Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Budaya
2. Mengetahui Aspek Sosial Budaya Pada Kehamilan
3. Mengetahui Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan
4. Mengetahui Aspek Sosial Budaya Selama Nifas
Budaya tidak bisa dipisahkan dengan mitos. Mitos sangat berpengaruh bagi
kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang mempercayai mitos tersebut, ada
Di bawah ini adalah beberapa contoh mitos yang sering kita dengar, yaitu :
Mitos: Tidak boleh memotong atau menjahit baju selama kehamilan atau anak
akan lahir dengan bibir sumbing.
2. Minuman dari kacang kedeai (susu kacang) akan membuat kulit bayi bewarna
putih.
Mitos: Minum susu kacang atau makanan dari kacang kedelai akan membuat
bayi berkulit putih.
Fakta: Warna kulit seseorang dipengaruhi oleh factor genetic ayah ibunya,
bukan dari susu kedelai.
3. Jeruk akan meningkatkan lendir pada bayi dan resiko kuning pada bayi baru
lahir.
Mitos: Jangan makan jeruk terlalu sering akan meningkatkan lendir pada paru
bayi dan resiko kuning saat bayi lahir.
Mitos: Sering minum es saat hamil menyebabkan bayi besar dan akan sulit
lahir.
5. Makanan pedas akan menyebabkan bayi lahir dengan bercak kulit kemerahan
atau berkulit lebih gelap.
Mitos: Makan makanan pedas saat hamil akan menyebabkan bayi lahir dengan
bercak kulit kemerahan atau bayi akan berkulit lebih gelap/hitam.
Fakta: Sekali lagi warna kulit seseorang tidak ditentukan oleh makanan pedas,
tapi factor genetic dari orang tuanya. Dan faktanya bahwa makan
makanan pedas saat hamil, membuat rasa tak enak diperut apalagi bila
anda sedang mual, jadi bukan karena menyebabkan bercak kemerahan
pada kulit.
Mitos: Bentuk wajah anda selama hamil menandakan jenis kelamin bayi anda.
Fakta: Setiap wanita akan mengalami kenaikan berat badan selama hakil,
begitupun mereka akan mengalami perubahan kondisi kulit yang
berbeda-beda, dan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin bayi
anda.
Mitos: Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab dipercaya
bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
Fakta:Tentu saja tidak demikian. Cacat janin disebabkan oleh kekurangan gizi
pada bayi maupun ibu, penyakit keturunan dan pengaruh radiasi.
Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit,
gerakan berlebihan yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan
Mitos: Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi
kembar siam.
Mitos: Membawa gunting kecil atau pisau atau benda tajam lainnya di
kantung baju si ibu agar janin terhindar dari bahaya.
Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si
ibu.
Dari sisi medis, jelas dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG, MARS, sanggama
memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya,
aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir
maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan
ukuran semula. Selain karena fungsi hormonal tubuh yang bersangkutan
belum kembali aktif bekerja. Kalau sanggama dipaksakan terjadi dalam
tenggang waktu itu, kemungkinan yang terjadi bisa macam-macam. Di
antaranya infeksi atau malah perdarahan. Sebabnya, mukosa jalan lahir setelah
persalinan sangat peka akibat banyaknya vaskularisasi/aliran darah, hingga
terjadilah perlunakan mukosa jalan lahir. Dengan berjalannya waktu,
vaskularisasi ini kian berkurang dan baru akan normal kembali 3 bulan setelah
bersalin. Belum lagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun
pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun
ketakutan bakal hamil lagi.
Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian, pisang, dan
terung. Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan bikin benyek
organ vital kaum wanita. Termasuk makanan bersantan dan pedas karena
pencernaannya bakal terganggu yang bisa berpengaruh pada bayinya. Begitu
juga ikan dan telur asin serta makanan lain yang berbau amis karena
dikhawatirkan bisa menyebabkan bau anyir pada ASI yang membuat bayi
muntah saat disusui. Selain juga, proses penyembuhan luka-luka di jalan lahir
akan lebih lambat.
Secara medis, menurut Chairulsjah, tak benar anggapan untuk pantang pepaya
dan pisang yang justru amat dianjurkan karena tergolong sumber makanan
yang banyak mengandung serat untuk memudahkan BAB. Ikan dan telur juga
merupakan salah satu sumber protein hewani yang baik dan amat dibutuhkan
tubuh. Sedangkan durian memang tak dianjurkan karena kandungan
kolesterolnya tinggi, selain memicu pembentukan gas yang bisa mengganggu
pencernaan.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Faktor-faktor budaya mempunyai peranan penting dalam memahami sikap dan
prilaku menanggapi kehamilan dan kelahiran. Sebagian pandangan budaya
mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan
masyarakat yang bersangkutan. Oleh karna itu, meskipun petugas kesehatan
mungkin menemukan suatu bentuk perilaku atau sikap yang terbukti kurang
menguntungkan bagi kesehatan, seringkali tidak mudah bagi mereka untuk
mengadakan perubahan terhadapnya, akibat telah tertanamnya keyakinan yang
melandasi sikap dan perilaku itu secara mendalam pada kebudayaan warga
tersebut.
Kajian antropologi mengenai kehamilan dan kelahiran bagi wanita dengan segala
konsekuensi baik dan buruknya terhadap kesehatan ini perlu dijadikan bahan
pertimbangan bagi para personil kesehatan di indonesia dalam upaya
meningkatkan keberhasilan pelayanan kesehatan yang mereka terapkan bagi ibu.
Khususnya, pemahaman yang menyeluruh dan utuh terhadap berbagai pandangan,
sikap dan perilaku kehamilan dan kelahiran dalam konteks budaya masyarakat
yang bersangkutan, sangat diperlukan bagi pembentukan strategi-strategi yang
lebih tepat dalam melakukan perubahan yang diinginkan.
3.2 Saran
1. Bagi ibu hamil dan bersalin, sebaiknya berkonsultasi ke bidan atau tenaga
kesehatan sebelum melakukan adat/budaya masyarakat yang dirasa tidak
sesuai atau agak membahayakan bagi kondisinya.
2. Budaya yang ada harus dilihat apakah baik atau tidak untuk kesehatan ibu
hamil dan bersalin. Jika kita lihat dari akal berdasarkan ilmu yang kita dapat
budaya tersebut tidak baik, maka tidak boleh diikuti lagi.