Anda di halaman 1dari 6

Penutupan Tambang

Dampak lingkungan kegiatan pertambangan antara lain: penurunan produktivitas tanah,


pemadatan tanah, terjadinya erosi dan sedimentasi, terjadinya gerakan tanah atau longsoran,
terganggunya flora dan fauna, terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk, serta perubahan
iklim mikro.

Dampak negatif kegiatan pertambangan terhadap lingkungan tersebut perlu


dikendalikan untuk mencegah kerusakan di luar batas kewajaran. Prinsip kegiatan reklamasi
adalah : (1) kegiatan reklamasi harus dianggap sebagai kesatuan yang utuh dari kegiatan
penambangan (2) kegiatan Reklamasi harus dilakukan sedini mungkin dan tidak harus menunggu
proses penambangan secara keseluruhan selesai dilakukan.

Bukan hanya menyebabkan terjadi kerusakan lingkungan secara fisik, dampak buruk
industri pertambangan batubara juga melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dan keadilan sosial
(social justice), ketimpangan dan kemiskinan (welfare and equality), serta masalah tenaga kerja
(labor exploitation). Untuk itulah, perusahaan tambang batubara harus segara merencanakan
bentuk kegiatan pasca tambang dalam rangka merelokasi ulang hal-hal yang sifatnya sosial
kemasyarakatan. Singkatnya, industri ini seakan menampakkan dua wajah, satu wajah
menampakkan kemakmuran dan disisi yang lain menampakkan citra buruk akibat yang
ditimbulkan pada industri pertambangan batubara.6

Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mewajibkan
perusahaan pertambangan untuk melakukan reklamasi dan kegaiatan pasca tambang atas areal
tambang yang diusahakannya. Untuk memberikan efek memaksa bagi para pengusaha
pertambangan guna melakukan reklamasi, para pengusaha tersebut diwajibkan untuk
menyerahkan sejumlah uang sebagai jaminan reklamasi, yang harus ditempatkan sebelum
perusahaan melakukan kegiatan operasi produksi.

Terhadap masalah diatas, pemerintah daerah harusnya dapat mengambil beragam


kebijakan terkait dengan masalah reklamasi tersebut, jadi jangan hanya mengandalkan
pemerintah pusat, akan tetapi pemerintah daerah dapat juga memberikan sangsi pada perusahaan
yang dinilai tidak serius dalam melaksanakan reklamasi pasca tambang. Diberlakukannya
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 22 menyatakan dalam
menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban : butir (b) meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dan butir (k) melestarikan lingkungan hidup. Oleh sebab itu, maka
pemerintah daerah memiliki kekuasaan penuh untuk melakukan pengelolaan lahan pasca
penambangan.

2. Kerangka Konsep

2. Perizinan Reklamasi dan Pascatambang.


3. Izin kegiatan pertambangan dibagi menjadi tiga jenis yaitu Izin Usaha Pertambangan
(IUP), Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dan Izin Usaha Pertambangan Rakyat (IPR).
Agar kegiatan reklamasi dan pascatambang dapat terlaksana dan memenuhi kriteria keberhasilan,
maka ada beberapa tahapan yang harus dilalui mulai dari permohonan izin tata laksana rencana
reklamasi dan rencana pascatambang, persetujuan rencana reklamasi dan rencana pascatambang,
hingga perubahan rencana reklamasi dan rencana pascatambang. Proses tahapan tersebut diatur
di Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 terlebih dahulu harus melalui izin dari menteri,
gubernur,
4. bupati/walikota.
5. Selain itu, menyediakan dana jaminan reklamasi dan dana jaminan pascatambang
merupakan salah satu kewajban yang harus dilakukan bagi para pemegang IUP dan IUPK.
Pemerintah menetapkan kebijakan bagi setiap pemegang IUP dan IUPK untuk menempatkan
jaminan
6. reklamasi dan jaminan pascatambang.
7. Jaminan tersebut diperlukan sebagai wujud kesungguhan setiap pemegang IUP dan IUPK
untuk memulihkan lahan bekas tambang dan lahan diluar bekas tambang sesuai peruntukkan
yang
8. disepakati para pemangku kepentingan dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
9. Berikut ini diagram tahapan reklamasi:

Keberhasilan Reklamasi Revegetasi

Kendala utama yang sering menghambat keberhasilan usaha reklamasi lahan


bekas tambang untuk tujuan revegetasi adalah sifat fisik dan kimia tanah pucuk yang
tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman, kondisi iklim mikro yang belum sesuai,
kesulitan mendapatkan bahan-bahan amelioran, khususnya bahan organik, dan lain-lain.
Paparan berikut lebih mengarah kepada kondisi tanah pucuk.

a). Sumber Tanah Pucuk

Tanah pucuk dalam kegiatan reklamasi tambang digunakan sebagai media tanam
tempat berjangkarnya akar tanaman. Tanah pucuk disebarkan di atas lahan bekas tambang
yang telah ditata ulang dengan ketebalan sekitar 50 100 cm. Tanah pucuk diperoleh dari
pengupasan lahan pada areal tambang. Tanah pucuk yang diperlukan tentu sangat banyak
tergantung kepada luas areal reklamasi dan ketebalan tanah pucuk yang disebarkan. Jika
tidak mencukupi, maka tanah pucuk perlu dicari pada lahan lain di sekitar tambang.
Untuk mengetahui jumlah dan dimana tanah pucuk dapat diperoleh, perlu dilakukan
survei tanah terlebih secara detil pada saat sebelum penambangan dimulai. Survei tanah
dilakukan dengan cara pemboran tanah sedalam sekitar 120 cm pada jarak tertentu
tergantung kepada skala survei. Selain jenis tanah, dari hasil survei tanah tersebut dapat
diketahui ketebalan solum dan penyebarannya, sehingga jumlah tanah pucuk potensial
yang dapat dimanfaatkan untuk reklamasi dapat diketahui.

4
b). Kesuburan Tanah Pucuk

Tanah pucuk (top soil) dalam ilmu tanah memiliki pengertian yang berbeda
dengan tanah pucuk yang dimaksud dalam kegiatan reklamasi tambang. Dalam ilmu
tanah, tanah pucuk adalah tanah lapisan atas dengan ketebalan sekitar 20 cm dan
mengandung bahan organik yang relatif tinggi sehingga warnanya gelap dan memiliki
konsistensi gembur dengan struktur tanah yang berkembang dengan baik serta kandungan
unsur hara yang relatif tinggi. Gabungan konsistensi dan struktur demikian
memungkinkan terjadinya sirkulasi air dan udara yang baik pada lingkungan akar
tanaman. Untuk kegiatan reklamasi, tanah pucuk yang dimaksud adalah hasil kupasan
yang bisa mencapai ketebalan 100 cm atau bahkan lebih sehingga merupakan campuran
antara horison A dan B dalam suatu penampang profil tanah. Dampak dari pencampuran
tersebut, maka tanah pucuk untuk reklamasi memiliki kandungan bahan organik yang
sangat rendah dengan struktur yang sudah rusak sehingga mudah sekali padat. Perbedaan
sifat tanah pucuk dalam ilmu tanah dan tanah pucuk untuk reklamasi dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan sifat tanah pucuk dalam ilmu tanah dan tanah pucuk untuk reklamasi

Tanah pucuk Tanah pucuk


Sifat
dalam ilmu tanah untuk reklamasi
Kandungan bahan organik Sedang tinggi Sangat rendah
Aktivitas mikroorganisme Sedang tinggi Sangat rendah
Struktur Baik Rusak
Konsistensi Gembur Keras sangat keras bila
kering, teguh sangat teguh
bila lembab, lekat sangat
lekat dan plastis sangat
plastis bila basah
3 3
Bobot isi Sekitar 1 1.2 g/cm > 1.2 g/cm
Kapasitas tukar kation Sedang tinggi Sangat rendah rendah
Ketersediaan unsur hara Sedang tinggi Sangat rendah rendah

5
Akibat rendahnya kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah pucuk untuk kegiatan
reklamasi seperti disajikan pada Tabel 1 di atas, pertumbuhan tanaman menjadi
terganggu. Infiltrasi air ke dalam tanah dan kapasitas tanah memegang air pada tanah
pucuk tersebut juga menurun sehingga tanaman cepat kekurangan air.

c). Perbaikan Kualitas Tanah Pucuk

Secara umum pembatas pertumbuhan tanaman dapat dibagi menjadi pembatas


fisik dan pembatas kimia. Pembatas fisik tanah menyangkut permeabilitas tanah,
ketebalan solum tanah, masalah terkait dengan tekstur tanah (kerak, kepadatan, batu),
erosi, kelembaban dan genangan (waterlodging). Sementara itu pembatas kimia tanah
menyangkut defisiensi/ketidakseimbangan hara, kapasitas tukar kation yang rendah,
kejenuhan basa yang rendah, fiksasi P, dan kemasaman tanah tinggi atau rendah. Oleh
karena itu diperlukan teknik rekayasa tanah (soil technology), sehingga proses reklamasi
dapat dipercepat dengan hasil lebih memuaskan. Beberapa tindakan perbaikan kualitas
tanah pucuk yang dapat dilakukan adalah pengapuran, pemupukan dan pemberian bahan
organik. Tindakan perbaikan kualitas tanah pucuk ini dapat diketahui dengan baik setelah
sifat-sifat kimia fisik tanah pucuk tersebut diketahui melalui analisis di laboratorium.
Gambar 2 memperlihatkan hasil perbaikan kualitas tanah melalui pemberian senyawa
organik.

d). Penanaman dan Perawatan Tanaman

Hasil perbaikan kualitas tanah pucuk tidak akan memberi arti yang banyak bila
tidak disertai dengan perawatan tanaman, seperti penyiangan gulma di sekitar tanaman
muda, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman. Perawatan tanaman ini
perlu dilakukan secara periodik, sehingga kondisi tanaman dapat diketahui dari waktu ke
waktu. Kondisi daun tanaman dapat memberikan indikasi adanya kekurangan unsur hara,
misalnya daun berwarna kuning bintik-bintik kekurangan K, hijau pucat kekurangan N,
warna ungu kekurangan P.

6
Gambar 2. Perbaikan kualitas tanah pucuk. Tanaman Mucuna sp. pada petak kontrol
(kiri), Mucuna sp. pada petak hasil perbaikan dengan senyawa humat
(kanan).

Anda mungkin juga menyukai