Disusun Dalam Rangkan Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan
Disusun Oleh :
010115A127
FAKULTAS KEPERAWATAN
2016
1
BAB I
PENDAHULIUHAN
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian
atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan
pengalaman. (Pery & Potter,2005). Menurut Bandman dan Bandman (1988),
bepikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang
kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi
pandapat-pandapat tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya
perspektif pandangan baru
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Penelitian menganalisis peningkatan kemampuan berfikir kritis dalam keperawatan medikal
bedah dengan metode pembelajaran. Metode penilitian yan digunakan adalah metode desain
Experimental dengan analisi data yangan menggunakan uji beda rata-rata.
Terdiri dari 121 responden dengan teknik sampling melalui percobaan kontrol acak.
Pengujian persyaratan analisi terdiri dari uji Kruskall Wallis dan membandingkan antara
kelompok menggunakan Mann Whitney. uji statistik pada berpikir kritis kemampuan
perbedaan pengaruh yang signifikan secara statistik antara metode pembelajaran Problem
Based Learning dengan perbedaan Konvensional yang berpengaruh sangat signifikan
sedangkan belajar Motivasi perbedaan yang berpengaruh signifikan secara statistik antara
pembelajaran berbasis metode pembelajaran masalah dengan pembelajaran kooperatif
Kesimpulan Ada perbedaan yang berpengaruh signifikan secara statistik pada metode
pembelajaran Problem Based Learning dan Cooperative Learning dalam kemampuan untuk
berpikir perbedaan kritis.
B. Intervensi
Penilitian ini digunakan metode exprimental dan dilakukan pada Mahasiswa Semester III,
untuk memudah mahasiswa untuk belajar mata ajar Keperawatan Medikal Bedah, karena
pada mata ajar Keperawatan Medikal Bedah ini setiap sistemnya mempunyai jenis penyakit
yang berbeda-beda, gejala yang berbeda sehingga mahasiswa agak sulit untuk
mempelajarinya. Diambil 3 kelas metode yang pertama PBL 40 mahasiswa, kedua metode
CL 40 mahasiswa sedangkan kelas ketiga dilakukan,menggunakan metode pembelajaran
konvensional sebagai kelas kontrol.
C. Implementasi
Hasil Penelitia
1. Haisl uji normalitas data
Hasil persyaratan data, untuk nilai normalitas dengan PBL adalah sebesar
0,000. Sedangkan perbedaan mean kelompok didapatkan pada metode PBL
mempunyai nilai mean 12,4 dalam berfikir kritis, metode belajar Cl mempunyai
nilai mean 8,72 dalam berfikir kritis dan metode belajar konvensional
3
mempunyai nilai mean 6,27 dalam berfikir kritis. Motivasi pada masing-masing
responden kelompok belajar mempunyai perbedaan yang signifikan dengan nilai
probabilitas hasil perhitungan sebesar 0,016. Sedangkan perbedaan mean
kelompok didapatkan pada metode PBL mempunyai nilai mean motivasi sebesar
1,38, metode belajar Cl mempunyai nilai mean motivasi sebesar 3,68 dan metode
belajar konvensional mempunyai nilai mean motivasi sebesar 1,76.
2. Hasil Belajar Konvesional
Hasil perhitungan sebesar 0,001. Pada kelompok PBL dengan konvensional juga
berbeda secara signifikan dengan nilai probabilitas sebesar 0,000. Sedangkan
pada kelompok CL dengan konvensional tidak berbeda secara signifikan dengan
nilai signifikan 0,079. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran PBL mempunyai pengaruh yang lebih baik dari pada metode CL
dan Konvensional dalam berfikir kritis.
3. Hasil uji mann withney
Untuk uji mann withney yang berfungsi untuk membandingkan masing-masing
kelompik PBL dengan CL Dengan Proses perhitungan sebesar 0,005. Pada
kelompok PBL dengan konvensional tidak berbeda secara signifikan dengan nilai
probabilitas sebesar 0,904. Sedangkan pada kelompok CL dengan konvensional
berbeda secara signifikan dengan nilai signifikan 0,032. Berdasarkan hasil diatas
dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran PBL dan Konvensional lebih bak
dari pada metode CL berdasarkan nilai mean dan metode PBL lebih baik dari
pada metode konvensional.
D. Evaluasi
Setelah melakukan penelitian, ini dapat disimpuklan bahwa mahasiswa semester 3 mata
ajar keperawatan medikal bedah ini, lebih baik jika melakukan metode pembelajaran
berfikir kritis yaitu uji kruskal wallis , dari pada metode konvesiomal, walapun ada
keterbatasn pengukuran motivasi dengan menggunakan kuesioner sehingga terdapat
subyektifitas tinggi dan hasilnya pun tidak memuaskan, dan juga keterbatasan waktu
saat pengambilan data.
4
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah membuat penilitian ini tampak ada perbedaan pengaruh pada metode
pembelajaran problem bases learning dan cooperative learning terhadap motivasi
belajar dengan uji kruskal wallis dengan nilai signifikan (p<00,16) sedangkan
kemampuan berfikir kritis hasil uji kruskall Wallis menunjukkan nilai rata-rata
pada mahasiswa akademik keperawatan Bina Sehat PPNI kabupaten Mojokarto
adalah (p < 0,00 ) dan uji statistic Mann Whitney pun meningkatkan motivasi
belajar dan kemampuan berfikir kritis dalam mata ajar keperawatan medical bedah
pada mahasiswa semester III Akademi Keperawatan Bina sehat PPNI
B. SARAN
Untuk memahami secara keseluruhan berfikir kritis dalam keperawatan,
Mahasiswa diharapkan harus lebih mengembangkan pikiran secara rasional dan
cermat melalui berbagai sumber yang ada agar mampu berfikir kritis dalam
mengambil keputusan atau masalah sesuai kebutuhan pasein, sehingga pada saat
5
melakukan pengkajian pasein akan merasa lebih nyaman dan tidak merasa
terganggu.
ABSTRAK
By : Binarti Dwi W
Background of the researchCritical thinking abilities that will enhance students' ability to
achieve expected competencies , also need a good motivation to improve the ability to think
critically influenced by the teaching methods adopted by the educational institution in which
the student study space , so that the learning process can be well received by students .
Research PurposeThis study aimed to analyze the differences in the influence of learning
methods Problem Based Learning with Cooperative Learning on the motivation and ability
to teach critical thinking in the lesson Medical Surgery of the respiratory system .
MethodThis study is the True Experimental design , implemented in Nursing Academy Bina
Sehat PPNI Mojokerto . Consisted of 121 respondents with a sampling technique
Randomized control trial .
Research instruments is questionnaire. That is about the learning motivation and the ability to
think critically . All declared valid and reliable .
Analysis of the data analysis using Kruskall Wallis test and to compare between groups using
the Mann Whitney .
Result of the research There are differences in the effect of problem-based learning instructional
methods and cooperative learning on learning motivation demonstrated by the Kruskal-Wallis test
with significant values (p <0.016), while the ability to think critically Kruskall Wallis test results show
the value (p <0.00) in the Healthy Development of Nursing Academy students PPNI district
6
Mojokerto.Setelah several variables studies conducted with the Mann-Whitney statistical test results
on critical thinking ability differences are statistically significant effect between learning methods
Problem Based Learning with Conventional differences were highly significant effect (p <0.00),
whereas Motivation learning differences that are statistically significant effect between learning
methods Problem based learning with cooperative learning (p <0.005).
Conclusion There are differences that are statistically significant effect on the learning methods
Problem Based Learning and Cooperative Learning in the ability to think kritis.Ada differences
influence learning methods Problem Based Learning and Cooperative Learning on student learning
motivation in the eyes of Medical Surgery Nursing teaching Healthy Development PPNI Mojokerto
Keywords : learning methods , Problem Based Learning , Cooperative Learning ,
conventional , learning motivation, the ability to think
antara guru dan anak didik.Interaksi yang berpikir kritis pada mata ajar Keperawatan
bernilai edukatif dikarenakan kegiataan Medikal Bedah pada sistem pernapasan?
belajar mengajar yang dilakukan,diarhkan
untuk mencapai tujuan dalam hal ini C. Tujuan
membentuk seorang perawat yang 1. Tujuan Umum
profesianal yang telah dirumuskan diawal Untuk mengetahui perbedaan
pendidikan,guru dengan sadar pengaruh metode pembelajaran
merencanakan kegiataan pengajarannya Problem Based Learning dengan
secara sistematis dengan memanfaatkan Cooperative Learning terhadap
segala sesuatunya guna kepentingan motivasi dan kemampuan berfikir
pengajaran. Kritis pada mata ajar Keperawatan
Medikal Bedah pada sistem
Terbentuknya suatu profil lulusan
pernapasan ?
menjadi seorang perawat yang profesional
2. Tujuan Khusus
tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut
adalah bagaimaa bhan pelajaran yang a. Mendiskripsikan motivasi pada
disampaikan guru dapat dikuasai oleh metode pembelajaran Problem
peserta didik dengan baik,ini pada Based Learning dan Cooperative
dasarnya mrpk masalah yang sulit Learning sebelum perlakuan.
dirasakan guru.Kesulitan itu dikarenakan
b. Mendiskripsikan motivasi pada
anak didik bukan hanya sebagi
metode pembelajaran Problem
indivudu,tetapi mereka juga mahkluk
Based Learning dan Cooperative
sosial dengan latar belakang yang
Learning sesudah perlakuan.
berlainan untuk dicetak menjadi perawat
yang profesional,ada 3 aspek yang c. Mendiskripsikan kemampuan
membedakan anak didik yang satu dengsn berpikir kritis pada metode
yang lain yaitu aspek intelektual,psikologis pembelajaran Problem Based
dan biologis ( Syaiful ,2010) Learning dan Cooperative
Learning sebelum perlakuan.
B. Rumusan Masalah
Adakah perbedaan pengaruh d. Mendiskripsikan kemampuan
metode pembelajaran Problem Based berpikir kritis pada metode
Learning dengan Cooperative Learning pembelajaran Problem Based
terhadap motivasi dan kemampuan Learning dan Cooperative
Learning sesudah perlakuan.
10
Tabel 4.2 Hasil Uji Kruskal Wallis tentang perbedaan pengaruh metode pembelajaran Tabel 4.3 Hasil uji Mann Withney tentang beda pasangan kelompok metode pembelajaran
terhadap motivasi belajar dan kemampuan berfikir kritis mahasiswa semester III
Akper Bina Sehat PPNI kabupaten Mojokerto dalam kemampuan berfikir kritis mahasiswa semester III Akper Bina Sehat PPNI
Kruskall kabupaten Mojokerto
Variabel n Mean Median SD
Wallis
Berfikir Kritis
1. PBL 40 12,4 12 3,49 Mann
Metode Pembelajaran n Mean Median SD
2. CL 40 8,73 8,50 4,56 26,220 0,000 Withney
3. Konvensional 41 6,27 8 5,68
Motivasi 1. PBL 40 12,4 12 3,49
-3,448 0,001
1. PBL 40 1,38 0,00 2,64 2. CL 40 8,73 8,50 4,56
2. CL 40 3,68 2 5,78 8,228 0,016
3. Konvensional 41 1,76 1 4,53 1. PBL 40 12,4 12 3,49
Sumber data :Penelitian Juli- Agustus 2013 -4,922 0,00
2. Konvensional 41 6,27 8 5,68
1. CL 40 3,68 2 5,78
-1,754 0,079
Kemampuan berfikir kritis pada 2. Konvensional 41 6,27 8 5,68
Sumber : data penelitian Juli -Agustus 2013
masing-masing responden kelompok
belajar mempunyai perbedaan yang
signifikan dengan nilai probabilitas hasil Berdasarkan hasil uji mann
pada metode PBL mempunyai nilai mean kritis didapatkan kelompok PBL dengan
12,4 dalam berfikir kritis, metode belajar CL berbeda secara signifikan dengan nilai
berfikir kritis dan metode belajar Pada kelompok PBL dengan konvensional
konvensional mempunyai nilai mean 6,27 juga berbeda secara signifikan dengan nilai
Tabel 4.4 Hasil uji Mann Withney tentang beda pasangan kelompok metode pembelajaran menyatakan H0 ditolak H1 diterima
dalam Motivasi Belajar mahasiswa semester III Akper Bina Sehat PPNI
kabupaten Mojokerto terdapat perbedaan rata- rata kemampuan
Mann
Metode Pembelajaran n Mean Median SD
Withney
berfikir kritis sesudah dilakukan
1. PBL 40 12,4 12 3,49
2. CL 40 8,73 8,50 4,56
-2,802 0,005 intervensi dengan menggunakan metode
1. PBL 40 12,4 12 3,49
-0,121 0,904
2. Konvensional 41 6,27 8 5,68 pembelajaran Problem Basic
1. CL 40 3,68 2 5,78
-2,146 0,032
2. Konvensional 41 6,27 8 5,68 Learning,Cooperative Learning dan
Sumber : data penelitian Juli -Agustus 2013
Konvensional.
, rata rata ada peningkatan yang dalam anggota kelompok harus saling
signifikan sekali pada kemampuan bekerja sama dan saling membantu
berfikir kritis metode problem based untuk memahami materi, dari beberapa
learning daripada cooperative learning teori diatas antara PBL dan Cl terdapat
yang ditunjukkan nilai signifikan ( = perbedaan metode dalam melatih
0,00)menurut Nur Asma ( 2006 ) kemampuan berfikir kritis pada
Kelebihan penerapan metode mahasiswa yang memang dimiliki oleh
pembelajaran Problem Based Learning metode problem based learning.
melatih ketrampilan berfikir kritis dan Pada metode perkulihaan KMB
ketrampilan mengatasi masalah, meniru pada kelas metode pembelajaran
peran orang dewasa dalam menghadapi cooperative Learning dengan kelas
situasi kehidupan nyata dan melatih metode pembelajaran konvensional rata
belajar secara mandiri, pendapat John rata tidak menunjukkan perbedaan
dewey dalam Trianto (2008) Problem dalam kemampuan berfikir kritis
based learning dirangcang dan ditunjukkan dalam hasil uji Mann
dikembangkan untuk membantu siswa Whitney dengan tingkat signifikan ( =
mengembangkan kemampuan berfikir 0.079),sesuai teori Agus Supriyono
kritis,ketrampilan menyelesaikan ( 2009) tujuan pembelajaran
masalah dan ketrampilan cooperative learning berbeda dengan
intelektualnya, menjalani peran orang pengajaran konvensional yang
dewasa dengan mengalami melalui menerapkan system kompetisi,dimana
berbagai situasi riil atau situasi yang keberhasilan individu diorientasikan
disimulasi dan menjadi pelajaran yang pada kegagalan orang lain,sedangkan
mandiri dan otonomi. tujuan keberhasilan individu ditentukan
Pada pembelajaran cooperative learning atau dipengaruhi keberhasilan
menurut Lie (2008) Pembelajaran kelompok, pada kteori diatas jelas pada
cooperative adalah salah satu model metode pembelajaran cooperative
pembelajaran yang menggunakan learning dan konvensional tidak melatih
struktur tugas dan penghargaan yang mahasiswa dalam berfikir kritis
berbeda untuk meningkatkan sehingga kedua metode mempunyai
pembelajaran siswa,struktur tugas hasil yang sama dalam kemampuan
membuat siswa harus bekerja sama berfikir kritis.
dalam kelompok kecil,setiap siswa
17