Anda di halaman 1dari 15

Wednesday, May 1, 2013

BATUAN SEDIMEN
A. PENGERTIAN BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa
bahan lepas. Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi
material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami
pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi
batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di
permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui
di litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung
95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi
sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari
lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13
kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya
tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat
ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai.
Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan
yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan
ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara beberapa
centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan
beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan
beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari
seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%,
batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang terakumulasi di tepi-tepi
cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan
air tidak terjadi erosi, namun masih ada energy air, gelombang dan arus bawah permukaan yang
mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya. Material
sedimen dapat berupa :
1. Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di sungai, pasir di pantai dan
lumpur di laut atau di danau.
2. Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang organism air dan vegetasi di rawa-rawa.
3. Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau dankalsim karbonat di aut dangkal.

B. PROSES SEDIMENTASI
Batuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah batuan sedimen. Batuan
sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya adalah pecahnya atau terabrasinya batuan
sumber yang kemudian hasil pecahannya tertransportasi dan mengendap di suatu area tertentu. Proses-
proses tersebut telah lazim disebut sebagai proses-proses sedimentasi. Proses sedimentasi pada batuan
sedimen klastik terdiri dari 2 proses, yakni proses sedimentasi secara mekanik dan proses sedimentasi
secara kimiawi.
1. Proses sedimentasi mekanik
Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir sedimen tertransportasi
hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini dipengaruhi oleh banyak hal dari luar. Transportasi butir-
butir sedimen dapat dipengaruhi oleh air, gravitasi, angin, dan es. Dalam cairan, terdapat dua macam
aliran, yakni laminar (yang tidak menghasilkan transportasi butir-butir sedimen) dan turbulent (yang
menghasilkan transportasi dan pengendapan butir-butir sedimen). Arus turbulen ini membuat partikel
atau butiran-butiran sedimen mengendap secara suspensi, sehingga butiran-butiran yang diendapkan
merupakan butiran sedimen berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses sedimentasi yang dipengaruhi
oleh gravitasi dibagi menjadi 4, yakni yang dipengaruhi oleh arus turbidit, grain flows, aliran sedimen
cair, dan debris flows.
a) Arus turbiditi dipengaruhi oleh aliran air dan juga gravitasi. Ciri utama pengendpan oleh arus ini adalah
butiran lebih kasar akan berada di bagian bawah pengendapan dan semakin halus ke bagian atas
pengendapan.
b) Grain flows biasanya terjadi saat sedimen yang memiliki kemas dan sorting yang sangat baik jatuh pada
slope di bawah gravitasi. Biasanya sedimennya membentuk reverse grading.
c) Liquified sediment flows merupakan hasil dari proses liquefaction.
d) Debris flows, volume sedimen melebihi volume ar, dan menyebabka aliran dengan viskositas tinggi.
Dengan sedikit turbulens, sorting dari partikel mengecil dan akhirnya menghasilkan endapan dengan
sorting buruk.
2. Proses sedimentasi kimiawi
Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi fluida menembus atau mengisi
pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan dnegan reaksi mineral pada batuan tersebut terhadap cairan
yang masuk tersebut. Berikut ini merupakan beberapa proses kimiawi dari diagenesis batuan sedimen
klastik:
a) Dissolution (pelarutan), mineral melarut dan membentuk porositas sekunder.
b) Cementation (sementasi), pengendpan mineral yang merupakan semen dari batuan, semen tersebut
diendapkan pada saat proses primer maupun sekunder.
c) Authigenesis, munulnya mineral baru yang tumbuh pada pori-pori batuan
d) Recrystallization, perubahan struktur kristal, namun kompsisi mineralnya tetap sama. Mineral yang biasa
terkristalisasi adalah kalsit.
e) Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat mineral lain yang terbentuk dan
menggantikan mineral tersebut
f) Compaction (kompaksi)
g) Bioturbation (bioturbasi), proses sedimentasi oleh hewan (makhluk hidup)

Dalam proses sedimentasi itu sendiri terdapat yang disebut dengan diagenesis. Diagenesis
memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:
a) Eoldiagenesis
Tahap ini merupakan tahap awal dari pengendapan sedimen. Dimana terjadi pembebanan, yang
menyebabkan adanya kompaksi pada tiap lapisan sedimennya. Pada tahap ini proses kompaksi
mendominasi
b) Mesodiagenesis = earlydiagenesis
c) Latelydiagenesis
Tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada tahap ini, kompaksi
yang sangat kuat disertai dnegan proses burial, menyebabkan kenaikan suhu dan tekanan yang memicu
terjadinya dissolution. Pada tahap ini proses yang mendominasi adalah proses dissolution (pelarutan).
Sampai dengan proses ini, dikategorikan sebagai earlydiagenesis. Apabila setelah proses pelarutan,
masih terjadi burial, maka akan terjadi sementasi di sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang disebut
dnegan latelydigenesis). Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga pada suhu 150 derajat celcius. Proses
diagenesis akan berhenti dan digantikan menjadi proses metamorfisme.
d) Telodiagenesis
Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi pengangkatan, dalam proses pengangkatan
ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik, air tanah, dll) mempengaruhi susunan komposisi kimia
batuan, sehingga memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian mineral baru).

C. MACAM-MACAM BATUAN SEDIMEN


1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali
detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu
sendiri. Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan
pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan
proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang
ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di
endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan
batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke
dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih
dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di
lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara kimiawi,
kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan
berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, prosess- proses yang berlangsung pada temperatur
rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Contohnya; Breksi, Konglomerat,
Standsstone (batu pasir), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal.
Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. (Pettjohn, 1975). Batuan
sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini
berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses
pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya
besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan
disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batu pasir bisa
terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan
detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung
dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut
dangkal sampai laut dalam (Pettjohn, 1975). Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan
mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan
pengendapan (Pettjohn, 1975).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses proses-proses
yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini
merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn, 1975).
Proses diagenesa antara lain :
a) Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya.
Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.
b) Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-butir
sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin
besar.
c) Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material
sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan
batuan karbonat.
d) Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut merupakan
partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat,
silica, klorita, gypsum dan lain-lain.
e) Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal.

2. Batuan Sedimen Non-Klastik


Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan
suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan
sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya
(biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 CaCO3.
Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai
contoh pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau
terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut. Contohnya; Limestone (batu
gamping), Coal (batu bara), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme.
Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (Pettjohn,
1975). Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :
a) Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah
breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan
danau atau laut.
b) Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut dalam.
Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
c) Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh
proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di
endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik,
sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat
ini banyak sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya.
d) Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih
menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan
golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
e) Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada
umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga
sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah
tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang
termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
f) Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu
tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak
akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia
harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di
tempat tersebut.

D. KEKOMPAKAN
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan
sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik
sampai dengan suhu 300oC dan tekanan 1 2 kilobar, berlangsung mulai sedimen mengalami
penguburan, hingga terangkat dan tersingkap kembali di permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3
macam diagenesa, yaitu :
1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air.
2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami penguburan semakin dalam.
3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap kembali di permukaan oleh
karena pengangkatan dan erosi.

Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan sedimen juga sangat
bervariasi, yakni :

Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau sedimen)


Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering, tetapi akan
terurai bila dimasukkan ke dalam air.
Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang dapat dilepas dengan
tangan atau kuku.
Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku.
Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami rekristalisasi).

E. KEBUNDARAN
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dan kawan-kawan (1987)
membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan rendah dan
tinggi. Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:

Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)


Meruncing (menyudut) (angular)
Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
Membundar (membulat (rounded)
Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

Kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk., 1987).

F. TEKSTUR PERMUKAAN
a) Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur permukaan kasar biasanya
dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat meruncing-meruncing.
b) Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini terdapat pada butir
dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga membulat tanggung.
c) Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan proses abrasi permukaan
butir yang sudah lanjut pada saat mengalami transportasi. Dengan demikian butiran sedimen yang
mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada kebundaran membulat sampai sangat membulat.
Sekalipun hal itu dinyatakan sebagai katagori kebundaran, tingkatan ini nampaknya lebih didasarkan
pada tekstur permukaan dari pada butir.

G. UKURAN BUTIR
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran butir lanau
dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir seperti pasir tetapi sangat
halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan
butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin.
Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).

Ukuran butir (mm) Nama Butiran Nama batuan

> 256 Boulder / block (bongkah)


Breksi

64 256 Cobble (kerakal) (bentuk / kebundaran butiran meruncing)

4 64 Pebble
Konglomerat
24 Granule (kerikil) (bentuk / kebundaran butiran membulat)

1/16 2 Sandstone (pasir)


Batupasir

1/16 1/256 Silt (lanau)


Batulanau

< 1/256 Clay (lempung)


Batulempung

H. POROSITAS (Kesarangan)
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di dalam batuan.
Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak dijumpai lubang (vesicles)
atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan mempunyai porositas rendah apabila kenampakannya
kompak, padat atau tersemen dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak mempunyai pori-
pori. Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air (zat cair).

Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :
a) Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir atau lebih kasar.
b) Batuan dengan porositas tinggi, lubang-lubangnya saling berhubungan.
c) Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran butir pasir atau lebih kasar.
d) Batuan yang pecah-pecah atau mempunyai banyak retakan / rekahan.

Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu :
a) Batuan berporositas tinggi, tetapi lubang-lubangnya tidak saling berhubungan.
b) Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir lanau lempung. Material lanau dan
lempung itu yang menutup pori-pori antar butir.
c) Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif, kompak dan tidak ada rekahan.
Secara praktis megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat kelulusan tinggi apabila di
permukaannya diteteskan air maka air itu segera habis meresap ke dalam batuan. Sebaliknya, batuan
mempunyai kelulusan rendah atau bahkan tidak lulus air bila di permukaannya diteteskan air maka air itu
tidak segera meresap ke dalam batuan atau tetap di permukaan batuan.

I. STRUKTUR SEDIMEN

1. Struktur di dalam batuan (features within strata) :


# Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi). Jika tebal perlapisan < 1 cm disebut
struktur laminasi.
# Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross lamination.
# Struktur perlapisan pilihan (graded bedding)
~Normal, jika butiran besar di bawah dan ke atas semakin halus.
~Terbalik (inverse), jika butiran halus di bawah dan ke atas semakin kasar.
2. Struktur permukaan (surface features)
# Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks)
# Cetakan kaki binatang (footprints of various walking animals.
# Cetakan jejak binatang melata (tracks and trails of crowling animals)
# Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)
# Gumuk pasir (dunes, antidunes)
3. Struktur erosi (erosional sedimentary structures)
# Alur/galur (flute marks, groove marks,linear ridges)
# Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil)
# Saluran dan cekungan gerusan (channels and scours)
# Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills)
J. PENAMAAN BATUAN
Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian (data deskriptif) yang
meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian batuan sedimen silisiklastika umumnya
berdasar ukuran butir, ditambah dengan bentuk butir, struktur dan komposisi yaitu :
1. Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen membulat). Apabila
komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati, maka penamaaan tambahan dapat
diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi
batuapung, konglomerat kuarsa.
2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir ini dapat ditambahkan
berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir berlapis, batupasir silangsiur), atau komposisi
penyusun utamanya, misal batupasir kuarsa.
3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir lempung, batulanau tersusun
oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih adalah batulempung atau batulanau berstruktur
laminasi.
Tabel Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis (Huang, 1965).

Tekstur/Struktur Komposisi mineral/fragmen Nama batuan Ciri-ciri khas


Rudit Komposisi sejenis atau campuran, Konglomerat Fragmen umumnya bulat atau
(2 256 mm) terutama dengan rijang, kuarsa, agak membulat
granit, kuarsit, batugamping dll.
Breksi Fragmen umumnya runcing, dan
menyudut
Fanglomerat Kipas aluvial yang mengalami
pembatuan
Pecahan batuan bercapur Tillit Umumnya tidak terpisah.
dengan semen Fragmen batuan terdapat bekas
goresan
Arenit Terutama kuarsa 25%, felspar Arenit atau Pemilahan baik dan bersih
(1/16 2 mm) kalium atau plagioklas 10-25%. batupasir kuarsa
Pecahan batuan: basal, riolit,
batusabak dll.
Mineral mika, serisit, klorit, bijih
besi.
Arkose Pemilahan jelek, warna abu-abu
kemerahan
Batupasir felspatik Lebih dewasa dari arkose antara
Graywacke graywacke dan arenit
subgraywacke
Lutit Umumnya mineral lempung, Batulanau Antara batupasir dan serpih
(1/16 1/256 mm) kuarsa, opal, kalsedon, klorit dan
bijih besi.
Serpih Mudah membelah, tidak plastis,
Batulumpur bila dipanasi menjadi plastis
Batulempung

Untuk batuan karbonat bertekstur klastika :


1. Kalsirudit, adalah breksi atau konglomerat dengan fragmen batugamping.
2. Kalkarenit, adalah batupasir yang tersusun oleh mineral karbonat.
3. Kalsilutit, adalah batugamping klastis berbutir halus (lanau lempung).
Untuk batugamping bertekstur non klastika, cukup diberi nama batugamping non klastika. Apabila di
dalam batugamping banyak mengandung fosil maka dapat disebut batugamping berfosil. Sedangkan
batuan karbonat yang sudah tersusun oleh kristal kalsit atau dolomit disebut batugamping
kristalin. Napal adalah terminologi untuk batuan sedimen berbutir lanau dan lempung, tersusun oleh
bahan silisiklastika dan karbonat.
Untuk batuan klastika gunungapi, tata namanya mengikuti batuan piroklastika yang telah dijelaskan
pada acara analisis batuan beku, yaitu terdiri dari tuf (halus dan kasar), batulapili, breksi gunungapi dan
aglomerat (Gambar 3.8). Dalam beberapa hal, secara megaskopik, warna yang sangat khas dapat
ditambahkan untuk penamaan batuan, contoh tuf hijau, batupasir merah, batulempung hitam dsb.
Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965).

Tekstur/Struktur Komposisi mineral/fragmen Nama batuan Ciri-ciri khas


Rapat, afanitik, berbutir kasar, Terutama kalsit Batugamping Breaksi dengan HCl, mengandung
kristalin, porus, oolit dan mosaik organik, bioklastika,
Terutama dolomit Dolomit Tidak segera bereaksi dengan HCl,
jarang mengandung fosil, berbutir
sedang
Berbutir halus Kristal halus dengan Kapur Putih abu-abu terang, sangat
mikroorganisme rapuh, mengandung fosil
Karbonat dan lempung Napal Abu-abu terang, rapuh, pecahan
konkoidal
Rapat dan berlapis Campuran silika, opal dan kalsedon Rijang Warna beragam, keras, kilap non
dll. logam, konkoidal
Terutama gips Gips Evaporit, tidak sendiri melainkan
Anhidrit berasosiasi dengan mineral/batuan
Terutama malit lain.
Dijumpai kristal yang
mengelompok
Masif atau berlapis Mineral fosfat dan fragmen tulang Fosforit Diperlukan penentuan kadar P2O3
Amorf, berlapis, tebal Humus, tumbuhan Batubara, lignit Warna coklat, pecahan prismatik

K. GENESIS
Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka secara genesa dapat
diinterpretasikan mengenai :
1. Asal-usul atau sumber batuan sedimen (provenance)
2. Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan gunungapi atau kombinasi di antaranya), jaraknya
dengan sumber dan proses transportasinya.
3. Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat berair tawar (danau, sungai), di pantai atau di laut
(dangkal atau dalam).
4. Diagenesa dan lain-lain.
Sifat sifat batuan sedimen yang harus dilakukan pemerian.

Nama Batuan Campuran/ Fragmen/mineral Warna Besar Pemilahan Bentuk Kemas Mineral Porositas Kekom-
semen/matrix pembentuk x) butir butir sedikit pakan
Breksi X X X X X X X X X X
Konglomerat X X X X X X X X X X
Tufa X X X X X X - X X X
Batupasir X X X X X X - X X X
Batulanau X - X - - - - X - X
Serpih X - X - - - - X - X
Lempung
Lempung X - X - - - X X - X
Napal X - X - - - X X - X
Gamping X X X X X X - X X X
Dolomit X X X X X X - X X X
Batubara X X X - - - - - - X
Rijang X - X - - - - - - X
Anhidrit X - X - - - - - - X
Fosfat, dll X X X X - - - - - X
X = Sifat yang dimiliki
- = Sifat yang tidak dimiliki
x) Termasuk jenis mineral lempung

L. MACAM-MACAM BATUAN SEDIMEN


1. Tufa
Merupakan suatu spongi, batuan karbonat yang porous, diendapkan sebagai lapisan tipis di
permukaan, di dekat mata air (Springs) dan sungai (rivers). Ditemukan di kaligendig, Karangsambung,
Kebumen.
2. Bentonit
Genesa Bentonit secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam yaitu, Terjadi karena pengaruh
pelapukan,Terjadi karena pengaruh hydrothermal,Terjadi karena akibat devitrivikasi dari tufa gelas yang
diendapkan di dalam air (lakustrin sampai neritic). Terjadi karena proses pengendapan kimia dalam
suasana basa (alkali) dan sangat silikan. Ditemukan di patik, Sepat, Gunung kidul.

3. Lempung
Lempung kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4
mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini,
silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung
terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas
panas bumi. Ditemukan di Tontongan, karangsambung, kebumen.
4. Lempung Merah
Pada umumnya batuan keras basalt dan andesit akan menjadikan lempung berwarna, sehingga disebut
lempung merah. Ditemuukan di karangsambung, kebumen.

5. Batupasir
Batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan
ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2
milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari
batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Ditemukan di karang sambung,
Kebumen.
6. Batupasir Merah
Seperti halnya pasir, batu pasir dapat memiliki berbagai jenis warna, dengan warna umum adalah coklat
muda, coklat, kuning, merah, abu-abu dan putih. Karena lapisan batu pasir sering kali membentuk karang
atau bentukan topografis tinggi lainnya, warna tertentu batu pasir dapat dapat diidentikkan dengan
daerah tertentu. Ditemukan di karang sambung, Kebumen.

7. Pasir Besi
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral
non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut terdiri
dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian
yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama
berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik. Ditemukan di sungai luk ulo, Kebumen.
9. Pasir Hijau
Batu ini terbentuk dari aktivitas vulkani, batu ini merupakan kristal olivin yang dihasilkan dari letusan
gunung berapi kerucut yang letusan (erupsi) dan longsorannya (erosi) menyebar di sekeliling gunung.
Ditemukan di sembaro,karangsambung, Kebumen.

11. Batugamping
Batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3).
Batuan karbonat yang hampir seluruhnya kalsium karbonat (CaCO3), atau secara spesifik adalah batuan
karbonat yang mengandung lebih dari 95% kalsit dan kurang dari 5% dolomit. Teksturnya bervariasi
antara rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil
dari proses organisme atau karena proses anorganik. Ditemukan di wonogiri, jogjakarta.
12. Gamping Merah
Gamping berwarna merah. Singkapan yang merupakan endapan laut dalam ini berlapis hampir vertikal
membentuk puncak-puncak punggungan yang sempit. Ditemukan di karangsambung, Kebumen

13. Gamping Numulities


Bongkah batu gamping numuliites merupakan "olistolit" hasil suatu pelongsoran besar didasar laut dari
tepian menuju tengah cekungan yang dalam. Fosil yang
ada menunjukkan bahwa pada kala Eosen kawasan sekitar Karangsambung merupakan laut dangkal di
mana pada tepi-tepi cekungan diendapkan batu gamping numulites.
14. Breksi Vulkanik
Breksi Vulkanik (Qb); Terdiri dari breksi yang bersifat andesitik, lava, batupasir tufaan dan breksi lahar.
Breksi andesit umumnya melapuk sedang berwarna kuning kecoklatan, komponen batuan andesitik (4
45 cm) agak segar, menyudut tanggung, tertanam pada masadasar pasir tufa berbutir kasar, agak padat
sebagian mudah hancur. Lava andesit umumnya melapuk ringan berwarna abu-abu tua, padu, bertekstur
kasar dan porfiritik, terkekarkan cukup intensif dan terisi oleh mineral kuarsa. Breksi lahar umumnya
melapuk sedang, berwarna coklat tua, komponen tufa dan batuan agak segar yang berukuran pasir kasar
hingga kerakal, menyudut sampai membulat tanggung, agak padu. Ditemukan di kedung jati, Bantul.

15. Breksi Pumice


Breksi batuapung (Pumice) mempunyai kuat tekan 75,62 kg/cm2. kedap suara, mudah dibentuk atau
dipahat menjadi blok-blok yang berukuran besar, sehingga dapat mengurangi pelesteran. Selain itu lain
juga tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta cocok untuk akustik. Dalam sektor industri
lain, batuini digunakan sebagai bahan pengisi (filler), pemoles/penggosok (polishing), pembersih
(cleaner), stonewashing, abrasif, isolator temperatur tinggi dan lain-lain. Ditemukan di semiilir, Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai