PENGERTIAN REMAJA
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat
disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa
peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara
umur 11 tahun sampai 21 tahun.
Masa remaja sering disebut sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.
Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi
erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap
ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa.
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang
mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai
teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena
tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau
pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari
oedipus complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat
hubungan dengan kawan-kawan.
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian
lima hal yaitu :
1. Kondisi fisik
Penampilan fisik merupakan aspek penting bagi remaja dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Mereka biasanya mempunyai standar-standar tertentu tentang sosok fisik ideal yang mereka
dambakan. Misalnya, standar cantik adalah postur tinggi, tubuh langsing dan berkulit putih.
Namun tentu saja tidak semua remaja memiliki kondisi fisik se ideal itu. Karenanya, remaja
harus bisa belajar menerima dan memanfaatkan bagaimanapun kondisi fisik seefektif mungkin.
Remaja harus menanamkan keyakinan bahwa keindahan lahiriah bukannya makna kecantikan
yang sesungguhnya. Kecantikan sejati justru bersumber dari hati nurani, akhlak, serta
kepribadian yang baik.
2. Kebebasan Emosional
Pada umumnya, remaja ingin memperoleh kebebasan emosional. Mereka ingin bebas
melakukan apa saja yang mereka suakai. Dalam masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,
seorang remaja senantiasa berusaha agar pendapat atau pikiran-pikirannya, diakui dan
disejajarkan dengan orang dewasa. Dengan demikian, jika terjadi perbedaan pendapat anatara
anak dan orang tua, maka pendekatan yang bersifat demokratis dan terbuka akan terasa lebih
bijaksana. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membangun rasa saling pengertian
dimana masing-masing pihak berusaha memahami sudut pandang pihak lain. Saling pengertian
juga dapat dibangkitkan dengan bertukar pengalaman atau dengan melakukan beberapa
aktivitas tertentu bersama-sama dimana orang tua dapat menempatkan diri pada situasi remaja
dan sebaliknya. Inti dari metode pemecahan konflik yang aman antara orang tua dan anak
adalah menjadi pendengar yang aktif.
3. Interaksi sosial.
Kemampuan untuk melakukan interaksi sosial juga sangat penting dalam membentuk konsep
diri yang positip, sehingga seseorang mampu melihat dirinya sebagai orang yang kompeten dan
disenangi oleh lingkungan. Dia memiliki gambaran yang wajar tentang dirinya sesuai dengan
kenyataan yang ada ( tidak di kurangi atau dilebih-lebihkan).
Setiap kelebihan atau potensi yang ada dalam diri manusia sesungguhnya bersifat laten. Artinya
harus terus digali dan dan terus dirangsang agar keluar secara optimal. Kita melihat sejauh
mana potensi itu ada dan dijalur mana potensi itu terkonsentrasi untuk selanjutnya diperdalam,
hingga dapat melahirkan karya yang berarti. Dengan menerima kemampuan diri secara positip,
seorang remaja diharapkan lebih mampu menentukan keputusan yang tepat terhadap apa yang
akan ia jalani, seperti memilih sekolah atau jenis kegiatan yang diikuti
William James, seorang psikolog yang mendalami psikologi agama, mengatakan bahwa orang
yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai agama cenderung mempunyai jiwa yang lebih
sehat. Kondisi tersebut ditampilkan dengan sikap positip, optimis, spontan, bahagia, serta penuh
gairah dan vitalitas. Sebaliknya, orang yang memandang agama sebagai suatu kebiasaan yang
membosankan atau perjuangan yang berat dan penuh beban akan memiliki jiwa yang sakit. Dia
akan dihinggapi oleh penyesalan diri, rasa bersalah, murung, serta tertekan.
Remaja sebagai salah satu yang sudah tidak lagi anak-anak namun juga belum
dapat dikatakan dewasa, biasanya amat senang untuk berkumpul dan
bersosialisasi dengan teman-temannya. Namun, seiring dengan perkembangan
jaman, sesi bersosialisasi itu menjadi tidak terkontrol sehingga menimbulkan
dampak negatif pergaulan bebas pada remaja.
2. Lingkungan
3. Media Massa
Ini merupakan salah satu dampak negatif pergaulan bebas akibat hamil di luar
pernikahan. Biasanya, remaja yang mengalami ini akan mencari cara untuk
menggugurkan (aborsi) kandungannya yang lebih banyak dilakukan oleh bukan
tenaga kesehatan. Akibatnya, terjadi masalah kesehatan seperti sulit memiliki
anak ketika menikah nanti ataupun kematian.
2. Putus Sekolah
Hal ini merupakan dampak negatif pergaulan bebas. Karena mereka lebih
mengutamakan ego ketimbang akal sehat dan realita yang ada. Akibatnya,
meningkatnya kemiskinan karena kurangnya pendidikan dan semakin bodohnya
masyarakat menjadi hal yang sering terjadi.
3. Kriminalitas Tinggi
Kriminalitas tinggi
Pergaulan bebas memicu meningkatnya kriminalitas.
(http://stat.ks.kidsklik.com)
Tentu saja dampak negatif pergaulan bebas ini memicu angka kriminalitas.
Pendidikan yang rendah, kemiskinan, dan kebutuhan akan hal-hal kesenangan
seperti penggunaan narkoba dan zat adiktif memicu seseorang untuk melakukan
kriminalitas seperti mencuri, merampok, memperkosa, atau membunuh
seseorang.
4. Penyakit Sosial
Itulah beberapa penyebab dan dampak negatif pergaulan bebas. Hal ini penting
untuk diketahui oleh orang tua bahkan remaja itu sendiri. Dengan memahami ini,
semoga remaja tidak terjerumus dalam keburukan. Semoga artikel ini
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA