ARTIKEL PENELITIAN Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2013 - September 2013, Vol. 7, No. 2
ABSTRAK
ASI eksklusif, salah satu program prioritas karena dampaknya yang luas terhadap kesehatan bayi.
Puskesmas Pariaman merupakan yang paling rendah cakupan ASI eksklusifnya yaitu 53,3 %. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan ekstemal program peningkatan pemberian ASI eksklusif.
Penelitian kualitatif ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pariaman Kota Pariaman dengan informan
kepala Puskesmas, koordinator program gizi, bidan desa, kader Posyandu, dan ibu bayi. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara indepth interview, FGD dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara content analisis.
Hasil penelitian mendapatkan aspek internal dari segi input, tenaga pelaksana adalah tenaga gizi dan sudah
mendapatkanpelatihan ASI eksklusif, belum ada dana khusus, metode yang digunakan yaitu penyuluhan dengan
memanfaatkan sarana Posyandu dan kelas ibu. Dari segi process, belum ada perencanaan dan pengorganisasian
khusus, telah dilakukan penggerakan dan pemantauan oleh tenaga kesehatan. Dari segi output, cakupan ASI
eksklusif masih rendah. Aspek ekstemal belum ada kebijakan pemerintah daerah yang mendukung ASI eksklusif
ada kebiasaan masyarakat yang mempengaruhi ASI eksklusif, rendahnya pengetahuan ibu dan faktor pekerjaan
ibu menyebabkan rendahnya ASI eksklusif. Dapat disimpulkan bahwa program ASI eksklusif masih lemah dan
rendah secara internal dan ekstemal. Diharapkan tenaga gizi agar lebih meningkatkan sosialisasi ASI eksklusif
Kata Kunci: ProgramASI Eksklusif, Focus Group Discussion (FGD), Indepth Interview
ABSTRACT
Exclusive breastfeeding is one of the priority programs for a broad impact on the health of babies.
Pariamanhealth center is the lowest coverage of exclusive breastfeeding, (53.3%). This study aims to analyze the
internal and external factors of exclusive breastfeeding promotion programs. The study is a qualitative study,
conducted in the region of Pariaman Health Center, Pariaman. Informants are the head of health center, nutrition
program coordinator, village midwives, posyandu cadres, baby's mother. The data was collected by Indepth
interview, FGD and documentation. Data analysis was performed by content analysis. The results were: to internal
aspects in terms of input, executive power is the power of nutrition and exclusive breastfeeding have received
training, no special funds, the method used is the extension by using posyandu and mother class. In terms of
process, there is no specific planning and organizing, mobilizing and monitoring has been carried out by health
personnel. Interms of output, the scope of exclusive breastfeeding is still low. For the external aspects: there is no
government policy that supports exclusive breastfeeding, there are habits that affect the community of exclusive
breastfeeding, low knowledge of mother and maternal employment factors causing low exclusive breastfeeding.
The conclusion is exclusive breastfeeding program still weak and low internally and externally. Expected to
further increase the nutritional power of socialization of exclusive breastfeeding.
66
7
r
Pendahuluan program gizi, dua bidan desa, duakader, dua ibu bayi
ASI ekslusif merupakan salah satu program untuk indepth interview dan 22 orang ibu bayi untuk
prioritas karena dampaknya yang iuas terhadap 2kelompok FGD.
status gizi dan kesehatan bayi. Menurut IJU R1 Data yang digunakan dalam penelitian ini
No.36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 128, adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data
setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu ekslusif dilakukan dengan cara indepth interview, Focus
sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas Group Discussion dan dokumentasi. Pengolahan
indikasimedis.1 data dilakukan dengan cara : data reduction, data
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi display dan conclusion drawing,3 Teknis analisis
Nasional (Susenas) 2009, hanya 61,3% bayi usia 0-5 yang akan dipakai untuk menganalisis data
bulan yang mendapat ASI ekslusif, sedangkan penelitian ini secara conten analisis dengan
Standar Pelayanan Minimun (SPM) menetapkan membandingkan teori-teori yang ada pada tinjauan
target pencapaianASI eksklusif sebesar 80 %. Tahun pustaka dan dilengkapi dengan melakukan telaah
2011, cakupan ASI ekslusif Kota Pariaman sebesar dokumen serta menganalisis segera setelah
69,41%, masih di bawah target SPM.: Dari 6 melakukan wawancara, untuk menghindari
Puskesmas di Kota Pariaman, Puskesmas Pariaman kesalahan yang mungkin timbul.3 Data dianalisis
mempunyai cakupan paling rendah (53,3 %), masih kembali secara kualitatif dan kuantitatif dengan
di bawah target yang ditetapkan Dinas Kesehatan metode analisis SWOT.
Kota Pariaman yaitu 67%.2
Permasalahan rendahnya cakupan pemberian Hasil dan Peinbahasan
ASI ekslusif seharusnya tidak ditemui apabila dari l.Aspek Lingkungan Internal
awal kegiatan sudah menerapkan manajemen yang a. Input
benar, didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen 1. Tenaga
yang terdiri dari planning, organizing, actuating dan Penanggungjawab program adalah kepala
controling. Pendekatan sistem yang digunakan Puskesmas, dengan tenaga pelaksana adalah tenaga
terdiri dari beberapa unsur yaitu faktor lingkungan gizi (satu orang koordinator program gizi dan satu
internal input (tenaga, dana, sarana, metode), orang ahli gizi) dibantu oleh tenaga Promkes dan
process (planning, organizing, actuating, KIA. Di desa/kelurahan dilakukan oleh bidan desa
controling), output dan faktor lingkungan eksternal dengan bantuan kader. Ketersediaan tenaga gizi
(kebijakan, budaya,pekerjaan ibu, pengetahuan). belum mencukupi dan belum seluruhnya
Berdasarkan studi awal, diketahui dana untuk mendapatkan pelatihan khusus konseling ASI.
program ASI ekslusif di Kota Pariaman tidak Bidan desa sama sekali belum mandapatkan
mencukupi. Sarana dan metode yang digunakan Pelatihan khusus konseling ASI, tetapi telah
belum optimal, terlihat dari belum terlaksananya mendapatkan sosialisasi dari tenaga gizi dan KIA
penyuluhan rutin di Posyandu khususnya sosialisasi yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan
mengenai ASI ekslusif dan tidak adanya pojok ASI konseling ASI ekslusif. Pelatihan konseling ASI
di tempat-tempat umum, termasuk di Puskesmas. untuk kader juga belum ada. Kader mendapatkan
Pelaksanaan program yang belum optimal terlihat pelatihan Posyandu yang diadakan Puskesmas
dari pemberdayaan bidan dan masyarakat yang setiap 1 atau 2 kali setahun.
belum baik. Bidan masih memberikan susu formula 2. Dana
pada bayi baru lahir dengan alasan ASI ibu tidak Tidak ada dana APBD untuk program
keluar, persalinan ibu dengan operasi, dan lain-lain. peningkatan pemberian ASI ekslusif di wilayah
Pemberdayaan masyarakat yang belum baik terlihat kerja Puskesmas Pariaman.
dari masih banyaknya ibu yang memberikan 3 . Sarana
prelakteal feeding pada bayinya seperti susu Sarana untuk pelaksanaan program
formula, pisang, madu dengan alasan ibu bekerja. peningkatan pemberian ASI ekslusif masih kurang,
hanya inemanfaatkan Posyandu dan kelas ibu
Metode sebagai tempat penyuluhan ASI ekslusif. Hanya
Penelitian dengan rancangan kualitatif ini terdapat satu pojok ASI yang baru dibuat di
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pariaman Puskesmas dan model untuk penyuluhanjuga masih
Kota Pariaman pada bulan Desember 201 1 sampai kurang.
Juli 2012. Pemilihan sampel dilakukan secara 4. Metode
sengaja (purposive sampling). Informan dalam Pelaksanaan program menggunakan
penelitian ini adalah kepala Puskesmas, koordinator metode edukatif dengan cara memberikan
67
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2013 - September 2013, Vol. 7, No. 2
penyuluhan dan sosialisasi kepada ibu-ibu mengenai dilakukan untuk meningkatkan ASI ekslusif ini
arti pentingnya ASI eksklusif, gizi ibu menyusui dan adalah dengan konseling/ace to face.
manajeraen laktasi. Masih ada kendala penerapan
metode ini, diantaranya ketidakhadiran ibu-ibu saat 2. AspekLingkungan Eksternal
penyuluhan dan masih banyaknya ibu-ibu yang a. Kebijakan Pemerintah
tidak menerapkanASI ekslusif. Belum ada kebijakan pemerintah daerah yang
mendukung pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja
B. Proses PuskesmasPariaman.
1.Perencanaan b. Budaya/Kebiasaan Masyarakat
Tidak ada perencanaan khusus untuk kegiatan Masih ada budaya/kebiasaan masyarakat
ASI ekslusif ini. Perencanaan hanya sebatas yang memberikan pisang pada bayi kurang dari 6
perencanaan kegiatanPosyandu dan kelas ibu. bulan supaya badan anaknya kuat, adanya
2. Pengorganisasian pemahaman/pola pikir yang salah dari masyarakat
Tidak ada pengorganisasian khusus, kepala bahwa bayi yang masih menangis setelah disusui
puskesmas sebagai penanggungjawab semua karena bayi tersebut masih lapar sehingga
program di Puskesmas termasuk penanggungjawab kecendrungan masyarakat untuk memberikan
kegiatan penyuluhan untuk ASI ekslusif. Di makanan tambahan. Pantangan dalarn makanan ibu
Puskesmas Pariaman, ASI eksklusif ini merupakan juga mernpengaruhi pemberianASI ekslusif, seperti
bagian dari program gizi, dibantu oleh tenaga KIA tidak boleh makan cabe atau minum es pada ibu
dan Promkes. Pelaksanaan promosi dan pemantauan menyusui karena dapat menyebabkan bayi demam
ASI ekslusif di desa/kelurahan dilakukan bidan desa dan mencret, sehingga ibu menghentikan pemberian
dibantukader. Tidak ada lintas sektor atau organisasi ASI.
terkait yang mendukung pelaksanaan kegiatan. c. Pengetahuan Ibu
3. Penggerakan Pelaksanaan Umumnya ibu-ibu sudah tahu mengenai
Upaya penggerakan sudah dilakukan oleh manfaat ASI untuk bayi. Namun masih sedikit ibu-
petugas kesehatan melalui kegiatan penyuluhan dan ibu yang mengetahui tentang istilah ASI ekslusif,
penjelasan mengenai ASI ekslusif, Narnun masih yaitu hanya 3 dari 13 ibu yang tahu mengenai ASI
ada bidan di wilayah kerja Puskesmas Pariaman ekslusif.
yang memberikan susu formula pada bayi baru lahir d. Pekerjaanlbu
dan tidak memberikan informasi mengenai ASI Kesibukan ibu bekerja memang
ekslusif pada ibu. mernpengaruhi dalam pemberian ASI ekslusif.
4. Pengendalian Tempat kerja ibu juga tidak mendukung pemberian
Hambatan kegiatan biasanya karena ASI ekslusif karena tidak adanya tempat penitipan
ketidakhadiran atau susahnya mengumpulkan ibu- anak dan tleksibelitas bagi ibu bekerja. Makanan
ibu saat penyuluhan, kurangnya media K1E dan tambahan yang diberikan oleh ibu bekerja biasanya
ketidakpatuhan ibu yang memberi makanan adalah susu formula.
tambahan pada bayi di bawah 6 bulan. Pemantauan
ASI ekslusif harusnya dilakukan bidan desa setiap Perencanaan Strategi dengan Anaiisis SWOT
bulan sesuai kegiatan Posyandu dan dilaporkan 2 Data primer dan sekunder hasil penelitian
kali setahun pada bulan Februari dan Agustus disampaikan kepada petugas kesehatan yang
kepada Dinas Kesehatan Kota Pariaman. Namun berwenang dalam hal ini petugas gizi Puskesmas
pemantauan saat Posyandu ini masih jarang Pariaman untuk kemudian dianalisis bersama
dilakukan oleh bidandesa. dengan menggunakan metode anaiisis SWOT.
Anaiisis didasarkan pada logika yang
C. Output mernaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
Cakupan pemberian ASI ekslusif di wilayah (<Opportunities), namun secara bersamaan dapat
kerja Puskesmas Pariaman masih rendah, masih di meminimalkan kelemahan ( Weaknesses ) dan
bawah target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan ancaman {Threats)*
kota Pariaman. Menumt hasil FGD yang dilakukan Dilakukan evaluasi terhadap faktor eksternal
dengan ibu bayi di wilayah kerja Puskesmas dan internal yang berpengaruh terhadap program
Pariaman, hanya 1 dari 11 ibu yang memberikanASI peningkatan pemberian ASI ekslusif, dengan cara
secara ekslusif pada bayinya. Masih banyak ibu-ibu menentukan bobot dan rating setiap variabel. Nilai
yang memberikan makanan tambahan berupa susu bobot merupakan hasil dari pertirnbangan tingkat
formula, bubur dan roti. Salah satu strategi yang urgensi atau kepentingan setiap variabel. Sedangkan
68
a
nilai rating didapat dengan mempertimbangkan Tabel 2. Matrik Internal Faktor Evaluasi (IFE)
pengaruh setiap variabel terhadap program
peningkatan pemberian ASI ekslusif. Setelah itu,
nilai skor dan nilai bobot setiap variabel dikalikan Faktopfaktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x
sehingga didapat total skor pembobotan evaluasi Rating
faktor eksternal yaitu 1,75 (Tabel 1) dan 2,02 untuk
factor internal (Tabel 2). Hal ini menunjukkan Kekuatan:
bahwa posisi pelaksanaan kegiatan organisasi - Tersedianya tenaga bidan dan kader dalam 0,08 0,24
mengenai program ASI eksklusif masih lemah upaya peningkatan promosi ASI ekslusif
secara eksternal dan rata-rata secara internal. - Sudahadanya pelatihan khusus ASI 0,05 0,10
ekslusif untuk tenaga gizi
Tabel 1. Matrik Eksternal Faktor Evaluasi (EFE)
- Puskesmas memiliki danaansportasi ibu 0,08 0,24
pada kelas ibu
Bobut Rating Bobot x
Faktor-faktor Strategi Eksternal - Adanya Posyandu, kelas ibu, pojok gizi
Rating
dan pojok ASI yang baru di buat di 0,07 0,21
Peluang: Puskesmas
- Lokasi wilayah Puskesmas yang cukup 0,12 0,36 - Tenaga kesehatan sudah melakukan 0,06 0,12
luas namun secara keseluruhan mudah penyuluhan mengenai ASI eksklusif
dijangkau petugas
- Sudah ada perencanaan dan jadwal khusus
- Adanya arahan dari pemerintah daerah dan
untuk Posyandu dan kelas ibu setiap bulan 0,07 0,21
Dinkes kota kepada pemegang program 0,08 0,08
Promkes atau gizi mengenai ASI ekslusif
- Kegiatan promosi ASI ekslusif sudah
sering dilakukan oleh tenaga kesehatan 0,06 0,12
TOTAL 0.44
Ancaman: melalui penyuluhan saat Posyandu
Belum adanya kebijakan daerah yang 0,15 0,30 maupun ANC
mendukung ASI eksklusif - Terdapat pencatatan dan laporan bulanan 0,03 0,03
- Adanya kebiasaan/poia pikir yang salah 0,25 0,25 mengenai cakupan bayi yang mendapat
dari masyarakat, adanya pemahaman bayi ASI eksklusif
yang masih menangis setelah disusui
karena masih lapar sehingga kecendrungan TOTAL 1,27
menggambarkan posisi pelaksanaan program ASI - Masih rendahnya cakupan pencapaian ASI 0,04 0,16
69
Jurtml Kesehatan Masyarakat, Maret 2013 - September 2013, Vol. 7, No. 2
Dilakukan pencocokan antara variabel faktor ditentukan posisi organisasi dengan menggunakan
internal dengan faktor ekstemal. Untukmenentukan diagram cartesius analisis SWOT.
strategi yang akan digunakan terlebih dahulu harus
70
r
Peiuang (Opportinity)
(0,52) 1
(-0,87) \'
-1
Ancaman (Threat)
Anaiisis penetapan posisi program ASI matrik EFE (sumbuY). Kedua nilai tersebut
ekslusif, dilakukan dengan mencari selisih total skor dihubungkan, sehingga diketahui posisi program
pembobotan kekuatan dan kelemahan yang ada pada terletak pada kuadran II(Strenght) yang berarti kuat
matrik IFE (sumbu X), serta selisih total skor dan memiliki ancaman serta dapat dikembangkan
pembobotan peluang dan ancaman yang ada pada dengan strategi ST pada matrik SWOT.
3,0
2,0
Retrenchment
(1,75)
Rendah Growth Growth
Ijl
1
1,0 1
(2,02)
IFE Skor
71
Jurnal Kesehatan Masvarakat, Maret 2013 - September 2013, Vol. 7, No. 2
Analisis penetapan posisi program peningkatan berada pada posisi lemah dan rendah secara internal
pemberianASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas dan eksternal. Selain itujuga diketahui bahwa sistem
Pariaman. Pada matrik terdapat sumbu X dan Y manajemen program peningkatan dapat
Sumbu X mempakan total skor pembobotan dari dikembangkan dengan strategi Retrenchment, yaitu
matrik IFE, sedangkan sumbu Y merupakan total dengan memperbaiki usaha yang dilakukan
skor pembobotan dari matrik EFE. Total skor organisasi.
pembobotan dari matrik IFE adalah 2,02 dan matrik Setelah tahapan-tahapan terdahulu dibuat
EFE adalah 1,75. Keduanilai tersebut dihubungkan, dan dianalisis, maka tahapan selanjutnya disusunlah
sehingga dapat diketahui bahwa posisi sistem daftar prioritas yang harus diimplementasikan.
manajemen program peningkatan pemberian ASI Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
ekslusif di wilayahkerja Puskesmas Pariaman masih merupakan teknik yang secara obyektif dapat
72
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 20 13 - September 2013, Vol. 7, No. 2
Weaknesses
- Belum adanya pelatihan khusus
ASI eksklusif untuk bidan desa 0,10 0,40 0,20 0,10
dankader
- Belum adanya dana khusus yang
0,09 0,36 0,09 0,09
menunjang peningkatan ASI
eksklusif
- Kelengkapan sarana kurang 0,08 0,32 0,24 0,08
memadai
- Belum adanya pengorganisasian
khusus dalam program 0,04 0,04 0,16 0,12
peningkatan ASI eksklusif dan
masih kurangnya partisipasi
lintas sektoral
- Susahnya mengumpulkan ibu-ibu 0,08 0,08 0,32 0,08
untuk penyuluhan
- Masih ada bidan yang 0,04 0,12 0,16 0,04
memberikan susu formula pada
bayi 0-6 bulan dan tidak
memberikan informasi
menge.nai ASI eksklusif kepada
ibubayi
- Masih rendahnya cakupan 0,04 3 0,12 0,16 0,08
pencapaian ASI eksklusif
Opportunities
- Lokasi wilayah Puskesmas yang 0,12 1 0,12 0,48 0,12
cukup luas namun secara
kese'luruhan mudah dijangkau
olehpetugas
- Adanya arahan dari pemerintah
daerah dan Dinkes kota kepada 0.08 4 0,32 0,24 0,08
pemegang program Promkes atau
gizimengenai ASI eksklusif
Threats
- Belum adanya kebijakan daerah
yang mendukungASI eksklusif 0,15 4 0,60 0,45 0,45 0,15
- Adanya kebiasaan/pola pikir yang
salah dari masyarakat, tentang 0,25 1 0,25 1,00 1 0,25
adanya pemahaman bahwa bayi
yang masih menangis setelah
disusui karena bayi tersebut
masih lapar sehingga
kecendrongan masyarakat untuk
memberikan inakanan tambahan
kepadabayinya
- Kesibukan ibu yang bekerja, 0,54 0.54
sehingga bayi diberi makanan 0,18
tambahan/susu formula 0,72
- Masih rendahnya pengetahuan 0,22 0,44 6,86
dan pemahaman ibu-ibu serta
dukungan keiuarga mengenai
pentingnyaASI eksklusif 0,22
Analisis penetapan posisi program peningkatan dan eksternal. Selain itujuga diketahuibahwasistem
pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas manajernen program peningkatan dapat
Pariaman. Pada matrik terdapat sumbu X dan Y. dikembangkan dengan strategi Retrenchment, yaitu
Sumbu X merupakan total skor pembobotan dari dengan memperbaiki usaha yang dilakukan
matrik IFE, sedangkan sumbu Y merupakan total organisasi.
skor pembobotan dari matrik EFE. Total skor Setelah tahapan-tahapan terdahulu dibuat
pembobotan dari matrik IFE adalah 2,02 dan matrik dan dianalisis, maka tahapan selanjutnya disusunlah
EFE adalah 1,75. Kedua nilai tersebut dihubungkan, daftar prioritas yang hams diimplementasikan.
sehingga dapat diketahui bahwa posisi sistem Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
manajemen program peningkatan pemberian ASI mempakan teknik yang secara obyektif dapat
ekslusif di wilayah kerja PuskesmasPariamanmasih menetapkan strategi alternatifyang diprioritaskan.5
berada pada posisi lernah dan rendah secara internal
73
Juraal kesehatan Masyarakat, Maret 2013 - September 2013, Vol. 7, No, 2
DAFTAR PUSTAKA
74