Anda di halaman 1dari 2

Biodata Abdullah bin Abdulkadir Munsyi

Lahir: 1797, Malaka


Meningal: 1854, Jedah, Arab Saudi.
Pekerjaan: pengarang, penerjemah, guru
Periode menulis: abad ke-19
Aliran sastra: nonfiksi
Tema: Sejarah Melayu
Penguasaan Bahasa: Arab, Tamil, India, Inggris, dan Melayu.

Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (Munshi) adalah seorang sastrawan Melayu. Sebagai
pengarang, ia juga dikenal karena suka menulis karya sastra didaktis yang penuh dengan
nasihat-nasihat. Ia adalah tokoh lokal pertama yang menuliskan kehidupan sehari-hari di
Malaya yang dipublikasikan pada tahun 1849.

Abdullah lahir di Kampong Pali, Malaka pada tahun 1797 dengan nama lengkap Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi sebagai seseorang dari keluarga terpelajar. Istilah munsyi yang ditulis
mendahului atau mengikuti namanya memiliki arti guru atau pendidik. Abdullah adalah keturunan
pedagang Arab Hadrami, juga mempunyai darah keturunan Tamil dan juga Melayu. Untuk
menghormati latar belakang etnik dan keagamaannya, orang-orang Melayu menyebut Abdullah
sebagai Jawi Peranakan atau Jawi Pekan.

Munsyi Abdullah adalah putera dari Abdul Kadir (meninggal pada 1820 di Melaka). Ayah
Abdullah adalah seorang narasumber William Marsden, pakar bahasa Melayu dari Britania Raya
dan penulis kitab Sejarah Sumatra ("History of Sumatra") yang masih dirujuk oleh banyak
sejarahwan hingga sekarang.

Masa kecil
Abdullah menghabiskan masa kanak-kanaknya di Melaka. Ia mulai belajar menulis pada usia
empat tahun dengan tulisan cakar ayam yang ia terakan di papan tulis. Ia terserang penyakit
disentri ketika berumur enam tahun. Setahun kemudian, sementara teman-teman sebayanya
pada waktu itu sudah bisa melagukan ayat-ayat Al-Quran, ia masih belum bisa membaca Al-
Quran. Justru ia belajar meniru tulisan-tulisan berbahasa Arab dengan penanya. Abdul Kadir,
yang geram atas keterbelakangan anaknya, mengirim Abdullah ke Sekolah Quran Kampung
Pali (Kampong Pali Koran School).

Masa di Sekolah Quran Kampung Pali adalah masa di mana Abdullah harus belajar dengan
keras. Ia belajar menulis di bawah pengawasan ayahnya langsung. Abdul Kadir sendiri memang
seorang yang berwatak keras. Ia tak segan menyuruh Abdullah untuk menulis nama-nama orang
yang dijumpainya di masjid. Ia akan menghukum anaknya jika melakukan kesalahan atau belum
sempurna menulis nama-nama itu. Ia juga menyuruh Abdullah menyalin keseluruhan ayat Al-
Quran dan menerjemahkan teks-teks Arab ke bahasa Melayu.

Pada usia sebelas tahun, Abdullah memperoleh uang sebagai upah pekerjaannya menyalin teks
Al-Quran. Ini adalah pekerjaan yang pertama kali ia lakukan dan merupakan titik awal bagi
karirnya. Tiga tahun kemudian ia mengajar agama bagi sebagian besar tentara muslim yang
ditempatkan di Benteng Melaka. Tentara menyebutnya munsyi, istilah Melayu untuk guru
bahasa, gelar yang kemudian tersemat kepadanya hingga akhir hidupnya.

Didikan ayahnya yang keras dalam bidang agama dan pengetahuan umum mengantarkannya
menjadi seorang guru bahasa dan mampu menguasai berbagai bahasa, di antaranya bahasa
Arab, Tamil, India, Inggris, dan Melayu.

Ia merupakan seorang keturunan Arab, dari Yaman. Leluhurnya adalah guru agama dan guru
bahasa Arab yang menetap di India Selatan. Abdullah yang lahir dan tinggal di Malaka
beristrikan seorang Tamil. Lalu mereka pindah ke Malaka.

Abdullah merupakan peranakan Arab dan Tamil, namun dibesarkan di tengah budaya Melayu di
Melaka, yang pada saat itu baru saja dijajah Britania. Dia bekerja sebagai guru bahasa (munsyi).
Pada awalnya dia mengajarkan bahasa Melayu kepada tentara keturunan India di garnisun
Melaka, dan kemudian kepada para misionaris, pegawai dan pebisnis Britania dan Amerika
Serikat. Dia pernah bekerja untuk Thomas Stamford Raffles sebagai juru tulis, menerjemahkan
Injil serta teks agama Kristen lainnya untuk London Missionary Society di Malaka, dan menjadi
pencetak untuk American Board of Missions di Singapura.

Wafat
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi meninggal pada bulan Oktober 1854, di Jedah, Arab Saudi.
Abdullah meninggal, kemungkinan karena penyakit kolera, pada saat hendak menjalankan
ibadah haji.

Hikayat Abdullah
Hikayat Abdullah bisa dikatakan merupakan sebuah otobiografi, yang merupakan hasil karya
Abdullah. Hal ini membuat hikayat ini istimewa dalam khazanah Sastra Melayu. Karya sastra ini
ditulis pada pertengahan abad ke-19.

Abdullah banyak menceritakan hal-hal yang menarik dari paruh pertama abad ke-19. Misalkan
mengenai kota Malaka dan Singapura, beberapa tokoh seperti John Stamford Raffles, Lord
Minto, Farquhar dan Timmerman Thijssen. Selain itu ia banyak sekali menceritakan tentang
kehidupan sehari-hari bangsa Melayu kala itu.

Daftar karya
Abdullah terkenal karena menulis hikayat-hikayat yang bersifat realistis dan kontemporer.
Abdullah Munsyi dianggap seorang pemikir yang melampaui abadnya.

Karya asli

Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dari Singapura sampai ke Kelantan
Hikayat Abdullah
Kisah Pelayaran Abdullah dari Singapura sampai ke Mekah
Syair Singapura Terbakar
Syair Kampung Gelam Terbakar
Ceretera Kapal Asap
Ceretera Haji Sabar Ali

Karya terjemahan dan suntingan

Hikayat Panca Tanderan


Sejarah Melayu (edisi Abdullah)

Anda mungkin juga menyukai