ada obat yang tidak berisiko
dijadikan sampel telah memenuhi kriteria menimbulkan efek samping. Pemberian obat
inklusi peneliti yaitu pasien yang belum demam bisa menimbulkan efek samping mulai
mengkonsumsi antipiretik pada saat akan dari nyeri dan perdarahan lambung (yang
dilakukan penelitian, sehingga dapat paling kerap), hepatitis (kerusakan sel hati
menunjukkan hasil yang akurat dari tindakan yang ditandai dengan peningkatan enzim
kompres hangat dan bukan efek dari hasil SGOT dan SGPT, pembengkakan dan rasa
pemberian antipiretik. Pemberian tindakan nyeri di daerah hati), gangguan pada sumsum
kompres hangat merupakan bagian dari tulang (produksi sel darah merah, sel darah
tindakan mandiri perawat yang termasuk aman putih dan sel trombosit tertekan), gangguan
dan tidak memiliki efek samping dalam fungsi ginjal, rasa pusing, vertigo, penglihatan
penatalaksanaannya. Sehingga perawat dapat kabur, penglihatan ganda (diplopia),
menerapkan tindakan mandirinya sebelum mengantuk, lemas, merasa cemas, dan
sebagainya. Risiko efek samping perdarahan hipotalamus dirangsang, sistem efektor
saluran cerna misalnya, akan meningkat bila mengeluarkan sinyal yang memulai
kita memakai lebih dari satu obat (misalnya berkeringat dan vasodilatasi perifer.
parasetamol dengan aspirin atau parasetamol Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh
dengan ibuprofen), pemakaian jangka panjang, pusat vasomotor pada medulla oblongata dari
atau pemakaian bersama dengan steroid. tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik
Hasil penelitian tentang kompres hangat yang bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi.
dilakukan pada 19 responden yang mengalami Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan
demam tifoid, didapatkan 14 responden yang pembuangan/ kehilangan energi/ panas
mengalami penurunan suhu tubuh. Hal ini melalui kulit meningkat (berkeringat),
sesuai dengan hipotesis yang menyatakan diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh
bahwa kompres hangat dapat menurunkan sehingga mencapai keadaan normal kembali.
suhu tubuh pasien. Hasil ini didukung oleh Hal ini sependapat dengan teori yang
penelitian Nurwahyuni (2009) yang dikemukakan oleh Aden (2010) bahwa tubuh
menjelaskan bahwa terdapat mekanisme tubuh memiliki pusat pengaturan suhu
terhadap kompres hangat dalam upaya (thermoregulator) di hipotalamus. Jika suhu
menurunkan suhu tubuh yaitu dengan tubuh meningkat, maka pusat pengaturan suhu
pemberian kompres hangat pada daerah tubuh berusaha menurunkannya begitu juga
akan memberikan sinyal ke hipotalamus sebaliknya. .
melalui sumsum tulang belakang. Ketika
reseptor yang peka terhadap panas di
SIMPULAN
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan
Berdasarkan hasil penelitian dapat agar penerapan tindakan kompres hangat
disimpulkan bahwa tindakan kompres hangat di ruangan dapat dimaksimalkan,
efektif dalam menurunkan demam pada pasien sehingga dapat memotivasi tenaga
thypoid abdominalis di Ruang G1 Lt. 2 keperawatan yang ada di rumah sakit
RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota untuk menerapkan tindakan mandiri
Gorontalo. sebelum tindakan kolaborasi.
Saran 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Bagi Keluarga Diharapkan untuk dapat melakukan
Diharapkan dapat menerapkan tindakan penelitian lanjutan dengan
kompres hangat pada perawatan pasien membandingkan tindakan kompres hangat
yang demam dan dapat menjadikannya dengan tindakan keperawatan lain dalam
sebagai tindakan yang pertama dan aman perawatan pasien demam tifoid.
dilakukan pada pasien di rumah sebelum
menggunakan terapi antipiretik.
Anonimityd, 2011, Metode Kompres Yang Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan
Tepat Untuk Menangani Demam, Metodologi Penelitian Ilmu
http://www.berbagaihal.com/2011/04/m Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta
etode-kompres-yang-tepat-untuk.html
Diakses 11 Februari 2012 Nurwahyuni, Ika, 2009, Perbedaan Efek
Teknik Pemberian Kompres Hangat
Anonimitye, 2007 , Profil Kesehatan Pada Daerah Aksila dan Dahi
Indonesia 2005 Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.i Pada Klien Demam di Ruang Rawat
d/download/profilkesehatanindonesia.pd Inap RSUP Dr. Sudirohusodo
f. Diakses 8 Februari 2012 Makassar,
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstrea
Engel, Joyce, 2008, Pengkajian Pediatrik, m/handle/123456789/484/skripsi.pdf?se
EGC, Jakarta quence=1. Diakses 23 Juni 2012
Hartanto, Sinarty, 2003, Anak Demam Perlu Purwanti, Sri, 2008, Pengaruh Kompres
Kompres?, Hangat Terhadap Perubahan Suhu
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/ Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia
2003/9/7/kel4.html. Diakses 23 Juni di Ruang Rawat Inap RSUD. Dr.
2012 Moewardi Surakarta,
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstrea
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2009, Pengantar m/handle/123456789/484/2f.pdf?sequen
Ilmu Kesehatan Anak untuk ce=1. Diakses 23 Juni 2012
Pendidikan Kebidanan, Salemba
Medika, Jakarta Pujiarto, Purnamawati Sujud, 2007, Demam
Pada Anak: Fever Is Functional,
, 2009, Metode http://www.sehatgroup.web.id/?p=65.
Penelitian Kebidanan dan Teknik Diakses 23 Juni 2012
Analisa Data, Salemba Medika, Jakarta
Prasetyo, Riski Vitria, 2009, Metode
Kania, Nia, 2010, Penatalaksanaan Demam Diagnostik Demam Tifoid Pada Anak.
Pada Anak, www.pediatrik.com/buletin/0622411441
http://pustaka.unpad.ac.id/wp- 8-f53zji.doc. Diakses 8 Februari 2012
content/uploads/2010/02/penatalaksanaa
n_demam_pada_anak.pdf. Diakses 11 R, Aden, 2010, Seputar Penyakit dan
Februari 2012 Gangguan Lain Pada Anak, SIKLUS,
Jogjakarta
Maryunani, Anik, 2010, Ilmu Kesehatan
Anak Dalam Kebidanan, TIM, Jakarta Sugiyono, 2010, Statistika Untuk Penelitian,
Alfabeta, Bandung
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit Edisi
2, EGC, Jakarta Susanti, Nurlaili, 2012, Efektifitas Kompres
Dingin dan Hangat Pada
Penatalaksanaan Demam,
http://publikasiilmiah.uin.ac.id/bitstream Tamsuri, Anas, 2006, Tanda-Tanda Vital
/handle/123456789/287/saintis.pdf?sequ Suhu Tubuh, EGC, Jakarta
ence=2. Diakses 23 Juni 2012