Anda di halaman 1dari 15

USULAN PENELITIAN

TOTAL KERUGIAN EKONOMI (TOTAL ECONOMIC LOSS)

PASIEN TRAUMA DENGAN RIWAYAT INTOKSIKASI ALKOHOL

DI RSUD W.Z. JOHANNES, KUPANG

Juni 2016 Juni 2017

Oleh :

dr. Anselmus Danus Aria, S.Ked

dr. Stefanus Dhe Soka,SpB

SMF BEDAH

RSUD W.Z. JOHANNES

KUPANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya
sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Usulan penelitian ini
disusun sebagai salah satu indikator peningkatan mutu di masyarakat Nusa Tenggara Timur di
kemudian hari.
Usulan penelitian ini berjudul Total kerugian ekonimi (Total economic loss) pada
pasien trauma dengan riwayat intoksikasi alkohol di RSUD W.Z. Johannes, Kupang dari Juni
2016 sampai Juni 2017. Di masyarakat sekarang ini, masih ada kebiasaan minum minumas
keras ( miras ) yang melebihi batas dan mencakup usia muda. Sering kali, kebiasaan minum
ini tidak diikuti kesadaran dan tanggung jawab pada diri sendiri dalam berkendara, sehingga
menyebabkan kecelakaan pada diri sendiri dan orang lain. Dalam penyusunan penelitian ini,
penulis banyak memperoleh bimbingan dan petunjuk-petunjuk, serta bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu tersusunnya usulan penelitian ini.
Semoga usulan penelitian ini dapat member sumbangan ilmiah dalam masalah
kesehatan dan member manfaat bagi berbagai pihak.

Kupang, Juni 2017

penulis
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG.....................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH.................................................................2

1.3. TUJUAN..........................................................................................2

1.4. MANFAAT.......................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................4

2.1. TRAUMA.........................................................................................4

2.2. FARMAKOEKONOMI.................................................................7

BAB III KERANGKA PENELITIAN.........................................................................12

BAB IV METODE PENELITIAN...............................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Di jaman semakin maju, teknologi automotif juga semakin maju, dan makin
terjangkau oleh kalangan masyarakat, hal ini sejalan dengan meningkatnya angka
kecelakaan lalu lintas / trauma. Angka kematian akibat trauma di Indonesia oleh
World Health Organization (WHO) tercatat sebesar 7% dari total angka kematian.
(World Heatlh Organization Noncommunicable Disease Country Profiles,2014).
Di Indonesia, jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2007, terdapat 49.553 kasus kecelakaan lalu lintas dengan korban
meninggal 16.995, luka berat 20.181 orang, dan luka ringan 46.827 orang. Tahun
2008, jumlah kecelakaan meningkat menjadi 59.164 kasus, dengan korban meninggal
20.188, luka berat 23.440 orang, dan yang menderita luka ringan 55.731 orang. Tahun
2009, jumlah kecelakaan semakin meningkat menjadi 62.960 kasus, dengan korban
meninggal 19.979 orang, luka berat 23.469 orang, dan luka ringan 62.936 orang.
Angka kejadian kecelakaan lalu lintas pada triwulan terakhir (Januari Maret)
tahun 2017 di Nusa Tenggara Timur (NTT) terdapat 584 kasus,dengan yang
meninggal 114 orang, luka berat 90 orang, dan luka ringan 380 orang. Menurut data di
Korps Lalulintas Kepolisian Negara Republik Indonesia, distribusi jenis trauma
berdasarkan usia, kelompok usia 15 25 tahun adalah yang paling rentan di
Indonesia. Anak muda tidak menyadari perilaku mengemudi yang beresiko dan
mereka masih pemula dalam mengemudi kendaraan.
Terdapat empat factor penyebab terjadinya kecelakaan, yakni kondisi saran
dan prasarana transportasi, factor manusia dan alam. Namun diantara empat fakotr
tersebut, kelalaian manusia menjadi factor utama penyebab tingginya angka
kecelakaan lalu lintas/trauma. Salah satu kelalaian yaitu minum minuman alcohol.
Angka kematian ini dapat ditekan melalui upaya-upaya pencegahan trauma dan
penanggulangan optimal yang diberikan sedini mungkin pada korbannya, serta
peranan pemerintah dalam memperketat atau merasia tempat yang menjual minuman
alcohol/minuman keras (miras).
Dalam melakukan perencanaan pembangunan kesehatan perlu diidentifikasi
masalah kesehatan dengan indikator yaitu hari produktif akibat kesakitan atau
kematian, maka akan menimbulkan kerugian ekonomi. Tingkat kerugian ekonomi
termasuk juga hilangnya waktu produktif akibat sakit disamping biaya lainnya.
Menurut data susenas tahun 1998, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah hilang
sebanyak 29.100.584 hari prpduktif atau sama dengan 79,728 tahun. (*)Kalau
diasumsikan serpertiga dari hari/tahun produktif atau berasal dari kelompok usia
produktif dengan upah minimum harian sebesar Rp 5.000, maka kerugian karena sakit
di NTT adalah sebesar Rp 49,8 miliar (36% dari PAD NTT). Kerugian itu belum
memperhitungkan biaya kesehatan yang sudah dikeluarkan oleh masyrakat dan
pemerintah, yang masing-masing mencapai Rp 61 miliar. Jika jumlah ini semuanya
ditambahkan, jelas telah melampaui PAD.
Tingkat konsumsi minuman ber-alkohol warga kota Kupang sendiri sangat
tinggi, dilihat dari data yang didapat dari Koran Timor Express. Dalam satu tahun,
masyarakat kota Kupang menghabiskan dana 60 miliar untuk membeli bir merk apa
saja. Data dari Pemerintah Kota Kupang yang dirilis akhir Desember 2015, tercatat
2,3 juta botol bir yang terjual. Ini belum termasuk bir illegal yang dijual di pasar gelap
di Kota Kupang.
Oleh karena itu, peneliti merasa bahwa penelitian ini perlu dilakukan agar
dapat diketahui bagaimana biaya langsung dan tidak langsung dalam pengobatan
pasien trauma dengan riwayat intoksikasi alkohol.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berapa total kerugian ekonomi pada pasien trauma dengan riwayat intoksikasi alkohol
di RSUD W.Z. Johannes?

1.3. TUJUAN
1.3.1. Tujuan umum
Untuk memperoleh informasi berapa total kerugian ekonomi ( economic loss )
pada pasien dengan riwayat intoksikasi alcohol di RSUD W.Z.Johannes selama
bulan Juni 2016 Juni 2017

1.3.2. Tujuan khusus


1. Mengetahui kejadian trauma dengan riwayat intoksikasi alkohol di RSUD
W.Z. Johannes, Kupang, selama bulan Juni 2016 Juni 2017.
2. Mengetahui lingkup usia yang mengalami trauma dengan riwayat intoksikasi
alcohol di RSUD W.Z. Johannes, Kupang selama Juni 2016 Juni 2017.
3. Mengetahui kerugian ekonomi secara langsung pada pasien trauma dengan
riwayat intoksikasi alcohol di RSUD W.Z. Johannes, Kupang selama Juni
2016 Juni 2017.
4. Mengetahui kerugian ekonomi secara tidak langsung pada pasien trauma
dengan riwayat intoksikasi alcohol di RSUD W.Z. Johannes, Kupang selama
Juni 2016 Juni 2017.

1.4. MANFAAT
1.4.1. Untuk pemerintah
Hasil penelitian dapat sebagai bahan masukan atau informasi bagi pemerintah
apakah kejadian trauma akibat intoksikasi alcohol mempunyai dampak kerugian
ekonomi secara signifikan pada perkembangan kesehatan daerah.

1.4.2. Untuk pelayanan kesehatan


Hasil penelitian dapat sebagai bahan masukan atau informasi bagi tenaga
kesehatan dalam mencegah kejadian intoksikasi alcohol. Terutama dalam
promosi bahaya alcohol di pelayanan primer.

1.4.3. Untuk penelitian


Hasil penelitian sebagai bahan bagi penelitian selanjutnya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Trauma
a. Definisi trauma
Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Definisi ini
memberikan gambaran superficial dari respons fisik terhadap cedera. Trauma juga
mempunyai dampak psikologi dan social. Pada kenyataannya, trauma adalah kejadian
yang bersifat holistic dan dapat menyebabkan hilangnya produktivitas seseorang.
Trauma lebih komples dari sekedar suatu cedera. Misal, fraktur jari tangan pemain
piano atau seorang ahli bedah, dampaknya sangat berat dan dapat menghentikan
karirnya, sementara cedera yang sama pada orang berprofesi lain merupakan
gangguan ringan.

b. Patologi trauma
i. Respons metabolic pada trauma
Dibagi dalam tiga fase :
Fase pertama
o Kembalinya volume sirkulasi, perfusi jaringan, dan
hiperglikemia
Fase kedua
o Terjadi katabolisme menyeluruh berlangsung dari
beberapa hari sampai minggu, tergantung beratnya
trauma, keadaan kesehatan sebelum terjadi trauma, dan
tindakan pertolongan medis
Fase ketiga
o Terjadi anabolisme, merupakan penumpukan kembali
protein dan lemak badan yang terjadi setelah
kekurangan cairan dan infeksi teratasi. Rasa nyeri
hilang dan oksigenasi jarigan teratasi. Fase ini
merupakan proses yang lama, tetapi progresif dan
biasanya lebih lama dari fase katabolisme
Penderita tanpa sepsis atau stress berkelebihan memanfaatkan kalori
dan protein dengan efisien sedangkan pada pasien pascatrauma yang berat
disertai sepsis akan terjadi hipermetabolism dan hiperkatabolisme dengan
penggunaan energy dan nitrogen yang tidak efisien. Pada pasien trauma berat
harus dilakukan pemantauan kebutuhan cairan, kalori, protein/nitrogen,
elektrolit dan vitamin setiap hari.
ii. Kegagalan fungsi membrane sel
Pada pasien trauma berat terjadi dilatasi arteriol dan spingter prakapiler
dengan pascakapepiler tetap berkonstriksi sehingga tekanan hidrostatik kapiler
meningkat.
Air, K+, dan Cl- berpindah dari intravaskuler ke interstitial. Proses ini terbatas
karena meningkatnya tekanan osmotic akibat keluarnya cairan akan
menghambat kehilangan cairan lebih lanjut. Selain itu juga, terjadi gangguan
fungsi membrane sel. Air, K+, dan Cl- bergeser dari ekstrasel ke dalam sel
meskipun kadar glukosa ekstrasel tinggi. Kegagalan membrane sel ini
mengakibatkan kehilangan cairan sekitar dua liter cairan interstitial.
Akibatnya, penderita akan mengalami hipovolemia bahkan mungkin sampai
syok.
iii. Gangguan integritas endotel pembuluh darah
Trauma dan sepsis mengakibatkaan terjadinya koagulasi dan inflamasi
yang dapat mengganggu keutuhan endotel pembuluh darah. Mikroagregasi
trombosit dan leukosit di pembuluh jaringan yang luka atau infeksi dapat
menjadi emboli dalam paru dan menyumbat pembuluh darah kapiler.
Gumpalan tersebut melepaskan bermacam zat toksik yang merusak endotel
atau menyebabkan vasodilatasi di daerah emboli paru akibat terjadi
ekstravasasi Air, K+, Cl- dan protein ke dalam rongga interstitial. Udem paru
ini menimbulkan gangguan pernapasan.
iv. Kelainan sistem imunologi
Menurunnya daya tahan tubuh sering kali terjadi pada penderita trauma,
sepsis, malnutrisi dan usia lanjut. Permeriksaan imunologis yang sering
dilakukan adalah hitung jumlah limfosit dan penentuan imunitas seluler (cell
mediated immunity). Jumlah limfosit dibawah 100x109 /L darah menunjukkan
terdapat pemusnahan yang nyata.

v. Koagulasi intravaskular menyeluruh


Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) sering terjadi pada
penderita dengan trauma berat dan sepsis. Koagulasi pada DIC ini terjadi
secara difus di tubuh sehingga menghabiskan factor pembekuan yang dapat
mengakibatkan terjadinya perdarahan difus pula. Terjadi koagulasi berlebihan
juga dapat merusak jaringan di sekitar pembuluh tersebut.
Secara klinis adanya DIC dapat dilihat dari perdarahan difus pada luka
atau bekas tusukan jarum. Pada pemerisaan lab didapatkan jumlah trombosit
menurun, waktu thrombin dan waktu protrombin memanjang. Jumlah
fibrinogen menurun sampai 75mg/dl dana terdapat monomer dan degradasi
fragmen dari fibrin.
Pada DIC dianjurkan untuk memberikan Vit K yang dapat
memperbaiki waktu thrombin dan waktu portrombin yang memanjang. Bila
terdapat defisiensi fibrinogen, dapat diberikan kriopresipitat yang mengandung
250mg fibrinogen. Umumnya harus diberikan heparin untuk mencegah
koagulasi dan mungkin dibutuhkan trombosit untuk mengatasi trombositopenia
dan menghentikam pembekuan patologis ini.
c. Penyebab trauma
i. Trauma tumpul
ii. Kecelakaan lalu lintas
iii. Trauma majemuk
Cedera pada trauma dapat terjadi akibat tenaga dari luar berupa benturan, perlambatan
(deselerasi) dan kompresi, baik oleh benda tajam, benda tumpul, peluru, ledakan,
panas maupun zat kimia. Akibat cedera ini dapat berupa memar, luka jaringan lunak,
cedera musculoskeletal, dan kerusakan organ.
d. Penyulit
Pada cedera terdapat penyulit berupa:
Gangguan sirkulasi akibat perdarahan
Gangguan koagulasi
Sepsis akibat infeksi
Dan gagal organ
e. Pemeriksaan
Pemeriksaan pada korban trauma harus cepat dan sistematik sehingga tidak ada
cedera yang tidak terdeteksi sebelum dilakukan penanggulangan yang efisien dan
terencana. Diagnosis dapat ditegakkan dengan menganalisa data yang didapat dari:
Riwayat trauma,
Pemeriksaan fisik,
Laboratorium,
dan pencitraan (Roentgen dan sonografi)

2.2. Farmakoekonomi
a. Definisi Farmakoekonomi
Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis pada biaya terapi
pengobatan di sistem pelayanan kesehatan dan masyarakat. Secara lebih spesifik, penelitian
farmakoekonomi adalah proses identifikasi, perhitungan, dan perbandingan biaya, risiko, dan
keuntungan dari program, pelayanan atau pengobatan dan menentukan alternatif yang
memberikan outcome kesehatan paling baik (Dipiro et al., 2009).
Studi farmakoekonomi mempertimbangkan biaya obat alternative dan regimen obat
dibandingkan dengan hasil keluarannya (outcome),sebagai panduan dalam pembuatan
keputusan dan kebijakan tentang obat yang seharusnya digunakan, obat mana yang
seharusnya dibayar oleh pemerintah atau pihak ketiga (asuransi). Pengaruh dari informasi
farmakoekonomi kepada pembuat keputusan dalam pelayanan kesehatan tergantung pada
sudut pandang analisis yang dilakukan. Dua komponen fundamental dalam studi
farmakoekonomi adalah perhitungan biaya dan hasil keluaran (outcome) yang dinilai secara
kuantitatif (Gattani et al.,2009).

b. Perspektif Farmakoekonomi
Evaluasi farmakoekonomi dapat dinilai dari satu atau lebih perspektif. Klasifikasi
perspektif penting, karena hasil evaluasi ekonomi sangat tergantung dari perspektif yang
diambil, dikarenakan perspektif menentukan biaya (cost) dan keluaran (consequence) yang
akan dievaluasi (Bootman, 2005). Perspektif yang umum digunakan meliputi (Dipiro et
al.,2009):

1) Perspektif Pasien
Pada dasarnya, biaya dari perspektif ini adalah segala biaya yang harus
dibayarkan pasien untuk suatu produk atau pelayanan. Akibatnya, dari perspektif ini,
seluruh efek klinik baik positif dan negative dari suatu program atau alternatif
pengobatan dapat diketahui.

2) Perspektif Provider
Biaya dari perspektif ini adalah pengeluaran yang sebenarnyakarena produk
atau pelayanan kesehatan. Provider dapat mencakup rumah sakit atau klinik. Dari
perspektif ini, biaya langsung seperti obat, biaya rawat inap, tes laboratorium, biaya
jasa petugas kesehatan dapat diidentifikasi, dinilai dan dibandingkan.

3) Perspektif Payer
Perusahaan asuransi atau pemerintah termasuk dalam payer. Biaya paling
penting dalam perspektif ini adalah biaya langsung, namun biaya tidak langsung
seperti hilangnya produktivitas kerja dapat berpengaruh pada biaya total layanan
kesehatan.

4) Perspektif Masyarakat
Perspektif ini merupakan perspektif yang paling luas karena
mempertimbangkan keuntungan pada masyarakat sebagai keseluruhan. Secara
teoritis, seluruh biaya langsung dan tak langsung termasuk dalam evaluasi ekonomi
yang dilakukan dengan perspektif masyarakat. Biaya morbiditas dan mortalitas serta
seluruh biaya dari pemberian dan penerimaan pelayanan kesehatan juga termasuk
dalam perspektif ini.

c. Biaya dalam Farmakoekonomi


Evaluasi farmakoekonomi tidak dapat lepas dari isu biaya. Berdasarkan konsep
ekonomi, biaya didasarkan pada penggunaan suatu sumber daya terhadap suatu jalan dengan
mengesampingkan alternatifalternatif lain (Walley et al., 2004). Terdapat beberapa tipe biaya
dalam cost analysis yaitu:

1) Biaya Medik Langsung


Biaya medik langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk produk medis dan
pelayanan medis yang digunakan untuk mencegah, mendeteksi, atau mengobati
penyakit. Contoh dari biaya ini adalah biaya untuk obat, alat dan bahan medis, tes
diagnosis dan laboratorium, biaya rawat inap dan biaya kunjungan (Dipiro et al.,
2009).

2) Biaya Non-medik Langsung


Biaya ini adalah biaya untuk pelayanan non-medis akibat adanya penyakit
namun tidak termasuk dalam pembayaran pelayanan medis. Contoh dari biaya ini
meliputi biaya yang dikeluarkan pasien untuk transportasi ke fasilitas pelayanan
kesehatan, biaya hidup keluarga, biaya untuk makanan khusus, dan lainnya (Dipiro
et al., 2009).

3) Biaya Tak Langsung (indirect cost)


Biaya tak langsung adalah biaya-biaya dari sudut pandang masyarakat secara
keseluruhan, seperti kehilangan penghidupan, hilangnya produktivitas, ongkos
perjalanan ke rumah sakit dan lainnya. Biaya tersebut tidak hanya meliputi diri pasien
tetapi juga masyarakat dan keluarga pasien (Walley et al., 2004).

4) Intangible Costs
Biaya ini meliputi outcome non-finansial lain akibat adanya suatu penyakit
(Dipiro et al., 2009). Contoh dari biaya ini yaitu: nyeri,kecemasan atau tekanan lain
yang pasien atau keluarga derita akibat adanya penyakit. Jenis biaya ini cukup sulit
jika dilihat dalam bentuk mata uang namun dapat terlihat dengan pengukuran kualitas
hidup.(Walley et al., 2004).

d. Metode Evaluasi Farmakoekonomi


Menurut Walley et al. (2004) evaluasi ekonomi adalah proses resmi untuk
menghitung keuntungan dan biaya dalam sebuah analisis inkremental. Pada dasarnya
merupakan sebuah kerangka yang menyusun keseimbangan antara keuntungan dan biaya
untuk membantu pembuatan keputusan. Metode-metode evaluasi farmakoekonomi tersebut
yaitu:
1) Cost-of-Illness (CoI)
Evaluasi ini mengidentifikasi dan memperkirakan keseluruhan biaya
dari suatu penyakit pada populasi tertentu, sering juga dianggap sebagai
burden of illness. Evaluasi COI tidak digunakan untuk membandingkan terapi
alternatif tetapi untuk memberikan estimasi beban finansial akibat suatu
penyakit (Dipiro et al., 2009).

2) Cost-Minimization Analysis (CMA)


Cost-Minimization Analysis (CMA) didefinisikan sebagai tipe analisis
yang memilih biaya terendah dari dua atau lebih alternatif terapi dengan
asumsi besarnya manfaat yang diperoleh sama. Dengan CMA, alternatif terapi
harus memiliki bukti mengenai keamanan, efikasi serta outcome yang
dihasilkan sama atau mirip. Jika terbukti outcome tersebut ekivalen, biaya
diidentifikasi, diukur, dan dibandingkan dalam nilai mata uang yang sesuai
(Sanchez, 2005).Contoh dari analisis ini adalah terapi dengan antibiotika
generic dengan paten, outcome klinik (efek samping dan efikasi sama), yang
berbeda adalah onset dan durasinya. Maka pemilihan obat difokuskan pada
obat yang biaya perharinya lebih murah (Vogenberg, 2001).

3) Cost-Benefit Analysis (CBA)


Pada analisis ini, keuntungan (benefit) dihitung sebagai keuntungan
ekonomi yang berhubungan dengan suatu intervensi, sebagai contoh: nilai
uang yang diperoleh dari kembali bekerja. Maka, baik biaya maupun hasil
keluaran (outcome) dinilai dalam uang. Keunggulan dari tipe analisis ini
adalah dapat membuat perbandingan antara area yang sangat berbeda, tidak
hanya dalam bidang medis, sebagai contoh: perbandingan antara memperluas
edukasi (keuntungan yang diperoleh dari peningkatan edukasi dan
produktivitas) dengan menetapkan pelayanan untuk sakit punggung
(meningkatkan produktivitas karena pasien dapat kembali bekerja) (Gattani et
al., 2009).

4) Cost-Effectiveness Analysis (CEA)


Analisis ini digunakan ketika keuntungan kesehatan dapat
didefinisikan dan dinilai dalam unit natural (contoh: berapa tahun umur dapat
diselamatkan) dan biaya dinilai dalam uang. CEA digunakan untuk
membandingkan jenis terapi dengan hasil keluaran (outcome) yang secara
kualitatif hampir sama. Tipe analisis ini paling sering digunakan pada analisis
ekonomi dalam literatur, dan terutama dalam terapi dengan obat (Gattani et
al., 2009). Hasil CEA dituliskan sebagai rasio yaitu average cost-effectiveness
ratio (ACER) atau sebagai incremental costeffectiveness ratio (ICER) (Dipiro
et al., 2009). ACER menggambarkan total biaya program atau alternatif terapi
dibandingkan dengan outcome, sehingga menghasilkan rasio harga dalam mata
uang per outcome yang diperoleh (Sanchez, 2005).
5) Cost-Utility Analysis (CUA)
Cost-Utility Analysis (CUA) adalah metode untuk membandingkan
alternative terapi dan HRQOL atau Health Related Quality of Life. CUA
mampu membandingkan biaya, kualitas dan kuantitas. Biaya dinilai dalam
mata uang dan hasil terapi dinilai dalam utility yang diterima pasien bukan
unit fisik. Penilaian utility yang digunakan adalah quality-adjusted life years
(QALY) yang diperoleh (Dipiro et al., 2009). QALY merupakan alat
ukur status kesehatan dalam CUA, dikombinasikan dengan data morbiditas
dan mortalitas (Sanchez, 2005). Walaupun CUA telah berhasil digunakan
untuk membantu memutuskan suatu program kesehatan (misalnya
pembedahan atau kemoterapi), akan tetapi instrumen yang handal dan sensitif
masih dibutuhkan untuk mendeteksi perubahan akibat terapi (Skrepnek, 2005).

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka konsep


BIAYA LANGSUNG :
1. RAWAT
INAP
2. PEMERIKS
AAN
3. TINDAKAN
4. JASA

PASIEN TRAUMA 5. LAINNYA KERUGIAN EKONOMI


RIW. INTOKSIKASI ALKOHOL

BIAYA TIDAK LANGSUNG

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian


Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif yang bertujuan
memperoleh informasi berapa total kerugian ekonomi ( economic loss ) secara
lagsung pada pasien dengan riwayat intoksikasi alcohol di RSUD W.Z.Johannes.
Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study
dimana data diambil di satu waktu tertentu ( Juni 2016 Juni 2017 ).
4.2. Lokasi dan waktu penelitian

4.2.1. Lokasi penelitian

RSUD W.Z. Johannes, Kupang

4.2.2. Waktu penelitian

Data diambil dari Rekam Medik pasien trauma dengan riwayat intoksikasi
alcohol di RSUD W.Z. Johannes, Kupang selama tahun 2016.
4.3. Sampel penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang datang ke RSUD W.Z.
Johannes, Kupang, dengan keluhan trauma dan dengan riwayat intoksikasi alcohol.
4.4. Metode pengumpulan data

4.4.1. Data primer

Rekam medis pasien trauma dengan riwayat intoksikasi alcohol selama Juni
2016 Juni 2017

4.5. Metode Analasis Data

Memaparkan total kerugian ekonomi pada pasien trauma dengan riwayat intoksikasi
alcohol di RSUD W.Z. Johannes selama Juni 2016 Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai