Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dimana beragam
suku dan berbagai budaya ada, itulah sebabnya semboyan Negara kita adalah
Bhinneka Tunggal Ika. Berbedanya kebudayaan ini menyebabkan banyaknya
mitos mengenai masa kehamilan, persalinan dan nifas.Mitos-mitos yang lahir di
masyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat
berbahaya bagi ibu dan bayi.Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kehamilan, masa persalinan dan nifas.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan serta untuk
menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin.Memahami perilaku perawatan
kehamilan (Antenatal Care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan
bayi dan si ibu sendiri.Faktanya, masih banyak ibu-ibu yang menganggap
kehamilan sebagai hal yang biasa, almiah, dan kodrati.Masih banyak ibu-ibu yang
kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak
terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka.
Resiko ini baru diketahui saat persalinan karena kasusnya sudah terlambat
sehingga mengakibatkan kematian.Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat
pendidikan dan kurangnya informasi, kurangnya pengetahuan dan pentingnya
perawatan kehamilan, serta permasalahan-permasalahan pada kehamilan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah
gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan sementara kegiatan mereka sehari-hari
tidak berkurang, sehingga akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan
janin. Jadi, tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup
tinggi terutama di daerah pedesaan.

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 1


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Budaya ?
2. Bagaimana Aspek Sosial Budaya Pada Kehamilan ?
3. Bagaimana Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan ?
4. Bagaimana Aspek Sosial Budaya Selama Nifas ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Budaya
2. Mengetahui Aspek Sosial Budaya Pada Kehamilan
3. Mengetahui Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan
4. Mengetahui Aspek Sosial Budaya Selama Nifas

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Budaya


Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.Budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas.Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-
anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan
dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren
untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan
perilaku orang lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Aspek social budaya ini
mencakup pada setiap trimester kehamilan dan persalinan yang mana pada zaman
dahulu banyak mitos dan budaya dalam menanggapi hal ini.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor perantara pada derajat
kesehatan.Perilaku yang dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau
masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka
kesakitan dan angka kematian. Perilaku sakit (ilness behavior) adalah cara
seseorang bereaksi terhadap gejala penyakit yang biasanya dipengaruhi oleh
pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan, kepercayaan, norma, nilai, dan
segala aturan (social law) dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 3


budaya. Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi
diantaranya :
a. Health Believe
Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun-temurun dalam pemberian
makanan bayi.Contohnya di daerah Nusa Tenggara Barat ada tradisi
pemberian nasi papah atau di Jawa dengan tradisi nasi pisang.
b. Life Style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup
kawin cerai di lombok atau gaya hidup perokok (yang juga termasuk
bagian dari aspek sosial budaya).
c. Health Seeking Behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila
seseorang sakit tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan
membeli obat di warung atau mendatangi dukun.

2.2 Aspek Sosial Budaya Pada Kehamilan


Pada dasarnya, masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan
karena menganggap masa tersebut kritis karena dapat membahayakan bagi janin
dan atau ibunya. Tingkat kekritisan ini dapat dipandang berbeda oleh setiap
individu, dan direspon oleh masyarakat dengan berbagai strategi atau sikap,
seperti upacara kehamilan, anjuran dan larangan secara tradisional. Di samping
itu, masyarakat secara umum berperilaku mementingkan memelihara kesehatan
kehamilan, sesuai pengetahuan kesehatan modern dan tradisional. Strategi-strategi
tersebut dilakukan warga masyarakat agar dapat dicapai kondisi kehamilan dan
persalinan ideal tanpa gangguan (Danandjaja,1980; Swasono, 1998).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terdiri dari 3 macam faktor; antara
lain :
a. Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi
ibu tersebut.Status kesehatan ini dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan
kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin,
atau poliklinik kebidanan.
b. Faktor psikologis

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 4


Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti stress yang terjadi pada ibu
hamil dalam kesehatan ibu dan janinnya dan akan berpengaruh terhadap
perkembangan atau gangguan emosi pada janin yang telah lahir nanti. Tidak
hanya stress yang dapat mempengaruhi kehamilan akan tetapi dukungan dari
keluarga pun dapat menjadi pemicu menentukan kesehatan ibu. Jika seluruh
keluarga mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam berbagai hal,
maka ibu hamil tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap
dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.
c. Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas
kesehatan dan ekonomi. Gaya hidup yang sehat dapat dilakukan seperti
menghindari asap rokok karena dapat berpengaruh terhadap janin yang
dikandungnya. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang
berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan yang dipantang adat padahal
baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi.Ibu hamil juga
harus menjaga kebersihan dirinya. Ekonomi juga merupakan faktor yang
mempengaruhi proses kehamilan yang sehat terhadap ibu dan janin. Dengan
adanya ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin,
merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya
dengan baik, maka proses kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan
baik.
Terlepas dari sudut pandang masyarakat tentang masa kehamilan dan
persalinan yang kritis, terdapat berbagai pandangan budaya (tuntutan budaya),
serta faktor-faktor sosial lainnya dalam kepentingan reproduksi. Hal tersebut
meliputi:
1. Keinginan ideal perorangan untuk memiliki anak dengan jenis kelamin
tertentu.
2. Mengatur waktu kelahiran.
3. Sikap menerima tidaknya kehamilan.
4. Kondisi hubungan suami istri.
5. Kondisi ketersediaan sumber social.

Budaya tidak bisa dipisahkan dengan mitos. Mitos sangat berpengaruh bagi
kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang mempercayai mitos tersebut, ada

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 5


juga masyarakat yang tidak mempercayainya. Jika mitos tersebut terbukti
kebenarannya, maka masyarakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi
jika mitos tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan.

Di bawah ini adalah beberapa contoh mitos yang sering kita dengar, yaitu :

1. Tidak boleh memotong atau menjahit baju.

Mitos: Tidak boleh memotong atau menjahit baju selama kehamilan atau anak
akan lahir dengan bibir sumbing.

Fakta: Bibir sumbing biasanya karena pengaruh obat-obatan yang diminum


ibu saat hamil, efek radiasi atau factor genetic. Oleh karenanya x-ray
tidak dilakukan selama kehamilan kecuali atas indikasi tertentu.

2. Minuman dari kacang kedeai (susu kacang) akan membuat kulit bayi bewarna
putih.

Mitos: Minum susu kacang atau makanan dari kacang kedelai akan membuat
bayi berkulit putih.

Fakta: Warna kulit seseorang dipengaruhi oleh factor genetic ayah ibunya,
bukan dari susu kedelai.

3. Jeruk akan meningkatkan lendir pada bayi dan resiko kuning pada bayi baru
lahir.

Mitos: Jangan makan jeruk terlalu sering akan meningkatkan lendir pada paru
bayi dan resiko kuning saat bayi lahir.

Fakta: Jeruk adalah sumber vitamin C dan serat yang baik.

4. Minum air es akan menyebabkan bayi besar

Mitos: Sering minum es saat hamil menyebabkan bayi besar dan akan sulit
lahir.

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 6


Fakta: Bayi besar biasanya berhubungan dengan ibu hamil yang mempunyai
penyakit kencing manis. Jadi mungkin es ini diminum oleh ibu hamil
yang memang dengan riwayat penyakit kencing manis. Jadi bukan
minum es lalu menyebabkan bayi besar karena air es akan dikeluarkan
oleh tubuh sebagai keringat atau air seni.

5. Makanan pedas akan menyebabkan bayi lahir dengan bercak kulit kemerahan
atau berkulit lebih gelap.

Mitos: Makan makanan pedas saat hamil akan menyebabkan bayi lahir dengan
bercak kulit kemerahan atau bayi akan berkulit lebih gelap/hitam.

Fakta: Sekali lagi warna kulit seseorang tidak ditentukan oleh makanan pedas,
tapi factor genetic dari orang tuanya. Dan faktanya bahwa makan
makanan pedas saat hamil, membuat rasa tak enak diperut apalagi bila
anda sedang mual, jadi bukan karena menyebabkan bercak kemerahan
pada kulit.

6. Bentuk wajah menandakan jenis kelamin bayi.

Mitos: Bentuk wajah anda selama hamil menandakan jenis kelamin bayi anda.

Fakta: Setiap wanita akan mengalami kenaikan berat badan selama hakil,
begitupun mereka akan mengalami perubahan kondisi kulit yang
berbeda-beda, dan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin bayi
anda.

7. Dilarang membunuh binatang

Mitos: Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab dipercaya
bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.

Fakta:Tentu saja tidak demikian. Cacat janin disebabkan oleh kekurangan gizi
pada bayi maupun ibu, penyakit keturunan dan pengaruh radiasi.
Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit,
gerakan berlebihan yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 7


karena faktor psikologis (misalnya shock, stress, pingsan). Tapi yang
perlu diingat membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan
yang tidak bisa dibenarkan.

8. Dilarang makan buah dempet

Mitos: Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi
kembar siam.

Fakta: Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar siam tidak dipengaruhi


oleh makan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Kembar
siam disebabkan karena adanya pembelahan dua sel janin yang tidak
sempurna.

9. Dilarang mengkonsumsi nanas

Mitos: Dilarang makan nanas karena nanas dipercaya dapat menyebabkan


janin dalam kandungan gugur.

Fakta: Secara medis-biologis, getah nanas mudah mengandung senyawa yang


dapat melunakkan daging. Tetapi buah nanas yang sudah tua atau
disimpan lama akan semakin berkurang kadar getahnya, demikian
juga dengan nanas olahan. Yang pasti nanas mengandung vitamin C
dengan kadar tinggi sehingga baik untuk kesehatan.

10. Membawa gunting lipat kemana saja

Mitos: Membawa gunting kecil atau pisau atau benda tajam lainnya di
kantung baju si ibu agar janin terhindar dari bahaya.

Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si
ibu.

2.3 Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan


Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia.
Dalam era globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 8


ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah
satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian
ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari
faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka
berada.
Kelancaran persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu
1. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang
dengan besar bayi
2. Faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya
dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak
lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi
rasa sakit yang terjadi selama persalinan.
3. Faktor lain yang juga harus diperhatikan: riwayat kesehatan ibu, apakah
pernah menderita diabetes, hipertensi atau sakit lainnya; gizi ibu selama
hamil, apakah mencukupi atau tidak; dan lingkungan sekitar, apakah men-
support atau tidak karena ada kaitannya dengan emosi ibu. Ibu hamil tak
boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya. Bahkan, berdasarkan
penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif, sulit
konsentrasi dalam belajar, kemampuan komunikasi yang kurang, dan tak
bisa kerja.
Berikut ini beberapa contoh perilaku sosial budaya lainnya selama persalinan
yang ada di masyarakat, antara lain:
1. Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan menjaga nama baik.
2. Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.
3. Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.
4. Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.
5. Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
6. Minum air rendaman akar rumput fatimah dapat memperlancar persalinan.
7. Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
8. Makan duren, tape dan nanas bisa membahayakan persalinan.

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 9


9. Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit
persalinan.
Secara tradisional ada praktik-praktik yang dilakukan dukun beranak untuk
mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan ibu. Misalnya;
1. Mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi
semula.
2. Memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan ke dalam vagina dengan
maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses
persalinan.
3. Memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh.

2.4 Aspek Sosial Budaya Selama Nifas

1. Tidak boleh bersenggama

Dari sisi medis, jelas dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG, MARS, sanggama
memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya,
aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir
maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan
ukuran semula. Selain karena fungsi hormonal tubuh yang bersangkutan
belum kembali aktif bekerja. Kalau sanggama dipaksakan terjadi dalam
tenggang waktu itu, kemungkinan yang terjadi bisa macam-macam. Di
antaranya infeksi atau malah perdarahan. Sebabnya, mukosa jalan lahir setelah
persalinan sangat peka akibat banyaknya vaskularisasi/aliran darah, hingga
terjadilah perlunakan mukosa jalan lahir. Dengan berjalannya waktu,
vaskularisasi ini kian berkurang dan baru akan normal kembali 3 bulan setelah
bersalin. Belum lagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun
pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun
ketakutan bakal hamil lagi.

2. Kaki harus lurus

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 10


Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring, kaki harus lurus.
Dalam arti, kaki kanan dan kiri enggak boleh saling tumpang tindih ataupun
ditekuk. Selain agar jahitan akibat robekan di vagina tak melebar ke mana-
mana, juga dimaksudkan supaya aliran darah tetap lancar alias tak terhambat.
Secara medis, posisi kaki yang lurus memang lebih menguntungkan karena
membuat aliran darah jadi lancar. Sedangkan mobilisasi secara umum, pada
dasarnya boleh dan malah harus dilakukan. Makin cepat dilakukan kian
menguntungkan pula. Dengan catatan, kondisi si ibu dalam keadaan baik,
semisal tak mengalami perdarahan atau kelainan apa pun saat melahirkan.
Selain patokan bahwa dalam 8 jam pertama setelah melahirkan ia sudah bisa
BAK dan BAB serta selera makannya bagus. Begitu juga tensi, denyut nadi,
dan suhu tubuhnya dalam batas normal. Soalnya, jika tak bisa BAK dan BAB
berarti ada sesuatu yang enggak beres yang akan berpengaruh pada kontraksi
dan proses involusi (pengecilan kembali) rahim.

3. Tidak boleh tidur siang

Pantangan yang satu ini kedengarannya keterlaluan. Bayangkan, meski ngantuk


setengah mati lantaran sering terbangun malam hari karena harus menyusui dan
menggantikan popok si kecil, si ibu tak boleh tidur siang. Menurut Chairulsjah,
tidur berkepanjangan memang mengundang proses recovery yang lebih lambat.
"Makin lama berbaring makin besar pula peluang terjadi tromboemboli atau
pengendapan elemen-elemen garam." Lalu bila si ibu bangun/berdiri
mendadak, endapan elemen tersebut dikhawatirkan lepas dari perlekatannya di
dinding pembuluh darah. Padahal akibatnya bisa fatal, lo. Endapan-endapan
tadi bisa masuk ke dalam pembuluh darah lalu ikut aliran darah ke jantung,
otak dan organ-organ penting lain yang akan memunculkan stroke.

4. Tak boleh keramas

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 11


Pantangan yang satu ini dicemaskan bisa membuat si ibu masuk angin. Itu
sebab, sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni sekadar disiram
dengan air dingin. Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini agar darah putih bisa
turun dan tak menempel di mata. Namun agar tak bau apek dan tetap harum
disarankan menggunakan ratus pewangi. Tentu saja pantangan semacam itu
untuk kondisi jaman sekarang dirasa memberatkan. Terlebih untuk ibu-ibu
yang harus sering beraktivitas di luar rumah. Sedangkan mandi boleh-boleh
saja asal dilakukan jam 5 atau 6 untuk mandi pagi dan sebelum magrib untuk
mandi malam. Penggunaan air dingin, katanya, justru lebih baik ketimbang air
hangat karena bisa melancarkan produksi ASI.

5. Hindari makan jemek

Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian, pisang, dan
terung. Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan bikin benyek
organ vital kaum wanita. Termasuk makanan bersantan dan pedas karena
pencernaannya bakal terganggu yang bisa berpengaruh pada bayinya. Begitu
juga ikan dan telur asin serta makanan lain yang berbau amis karena
dikhawatirkan bisa menyebabkan bau anyir pada ASI yang membuat bayi
muntah saat disusui. Selain juga, proses penyembuhan luka-luka di jalan lahir
akan lebih lambat.
Secara medis, menurut Chairulsjah, tak benar anggapan untuk pantang pepaya
dan pisang yang justru amat dianjurkan karena tergolong sumber makanan
yang banyak mengandung serat untuk memudahkan BAB. Ikan dan telur juga
merupakan salah satu sumber protein hewani yang baik dan amat dibutuhkan
tubuh. Sedangkan durian memang tak dianjurkan karena kandungan
kolesterolnya tinggi, selain memicu pembentukan gas yang bisa mengganggu
pencernaan.

6. Tidak boleh berpergian

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 12


Kalau dipikir-pikir larangan ini, bertujuan supaya si ibu tak terlalu letih
beraktivitas. Kalau capek bisa-bisa ASI-nya berkurang. Kasihan si kecil.
Karena biasanya seumur ini sedang kuat-kuatnya menyusu. Belum lagi
kemungkinan si bayi rewel ditinggal ibunya terlalu lama. Sementara kalau
diajak pun masih kelewat kecil. Malah takut ada apa-apa di jalan, terutama
kalau menggunakan angkutan umum. Bepergian pun membuat si ibu jadi tak
tahan menghadapi aneka godaan untuk menyantap segala jenis makanan yang
dipantang.

BAB III

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 13


PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Faktor-faktor budaya mempunyai peranan penting dalam memahami sikap dan
prilaku menanggapi kehamilan dan kelahiran. Sebagian pandangan budaya
mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan
masyarakat yang bersangkutan. Oleh karna itu, meskipun petugas kesehatan
mungkin menemukan suatu bentuk perilaku atau sikap yang terbukti kurang
menguntungkan bagi kesehatan, seringkali tidak mudah bagi mereka untuk
mengadakan perubahan terhadapnya, akibat telah tertanamnya keyakinan yang
melandasi sikap dan perilaku itu secara mendalam pada kebudayaan warga
tersebut.
Kajian antropologi mengenai kehamilan dan kelahiran bagi wanita dengan segala
konsekuensi baik dan buruknya terhadap kesehatan ini perlu dijadikan bahan
pertimbangan bagi para personil kesehatan di indonesia dalam upaya
meningkatkan keberhasilan pelayanan kesehatan yang mereka terapkan bagi ibu.
Khususnya, pemahaman yang menyeluruh dan utuh terhadap berbagai pandangan,
sikap dan perilaku kehamilan dan kelahiran dalam konteks budaya masyarakat
yang bersangkutan, sangat diperlukan bagi pembentukan strategi-strategi yang
lebih tepat dalam melakukan perubahan yang diinginkan.
3.2 Saran

1. Bagi ibu hamil dan bersalin, sebaiknya berkonsultasi ke bidan atau tenaga
kesehatan sebelum melakukan adat/budaya masyarakat yang dirasa tidak
sesuai atau agak membahayakan bagi kondisinya.

2. Budaya yang ada harus dilihat apakah baik atau tidak untuk kesehatan ibu
hamil dan bersalin. Jika kita lihat dari akal berdasarkan ilmu yang kita dapat
budaya tersebut tidak baik, maka tidak boleh diikuti lagi.

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 14


DAFTAR PUSTAKA

Meilani Niken, Setiyawati Nanik dkk. 2009. Kebidnan Komunitas, Yoygakarta:


Fitramaya
Retna, Ery dan Sriati. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas. Numed :
Jakarta
http://www.scribd.com/doc/2954715/asuhankebidanankomunitas/faktorsosialbud
aya/html
https://saripedia.wordpress.com/tag/kebidanankomunitas/sosialbudayakomunitas/
html
http://blogsuradi.blogspot.com/2013/07/aspek-sosial-budaya-yang
berkaitan_8.html

ANTROPOLOGI (Aspek Budaya yang Mempengaruhi Keadaan Kehamilan pada Ibu ) 15

Anda mungkin juga menyukai