Anda di halaman 1dari 6

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 09 No. 04 Desember l 2006 Halaman 209 - 214


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
Artikel Penelitian

PENGEMBANGAN DESAIN MUTU PELAYANAN RAWAT INAP


PUSKESMAS KARANGANYAR KEBUMEN MENGGUNAKAN
QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT
THE USE OF QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT FOR DEVELOPING INPATIENT SERVICE
QUALITY DESIGN
AT KARANGANYAR HEALTH CENTRE, KEBUMEN DISTRICT

Yohanita Rini Kristiani1, Tjahjono Kuntjoro2, Adi Utarini3


1
Puskesmas Perawatan Karanganyar Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah
2
Balai Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan, Gombong, Jawa Tengah
3
Magister Manajemen Rumahsakit, UGM, Yogyakarta

ABSTRACT memberikan pelayanan rawat inap (n=30). Data dikumpulkan


Background: The inpatient service at Karanganyar Health dengan metode free-listing dan dianalisis oleh tim QFD untuk
Centre has been a prominent product for the community in menyusun house of quality matrix.
Karanganyar and its vicinity. Therefore, improvement of service Hasil: Peningkatan mutu perawat merupakan prioritas utama
quality is important to increase utilization of the inpatient service. untuk memenuhi kebutuhan dan harapan staf (31,0%).
Objective: To design quality of inpatient service by applying Sedangkan bagi pasien, kebutuhan dan harapan utamanya
the Quality Function Deployment (QFD) method. adalah kenyamanan ruangan, lingkungan dan fasilitas toilet
Method: This study used a descriptive case study research (35,5%). Bila dibandingkan dengan dua fasilitas kesehatan
with embedded single case design. The external customer lainnya, persyaratan teknis di Puskesmas Karanganyar unggul
was patients in the inpatient department (n=30), while the dalam hal upaya peningkatan mutu perawat, kesesuaian reward
internal customer was all staff involved in providing inpatient dengan kinerja dan monitoring evaluasi kerja.
service (n=30). Data were collected using free-listing method Kesimpulan: Berdasarkan house of quality matrix dan
and analyzed by the QFD team in order to create the house of ketersediaan sumber daya di Puskesmas, berikut adalah
quality matrix. prioritas dalam desain mutu pelayanan rawat inap: (1)
Result: Improving nurse quality was the highest priority to pemeliharaan fasilitas dan infrastruktur pelayanan rawat inap;
fulfill staff need and expectations (31%). While for the patients, (2) penjadwalan dokter jaga 24 jam; (3) ketersediaan peralatan
convenient room, environment and toilet facilities were the medis; (4) ketersediaan dokter spesialis; dan (5) ketersediaan
highest need and expectations (35.5%). Compared with two ambulans 24 jam. Prioritas tersebut akan dilaksanakan secara
other health facilities, assessment of technical requirements bertahap.
in Karanganyar health centre showed competitive advantage
in relation to efforts to improve nurse quality, performance- Kata kunci: quality function deployment , Puskesmas,
based incentive, and task monitoring and evaluation. pelayanan rawat inap, studi kasus deskriptif
Conclusion: Based on the house of quality matrix and
availability of resources at the health centre, the priorities for PENGANTAR
inpatient service quality design are as follows: (1) maintenance
of inpatient service facilities and infrastructures; (2) scheduling
Dalam era globalisasi saat ini persaingan bisnis
of 24 hour doctors on duty; (3) availability of medical equipments; menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik
(4) availability of specialists; and (5) availability of a 24 hour (nasional) maupun di pasar internasional atau glo-
ambulance. These priorities should be implemented in phases. bal. Untuk memenangkan persaingan, perusahaan
Keywords: quality function deployment, health center, inpatient
harus mampu memberikan kepuasan kepada para
service, case study pelanggannya, misalnya dengan memberikan produk
yang lebih bermutu, lebih murah, dan pelayanan
ABSTRAK yang lebih baik daripada pesaingnya. Suatu produk
Latar belakang: Pelayanan rawat inap di Puskesmas dikatakan bermutu apabila dapat memenuhi
Karanganyar merupakan produk utama yang bermanfaat bagi
masyarakat Karanganyar dan sekitarnya. Oleh karena itu,
kebutuhan pelanggannya. Oleh karena itu,
perbaikan mutu pelayanannya sangat penting bagi peningkatan pengetahuan tentang kebutuhan pelanggan (cus-
pemanfaatan pelayanan rawat inap tersebut. tomer requirements) sangatlah penting.1
Tujuan: Menyusun desain mutu pelayanan rawat inap dengan Persaingan bisnis di bidang kesehatan juga
menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD).
Method: Penelitian ini menggunakan studi kasus deskriptif
terjadi pada seluruh tingkat pelayanan, termasuk di
dengan rancangan kasus tunggal terpancang. Pelanggan Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan di tingkat
eksternal adalah pasien pengguna pelayanan rawat inap primer. Pelayanan rawat inap di Puskesmas
(n=30), sedangkan pelanggan internal adalah seluruh staf yang perawatan Karanganyar merupakan suatu produk

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006 l 209
Yohanita Rini Kristiani, dkk.: Pengembangan Desain Mutu Pelayanan ...

unggulan karena sangat dibutuhkan warga perawatan Karanganyar Kabupaten Kebumen.


masyarakat Karanganyar dan sekitarnya, khususnya Subjek penelitian terdiri dari pelanggan eksternal dan
golongan menengah ke bawah. Minat masyarakat internal. Pelanggan eksternal adalah pasien rawat
untuk memanfaatkan pelayanan rawat inap ini terus inap yang dirawat selama lebih dari dua hari pada
meningkat, terlihat dari utilisasi dan pendapatan dari bulan Nopember dan Desember 2005. Pelanggan
rawat inap dari tahun ke tahun. Namun demikian, internal adalah seluruh petugas yang terlibat secara
Bed Occupation Rate (BOR) pelayanan rawat inap langsung dalam pelayanan rawat inap.
di Puskesmas perawatan Karanganyar baru Cara pengumpulan data menggunakan free-list-
mencapai 51% (tahun 2004). Idealnya, BOR yang ing terhadap pelanggan internal dan eksternal,
ideal untuk rumah sakit berkisar antara 75% -85%.2 dengan jumlah sampel masing-masing 30 orang.
Agar dapat mempertahankan dan meningkatkan Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah
jumlah kunjungan diperlukan pengembangan desain peneliti sendiri, dibantu oleh asisten peneliti dan tim
mutu pelayanan rawat inap yang mampu memenuhi QFD, panduan free-listing, dan catatan lapangan.
bahkan melampaui harapan dan kebutuhan Tim QFD beranggotakan 8 orang, terdiri dari 1 orang
pelanggan. Terdapat dua metode yang dapat dokter umum, 3 orang perawat, 1 orang bidan, 1
digunakan untuk mengembangkan desain mutu, orang petugas hygiene sanitasi, 1 orang petugas gizi,
yaitu Quality Function Deployment (QFD) dan Fail- dan 1 orang pengemudi.
ure Mode and Effect Analysis (FMEA). Penelitian ini terbagi menjadi dua tahap. Tahap
Quality Function Deployment (QFD) adalah pertama adalah mengumpulkan data dari pelanggan
suatu prosedur untuk mengidentifikasi, internal dan eksternal, dilanjutkan dengan
mengkomunikasikan, dan memprioritaskan benchmarking untuk membandingkan Puskesmas
persyaratan pelanggan, sehingga organisasi dapat Karanganyar dengan pesaing sejenis (yaitu
mengoptimalkan produk atau jasa agar memenuhi Puskesmas perawatan Wero Gombong dan Rumah
harapan pelanggan.4 Oleh Foster5, suara pelanggan Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng). Tahap ini
tersebut diterjemahkan dalam model the house of menghasilkan persyaratan teknis dari pelanggan
quality agar menjadi desain yang fungsional. Metode internal, persyaratan pelanggan menurut pelanggan
QFD dapat menghemat 33% biaya dan 50% waktu, eksternal, serta posisi puskesmas Karanganyar
serta merupakan proses pengembangan desain dalam menanggapi kebutuhan pelanggan internal dan
mutu yang berkesinambungan dan koheren.4 Fail- eksternal.
ure Mode and Effect Analysis (FMEA) bermanfaat Tahap kedua adalah melakukan analisis dengan
untuk merencanakan mutu melalui identifikasi criti- metode QFD, menggunakan alat yang disebut
cal factors dan mengatasi masalah potensial di matriks The House of Quality , untuk
organisasi.5 Metode QFD dipilih karena berawal dari mengembangkan desain mutu pelayananan yang
suara pelanggan dan seluruh aspek pengembangan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.5
desain mutu mendasarkan pada kebutuhan Tahap ini dilakukan oleh tim QFD dan menghasilkan
pelanggan. Tujuan penelitian ini adalah untuk urutan prioritas dalam desain mutu pelayanan rawat
merancang desain mutu pelayanan rawat inap yang inap.
sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan
di Puskesmas perawatan Karanganyar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil utama penelitian ini disajikan dalam
BAHAN DAN CARA PENELITIAN bentuk matriks the house of quality (Gambar 1).
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus Deskripsi langkah-langkah penyusunan matriks
deskriptif dengan rancangan kasus tunggal tersebut beserta hasil setiap langkahnya dijabarkan
terpancang. Lokasi penelitian di Puskesmas sebagai berikut.

210 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Peningkatan monitoring dan evaluasi


Pemeliharaan sarana dan prasarana

Kesesuaian reward dengan prestasi


Hubungan harmonis dan kerjasama
TECHNICAL REQUIREMENT

Peningkatan menu petugas jaga


Penjadwalan dokter jaga 24 jam
Peralatan medis dan penunjang

Tersedia sarana transportasi


Upaya peningkatan kualitas

Tersedia dokter spesialis


yang baik antar petugas
medis yang memadai

ambulans 24 jam
paramedis

pelayanan

Competitive
Assessment
kerja

kerja
1 2 3 4 5
Kenyamanan ruang / kamar, lingkungan, MCK l wg kr ps

54 24 21 21 21 54 24 24 90 54
9
3
2
Pelayanan Prima l l l l wg kr ps

9
5
2
CUSTOMER REQUIREMENTS

Peningkatan diit / menu pasien wg kr ps

8
3
1
Peralatan non medis yang memadai l wg kr ps

8
3
1
Pemeriksaan intensif l l l l kr wg ps

9
3
2
Peralatan medis dan penunjang medis yang modern l wg kr ps

7
3
1
Pelayanan dokter spesialis anak dan penyakit dalam l l kr wg ps

7
3
1
Pelayanan apotik dalam Puskesmas wg kr ps

7
3
1
Pelayanan transportasi ambulans 24 jam l kr wg ps

8
3
1
Biaya / tarip terjangkau wg kr ps

9
3
2
ps

ps
ps

ps
5

wg kr ps

kr ps
ps
kr

kr
wg ps kr
4
Competitive
Assessment

Absolut weight
Target Value
ps
3

Importance

Sales point
wg
wg
ps
wg kr
wg kr

wg kr

kr
2

wg

wg

wg
kr
1

Degree of Difficulty 8 9 9 7 9 8 8 9 8 7
Target value 3 3 3 5 3 3 5 3 3 5
Absolute Weight 246 300 219 147 204 36 129 192 150 201
Absolute Factor 13.49 16.45 12.00 8.06 11.18 1.97 7.07 10.53 8.22 11.03
Relative Weight 1557 1494 1170 792 1422 324 1035 1008 720 1332
Relative Factor 14.34 13.76 10.78 7.30 13.10 2.98 9.54 9.29 6.64 12.27

Gambar 1. The House of Quality

1. Kebutuhan dan harapan pelanggan tidak terlalu mempermasalahkan biaya yang


eksternal (customer requirements) harus dibayarkan. Tarif di Puskesmas perawatan
Dari hasil free-listing terhadap pasien, Karanganyar memang relatif lebih murah
kebutuhan dan harapan yang tertinggi adalah dibandingkan dengan sarana pelayanan
kenyamanan ruang dan lingkungan, kamar kesehatan swasta, seperti tercantum dalam
mandi, tempat cuci, dan WC (35,5%), Surat Edaran Menteri Kesehatan No. 1107/2000
sedangkan aspek keterjangkauan biaya tentang Kewenangan Daerah Kabupaten/Kota
pelayanan rawat inap merupakan keinginan di bidang kesehatan yang antara lain mengatur
yang terkecil (0,5%). Hal ini menggambarkan tarif pelayanan kesehatan di kabupaten/kota.6
bahwa pasien di Puskesmas perawatan Data tahun 2004 menunjukkan bahwa
Karanganyar lebih mementingkan tempat atau 85,3% penderita mampu membayar sendiri
sarana prasarana perawatan yang nyaman dan biaya perawatannya, 9,1% ditanggung oleh

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006 l 211
Yohanita Rini Kristiani, dkk.: Pengembangan Desain Mutu Pelayanan ...

Askes PNS, dan 5,6% ditanggung oleh 3) tersedianya peralatan medis dan penunjang
pemerintah melalui dana Program Jaminan medis yang memadai, 4) penjadwalan dokter
Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat jaga 24 jam, 5) kesesuaian reward dengan
Miskin (PJPKMM). Program Jaminan prestasi kerja, 6) tersedianya dokter spesialis,
Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat 7) tersedia sarana transportasi ambulans 24 jam,
Miskin (PJPKMM) menanggung biaya rawat 8) peningkatan monitoring dan evalusi kerja.
inap bagi yang tidak mampu atau miskin.7 Dalam hubungan antarelemen technical
Customer requirements yang mempunyai requirements, hanya ada 5 technical
hubungan kuat dengan technical requirements requirement yang saling berhubungan kuat,
adalah: 1) keinginan untuk mendapatkan yaitu: 1) upaya peningkatan kualitas paramedis,
pelayanan prima, 2) pemeriksaan intensif, 3) 2) pemeliharaan sarana dan prasarana
tersedianya pelayanan dokter spesialis, 4) pelayanan, 3) tersedianya peralatan medis dan
kenyamanan ruang/kamar, lingkungan, MCK, 5) penunjang medis yang memadai, 4)
peralatan medis dan penunjang medis yang penjadwalan dokter jaga 24 jam, 5) kesesuaian
modern, 6) peralatan non medis yang memadai, reward dengan prestasi kerja.
7) pelayanan transportasi ambulans 24 jam. Dalam competitive assessment technical
Dalam competitive assessment posisi requirement, posisi Puskesmas perawatan
Puskesmas perawatan Karanganyar mendapat Karanganyar mendapat nilai 4 (baik) dalam
nilai 3 (cukup baik) dalam memenuhi customer upaya peningkatan kualitas paramedis,
requirements, dalam hal keterjangkauan biaya kesesuaian reward dengan prestasi kerja, dan
atau tarip rawat inap. peningkatan monitoring atau evaluasi kerja.

2. Kebutuhan dan harapan pelanggan internal 3. Pengembangan desain mutu pelayanan


(technical requirements) rawat inap.
Kebutuhan dan harapan staf yang prioritas Setelah mengetahui customer requirements
adalah upaya peningkatan kualitas paramedis dan technical requirements, ditetapkan prioritas
(keterampilan, administrasi, pelayanan prima) setiap kebutuhan.
(31,0%). Hal ini mencerminkan keinginan para
petugas paramedis untuk meningkatkan a. Customer requirements
pengetahuan dan keterampilannya agar dapat Customer requirements diprioritaskan
memberikan pelayanan rawat inap yang optimal. berdasarkan nilai kepentingan terhadap
Latar belakang pendidikan petugas paramedis pelanggan (customer importance), nilai target
yang terlibat dalam pelayanan rawat inap di yang ditetapkan (target value), dan nilai jual
Puskesmas perawatan Karanganyar cukup (sales point) jasa pelayanan. Customer require-
bervariasi. Terdapat 10 perawat yang terlibat ments yang mempunyai tingkat kepentingan
dalam pelayanan rawat inap, terdiri dari 5 orang pelanggan tinggi (nilai 9) adalah kenyamanan
lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dan ruang atau kamar, lingkungan, fasilitas MCK,
5 orang lulusan Akademi Perawat (Akper), pelayanan prima, pemeriksaan intensif, dan
sedangkan jumlah bidan ada 7 orang, terdiri dari biaya atau tarif terjangkau. Puskesmas
2 orang dengan D1 Kebidanan, 5 orang dengan perawatan Karanganyar diharapkan dapat
D3 Kebidanan. Keinginan untuk meningkatkan memperbaiki produk untuk memenuhi customer
kualitas paramedis di Puskesmas perawatan requirement, sehingga nilai target yang
Karanganyar karena separoh perawat masih diberikan sama yaitu 3, kecuali untuk pelayanan
berpendidikan SPK dan 2 orang bidan dengan prima diberikan nilai 5 karena Puskesmas
D1 kebidanan. Dalam regulasinya, Surat Izin perawatan Karanganyar diharapkan dapat
Praktik Keperawatan (SIPP) hanya dapat melebihi pesaingnya. Customer requirements
diberikan pada perawat yang berpendidikan yang mempunyai nilai jual tinggi (nilai 2) adalah:
minimal D3 Keperawatan/Akper. 8 Dalam 1) kenyamanan ruang/kamar, lingkungan,
hubungan antara customer requirements dan fasilitas MCK, 2) pelayanan prima, 3)
technical requirements, ada 8 indikator tecnical pemeriksaan intensif, 4) biaya atau tarip
requirements yang mempunyai hubungan kuat terjangkau. Nilai target yang ditetapkan paling
dengan customer requirements, yaitu: 1) upaya tinggi adalah pelayanan prima (nilai 5).
peningkatan kualitas paramedis, 2) Penghitungan absolute weight customer require-
pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan, ment adalah customer importance dikalikan

212 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

target value dikalikan sales point . Urutan juga memperhitungkan target value dan sales
prioritas customer requirements yang point.
mempunyai kepentingan pelanggan yang tinggi
berdasarkan nilai absolut adalah pelayanan c. Evaluasi akhir
prima, kenyamanan ruang atau kamar, Langkah ini mengevaluasi relative dan absolute
lingkungan, MCK, pemeriksaan intensif, dan weight pada technical requirement .
biaya atau tarip yang terjangkau. Penghitungan relative factor adalah masing-
masing elemen relative weight dibagi
b. Technical requirements penjumlahan relative weight. Sedangkan abso-
Technical requirements diprioritaskan lute factor adalah masing-masing elemen ab-
berdasarkan tingkat kesulitan (degree of diffi- solute weight dibagi penjumlahan absolute
culty), dan nilai target (target value). Technical weight. Nilai tertinggi merupakan prioritas
requirement yang mempunyai tingkat kesulitan desain produk pelayanan rawat inap yang perlu
yang tinggi (nilai 9) yaitu pemeliharaan sarana dikembangkan. Dari evaluasi terakhir, tampak
dan prasarana pelayanan, penyediaan peralatan bahwa nilai absolute factor yang tertinggi pada
medis dan penunjang medis yang memadai, penelitian ini adalah pemeliharaan sarana dan
penjadwalan dokter jaga, dan tersedianya tenaga prasarana pelayanan (16,45%), dan yang
dokter spesialis di Puskesmas perawatan terkecil adalah peningkatan menu petugas
Karanganyar. Puskesmas perawatan (1,97%). Nilai relative factor yang tertinggi adalah
Karanganyar merasa sulit memenuhi keempat upaya peningkatan kualitas paramedis
indikator tersebut karena keterbatasan sumber (14,34%), dan yang terkecil adalah peningkatan
daya dan wewenang dalam pelaksanaan menu petugas jaga (2,98%).
pelayanan kesehatan rawat inap.7 Nilai target Peneliti dan tim QFD Puskesmas
yang diharapkan adalah adanya perbaikan pada perawatan Karanganyar sepakat untuk
semua indikator yang dibutuhkan oleh menggunakan urutan prioritas desain mutu
pelanggan internal (nilai 3), kecuali untuk pelayanan berdasarkan perhitungan relative
kesesuaian reward dengan prestasi kerja yang factor. Urutan prioritas pengembangan desain
diharapkan dapat melebihi pesaing (nilai 5). mutu berdasarkan nilai relative factor sebagai
Pemberian reward yang sesuai dengan prestasi berikut: 1) upaya peningkatan kualitas
kerja akan menimbulkan kepuasan kerja. paramedis, 2) pemeliharaan sarana dan
Seseorang akan merasa puas apabila prasarana pelayanan rawat inap, 3) penjadwalan
merasakan penghargaan yang diterima adalah dokter jaga 24 jam, 4) peningkatan monitoring
wajar dan sesuai dengan upaya kerja yang dan evaluasi kerja, (5) penyediaan sarana medis
dilakukan, serta sesuai dengan apa yang dan penunjang medis yang memadai, 6)
dilakukan oleh rekan sekerjanya, dan kesesuaian reward dengan prestasi kerja, 7)
penghargaan berbasis kinerja mendorong tersedianya tenaga dokter spesialis, 8)
personel untuk mengubah kecenderungan dari hubungan harmonis dan kerja sama yang baik
semangat untuk memenuhi kepentingan diri antarpetugas, 9) tersedianya sarana transportasi
sendiri ke semangat untuk memenuhi tujuan ambulans 24 jam, dan 10) peningkatan menu
organisasi.9 petugas.
Penghitungan absolute weight adalah nilai Dalam QFD ada tiga unsur yang dianalisis
korelasi customer dan technical requirement yaitu: customer/patient requirement, technical
dengan customer importance. Relative weight requirement , dan pesaing 3 . Untuk dapat
adalah nilai korelasi customer dan technical memenuhi bahkan melampaui kebutuhan dan
requirement dikalikan customer requirement harapan pelanggan, pengembangan desain mutu
absolute weights. Nilai absolute weight yang yang akan dilaksanakan perlu
terbesar adalah pemeliharaan sarana dan mempertimbangkan urutan prioritas customer
prasarana pelayanan (nilai 300). Nilai relative requirements, urutan prioritas technical
weight yang terbesar adalah upaya peningkatan requirements, dan urutan prioritas relative factor,
kualitas paramedis (nilai 1557). Indikator dengan serta melihat hasil benchmarking yang telah
nilai tertinggi pada absolute weight dan relative dilaksanakan dalam penelitian ini.
weight tidak sama, karena nilai relative weight Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
selain memperhitungkan customer importance dalam pelaksanaan pengembangan desain

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006 l 213
Yohanita Rini Kristiani, dkk.: Pengembangan Desain Mutu Pelayanan ...

mutu di Puskesmas perawatan Karanganyar Pengembangan desain mutu pelayanan rawat inap
yaitu: 1) Puskesmas perawatan Karanganyar tersebut akan dilaksanakan secara bertahap dimulai
sebagai institusi pelayanan kesehatan terkecil dari urutan prioritas yang pertama.
milik pemerintah mempunyai keterbatasan Beberapa saran dalam pengembangan desain
dalam hal kewenangan, sumber daya manusia mutu pelayanan rawat inap adalah dengan
dan dana, 2) adanya Sistem Kesehatan Daerah melakukan kerja sama dengan pihak ketiga (inves-
yang meliputi dua kelompok kegiatan yaitu tor) untuk pemeliharaan sarana dan prasarana
pemberian pelayanan kesehatan, dan pelayanan dan pengadaan sarana atau penunjang
pembiayaan upaya kesehatan, yang bertujuan medis, kerja sama dengan dokter praktik swasta
untuk meningkatkan derajat kesehatan untuk melaksanakan tugas sebagai dokter jaga serta
masyarakat di wilayah tersebut melalui dengan rumah sakit umum daerah untuk penyediaan
pemberian pelayanan kesehatan dan melindungi dokter spesialis serta menggali potensi kerja sama
masyarakat dari kerugian akibat mengeluarkan dengan sopir swasta di sekitar puskesmas sebagai
biaya karena sakit yang dideritanya6, 3) visi dan sopir ambulans paruh waktu.
misi Puskesmas perawatan Karanganyar, dan
4) pangsa pasar atau sasaran pelayanan rawat KEPUSTAKAAN
inap Puskesmas perawatan Karanganyar. 1. Supranto. J, Pengukuran Tingkat Kepuasan
Pengembangan desain mutu yang pertama Pelanggan, Untuk Menaikkan Pangsa Pasar:
berdasar hasil perhitungan relative factor Menentukan Kebutuhan Pelanggan, Penerbit
technical requirement adalah upaya peningkatan Rineka Cipta, Jakarta. 1997.
kualitas paramedis. Namun demikian, hasil 2. Soejadi. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit,
benchmarking menunjukkan bahwa upaya Grafik Barber-Johnson Sebagai Salah Satu
peningkatan kualitas paramedis sudah baik. Indikator, Penerbit Katiga Bina, Jakarta. 1996.
Demikian pula kesesuaian reward dengan 3. Nasution. M.N, Manajemen Mutu Terpadu:
prestasi kerja dan kegiatan monitoring evaluasi Fokus Kepuasan Konsumen/Pelanggan,
kerja juga sudah dilaksanakan dengan baik. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. 2001.
Oleh karena itu, pengembangan desain mutu 4. Mazur, G. Quality Function Deployment for a
yang akan dilaksanakan adalah urutan prioritas Medical Device, Based Medical Systems
yang selanjutnya yaitu: 1) sarana dan prasarana Symposium, the Sixth Annual IEEE Computer.
pelayanan rawat inap yang terpelihara dengan 1993.
baik, 2) ketersediaan dokter jaga 24 jam, 3) 5. Foster.T. anaging Quality An Integrative
ketersediaan sarana medis dan penunjang Approach, Quality in Product and Process
medis yang memadai, 4) ketersediaan tenaga Design, Pearson Education, Inc., Upper Saddle
dokter spesialis, dan 5) ketersediaan sarana River, New Jersey. 2004.
transportasi ambulans 24 jam. 6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Penataan Sistem Kesehatan Daerah, Bahan
KESIMPULAN DAN SARAN Bacaan Bagi Daerah Provinsi, Daerah
Berdasarkan prioritas customer requirements, Kabupaten, dan Daerah Kota, Jakarta. 2001.
prioritas technical requirements, visi Puskesmas, 7. Departemen Kesehatan Republik Indinesia.
hasil benchmarking, serta kegiatan yang sudah Pedoman Pelaksanaan Program Pelayanan
dilaksanakan di Puskesmas perawatan Kesehatan di Puskesmas, Rujukan Rawat Jalan
Karanganyar, maka prioritas pengembangan desain dan Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit yang
mutu pelayanan rawat inap di Puskesmas perawatan Dijamin Pemerintah, Jakarta. Juli. 2005.
Karanganyar adalah: 8. Depertemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri
1. Sarana dan prasarana pelayanan rawat inap Kesehatan Republik Indonesia No. 1239/XI/SK/
yang terpelihara dengan baik 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat,
2. Tersedia dokter jaga 24 jam Jakarta.Nopember. 2001.
3. Tersedia sarana medis dan penunjang medis 9. Mulyadi, dan Setyawan. J. Sistem Perencanaan
yang memadai dan Pengendalian Manajemen: Rerangka
4. Tersedia tenaga dokter spesialis, dan Konseptual Pendesainan Sistem Pengendalian
5. Tersedia sarana transportasi ambulans 24 jam. Manajemen, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
2001.

214 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006

Anda mungkin juga menyukai