PALU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu fungsi utama dari hati adalah memproduksi dan mensekresi
hepatosit. Kolestasis terjadi bila terjadi hambatan aliran empedu dan bahan-bahan
yang harus diekskresi hati. Tiga penyebab utama kolestasis adalah sindroma hepatitis
Diagnosis dini kolestasis sangat penting karena terapi dan prognosa dari masing-
masing penyebab sangat berbeda. Pada atresia bilier, bila pembedahan dilakukan
pada usia lebih dari 8 minggu mempunyai prognosa buruk. Kolestasis pada bayi
Secara klinis, kolestasis ditandai dengan adanya ikterus, tinja berwarna pucat
atau akolik (sterkobilin feses negatif) dan urin berwarna kuning tua seperti teh
(bilirubin urin positif). Parameter yang digunakan adalah kadar bilirubin direk serum
> 1mg/dL bila bilirubin total <5 mg/dL atau bilirubin direk >20% dari bilirubin total
bila kadar bilirubin total > mg/dL. Etiologi kolestasis meliputi penyebab yang dapat
berbagai macam etiologi. Fokus utama dalam diagnostik pada kasus kolestasis
tindakan terapi) dan ekstrahepatik (terutama atresia biliaris).2,3 Pada referat kali ini
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
dari hepatosit sampai tempat masuk saluran empedu ke dalam duodenum. Dari
empedu seperti bilirubin, asam empedu, dan kolesterol didalam darah dan
2.2 EPIDEMIOLOGI
1:20.000. Rasio atresia bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki adalah
2:1, sedang pada hepatitis neonatal, rasionya terbalik. Kolestasis pada bayi
Di Instalasi Rawat Inap Anak RSU Dr. Sutomo Surabaya antara tahun
1 (1,04%). 3
2.3 KLASIFIKASI
ekstrahepatik
adalah proses imunologis, infeksi virus terutama CMV dan Reo virus tipe 3,
asam empedu yang toksik, iskemia dan kelainan genetik. Biasanya penderita
terkesan sehat saat lahir dengan berat badan lahir, aktifitas dan minum
normal. Ikterus baru terlihat setelah berumur lebih dari 1 minggu. 10-20%
2. Kolestasis intrahepatik
a. Saluran Empedu
Karena primer tidak menyerang sel hati maka secara umum tidak
faal koagulasi masih dalam batas normal. Serum alkali fosfatase dan GGT
akan meningkat. Apabila proses berlanjut terus dan mengenai saluran empedu
Dinamakan paucity apabila didapatkan < 0,5 saluran empedu per portal tract.
(triangular facial yaitu frontal yang dominan, mata yang dalam, dan dagu
b. Kelainan hepatosit
asam empedu yang sedikit, fungsi transport masih prematur, dan kemampuan
sintesa asam empedu yang rendah sehingga mudah terjadi kolestasis. Infeksi
merupakan penyebab utama yakni virus, bakteri, dan parasit. Pada sepsis
2.5 PATOGENESIS
2. Membran sel hati, misalnya pada defisiensi enzim Na+ K+ ATPase yang
hiperbilirubinemi terkonyugasi.
adalah ikterus, tinja akholis, dan urine yang berwarna gelap. Selanjutnya akan
dan bilirubin.3,4
2.7.1 Anamnesis
a. Adanya ikterus pada bayi usia lebih dari 14 hari, tinja akolis yang
prematur atau berat badan lahir rendah. Sedang pada atresia bilier
sering terjadi pada anak perempuan dengan berat badan lahir normal,
c. Sepsis diduga sebagai penyebab kuning pada bayi bila ditemukan ibu
defisiensi 1-antitripsin).
terhadap toksin/obat-obat
Pada umumnya gejala ikterik pada neonatus baru akan terlihat bila kadar
bilirubin sekitar 7 mg/dl. Secara klinis mulai terlihat pada bulan pertama. Warna
kehijauan bila kadar bilirubin tinggi karena oksidasi bilirubin menjadi biliverdin.
Jaringan sklera mengandung banyak elastin yang mempunyai afinitas tinggi terhadap
Dikatakan pembesaran hati apabila tepi hati lebih dari 3,5 cm dibawah arkus
kota pada garis midklavikula kanan. Pada perabaan hati yang keras, tepi yang tajam
dan permukaan noduler diperkirakan adanya fibrosis atau sirosis. Hati yang teraba
pada epigastrium mencerminkan sirosis atau lobus Riedel (pemanjangan lobus kanan
yang normal). Nyeri tekan pada palpasi hati diperkirakan adanya distensi kapsul
Glisson karena edema. Bila limpa membesar, satu dari beberapa penyebab seperti
yang besar tanpa pembesaran organ lain dengan gangguan fungsi hati yang minimal
peningkatan tekanan vena portal dan fungsi hati yang memburuk. Pada neonatus
Darah
Panel hati (alanine transferase, aspartate transaminase, alkaline
phosphatase, GGT, Bu, Bc)
Darah tepi
Faal hemotasis
1-Antitrypsin dan phenotype
sipilis
2.9 PENATALAKSANAAN
1. Kausatif
Pada atresia biliaris dilakukan prosedur Kassai dengan angka
keberhasilan tinggi apabila dilakukan sebelum usia 8 minggu.3
2. Suportif
Apabila tidak ada terapi spesifik harus dilakukan terapi suportif yang
bertujuan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan seoptimal
mungkin serta meminimalkan komplikasi akibat kolestatis kronis :3,4
Medikamentosa
- Stimulasi asam empedu : asam ursodeoksikolat 10-30 mg/kgBB
dibagi 2-3 dosis
- Nutrisi diberikan untuk menunjang pertumbuhan optimal
(kebutuhan kalori umumnya dapat mencapai 130-150% kebutuhan
bayi normal) dan mengandung lemak rantai sedang (medium chain
triglyseride)
- Vitamin yang larut dalam lemak : A (5.000 25.000 IU/hari), D
(calcitriol 0,05 0,2 g/kgBB/hari), E (25-200 IU/kgBB/hari), K I
(2,5-5 mg/hari diberikan 2-7x/minggu). Akan lebih baik apabila
ada sediaan vitamin tersebut yang larut dalam air (di Indonesia
belum ada)
- Mineral dan trace element Ca (25-100 mg/kgBB/hari), P (25-50
mg/kgBB/hari), Mn (1-2 mEq/kgBB/hari per oral), Zn ( 1
mg/kgBB/hari per oral), Se (1-2 q/kgBB/hari per oral), Fe 5-6
mg/kgBB/hari
- Terapi komplikasi lain misalnya untuk hiperlipidemia/xantelasma
diberikan obat HMG-coA reductase inhibitor seperti kolestipol,
simvastatin.
- Terapi untuk mengatasi pruritus :
Antihistamin : difenhidramin 5-10 mg/kgBB/hari, hidroksisin
2-5 mg/kgBB/hari
Asam ursodeoksikolat
Rifampisin 10 mg/kgBB/hari
Kolestiramin 0,25-0,5 g/kgBB/hari
- PEMANTAUAN
A. Terapi
semakin kuning), besarnya hati, limpa, asites, vena kolateral. Kadar bilirubin
direk dan indirek, ALT, AST, GGT, albumin, tes koagulasi dan pencitraan.
B. Tumbuh Kembang
baik. Prognosa penderita kolestasis tanpa pelaksanaan adalah buruk dan angka
ketahanan hidup kurang dari usia 2 tahun. Pada umumnya, 60-70% pasien
sembuh tanpa ada gejala sisa atau gangguan pada struktur hepatik. Sekitar 5-
10% mengalami fibrosis yang menetap atau inflamasi pada hepar dan ada
KESIMPULAN
Deteksi dini dari kolestasis neonatal merupakan tantangan bagi dokter dan
dokter spesialis anak. Kunci utama adalah kesadaran adanya kolestasis pada bayi
yang mengalami ikterus pada usia diatas 2 minggu. Dengan ditemukannya
peningkatan kadar bilirubin terkonyugasi maka proses diagnosa untuk mencari
penyebab harus segera dilakukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam
pengobatan maupun pembedahan. Kegagalan dalam deteksi dini etiologi kolestasis
menyebabkan terlambatnya tindakan sehingga mempengaruhi prognosis. 3
DAFTAR PUSTAKA
1. Roberts EA. 2004. The jaundiced baby. In: Deirdre A Kelly. Disease of the liver
and biliary system 2nd Ed. Blackwell Publishing.
2. IDAI, 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. edisi I.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
3. Arief, S., 2006. Deteksi Dini Kolestasis Neonatal. Divisi Hepatologi Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR / RSU Dr Soetomo Surabaya.