oleh
Rizki Ismi Arsyad
110313014
Pembimbing:
dr. H. Defrin, Sp.OG-K
1
mendeteksi kelainan genitik pada janin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1. Definisi
Chorionic villus sampling (CVS) merupakan suatu prosedur prenatal invasif
yang dilakukan untuk mengetahui kelainan kromosom dan masalah genetik
tertentu pada trimester pertama. CVS biasanya dilakukan pada hari ke 70-91
setelah HPHT atau usia kehamilan antara 10-12 minggu. 1
Dalam prosedur ini, jaringan diambil dari villi (vascular fingers) korion,
bagian plasenta, dan diperiksa. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi anomali
kromosom, defek gen spesifik, dan aktivitas enzim yang abnormal dalam
kehamilan terutama pada penyakit keturunan.1
3
BAGIAN FETAL
BAGIAN MATERNAL
Selaput korion akan tersebar menjadi lapisan luar untuk 2 membran, yaitu
yang menutupi plat korion pada plasenta bagian fetal dan cairan amnion. Amnion
merupakan lapisan membran yang tipis dan avaskuler yang membungkus fetus,
dapat dipisahkan dari korion setelah lahir. . Di bawah lapisan amnion, pembuluh
darah korion bersambungan dengan pembuluh darah fetus membentuk struktur
yang dinamakan tali pusat. Biasanya panjang tali pusat dapat mencapai 30 90
sentimeter dan berinsersi pada tengah permukaan plasenta, tetapi ada juga yang
berinsersi di pinggir plasenta. Tali pusat berisi 2 arteri, 1 vena umbilikalis dan
massa mukopolisakarida yang disebut jeli Wharton. Vena berisi darah penuh
oksigen sedangkan arteri yang kembali dari janin berisi darah kotor. Pembuluh
darah tali pusat berkembang dan berbentuk seperti heliks agar terdapat
fleksibilitas.1,4
4
Struktur plasenta hampir keseluruhannya dibentuk oleh vili korion yang
memanjang dan menyebar didalam rongga intervili yang berisi darah. Oleh itu
plasenta sebagai organ yang mempunyai fungsi sebenarnya adalah rongga yang
beisi darah ibu, yang pada sisi maternal tertempel pada plat desidua, dan pada sisi
fetal ditutupi oleh plat korion dengan vili-vili korion yang bercabang ke dalam
takungan darah ibu.1
Rongga intervili adalah kolam yang berisi takungan darah ibu yang keluar
dari pembuluh darah yang ada pada lapisan desidua. Terdapat sinus-sinus arteri
dan vena yang tersebar pada plat desidua yang berfungsi untuk mensuplai dan
aliran keluar darah dari rongga ini.2,3
Sebelum plasenta terbentuk dengan sempurna dan sanggup untuk
memelihara janin, fungsinya dilakukan oleh korpus luteum gravidarum yang
dikonversi dari korpus luteum normal akibat pengaruh hormon korionik
gonadotropin (hCG) yang dihasilkan setelah beberapa jam berlakunya proses
implantasi.1
PERKEMBANGAN PLASENTA
a) Perkembangan Trofoblas
Setelah nidasi, trofoblas terdiri atas 2 lapis, yaitu sitotrofoblas dan
sinsiotrofblas. Endometrium atau sel desidua di mana terjadi nidasi
menjadi pucat dan besar disebut sebagai reaksi desidua yang berfungsi
sebagai pasokan makanan. Sebagian lapisan desidua mengalami
fagositosis oleh sel trofoblas.1,3
b) Stadium Pre- Lakuna
Pada hari ke-7-8 setelah konsepsi, blastosis tertanam sepenuhnya di dalam
endometrium. Embrio yang terbentuk telah dikelilingi oleh plasenta yang
sedang berkembang, dimana pada stadium ini terdiri daripada dua subtipe
asas trofoblas, yaitu sinsiotrofoblas yang berhubungan langsung dengan
jaringan tisu ibu serta sitotrofoblas yang akan berkembang menjadi vili.3
c) Stadium Lakuna
Pada hari ke 8-9 pasca-konsepsi, vakuola kecil berisi cairan muncul dalam
5
lapisan sinsitiotrofoblas, dan merupakan awal lacunar stage. Vakuola
tumbuh dengan cepat dan bergabung membentuk satu lakuna, yang
merupakan prekursor pembentukan ruang intervillosa. Lakuna dipisahkan
oleh pita trabekula, dimana dari trabekula inilah nantinya villi
berkembang. Pembentukan lakuna membagi trofoblas kedalam 3 lapisan,
yaitu: (1) Plat korion primer (sebelah dalam), (2) sistim lakuna yang akan
membentuk ruang intervillosa bersama trabekula yang akan menjadi
anchoring villi serta perkembangan cabang yang akan membentuk floating
villi, dan (3) plasenta bagian maternal yang terdiri dari trofoblas yang akan
membentuk plat basal. Aktifitas invasif lapisan sinsitiotrofoblas
menyebabkan disintegrasi pembuluh darah endometrium (kapiler, arteriole
dan arteria spiralis). Kalau invasi terus berlanjut maka pembuluh darah
pembuluh darah ini dilubangi, sehingga lakuna segera dipenuhi oleh darah
ibu. Pada perkembangan selanjutnya lakuna yang baru terbentuk
bergabung dengan lakuna yang telah ada dan dengan demikian terjadi
sirkulasi intervillosa primitif. Peristiwa ini menandai terbentuknya
hemochorial placenta, dimana darah ibu secara langsung meliputi
trofoblas.3,4
6
d) Stadium Villi
Stadium ini bermula dari hari ke-12 setelah konsepsi dan merupakan
stadium pembentukan vili yang telah diterangkan dengan jelas pada
pendahuluan referat ini.2,3
7
kepada pembuluh darah utero-plasenta yang lebih berdilatasi dan kurang
resistensi.2,3
8
GAMBAR 2.5: Skema yang menunjukkan embrio yang sedang
berkembang. Aliran masuk bermula pada bagian atas plasenta
yaitu bagian yang lebih dekat dengan epitelium endometrium
g) Pematangan plasenta
Setelah mencapai batas usia tertentu, plasenta mengalami penuaan,
ditandai dengan terjadinya proses degeneratif pada plasenta. Proses ini
meliputi komponen ibu maupun janin. Perubahan pada villi meliputi : 1),.
Pengurangan ketebalan sinsitium dan munculnya simpul sinsitium
(agregasi sinsitium pada daerah kecil pada sisi villi, 2). Hilangnya
sebagian sel-sel Langhans, 3). Berkurangnya jaringan stroma termasuk sel
Hofbauer, 4) obliterasi beberapa pembuluh darah dan dilatasi kapiler, 5).
Penebalan membrana basalis endotel janin dan sitotrofoblas, dan 6)
deposit fibrin pada permukaan villi. Perubahan pada desidua berupa
deposit fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch pada bagian luar
sinsitiotrofoblas, sehingga menghalangi invasi desidua selanjutnya oleh
trofoblas . Pada ruang intervillus juga terjadi degenerasi fibrinoid dan
membentuk suatu massa yang melibatkan sejumlah villi disebut dengan
9
white infarct, berukuran dari beberapa milimeter sampai satu sentimeter
atau lebih. Klasifikasi atau bahkan pembentukan kista dapat terjadi daerah
ini. Dapat juga terjadi deposit fibrin yang tidak menetap yang disebut
Rohrs stria pada dasar ruang intervillus dan disekitar villi.2
adalahglikoproteinsepertimisalnyaPregnancyAssociatedProteinABCdan
D,PregnancySpecificGlycoprotein(SP1)danPlacentalProtein5(PP5).
Perandaribahaninidalamkehamilanmasihbelumjelas.
Tabel2.1Hormonyangdihasilkanplasenta
Hormon Fungsi
10
Sejumlahprodukplasentadanmetabolismejanindapatdigunakanuntukskrining
penyakitjanin.Pengukuranalfafetoproteinyangdihasilkanolehhepar,ususdan
yolcsacjanindapatdigunakanuntukdeteksisejumlahkelainananatomiBersama
denganpenentuanserumhCGmaternal,dapatdiperhitungkanterjadinyatrisomi.2
11
Vili di daerah ini berproliferasi secara cepat membentuk korion frondosum, atau
komponen fetus dari plasenta. Antara usia gestasi 9-12 minggu, villi mengapung
secara bebas di darah dalam ronga intervilus.
12
penyakit biokimia atau molekular juga menjadi indikasi CVS. Diagnosis prenatal
trimester pertama sering diminta oleh perempuan yang membawa penyakit terkait
kromosom sex karena resiko 50% diturunkannya pada keturunan laki-laki. Akhir-
akhir ini, screening untuk trisomi 21 dan 18 pada trimester pertama dapat
dilakukan dengan menggunakan kombinasi analisis biokimia (pregnancy-
associated plasma protein A [PAPP-A] dan human chorionic gonadotropin
[hCG]) dan pengukuran translusensi nuchal fetus. Skrining positif dapat menjadi
indikasi utama CVS.1
Indikasi dilakukan CVS adalah :1
1. Kehamilan pada wanita dengan usia 35 tahun.
2. Kehamilan sebelumnya menghasilkan keturunan yang mengalami
kelainan kromosom.
3. Adanya kelainan kromosom pada salah satu orang tua atau kerabat
terdapat kelainan genetik, yang berarti berisiko memiliki anak dengan
kelainan genetik, seperti cystic fibrosis, thalassemia atau penyakit sel
sabit
4. Adanya Downs Syndrome atau kelainan kromosom lain pada anggota
keluarga dekat.
5. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan adanya abnormalitas janin.
6. Pada anak sebelumnya mengalami kelainan bawaan yang berat.
7. Ibu merupakan carrier untuk penyakit terkait kromosom seks (sex-linked
diseases).
Tabel 2.2 Indikasi Utama untuk Chorionic Villus Sampling (CVS)
13
2.5. Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk melakukan CVS adalah :1
1. Ibu dengan infeksi aktif (sexual-transmitted disease).
2. Janin kembar, jika hasil CVS abnormal, tidak jelas fetus yang mana yang
terkena.
3. Riwayat perdarahan pervaginam selama kehamilan atau dengan
perdarahan pervaginam aktif.
4. Riwayat fibroid uterine.
5. Uterus anteversi atau retroversi ekstrim dan habitus tubuh pasien yang
menghambat kemudahan akses ke uterus.
6. Usia kehamilan kurang dari 10 minggu.
14
Terdapat usus diantara dinding abdomen dan plasenta (interceding bowel)
Plasenta terlalu jauh dari permukaan abdomen ibu (obesitas)
15
Gambar 2.8 Kateter Polietilen
16
desidua ibu juga ikut terambil, namun mudah dikenali sebagai struktur yang
amorf (tidak berbentuk).1
Gambar 2.9 USG sebagai pemandu pada teknik pengambilan CVS transervikasl
17
Gambar 2.10 Prosedur transervikal
2. Prosedur Transabdominal
CVS biasanya dilakukan transabdominal (TA) antara 11 and 12 minggu
kehamilan. Namun, pada kasus langka prosedur ini tidak dapat dilakukan
sebagai contoh kasus karena plasenta posterior atau rahim adalah retroverted.
Dalam prosedur ini, jarum dimasukkan melalui perut dan rahim ke plasenta
untuk mendapatkan sampel jaringan dengan panduan USG. Teknik
transabdominal pertama kali diperkenalkan oleh Smid-Jensen dan
Hahnemann dari Denmark. Dengan tuntunan USG masukkan jarum spinal
ukuran 19 atau 20 ke dalam sumbu panjang plasenta. Setelah stylet
dikeluarkan, aspirasi villi ke dalam tabung 20 ml yang berisi media kultur
jaringan. Berhubung karena jarum yang dipakai lebih kecil dari kateter
servikal maka perlu dilakukan 3-4 kali gerakan maju mundur pada ujung
jarum terhadap jaringan plasenta agar jaringan villi dapat terambil.
18
Gambar 2.11 Prosedur transabdominal
19
transabodominal
Setelah dilakukan pemeriksaan CVS, ibu dan janin perlu pemantauan
tanda vital dan denyut jantung janin secara berkala selama satu jam atau
lebih. Hasil jaringan CVS akan dikirim ke laboratorium untuk dianalisa. Di
laboratorium villi-villi tersebut dicuci dan dibersihkan dengan media yang
segar dan disortir untuk membuang bekuan darah dan dilihat dengan
mikroskop untuk membuang semua desidua yang berasal dari ibu kemudian
kultur dengan teknik yang standar dengan memakai medium Chang. Pasien
harus beristirahat di rumah dan menghindari aktivitas berat selama minimal
24 jam setelah pemeriksaan CVS dilakukan dan tidak boleh melakukan
hubungan seksual selama 2 minggu.1
20
( anemia sickle cell), Tay-Sachs disease, sex linked disorders (distrofi muskular).
CVS dapat mendeteksi lebih dari 200 gangguan genetik.
Chorionic villus sampling juga dapat digunakan untuk tes paternitas
(paternity test) sebelum kelahiran. DNA diambil dari ayah potensial dan
dibandingkan dengan DNA bayi yang didapat dari CVS. Hasilnya akurat (99%)
untuk menentukan paternitas.
False positif dapat ditemukan karena adanya mosaik plasenta atau
terkontaminasi sel ibu. CVS tidak dapat mendeteksi defek tabung saraf,
inkompatibilitas Rh dan defek kongenital.1
2. Infeksi
Sejak perkembangan awal TC CVS, sudah dipahami bahwa memasukkan
instumen melalui transvaginal akan membuat flora vaginal masuk ke uterus.
21
Kemungkinan ini telah dikonfirmasi dengan kultur bakteri dari kateter yang
digunakan pada CVS. 1
Infeksi setelah TA CVS juga dapat terjadi pada beberapa kasus akibat
masuknya flora usus ke uterus melalui jarum. Namun, pada praktek klinis,
insiden korioamnionitis post-CVS sangat rendah. Pada penelitian terbaru di US
infeksi, yang mungkin menjadi penyebab abortus, hanya terjadi pada 0,3% dari
2000 kasus TC CVS. 1
4. Abortus
Tingkat kejadian abortus mulai dari waktu dilakukannya CVS sampai usia
kehamilan 28 minggu rata-rata adalah 2%-3%. Simpson et melaporkan bahwa
3,2% dari 220 perempuan dengan usa rata-rata 30 tahun mengalami abortus.
Karena kebanyakan perempuan yang menjalani CVS berusia lebih dari 35 tahun
dan kejadian abortus spontan banyak terjadi di usia ibu yang tua, variabel ini juga
dipertimbangkan.1
22
menjalani prosedur CVS yang dilakukan saat usia kehamilan 66 hari atau lebih
awal, ditemukan 5 bayi dengan abnormalitas ekstremitas yang parah. Empat dari
bayi tersebut memiliki sindrom hipogenesis limb oromandibular (oromandibular
limb hypogenesis syndromes) dan bayi yang ke lima mengalami defek reduksi
limb transversal (limb reduction defect). Abnormalitas limb ini terjadi pada TA
CVS yang dilakukan pada usia kehamilan antara 55 sampai 66 hari. Sementara
itu, Brambati et al melaporkan pada kelompok yang menjalani CVS setelah usia
kehamilan 9 minggu tidak terjadi peningkatan resiko defek limb dan pada
kelompok yang menjalani CVS pada usia kehamilan 6-7 minggu dilaporkan
terdapat peningkatan resiko defek limb sekitar 1,6%. 1
23
pada kehamilan < 9 minggu mempunyai resiko untuk reduksi anggota gerak 10-20
kali lebih besar dibandingkan dengan CVS yang dilakukan setelah usia > 11
minggu. Pengambilan sampel sebelum usia kehamilan 10 minggu sebaiknya
terbatas pada kasus tertentu dan pasien sebaiknya diberitahu adanya resiko defek
limb 1% atau lebih besar.1
BAB III
KESIMPULAN
24
1. Chorionic villus sampling (CVS) merupakan suatu prosedur prenatal invasif
2. Sejumlahbesarhormondihasilkanolehplasenta.Hormoninidapatberfungsi
mendeteksikelainanpadajanin
transabdominal.
4. CVS merupakan tes diagnostik yang dapat mendeteksi kelainan dan gangguan
DAFTAR PUSTAKA
25
1.WapnerRJ,ToyEC. Chorionicvillussampling. ObstetricsandGynecology
Clinics of North America. Diakses pada
https://www.researchgate.net/publication/14128408
2.EvansMI,AndrioleS.Chorionicvillussamplingandamniocentesisin2008.
CurrOpinObstetGynecol2008;20(1):1648.
3.Chorionicvillussamplingandamniocentesis. RoyalCollegeofObstetricians
andGynaecologists2011.
4.AlfirevicZ, MujezinovicF,SunbergK.Amniocentesis andchorionicvillus
samplingforprenataldiagnosis. CochraneDatabaseSystRev.2003;(3):
CD003252
26