Anda di halaman 1dari 8

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN


GEOMATIKA

BAB 1
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Sunar Rochmadi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2016
BAB I

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Kompetensi Inti:
Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.

A. Kompetensi Dasar (KD)/Kelompok Kompetensi Dasar (KKD):


Mengaplikasikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK):


1. Menerapkan prosedurkeselamatan dan kesehatan kerja sesuai pekerjaan survei
dan pemetaan (K3).
2. Melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja sesuai pekerjaan survei
dan pemetaan (K3).

Uraian Materi Pembelajaran:

Pekerjaan Geomatika mencakup pengumpulan, pengolahan dan penyajian data


dan informasi spasial. Keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerjaan Geomatika
mencakup keselamatan dan kesehatan personil serta keselamatan atau keawetan
peralatan. Upaya menjaga keselamatan dan kesehatan kerja perlu lebih ditekankan pada
pekerjaan pengumpulan data informasi spasial, karena menyangkut medan kerja di alam
bebas yang mungkin jarang dirambah manusia.

Prosedur untuk menjaga keselamatan dan kesehatan personil menerapkan


prosedur keselamatan dan kesehatan yang berlaku untuk personil yang bekerja di alam
bebas. Di samping menerapkan sikap hati-hati, personil yang bekerja di alam bebas
memerlukan alat pelindung diri (APD) untuk melindungi diri dari gangguan cuaca seperti
panas terik matahari dan hujan, gangguan tumbuhan liar yang berduri atau menimbulkan
gatal-gatal, serta gangguan binatang seperti serangga berupa nyamuk atau lebah dan
biatang berbisa seperti ular. Contoh alat pelindung diri yaitu sepatu, baju dan celana
lengan panjang, dan topi (Gambar 1.1). Selain itu perlu juga jas hujan untuk berjaga-jaga

1
sewaktu hujan turun. Di samping alat pelindung diri tersebut perlu disiapkan pula
peralatan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) seperti: obat luka, obat gosok, dan
serum anti bisa.

Gambar 1.1. Surveyor Memakai Alat Pelindung Diri.

Keselamatan dan keawetan peralatan pada pekerjaan Geomatika juga lebih


ditekankan pada alat ukur untuk pekerjaan pengumpulan data. Upaya perawatan alat
ukur untuk menjaga keselamatan alat ukur dapat dibedakan menjadi dua yaitu di
laboratorium dan di lapangan. Perawatan di laboratorium terdiri dari penyimpanan dan
pengecekan alat, sedangkan di lapangan terdiri dari penyimpanan, pengangkutan dan
pemakaian alat.

Alat ukur untuk pengumpulan data dapat dikelompokkan menjadi alat-alat utama
dan alat-alat bantu. Alat-alat utama mencakup pesawat penyipat datar (PPD) atau
waterpas, alat penyipat ruang atau theodolit, Total Station (TS) dan receiver Global

2
Positioning System (GPS). Alat-alat bantu mencakup statif, rambu ukur, prisma reflektor,
pita ukur dan pegas ukur.

Alat ukur mengandung berbagai alat-alat optis seperti: lensa, cermin dan prisma,
dan ada yang mengandung alat elektronis atau digital. Pada penyimpanan di laboratorium
(Gambar 1.2), pencegahan terhadap kelembaban tinggi merupakan hal yang penting.
Kelembaban tinggi dapat memacu tumbuhnya jamur yang merusak komponen optis dan
elektronis. Cara-cara mencegah kelembaban yaitu:

(1) Memasang lampu yang selalu menyala di almari alat, sehingga suhu tetap hangat.
(2) Menjaga sirkulasi udara agar selalu lancar
(3) Memasang silica-gel untuk menyerap uap air dalam kotak alat.

Gambar 1.2. Penyimpanan alat dalam almari.

Pada penyimpanan alat di lapangan atau di kamp, perlu diperhatikan faktor


keamanan dan keawetan alat. Untuk menjaga keamanan, kamp perlu dipilih di lokasi yang
betul-betul aman, misalnya di rumah orang yang terpercaya seperti: tokoh masyarakat,
dan alat disimpan di kamar tidur surveyor. Untuk menjaga keawetan alat, pencegahan
terhadap kelembaban tinggi dilakukan dengan memasang silica-gel di dalam kotak alat
(Gambar 1.3).
3
Gambar 1.3. Silica-gel di sudut kotak.

Perawatan alat dalam pengangkutan dapat dibedakan menjadi pengangkutan


antar titik pengamatan dan antar lokasi. Pengangkutan antar titik pengamatan dilakukan
oleh buruh lokal yang direkrut dari masyarakat setempat, sedangkan pengangkutan antar
lokasi dilakukan dengan diangkut kendaraan.

Pengangkutan dari satu titik ke titik pengukuran selanjutnya yang hanya beberapa
puluh meter jaraknya, dapat dilakukan dengan cara melepaskan alat ukur terebut dari
statifnya. Alat ukur yang relatif ringan, seperti waterpas optis, dapat diangkat bersama
dengan statifnya, tetapi alat tersebut harus kokoh dengan statifnya, klem dikunci dan alat
dipindah dengan cara diangkat dalam posisi berdiri. Pada pengangkutan antar titik
pengamatan, keselamatan alat dijaga dengan:

(1) Alat dimaskukkan ke dalam kotaknya untuk menghindari benturan (Gambar 1.4)
(2) Alat di dalam kotak dalam keadaan sekrup-sekrup dinormalkan
(3) Buruh lokal dilatih untuk membawa alat, membuka dan menutup kotak alat, dan
memasang alat pada statifnya
(4) Pada medan yang berat, misalnya melalui sungai berarus deras, surveyor harus
mengawasi dengan lebih cermat.

4
Gambar 1.4. Alat dimasukkan kotaknya.

Setelah alat ukur dimasukkan ke dalam kotaknya, dapat diangkut dengan cara digendong
(Gambar 1.5).

Gambar 1.5. Alat ukur dimasukkan kotak dan digendong atau dijinjing.

Pada pengangkutan antar lokasi dengan kendaraan, upaya keselamatan


ditekankan pada segi keamanan dan gangguan fisik seperti benturan dan goncangan. Alat
ukur harus dimasukkan ke dalam kotaknya. Pada waktu akan memasukkan ke dalam

5
kotak, sekrup klem atau pengunci harus dikendorkan lebih dahulu, setelah mapan dalam
kotaknya baru bisa dikunci lagi.
Upaya keselamatan pada pemakaian dilakukan sebagai berikut.

(1) Memakai alat sesuai prosedur, misalnya: menekan tombol sesuai urutan pada
petunjuk, menggunakan alat bantu sesuai fungsinya.
(2) Menghindari kelembaban dengan selalu siap dengan payung dan plastik penutup
alat.
(3) Menghindari panas terik matahari dengan payung, agar alat tidak mengalami
pemuaian, sehingga gerakan sumbunya tetap baik, nivo tidak mudah pecah dan
minyak pelumas sumbunya tidak cepat mengering.
(4) Menjaga kebersihan alat terutama lensa-lensanya, jangan sampai terkena keringat
dan debu dibersihkan dengan kain halus.
(5) Memutar sekrup dan klem alat ukur dengan gerakan lembut, hindari hentakan,
jangan sampai ada putaran paksa pada sekrup atau klem dalam keadaan terkunci
(Gambar 1.6).

Gambar 1.6. Memutar Sekrup dengan Gerakan Lembut.

6
B. Kompetensi Dasar (KD)/Kelompok Kompetensi Dasar (KKD):
Mereparasi peralatan optik.

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK):


1. Mengecek alat sipat datar.
2. Mengecek alat sipat ruang.

Uraian Materi Pembelajaran:

Peralatan optis perlu dicek, baik secara periodik, maupun sebelum dan sesudah
penggunaan. Apabila kondisi alat sudah tidak dapat mencapai ketelitian standar, maka
alat perlu dikalibrasi, sedangkan apabila ada komponen yang rusak, maka perlu direparasi
atau diganti. Sebagai contoh, alat sipat datar perlu dikalibrasi apabila setelah dikontrol
beda tinggi dengan dua posisi selisih beda tingginya sudah 5 mm atau 0,005 m.

Hasil pengecekan tersebut dijadikan pertimbangan, apakah alat masih dapat


dioperasikan, perlu perawatan intensif, misalnya pembersihan lensa dari jamur, direparasi
atau diganti komponennya.

Alat sipat ruang atau theodolite masih layak dioperasikan apabila masih dapat
disetel untuk memenuhi syarat pertama dan syarat kedua. Syarat pertama ditandai
dengan nivo kotak seimbang dan syarat kedua ditandai dengan garis bidik sejajar garis
arah nivo, ditandai dengan nivo tabung seimbang.

Referensi:
Slamet Basuki. 2014. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sunar Rochmadi. 2005. Perawatan Alat Ukur Tanah Digital. Inersia: Jurnal Teknik Sipil dan
Arsitektur. Vol.I No.1, Maret 2005, 21-29.

Anda mungkin juga menyukai