Anda di halaman 1dari 11

NAMA : M.

FAHMI HALIM LUBIS


NO. TES/NIM : 16710013
KELAS : MPI B SEMESTER 1
MATERI UJIAN : STUDY AL-QURAN
TANGGAL UJIAN : 21 OKTOBER 2016

SOAL!

1. Data-data terkait dengan Asbabun Nuzul dapat diperoleh melalui jalur periwayatannya,
baik yang bersifat shoreh maupun muhtamil. Menurut anda, sampai dimana
pentingnya memahami Asbabun Nuzul dalam memahami Al-Quran. Jelaskan dan
berikan contohnya!
2. Al-Quran merupakan mujizat, dimana akan selalu menampakkan kemukjizatannya baik
secara Bayani, TasyriI maupun Ghaiby. Jelaskan dan berikan contoh!
3. Jelaskan metodologi dengan menggunakan tafsir MaudhuI, dan berikan
implementasinya dengan tema tertentu!
JAWABAN!

1. Mengingat bahwa Al-Quran merupakan firman Allah SWT maka tidak seorangpun yang
dapat memahaminya secara utuh dan benar sebagaimana yang dimaksud oleh
Allah SWT, kecuali Nabi Muhammad SAW sebab beliau yang menerima, dan beliau pula
yang diperintahkan untuk menyampaikannya kepada umat manusia. Apabila beliau kurang
memahami Al-Quran yang diturunkan kepadaNya maka beliau secara langsung dapat
meminta penjelasan kepada malaikat Jibril. Berbeda halnya dengan kita yang tidak dapat lagi
meminta penjelasan secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW apalagi kepada malaikat
Jibril.
Untuk itu maka diperlukan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran seperti
penguasaan terhadap Bahasa dan Sastra Arab, Ilmu Nahwu, Ilmu Sharaf, Ilmu Mantihiq,
Ilmu Balaghah, Kondisi sosiologis tempat turunnya Al-Quran serta Pengetahuan lain tentang
Asbabun Nuzul.
Selain itu, pengetahuan tentang Asbabun Nuzul akan mempermudah orang menghafal
ayat-ayat Al-Quran serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang
mendengarnya jika ia mengetahui sebab turunnya, sebab pertalian antara sebab dan
musabbab, hukum dan peristiwanya, peristiwa dan pelaku, masa dan tempatnya, semua ini
merupakan faktor-faktor yang menyebabkan mantapnya dan terlukisnya sesuatu dalam
ingatan. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul juga dapat menolak dugaan adanya pembatasan
dalam ayat yang menurut lahirnya mengandung pembatasan, tetapi sebetulnya bukanlah
pembatasan, sebagai contoh adalah Al-Quran Surat Al-Anam (6) ayat 145 dalam hal
makanan yang diharamkan.1







1
Saifullah. Ilmu-ilmu Al-Quran. Ponorogo: PO Press, 2011. Hal.71
Artinya:
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai,
atau darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan
terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".2

2. Pengertian mukjizat secara umum adalah suatu kejadian di luar kebiasaan yang dibarengi
dengan tantangan dan musuh yang ditantang tidak dapat memberikan perlawanan.3 Nabi
Muhammad SAW sendiri ketika menantang bangsa Arab dengan mukjizat terbesarnya, yakni
al-Quran, mereka tidak mampu melawan atau menandinginya, betapa pun mereka terkenal
dengan kefasihan dan kesusastraannya.4
Ada beberapa macam Ijaz dan salah satunya yaitu Ijaz Bayani/Balaghi, Ijaz TasyriI
dan Ijaz ghaibi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:5
a) Ijaz Balaghi (berita tentang hal-hal yang ghaib)
Sebagian ulama mengatakan bahwa mukjizat Al-Quran adalah berita ghaib,
contohnya adalah Firaun yang mengejar Nabi Musa as, hal ini diceritakan dalam QS.
Yunus: 92
Artinya:
Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran
bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia
lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami (QS. Yunus:92)
Berita-berita ghaib yang terdapat pada wahyu Allah SWT yakni Taurat, Injil, dan Al-
Quran merupakan mukjizat. Berita ghaib dalam wahyu Allah SWT itu membuat manusia
takjub, karena akal manusia tidak mampu mencapai hal-hal tersebut.

2
Ibid.hal:71
3
Al-Qaththan, Manna, Mabahits f Ulum al-Quran. Beirut: Mansyurat al-Ashr al-Hadits, cet. III, 1973.
4
Masm Ahmad Ab Thlib, Khulashah al-Bayn f Mabhits min Ulm al-Qurn, Cairo: Dr al-Thibah al-
Muhammadiyah, cet. I, 1994, hal. 5.
5
Ibid. hal: 90
b) Ijaz Tasyrii
Kemukjizatan al-Quran dalam aspek ini adalah bahwa al-Quran datang membawa
manhaj tasyrii yang sempurna, yang menjamin terpenuhinya segala kebutuhan manusia
seluruhnya pada setiap zaman dan tempat. Dengan ajaran ini kondisi manusia, baik
sebagai individu maupun kelompok, menjadi mulia dan luhur, di dunia dan akhirat.
Model tasyrii qurani ini sangat berbeda dengan semua jenis hukum, aturan dan
perundangan buatan manusia.
Beberapa contoh dari Ijaz TasyriI adalah :
Memperbaiki dan meluruskan perilaku ekonomi dan pendayagunaan harta, dengan
jalan anjuran untuk membudayakan hidup hemat, memelihara harta dari kesia-siaan.
Memperbaiki dan meluruskan kehidupan dengan jalan memerintahkan manusia agar
mereka menyatukan barisan, menghapus segala benih fanatisme dan gap yang
membawa kepada perpecahan. Ini dilakukan dengan jalan mengingatkan mereka
bahwa mereka berasal dari jenis dan jiwa yang sama.
Di dalam pemerintahan Islam, tasyrii itu tidak boleh ditinggalkan. Al-Quran
telah menetapkan bila keluar dari tasyri Islam itu hukumnya kafir, dzalim, dan fasik.
Firman Allah SWT: Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka ini adalah orang-orang kafir (QS. Al-Maidah: 44).6
c) Ijaz Ghaibi
Allah telah memberitakan kepada kita tentang beberapa hal yang gaib. Jika Dia
mengatakan akan terjadi, maka terbukti hal itu terjadi, sebagaimana diberitakan. Perihal
kejadian itu diketahui oleh semua orang, baik mukmin ataupun kafir. Di antara berita itu
adalah sebagai berikut.7
1) Berita kemenangan kaum Muslimin, kemudian mereka menguasai
Allah berfirman, Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba
Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat
pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang. (ash-
Shaaffaat: 171-173)

6
Ibid. hal: 91
7
Ibid. hal: 93
2) Berita kemenangan muslimin atas Rumawi dan Persia
Pada pertempuran Khandaq, manakala kaum Muslimin menggali parit, mereka
menemukan sebuah batu yang besar, yang mereka tidak mampu mengangkatnya. Mereka
pun melaporkannya kepada Rasulullah saw.. Selanjutnya, Rasulullah mengambil martil
dan mulailah beliau memukul batu itu seraya menyebut nama Allah. Maka, pecahlah
sebagian batu tersebut. Beliau pun membaca takbir seraya berkata, Kami diberi kunci-
kunci negeri Syam. Demi Allah, aku melihat istananya yang merah, insya Allah.
Kemudian, beliau memukul untuk yang kedua kalinya, dan pecahlah sebagian yang
lainnya. Beliau pun berkata seraya bertakbir, Aku diberi kunci-kunci negeri Persia.
Demi Allah, aku melihat istana Madain yang putih. Kemudian, beliau memukul untuk
yang ketiga kalinya, dan beliau berkata sambil bertakbir, Aku diberi kunci-kunci negeri
Yaman. Demi Allah, aku melihat pintu-pintu kota Sana. Beliau menjanjikan kepada
umatnya bahwa sesungguhnya kerajaannya akan sampai ke tempat-tempat yang
disebutkan seraya mengulang-ulang firman Allah, Allah telah menetapkan: Aku dan
rasul-rasul-Ku pasti menang. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (al-
Mujaadilah: 21)
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal soleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-
Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah
mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (an-Nuur:
55)
3) Berita kemenangan Romawi atas Persia
Berita ini tidak ada kaitannya dengan orang Arab dan Semenanjung Arabia, meskipun
termasuk rentetan kabar dari kedua berita yng terdahulu. Akan tetapi, berita ini berkaitan
dengan perjalanan sebuah negara besar di masa itu serta perseteruannya dengan negara
yang lain, yaitu negara Romawi dan Persia, yang akhirnya dimenangkan oleh Romawi.
Allah berfirman, Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang
terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi.
Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan
bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman. (ar-Ruum: 1-4)
4) Pemberitahuan tentang ishmah (penjagaan) Allah terhadap Rasul dari kejahatan manusia
Allah memberitahukan kepada Nabi-Nya bahwa sesungguhnya Dia memeliharanya
dari manusia, sehingga Nabi tidak takut kepada manusia. Allah berfirman,Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya, Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (al-Maa-idah: 67)
5) Pemberitahuan tentang Allah yang memelihara Al-Qur`an hingga hari kiamat
Allah berfirman, Sesungguhnya, Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (al-Hijr: 9)

3. Metode tafsir Maudhui ialah cara mengkaji dan mempelajari ayat Al-Quran dengan
menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang mempunyai maksud sama, dalam arti sama-sama
membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya
ayat-ayat itu. Kemudian penafsir mulai memberikan keterangan dan penjelasan serta
mengambil kesimpulan.8
Dengan metode ini, mufasir meneliti ayat-ayat tersebut dari seluruh seginya dan
melakukan analisis berdasarkan ilmu yang benar dalam rangka menjelaskan sehingga dapat
memahami permasalahan tersebut dengan mudah dan betul-betul menguasainya sehingga
memungkinkan baginya untuk memahami maksud yang terdalam dan dapat menolak
kritikan.
Metode tafsir maudhui juga disebut dengan metode tamatik karena pembahasannya
berdasarkan tema-tema tertentu yang terdapat dalam Al-Quran.
Langkah-langkah menggunakan Tafsir Maudhui
Al-Farmawi mengemukakan tujuh langkah yang mesti dilakukan apabila seseorang
ingin menggunakan metode MaudhuI. Langkah-langkah dimaksud dapat disebutkan disini
secara ringkas, antara lain:9
a. Memilih atau menetapkan masalah Al-Quran yang akan dikaji secara Maudhui

8
Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran, (Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR, 2007) hal.
75-76
9
Op.cit, Hal. 78
b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang ditetapkan,
ayat Makkiyah dan Madaniyah.
c. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologis masa turunnya, disertai
pengetahuan mengenai latar belakang turunnya atau sabab al-nuzul.
d. Mengetahui hubungan (munasabah) ayat-ayat tersebut dalam masing-masing surahnya.
e. Menyusun tema bahasan dalam kerangka yang pas, utuh, sempurna, dan sistematis.
f. Melengkapi uraian dan pembahasan dengan hadis bila dipandang perlu, sehingga
pembahasan semakin sempurna dan jelas.
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara menghimpun
ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, mengkompromikan antara pengertian
yang am dan hash, antara muthlaq dan muqayyad, mensingkronkan ayat-ayat yang
lahirnya terkesan kontradiktif, menjelaskan ayat nasikh dan mansukh, sehingga semua
ayat tersebut bertemu pada suatu muara, tanpa perbedaan dan kontradiksi atau tindakan
pemaksaan terhadap sebagian ayat kepada makna yang kurang tepat.

Salah satu contoh yang bisa memperjelas penerapan metode Maudhui bisa dilihat
pada bagaimana Al-Quran memperhatikan pemeliharaan (Riayah) terhadap anak yatim.
Perhatian Al-Quran itu muncul sejak masa awal turunnya ayat Al-Quran sampai dengan
wahyu lengkap dan sempurna.10
1) Periode Mekkah (Ayat Makkiyah)
Pada periode ini pemeliharaan anak yatim ditekankan kepada pemeliharaan dirinya
serta tidak melakukan tindak kejahatan maupun secara terselubung. Pembicaraan Al-Quran
tentang hal itu terdapat dalam empat surat pada ayat-ayat berikut :
Q.S. Al-Isra: 34

10
Op.cit, hal. 79-81

Artinya:
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik
(bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungan jawabnya.
Q.S. Al-Fajr: 17



Artinya:
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim.

Q.S. Al-Balad: 14-15


() ( )
Artinya:
14. atau memberi Makan pada hari kelaparan,
15. (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat

Q.S. Adh-Dhuha: 6 dan 9


()
()
Artinya:
6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi (mu).

9. Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.

2) Periode Madinah (Ayat Madaniyah)


Pada periode ini Al-Quran turun dengan ayat-ayatnya untuk memberikan berbagai
pemecahan dan jawaban terhadap sekitar persoalan anak yatim, cara memelihara diri dan
hartanya.
Berbagai ayat turun dengan perintah sebagai berikut:
a. Perintah memelihara atau menjaga harta anak yatim, larangan mendekatinya kecuali
dengan cara yang lebih baik, tidak boleh dikurangi sedikitpun serta harus diserahkan
kepadanya pada saat dia sudah mampu.
Teknis pemeliharaan harta anak yatim tercantum dalam Surat al-Nisa ayat 2 yang
berbunyi :








Artinya:
Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu
menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu Makan harta mereka bersama
hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang
besar.
Terdapat juga dalam Surat Al-Anam ayat 152, Surat an-Nisa ayat 6, ayat 10, dan
ayat 127.

b. Membina akhlak serta mendidik anak yatim yang meliputi upaya membimbing dan
mengarahkan mereka kepada hal-hal yang baik dan bermanfaat dan memelihara serta
memperingatkannya agar tidak terjerumus kepada perilaku buruk. Hal ini terungkap
dalam Surat Al-Baqarah ayat 83 yang berbunyi :










Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-
anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.

c. Perintah menyantuni dan menyayangi anak yatim seperti tercantum dalam Surat al-Insan
ayat 8 yeng berbunyi :





Artinya:
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan
orang yang ditawan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Manna. 1973. Mabahits f Ulum al-Quran. Beirut: Mansyurat al-Ashr al-Hadits,
cet. III.
Masmu Ahmad Abu Thalib. 1994. Khulashah al-Bayan fi Mabahits min Ulum al-Quran.
Cairo: Dar al-Thibaah al-Muhammadiyah, cet. I, hal. 5.
Rohimin. 2007. Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran. Yogyakarta :
PUSTAKA PELAJAR.
Saifullah. 2011. Ilmu-ilmu Al-Quran. Ponorogo: PO Press. Hal.71.

Anda mungkin juga menyukai