S1-2017-D 111 13 0040-Complete PDF
S1-2017-D 111 13 0040-Complete PDF
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
RIDHA INDRI OKTAVIANI
D.111.13.0040
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
maka penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan lancar. Penyusunan
laporan penelitian dengan judul Pengaruh Variasi Lama Maserasi Ekstrak
Rambut Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) Terhadap Total Fenol,
Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan, ini dimaksud untuk memenuhi salah satu
syarat dalam memperoleh gelar sarjana S-1 Program Studi Teknologi Pangan dan
Hasil Pertanian, Universitas Semarang.
Laporan Penelitian ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis. Dan dalam penulisan laporan ini penulis telah banyak
mendapatkan banyak bantuan, arahan dan bimbingan serta saran-saran dari
berbagai pihak terutama dari pembimbing. Untuk itu, maka pada kesempatan ini
penulis tentunya tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada yang terhormat :
1. Ir. Haslina, MSi, selaku Dosen pembimbing I yang telah banyak memberi
motivasi, saran dan bimbingan sejak penyusunan laporan dari awal hingga
terselesainya laporan ini.
2. Ir. Sri Budi Wahjuningsih, MP selaku Dosen pembimbing II yang juga telah
banyak memberi motivasi, saran dan bimbingan sejak penyusunan laporan
dari awal hingga terselesainya laporan ini.
3. Ir. Sri Untari, MSi selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
masukan, arahan, serta, motivasinya juga.
4. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, dan Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Semarang yang telah banyak berjasa.
5. Bapak Suharta, Ibu Sumarni, Bunda Sri Budi Wahjuningsih, Mom Haslina,
serta Adikku tersayang yang telah memberi doa dan semangat yang sangat
besar baik secara moral maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini.
vi
6. Kepada Kakandaku Sukma Denyanto atas doa, motivasi, kesabaran, dan
pengorbanannya yang selalu setia ada di samping penulis.
7. Teman-teman S-1 Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas
Semarang, khususnya Rambut Jagung Crew atas bantuannya selama ini.
8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang
penulis belum sempat sebutkan namanya satu per satu.
Penulis
vii
RINGKASAN
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting selain gandum dan padi, dan telah banyak dimanfaatkan sebagai
alternatif sumber karbohidrat. Salah satu jenis jagung yang banyak dikonsumsi
yaitu jagung manis. Jagung manis dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih
manis, aroma lebih harum, dan kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung manis biasa. Jagung manis biasanya hanya di manfaatkan bijinya,
Padahal hampir semua bagian dari tanaman jagung manis dapat dimanfaatkan.
Salah satu bagian dari jagung manis yang sering diabaikan adalah rambut jagung.
Rambut jagung mengandung banyak senyawa bioaktif diantaranya karbohidrat,
vitamin B, vitamin C, vitamin K, Zn, Ka, Ca, Mg, P, steroid, sitosterol,
stigmasterol, alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, antosianin, fenol, air 9.65%,
protein 17.6%, lemak 0.29%, abu 3.91% dan serat kasar 40%. Untuk
mendapatkan senyawa tersebut dilakukan dengan cara ekstraksi. Ekstraksi
dipengaruhi beberapa faktor salah satunya lama maserasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi lama maserasi
ekstrak rambut jagung manis terhadap total fenol, flavonoid dan aktivitas
antioksidan. Metode dalam penelitian ini adalah Sampel rambut jagung manis
segar dicuci dengan aquadest dikeringkan dengan oven pada suhu 60C selama 24
jam sampai kadar air akhir 10-11% (dilihat dari fisiknya, ketika diremas hancur),
ditumbuk menjadi bubuk menggunakan penggiling, kemudian diayak 60 mesh,
dikemas dalam plastik bening dan disimpan pada wadah gelap di bawah -20C
sampai analisis. Ekstraksi rambut jagung: Bubuk rambut jagung diekstrak dengan
proporsi bahan dan pelarut adalah 1:10. Bubuk rambut jagung dicampur dengan
metanol, dimaserasi 6 jam, 12 jam, 18 jam, 24 jam. Kemudian disaring pisahkan
ampasnya menggunakan kertas Whatman No.1. Pemisahan pelarut dengan rotary
flash evaporator pada suhu 60o C.
Hasil penelitian menunjukkan semakin lama waktu ekstraksi, maka semakin
besar perolehan flavonoid yang didapatkan. Akan tetapi waktu ekstraksi yang
terlalu lama menurunkan kadar fenol dan aktifitas antioksidan. Hal ini mungkin
disebabkan karena terdegradasinya senyawa fenol dan aktivitas antioksidan oleh
cahaya dan oksigen. Kadar fenol tertinggi pada ekstrak rambut jagung manis yaitu
pada perlakuan lama maserasi 6 jam sebesar 0.75% kemudian perlakuan 12 jam
0.48%, 18 jam 0.46% dan 24 jam 0.462%. Kadar flavonoid terendah sampai
tertinggi ekstrak rambut jagung manis yaitu lama maserasi 6 jam, 12 jam,18 jam
dan 24 jam sebesar 0.22%, 0.25%, 0.31% dan 0.44%. Kadar aktivitas antioksidan
memiliki hubungan positif terhadap kadar fenol dan flavonoid yaitu hasil ekstrak
yang mempunyai aktifitas tertinggi mengandung kadar fenol dan flavonoid
tertinggi. Kadar aktivitas antioksidan mempunyai grafik sama dengan total fenol.
Hasil dari lama maserasi tertinggi sampai terendah yaitu perlakuan 6 jam, 12 jam,
24 jam dan 18 jam sebesar 38.28%, 35.82%, 32.04%, dan 32%.
viii
ABSTRACT
Maize (Zea mays L.) is one of the crops world's most important foodother than
wheat and rice,and has been widely used as an alternative source of
carbohydrates. One type of corn that is widely consumed is sweet corn. Sweet
corn is consumed because it has a sweeter taste, more fragrant aroma, and
nutritional value is higher than the usual sweet corn. Sweet corn is usually only
utilized seeds, Though almost all parts of the plant sweet corn can be utilized. One
piece of sweet corn that is often overlooked is the corn silk. Corn silk contains
many bioactive compounds including carbohydrates, vitamin B, vitamin C,
vitamin K, Zn, Be, Ca, Mg, P, steroids, sitosterol, stigmasterol, alkaloids,
saponins, tannins, flavonoids, anthocyanins, phenols, water 9.65%, protein 17.6%,
fat 0.29%, 3.91% ash and 40% crude fiber. To obtain the compound is carried out
by extraction. Extraction influenced by several factors one of which is a long
maceration.
This study aims to determine the effect of variations in hair long maceration
extract of sweet corn to total phenols, flavonoids and antioxidant activity. The
method in this study is the fresh sweet corn hair samples were washed with
distilled water then oven-dried at 60 C for 24 hours to a final moisture content
10-11% (as seen from the physical, when kneaded destroyed), ground into a
powder using a grinder and then sieved 60 mesh, packed in clear plastic and
stored in a dark container below -20 C until analysis. Hair Extraction of corn:
corn silk powder extracted with the proportion of material and solvent is 1:10.
Corn silk powder is mixed with methanol, macerated 6 hours, 12 hours, 18 hours,
24 hours. Separated waste is then filtered using a Whatman 1. Separation of
solvent by rotary flash evaporator at a temperature of 60 C.
o
The results showed the longer the time of extraction, the greater the acquisition
of flavonoids obtained. But the extraction time is too long to lower phenol content
and antioxidant activity. This may be due to the degradation of phenolic
compounds and antioxidant activity by light and oxygen. The highest phenol
content in hair extracts of sweet corn that is the treatment of long maceration of 6
hours by 0.75% after 12 hours of treatment 0.48%, 18 hours and 24 hours of
0.46%, 0.462%. Lowest to highest levels of flavonoids extract of sweet corn hair
is long maceration of 6 hours, 12 hours, 18 hours and 24 hours of 0.22%, 0.25%,
0.31% and 0.44%. Levels of antioxidant activity was positively related to levels of
phenols and flavonoids extract that has the highest activity containing phenol and
flavonoid content highs. Levels of antioxidant activity has the same graph with
total phenol. Results of a long maceration highest to lowest are treated 6 hours, 12
hours, 24 hours and 18 hours of 38.28%, 35.82%, 32.04% and 32%.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN I .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN II ......................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
RINGKASAN ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
E. Hipotesis ............................................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................ 5
A. Jagung Manis ........................................................................................ 5
B. Rambut Jagung...................................................................................... 7
C. Ekstraksi................................................................................................ 10
1. Pemilihan Metode Ekstraksi ........................................................... 12
2. Pemilihan Pelarut ............................................................................ 14
D. Antioksidan .......................................................................................... 16
E. Flavonoid ............................................................................................. 21
F. Fenol..................................................................................................... 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 25
A. Tempat Penelitian ................................................................................. 25
B. Waktu Penelitian .................................................................................. 25
x
C. Tatalaksana Penelitian ......................................................................... 25
1. Bahan dan Alat Penelitian ............................................................... 25
2. Metode Penelitian ............................................................................ 26
3. Prosedur Penelitian .......................................................................... 26
BAB IV. PEMBAHASAN.................................................................................. 32
A. Pengaruh Lama Maserasi Ekstrak Rambut Jagung Manis Terhadap
Kandungan Total Fenol......................................................................... 32
B. Pengaruh Lama Maserasi Ekstrak Rambut Jagung Manis Terhadap
Kandungan Flavonoid........................................................................... 34
C. Pengaruh Lama Maserasi Ekstrak Rambut Jagung Manis Terhadap
Kandungan Aktivitas Antioksidan........................................................ 36
BAB V. PENUTUP............................................................................................. 40
A. Kesimpulan ........................................................................................... 40
B. Saran ..................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 41
LAMPIRAN........................................................................................................ 46
A. Analisis Data......................................................................................... 46
B. Gambar.................................................................................................. 52
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting selain gandum dan padi, dimana tanaman tersebut telah banyak
beragam varietas, salah satu diantaranya adalah varietas jagung manis yang
atau yang lebih dikenal dengan nama Sweet corn mulai dikembangkan di
Indonesia pada awal tahun 1980, diusahakan secara komersil dalam skala kecil
untuk memenuhi kebutuhan hotel dan restoran (Tim karya tani mandiri, 2010).
Jagung manis semakin populer dan dikonsumsi karena memiliki rasa yang
lebih manis, aroma lebih harum, dan kandungan gizi yang lebih tinggi
(Anonim, 2010). Keistimewaan lain yang dimiliki jagung manis adalah biji,
dari butiran jagung manis lebih khas, tidak lembek dan memiliki serat yang
tidak terlalu liat. Hal ini menyebabkan jagung manis banyak digemari kalangan
Tengah tahun 2013 tercatat sebesar 2.930.911 ton dan pada tahun 2014
1
2
persentase rambut jagung sekitar 10%. Jumlah ini cukup besar dan potensial
dijadikan sebagai salah satu bahan baku industri pangan. Namun, bagian yang
bagian dari tanaman jagung dapat dimanfaatkan. Salah satu bagian dari jagung
dimanfaatkan sebagai obat tradisional seperti untuk peluruh air seni dan
quersetin (Ebrahimzadeh et al., 2008; Guo et al., 2009), fenol, terpenoid dan
rambut jagung mengandung air 9,65 %, protein 17,6 %, lemak 0,29 %, abu
perbedaan kadar dan jenis senyawa fenolik serta flavonoid yang akan
diperoleh. Dalam metode ekstraksi bahan alam, dikenal suatu metode maserasi.
Penekanan utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang cukup
dilakukan pengadukan pada temperatur suhu kamar (Depkes RI, 2000). Pelarut
akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung
zat aktif sehingga zat aktif akan larut (Lathifa, 2008). Ekstraksi dingin metode
senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut ekstraksi pada suhu kamar
dengan perlakuan maserasi 1 jam, 6 jam, 12 jam dan 24 jam memiliki kadar
katekin tertinggi pada lama maserasi 6 jam sebesar 87.14%. Oleh karena itu
dilakukan penelitian ini, dimana ingin diketahui maserasi dengan berapa lama
yang efektif untuk menghasilkan ekstrak rambut jagung manis dengan kadar
lebih optimal.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
rambut jagung manis terhadap total fenol, flavonoid dan aktivitas antioksidan.
E. Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jagung Manis
Jagung manis (Zea mays saccharata sturt) merupakan salah satu jenis
tanaman yang dipanen muda dan banyak diusahakan di daerah tropis. Jagung
manis atau yang sering disebut sweet corn dikenal di Indonesia pada awal 1980
melalui hasil persilangan (Koswara, 1986). Sejak itu jagung manis di Indonesia
bening, kulit biji tipis, kandungan pati sedikit, pada waktu masak biji berkerut
(Koswara, 2009). Produk utama jagung manis adalah buah / tongkolnya, biji
bervariasi tergantung pada jenisnya, biji jagung manis terdiri atas tiga bagian
utama yaitu kulit biji (seed coat), endosperm dan embrio. Tanaman jagung
manis umumnya ditaman untuk dipanen muda yaitu 69 82 hari setelah tanam
atau pada saat masak susu (milking stage). Proses pematangan merupakan
proses perubahan gula menjadi pati sehingga biji jagung manis yang belum
masak mengandung kadar gula lebih tinggi dan kadar pati lebih rendah. Sifat
ini ditentukan oleh gen sugari (su) resesif yang berfungsi untuk menghambat
5
6
dengan tanaman jagung biasa.kadar gula yang tinggi menyebabkan biji menjadi
(monoecious) yang artinya benang sari dan putik terletak pada bunga yang
berbeda, tetapi dalam satu tanaman yang sama. Berdasarkan tipe bunga
Penyerbukan dibantu oleh angin dan gaya gravitasi. Penyerbukan juga dapat
dipengaruhi oleh suhu dan varietas jagung manis dan dapat berakhir setelah 3 -
10 hari. Rambut togkol biasanya muncul 1 3 hari setelah serbuk sari mulai
tersebar dan siap diserbuki keluar dari kelobot, dengan potensi produksi
hingga dataran tinggi (0 - 1.500 mdpl) pada lahan kering yang berpengairan
ton (2011), 19.387.022 ton (2012), 18.511.853 ton (2013) serta 18.548.872 ton
pada tahun 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015). Produktivitas jagung pada tahun
2013 mencapai 44.44 kuintal/ha dan sasaran pada tahun 2014 naik menjadi
alternatif.
B. Rambut Jagung
Rambut jagung (Maydis stigma) adalah kepala putik dan tangkai kepala
putik buah Zea mays L. yang segar, suku Poaceae. Rambut jagung
sampai merah ungu, berbau aromatik lemah dan rasa agak kelat. Secara
bentuk segi empat, dengan rambut penutup terdiri dari beberapa sel,
pengenal adalah parenkim. Rambut penutup terdiri dari beberapa lapis sel
bermanfaat untuk kesehatan. Oleh karena itu, dapat digunakan sebagai serat
aktivitas radikal bebas yang kuat, dan merupakan sumber yang baik dari
magnesium dan natrium garam, minyak atsiri dan steroid, alkaloid, flavonoid
rhamnosa, dan mineral (sodium, potassium, zinc, zat besi, dan klorida). Tabel 1
rambut jagung.
C. Ektraksi
ekstraksi yaitu bahan segar yang telah dikeringkan dan dihaluskan, diproses
Menurut (Harborne, 1987), ekstraksi yang tepat tergantung pada tekstur dan
kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang
diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih
dengan zat yang diinginkan larut (Voigt, 1995). Kandungan kimia dari suatu
memiliki kepolaran yang sama dengan zat yang diekstrak. Jika komponen
lain tujuan ekstraksi, skala ekstraksi, sifat komponen yang akan diekstrak,
dan sifat pelarut yang akan digunakan (Hougton et al., 1998). Beberapa
bahan yang akan diekstrak kontak langsung dengan pelarut selama selang
waktu tertentu dan komponen yang akan diekstrak akan terlarut dalam
pelarut.
12
a. Cara Dingin
1) Maserasi
bukan air (pelarut non polar) atau setengah air, misalnya etanol encer,
selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi
sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil cairan yang telah
dipisah dari ampasnya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk
polar) ada juga pelarut yang bersifat tidak campur air (contohnya
aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik).
dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan
13
antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya
sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (nol%)
akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel
ini akan muncul gaya difusi larutan yang terpekat akan didesak
zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan
zat aktif di dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang
diekstraksi pada bagian dalam sel dengan luar sel telah tercapai.
b. Cara Panas
2) Refluks
14
3) Sokletasi
4) Digesti
5) Infundasi
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan
2. Pemilihan Pelarut
penting adalah sifat kepolaran, dapat dilihat dari gugus polar senyawa
tersebut yaitu gugus OH, COOH. Senyawa polar lebih mudah larut dalam
pelarut polar, dan senyawa non polar akan lebih mudah larut dalam pelarut
makin besar tetapan dielektrik makin polar pelarut tersebut. (Ditjen POM,
a. Kapasitas besar
b. Selektif
keadaan uap
pada Tabel 2.
16
Pelarut yang diplih pada penelitian ini adalah metanol, dan aquades.
D. Antioksidan
radikal bebas atau Reactive Oxygen Species (ROS) yang terbentuk sebagai
hasil dari metabolisme oksidatif yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan
senyawa antioksidan juga anti radikal saat ini semakin meluas seiring dengan
oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus penyakit-
farmasi, tetapi juga digunakan secara luas dalam industri makanan, petroleum,
terdiri atas satu atau lebih komponen pangan, substansi yang dibentuk dari
reaksi selama pengolahan atau dari bahan tambahan pangan yang khusus
(Rohdiana, 2001).
sering kali tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke dalam
tubuh (Sofia, 2006: Hermani dan Rahardjo, 2005). Sebagai contoh, tubuh
tubuh membutuhkan asupan dari luar. Bila mulai menerapkan pola hidup
dan mengubahnya menjadi bentuk yang lebih stabil. Sebuah senyawa dapat
antioksidan yang dihasilkan lebih stabil dari radikal lipid atau dapat diubah
menjadi produk lain yang lebih stabil (Gordon, 1990). Senyawa yang
(Taher, 2003).
antioksidan yang dapat digunakan antara lain metode DPPH dan metode
dapat bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan
20
antioksidan).
2000).
21
E. Flavonoid
di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru,
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,
dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propan (C3) sehingga
flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai
hidroksil yang tidak tersubstitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etil
asetat, atau campuran dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstrak
flavonoid dari jaringan tumbuhan (Rijke, 2005). Pengambilan bahan aktif dari
suatu tanaman, dapat dilakukan dengan ekstraksi. Dalam proses ekstraksi ini,
bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari yang sesuai sifat kepolarannya.
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan
mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan
22
F. Fenol
Istilah senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari
tumbuhan yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung
satu atau dua gugus hidroksi. Fenolik merupakan metabolit sekunder yang
tumbuhan yang memiliki ciri yang sama yaitu cincin aromatik yang
23
mengandung satu atau dua gugus hidroksil (Harborne, 1987) (Gambar 5).
senyawa fenol yang kompleks dengan berat molekul yang tinggi (Johnson,
2001). Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya
OH
Gugus -OH dari senyawa fenolik berperan aktif dalam meredam efek
dari radikal bebas dengan cara mendonorkan atom H+ dan berikatan cepat
pada posisi orto atau para dari turunan asam benzoat, penilpropanoid
keberadaan dua grup hidroksil pada posisi orto atau para dapat
posisi orto atau para adalah elektron donor yang efektif dalam
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
B. Waktu Penelitian
a. Bahan
jenis manis berusia 80-90 hari yang berasal dari desa Temanggung,
Jawa Tengah.
Kuersetin.
b. Alat
25
26
2. Metode Penelitian
Pada tahap ini adalah varietas rambut jagung manis diekstrak dengan
3. Prosedur Penelitian
a. Persiapan Sampel
dikeringkan dengan oven pada suhu 60C selama 24 jam (Hu et al., 2010)
sampai kadar air akhir 10-11% (dilihat dari fisiknya, ketika diremas
diayak 60 mesh, dikemas dalam plastik bening dan disimpan pada wadah
al., 2015), dengan proporsi bahan dan pelarut adalah 1:10. Bubuk rambut
evaporator pada suhu 60o C (Hu et al., 2010 di dalam Li et al., 2009).
27
Rambut Jagung
Penggilingan
Pengayakan 60 mesh
Pemisahan Pelarut
c. Metode Analisis
radikal bebas (DPPH) (Hatona et al., 1998 dan Yen Chen 1995).
100 ppm ekstrak dalam metanol (2 mgr sampel + 20 ml methanol)
5 ml supernatan
+ 1 ml DPPH 0,1 mM
Tabung reaksi tertutup
Vortex/gojog
2) Uji Flavonoid
(2005).
standar Quercetein.
0,15
Series1
0,1
Linear (Series1)
0,05
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08
Konsentrasi
Mgr/Ml
3) Uji Fenol
1000 x ).
x. fp. 100%
% =
4. Rancangan Percobaan
(RAL) dengan satu faktor yaitu maserasi ekstrak rambut jagung (6 jam, 12
jam, 18 jam, dan 24 jam) dengan ulangan sebanyak 5 kali. (Damanik et al.,
S1 = 6 jam
S2 = 12 jam
S3 = 18 jam
S4 = 24 jam
analisa sidik ragam (ANOVA). Model linier yang digunakan ialah sebagai
berikut:
Yij = + Ai + j + ij
Keterangan :
Yij = Angka pengamatan dari perlakuan ke-i (i= 1,2,3,4) dan ulangan ke-j
(j=1,2,3,4)
5%, maka dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk
5. Analisis
Menurut Shahidi dan Marian (1995) dalam Yulia (2007) pengujian total
dalam sampel, sehingga diduga bila kandungan senyawa fenolik di dalam sampel
tinggi maka aktivitas antioksidannya akan tinggi. Analisis ini menggunakan kurva
Data analisis total fenol karena pengaruh lama maserasi rambut jagung manis
1 0,75
0,48 0,46 0,462
0,5
0
6 Jam 12 Jam 18 Jam 24 Jam
Total Fenol
32
33
berpengaruh nyata terhadap total fenol. Total fenol berkisar antara 0.75% sampai
0.46%. Uji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT)
dengan taraf 5% (< 0,05) menunjukkan bahwa perlakuan lama maserasi ekstrak
Kadar fenol tertinggi terdapat pada perlakuan lama maserasi 6 jam sebesar 0.75%.
Sedangkan total fenol terendah pada ekstrak rambut jagung manis 18 jam yaitu
fenolik karena waktu kontak ekstrak dengan oksigen dan cahaya yang terlalu
lama. Waktu ekstraksi yang relatif lama dapat menyebabkan terjadi dekomposisi
bahan aktif dalam campuran bahan atau sampel tersebut (Chen et al., 2001).
kadar polifenol dimana polifenol yang diperoleh dari ekstraksi cara refluks (cara
panas) lebih tinggi kadarnya dan berbeda secara signifikan dibandingkan dengan
cara maserasi.
total fenol terendah dari lama maserasi lainnya. Meskipun semakin lama maserasi
kandungan total fenol akan meningkat, hal ini tidak menjamin total fenol yang
lebih tinggi karena penurunan juga disebabkan oleh dua faktor utama yaitu
34
pelepasan komponen fenol dan pembentukan menjadi komponen baru (Xu dan
Chang 2008, Padda dan Picha 2008, Azizah et al., 2008). Selain itu setiap
tanaman memiliki berbagai senyawa fenolat dengan variasi ikatan yang berbeda
beda antara fitokimia dan struktur sel. Variasi tersebut dapat menyebabkan
pembelahan fenolik yang lebih tinggi atau lebih rendah (Ramdhan dan Aminah
2014).
sekelompok besar senyaawa polifenol tanaman yang tersebar luas dalam berbagai
pengaruh lama maserasi dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 10:
2. Rerata yang diikuti dengan superscript yang berbeda menunjukkan beda nyata antar
perlakuan (p<0,05)
0,5
0,44
0,45
0,4
0,35 0,31
0,3
0,25
0,25 0,22
0,2
0,15
0,1
0,05
0
6 Jam 12 Jam 18 Jam 24 Jam
Kandungan Flavonoid
rambut jagung manis dengan lama maserasi 24 jam yaitu sebesar 0.44%,
sedangkan kadar flavonoid terendah pada ekstrak rambut jagung manis 6 jam
0.22%.
Kadar flavonoid pada lama maserasi 6 jam mempunyai nilai terendah. Hal ini
kurang sempurna sehingga pelarut masih ikut bercampur dengan ekstrak. Semakin
hasilnya juga bertambah sampai titik jenuh larutan. Kontak antara sampel dan
pelarut dapat ditingkatkan apabila dibantu dengan pengocokan agar kontak antara
sampel dan pelarut semakin sering terjadi, sehingga proses ekstraksi lebih
sempurna. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Purwani et al., 2008,
semakin lama waktu ekstraksi, kesempatan untuk bersentuhan antara solut dengan
mencegah proses oksidasi molekul lain. Oksidasi adalah reaksi kimia yang
dapat menghasilkan radikal bebas, sehingga memicu reaksi berantai yang dapat
karema metode ini merupakan metode yang sederhana, cepat, dan mudah untuk
skrining aktivitas penangkapan radikal beberapa senyawa. Selain itu metode ini
sifatnya stabil dalam bentuk radikal bebas (bozin et al., 2008). Aktivitas
gelombang tertentu.
jagung manis dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 11 berikut ini:
37
manis dengan lama maserasi 6 jam yaitu sebesar 38.28%, sedangkan kadar
aktivitas antioksidan terendah pada ekstrak rambut jagung manis 18 jam yaitu
sebesar 32%.
dilaporkan oleh Haslina dan Eva. (2016), ekstraksi rambut jagung lokal
147.1 ppm.
38
terhadap aktivitas antioksidan pada tumbuhan suruhan. Hal ini sesuai dengan
manis memiliki diagram hampir sama dengan diagram kandungan total fenol
antioksidan ekstrak rambut jagung manis dapat dilihat pada Gambar 11:
39 38,28
38
37
35,82
36
35
34
33
32 32,04
32
31
30
29
28
6 Jam 12 Jam 18 Jam 24 Jam
Aktivitas Antioksidan
Dari Gambar 11, dapat dilihat bahwa grafik kadar aktivitas antioksidan
ekstrak rambut jagung manis mempunyai pola hampir sama seperti grafik
tekanan oksidasi yang tinggi, luas kontak dengan oksigen, pemanasan ataupun
aktivitas antioksidan adalah pH, suhu, sinar dan oksigen, serta faktor lainnya
seperti ion logam (Abbas, 2003). Selain itu diduga pada ekstrak rambut jagung
manis ini masih dalam ekstrak yang tidak murni. senyawa flavonoid dalam
bentuk ekstrak yang tidak murni kemungkinan masih berikatan dengan gugus
menurunkan aktivitas antioksidan (Ery, 2013). Selain itu pada ekstrak rambut
jagung manis ini diduga pula masih terdapat senyawa pengganggu lainnya
dan lemak pada ekstrak dapat mengganggu proses penangkapan radikal bebas
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Lama maserasi berpengaruh nyata (p < 0.05) terhadap total fenol dan
antioksidan.
2. Lama Maserasi 6 jam diperoleh kadar fenol 0.75%, kadar flavonoid 0.22%,
B. SARAN
40
DAFTAR PUSTAKA
Ansel H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4, Press UI, Jakarta.
Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung : ITB. Hal : 21, 26-27.
Bozin, B., Mimica, D.N., Samojilik, I., Goran, A. dan Igic, R. (2008). Phenolics
as antioxidant in garlic. Food Chemistry, 111, 925-929.
Badan Pusat Statistik. 2015. Luas panen, produksi dan produktivitas jagung di
DIY tahun 20072011. diakses dari http://www.bps.go.id pada tanggal 3
September 2013.
Ery A. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia
trifolia) dengan DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Surabaya.
Chen, Z.y, Q.Y. Zhu, D.Tsang, Y. Huang, 2001, Degradation of green tea
catechins in tea drinks. Journal of Agricultural & food chemistry, 49, p.
477-482.
41
42
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta : Depkes RI. Hal. 10-11.
Dictionary of Natural Products, Volume 4, 1994, Chapman & Hall, Cambridge,
3796.
Guo, J., Liu, T., Han, L., Liu, Y. 2009. The Effects of Corn Silk on glycemic
metabolism. Nutrition & Metabolism, 6,47.
Haslina dan Eva M. 2016. Ekstraksi rambut jagung (corn silk) dengan variasi jenis
pelarut. Laporan Penelitian. Universitas Semarang.
Hasanudin, K., P. Hashim and S. Mustafa. 2012. Corn Silk (Stigma Maydis) in
Healthcare : A Phytochemical and Pharmacological Review. Molecules; 17:
9697-9715.
Koswara, J. 1986. Budidaya Jagung Manis (Zea mays saccharata). Materi Kursus
Budidaya Jagung Manis dan Jamur Merang. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
43
Lathifa QA. 2008. Uji Efektivitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri Pada Buah
Belimbing (Averrhoa Bilimbi L.) Dengan Variasi Pelarut. Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malik Ibrahim. Malang.
Meda A. 2005. Determination of the total phenolic, flavonoid, and proline content
in Burkina fasan money, as well as their radical scavenging activity. Food
Chemistry. 91: 571-577.
Nuridayanti, EFT. 2011. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Air Rambut Jagung (Zea
mays L.) ditinjau dari Nilai LD50 dan Pengaruhnya Terhadap Fungsi Hati
dan Ginjal Pada Mencit. Universitas Indonesia : Depok.
Nurhanan AR, Rosli WIW, and Mohsin SSJ. 2012. Total polyphenol content and
free radical scavenging activity of corn silk (Zea mays hairs). Sains
Malaysiana 41 (10): 1217-1221.
Padda MS, Picha DH. 2008. Phenolic composition and antioxidant capacity of
different heat-processed forms of sweetpotato cv. Beauregard.
IJFST.43:1404-1409.
Sjahid LR. 2008. Isolasi dan identifikasi flavonoid dari daun dewandaru (Eugenie
uniflora L.). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Samin AA, Bialangi N, dan Salimi YK. 2013. Penentuan Kandungan Fenolik
Total dan Aktivitas Antioksidan dari Rambut Jagung (Zea mays L.) yang
Tumbuh di Daerah Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.
Sholihah MA, Nurhanan AR, dan Rosli WIW. 2012. Phytochemicals Screening
and Total Phenolic Content of Malaysian Zea Mays Hair Extracts.
International Food Research Journal 19(4): 1533-1538.
Syukur, M. dan A. Rifianto. 2013. Jagung Manis. Penebar Swadaya. Jakarta. 124
hlm.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman bertanam jagung. Bandung. CV.
NUANSA AULIA.
Yen, G.C. dan H.Y. Chen. 1995. Antioxidant activity of various tea extracts in
relation to their antimutagenicity. J. Agric. Food. Chemistry, 27-32.
Oneway
Descriptives
KADAR FENOL
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean
Descriptives
KADAR FENOL
Minimum Maximum
S1 7400.00 7700.00
S2 4700.00 4900.00
S3 4500.00 4800.00
S4 4500.00 4800.00
Total 4500.00 7700.00
.322 3 16 .809
ANOVA
KADAR FENOL
46
47
Homogeneous Subsets
KADAR FENOL
Duncan
1 2 3
S3 5 4600.0000
S4 5 4620.0000
S2 5 4800.0000
S1 5 7500.0000
Sig. .774 1.000 1.000
Means Plots
48
Descriptives
KADAR FLAVONOID
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean
Descriptives
KADAR FLAVONOID
Minimum Maximum
S1 2206.45 2223.29
S2 2262.91 2679.77
S3 3105.02 3121.89
S4 4425.51 4436.68
Total 2206.45 4436.68
4.264 3 16 .022
ANOVA
KADAR FLAVONOID
Homogeneous Subsets
KADAR FLAVONOID
Duncan
1 2 3 4
S1 5 2213.9360
S2 5 2537.0700
S3 5 3114.3920
S4 5 4432.9580
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means Plots
50
Descriptives
KADAR ANTIOKSKIDAN
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean
Descriptives
KADAR ANTIOKSKIDAN
Minimum Maximum
S1 344800.00 433300.00
S2 266700.00 428600.00
S3 259300.00 379300.00
S4 259300.00 357100.00
Total 259300.00 433300.00
.250 3 16 .861
ANOVA
KADAR ANTIOKSKIDAN
Homogeneous Subsets
KADAR ANTIOKSKIDAN
Duncan
S3 5 320000.0000
S4 5 320400.0000
S2 5 358200.0000
S1 5 382820.0000
Sig. .052
Means Plots
Lampiran 2. Gambar
Gambar 3. Maserasi
52
53
Gambar 4. Penyaringan