6.1. Pendahuluan
Seperti yang telah dibahas pada materi sebelumnya bahwa dua metode yang
banyak digunakan untuk menganalisa kegagalan sistem adalah Fault Tree Analysis (FTA)
dan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA). FMEA telah dibahas pada materi
sebelumnya, sehingga pada materi ini akan dibahas FTA.
What
Mendiskripsikan tipe dari critical event yang sedang terjadi, sebagai contoh kebakaran
(fire).
Where
Mendiskripsikan dimana critical event terjadi, sebagai contoh critical event terjadi di
process oxidation reactor.
When
Mendiskripsikan dimana critical event terjadi, sebagai contoh critical event terjadi pada
saat pengoperasian normal.
Sebagai contoh TOP event yang melibatkan ketiga kriteria di atas adalah:
Kebakaran yang terjadi di process oxidation reactor pada saat pengoperasian normal.
Agar analisis dapat dilakukan secara konsisten, adalah hal yang penting bahwa
kondisi batas bagi analisa didefinisikan secara hati-hati. Dari kondisi batas, kita akan
memilliki beberpa pemahaman sebagai berikut:
Batas fisik sistem.
Bagian mana dari sistem yang akan dimasukkan dalam analisa dan bagian mana yang
tidak?
Kondisi awal.
Kondisi pengoperasian sistem yang bagaimana pada saat TOP event terjadi? Apakah
sistem bekerja pada kapasitas yang penuh/sebagaian?
Kondisi batas yang berhubungan dengnan stres eksternal.
Apa tipe stres eksternal yang seharusnya disertakan dalam analisa?
Level dari resolusi.
Seberapa detail kita akan mengidentifikasi berbagai alasan potential yang
menyebabkan kegagalan?
struktur fundamental dari sebuah fault tree, sedangkan tabel 1 menunjukkan berbagai
simbol yang dipakai untuk mengkostruksi sebuah fault tree.
Ada beberapa aturan yang harus dipenuhi dalam mengkonstruksi sebuah fault
tree. Berikut ini beberapa aturan yang dipakai untuk mengkonstruksi sebuah fault tree.
1. Diskripsikan fault event.
Masing-masing basic event harus didefiniskan secara teliti (apa, dimana, kapan)
dalam sebuah kotak.
2. Evaluasi fault event.
Seperti yang telah diuraikan materi sebelumnya, kegagalan komponen
dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu: primary failures, secondary failures, dan
command faults.
Sebuah normal basic event di dalam sebuah fault tree merupakan sebuah primary
failures yang menunjukkan bahwa komponen merupakan penyebab dari dari kegagalan.
Secondary failures dan command faults merupakan intermediate event yang
membutuhkan investigasi lebih mendalam untuk mengidentifikasi alasan utama.
Pada saat mengevaluasi sebuah fault event, seorang analis akan bertanya,
Dapatkah fault ini dikategorikan dalam primary failure? Jika jawabannya adalah YA,
maka analis tersebut dapat mengkalsifikasikan fault event sebagai normal basic event.
Jika jawabannya adalah TIDAK, maka analis tersebut dapat mengkalsifikasikan fault
event sebagai intermediate event, yang harus di-develop lebih jauh, atau sebagai
secondary basic event atau sering disebut dengan undeveloped event dan menunjukkan
sebuah fault event yang tidak dikaji lebih jauh karena informasinya tidak tersedia atau
karena dampak yang ditimbulkan tidak signifikan.
Contoh 1.
Gambar 2 menunjukkan sebuah coolant supply system yang terdiri dari sebuah constant
speed pump, heat exchnager, control valve, resservoir, perpipaan. Fungsi utama dari
sistem ini adalah untuk memberikan suplai pendingainan yang cukup terhadap
peralatan utama. Konstruksi sebuah fault tree untuk sistem ini dengan TOP event
hilangnya aliran (coolant) minimum ke heat exchanger.
Solusi
Hilangnya aliran (coolant) minimum mungkin terjadi karena pecahnya primary coolant
line atau hilangnya aliaran dari coolant valve, sehingga eventevent ini dikaitkan dengan
OR Gate. Pecahnya/bocornya pipa merupakan primary failure, oleh karena itu event ini
tidak dikembangkan lebih jauh. Tiga event yang lain yang secara langsung dapat
menyebabkan hilangnya aliran dari control valve juga dihubungkan dengan OR gate.
Diagarm FTA dari coolant supplay system dapat dilihat pada gambar 3.
Contoh 2
Gambar 4 menunjukkan sebuah Fault Tree. Dengan menggunakan algoritma MOCUS,
tentukan minimal cut set dari fault tree tersebut.
Solusi
Tabel 2. Algoritma MOCUS Untuk Contoh Soal 2
STEP
1 2 3
1 1 1
2 2
G2
G4 3;4
G5 5;6
G3
G6 7;8
Tabel 2 menunjukkan algoritma MOCUS untuk mendapatkan minimal cut set dari fault
tree pada gambar 4. Berikut ini penjelasan dari algoritma di atas.
Step 1
List semua basic event yang menjadi input dari G1. Karena G1 merupakan OR gate maka
semua input disusun secara vertikal.
Step 2
Event 1 merupakan basic event, sehingga event ini tidak dikembangkan, sedangkan G2
dan G4 masing-masing merupakan OR Gate, sehingga kita harus me-list semua input
yang memasuki gate ini. Gate 2 merupakan OR Gate, sehingga semua event yang
memasuki gate ini yaitu event 2 dan G4 di-list secara vertikal. Demikian juga dengan gate
3 yang merupakan OR Gate, maka semua event yang memasuki gate yaitu G5 dan G6 ini
juga di-list secara vertikal.
Step 3
Gate 4 merupakan AND Gate, sehingga semua event yang memasuki gate ini basic event 3
dan basic event 4 harus ditulis secara horisontal. Gate 5 juga merupakan AND Gate,
sehingga merupakan AND Gate, sehingga semua event yang memasuki gate ini harus
ditulis secara horisontal. Gate 6 merupakan OR Gate, sehingga semua event yang
memasuki gate ini basic event 7 dan basic event 8 harus ditulis secara vertikal. Semua
event yang diperoleh dengan algoritma MOCUS pada step 3 semuanya merupakan basic
event, sehingga kita mendapatkan cut set dari fault tree ini adalah {1}, {2}, {3,4}, {5,6},
{7}, dan {8} yang semuanya merupakan minimal cut set.
Contoh 3
Gambar 5 menunjukkan sebuah fault tree. TOP event dari fault tree ini menyatakan
hilangya suplai daya listrik. TOP event ini memiliki dua input event yaitu Intermediate
event (I) dan incomplete event yang mewakili hilangnya power dc (E3). Intermediate
event (I) memiliki dua incomplete evemnt E1 dan E2 yang masing-masing mewakili
hilangnya offsite power dan hilangnya onsite power. Data keandalan yang tersedia untuk
E1, E2, dan E3 masing-masing adalah 0,933 ; 0,925 ; dan 0,995. Dengan menggunakan
pendekatan alajabar boolean dapatkan probabilitas terjadinya kegagalan TOP event.
Solusi
Ekspresi alajabar boolean untuk level pertama adalah:
T = I + E3
Persamaan di atas merupakan ekspresi akhir aljabar boolean dari fault tree yang
sedang dianalisa. Probabilitas terjadinya TOP event T dapat dievaluasi dengan
menggunakan aljabar boolean.
dimana
P(E1) = 1 0,933 = 0,067
P(E2) = 1 0,925 = 0,075
P(E3) = 1 0,995 = 0,005
Sehingga
P(T) = 0,01
Contoh 4
Tinjau kembali contoh soal 3 dengan menggunakan pendekatan numerik hitung
probabilitas terjadinya TOP event.
Solusi
P(I) = P(E1)P(E2)
= (1-0,933)(1-0,925) = 0,005025
Untuk fault tree yang cukup kompleks, selain menggunakan dua metode evaluasi
yang sudah didiskusikan di atas, evaluasi kuantitatif dari dapat juga dievaluasi dengan
menggunakan formula pendekatan seperti yang sudah didiskusikan pada seksi 3.10.
data yang diperlukan adalah minimal cut set dari fault tree.
Jika Ci menyatakan minimal cut set ke-i dari suatu fault tree, dan jika P(Ci)
mewakili probabilitas untuk event Ci maka dengan menggunakan aljabar boolean
unreliability dari sistem secara umum dapat diekspresikan sebagai:
(1)
(2)
(3)
Sebuah fault tree dapat diterjemahkan ke dalam blok diagram keandalan dengan
menerjemahkan basic event ke dalam sebuah blok dan menerjemahkan gerbang logika
ke dalam susunan tertentu(seri, paralel atau susunan lainnya), yang menghubungkan
berbagai blok. Hubungan antara fault tree dan blok diagram reliability untuk konfigurasi
yang sederhana diperlihatkan pada tabel 5.4.