PENDAHULUAN
Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak
normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta
dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut metastasis. Sel kanker bersifat
ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI, 2009).
Kanker hingga saat ini menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Insiden
kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012,
dengan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada
(IARC) tahun 2012, kanker payudara adalah kanker dengan presentase kasus baru tertinggi
(43,3%) dan presentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia. Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kanker payudara di Indonesia mencapai
0,5 per 1000 perempuan. (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data dari Sistem Informasi
Rumah Sakit tahun 2010, kanker payudara adalah jenis kanker tertinggi pada pasien rawat
jalan maupun rawat inap mencapai 12.014 orang (28,7%) (Kemenkes RI, 2014).
Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit
kardiovaskular (Kemenkes RI, 2014). Prevalensi kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000
penduduk, Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan prevalensi kanker delapan
sebesar 1 per 1000 penduduk. Bila dilihat dari karakteristik jenis kelamin penderita kanker di
Indonesia, perempuan sebesar 2,2 per 1000 penduduk dan laki-laki sebesar 0,6 per 1000
1
Jenis kanker yang banyak diderita dan ditakuti oleh perempuan adalah kanker
menyerang kaum laki-laki sangat kecil yaitu 1 : 1000 (Mulyani, 2013). Insiden kanker di
Indonesia masih belum diketahui secara pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis
(PPTM) Kemenkes RI, jumlah perempuan seluruh Indonesia umur 30-50 tahun adalah
36.761.000. Sejak tahun 2007-2013 deteksi dini yang telah dilakukan oleh perempuan
sebanyak 644.951 orang (1,75%) dengan penemuan suspek benjolan (tumor) payudara 1.682
orang (2,6 per 1000 penduduk) (Kemenkes RI, 2014a). Terjadinya metastatis karsinoma
belum dapat ditentukan secara pasti, namun para ahli membuktikan bahwa ukuran tumor
berkaitan dengan kejadian metastatis yaitu semakin kecil tumor maka semakin kecil juga
kejadian metastatisnya. Apabila penyakit kanker payudara dapat dideteksi secara dini, maka
proses pengobatan lebih mudah dan murah serta peluang sembuh lebih besar dibandingkan
Angka ketahanan hidup lima tahun akan semakin tinggi pada pasien kanker payudara
yang telah mendapatkan serangkaian pengobatan tepat pada stadium awal (Mulyani, 2013).
bahwa menurut asosiasi ahli bedah onkologi di indonesia prognosis kanker payudara
berdasarkan diagnosa stadiumnya antara lain: stadium 1 (85%); stadium II (60-70%); stadium
stadiumnya. Pada stadium I dan II dapat dilakukan mastektomi atau pengangkatan payudara
dilanjutkan pada terapi radiasi dan kemoterapi, pada stadium IIIA dilakukan mastektomi
radikal ditambah dengan kemoterapi atau mastektomi simpleks dengan radioterapi sedangkan
2
pada stadium IIIB dilakukan biopsy,insisi dan dilanjutkan radiasi, dan pada stdium akhir
sempurna, merasa malu dengan bentuk payudara, ketidak bahagian, merasa tidak menarik
lagi, perasaan kurang diterima oleh orang lain, merasa terisolasi, takut, berduka, gagal
1999). Oleh karena itu, sangat penting bagi pasien kanker payudara untuk memiliki
mekanisme koping yang baik agar mempunyai harga diri yang tinggi untuk mampu
Koping merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik
maupun psikologis. Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang
merupakan kebiasaan dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak
efektif berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif
dan dapat merugikan diri sendiri, oranglain, maupun lingkungan (Rasmun, 2004).
Mekanisme koping pasien dapat dijadikan pedoman untuk mengontrol emosi dan stress
akibat kemoterapi (Rasmun 2004). Mekanisme koping dipandang sebagai suatu faktor
penyeimbang yang dapat membantu individu beradaptasi dengan kondisi yang menekan.
Mekanisme koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi oleh
individu, Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap
perubahan tetapi bila koping tidak berhasil maka individu akan mengalami gangguan
kejiwaan. Tetapi setiap individu, dalam menghadapi masalah yang sama akan berbeda-beda
3
Dalam penelitian Hartati 2008 yang berjudul konsep diri dan wanita penderita kanker
payudara di poli bedah Onkologi RSUP. H. Adam Malik Medan bahwa konsep diri berubah
hampir pada semua penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Perubahan
tersebut bukan hanya perubahan fisik saja tetapi juga beresiko mengalami perubahan-
perubahan terhadap harga diri. Mayoritas penderita kanker payudara yang memiliki konsep
diri negatif adalah 87,9% dan yang memiliki konsep diri positif hanya 12,1%. Dari konsep
diri negatif tersebut yang mengalami harga diri rendah adalah 63,6%. Mereka merasa
kehilangan keyakinan dan semangat dalam menjalani hidup, merasa tidak diterima dengan
Pada pasien yang menderita kanker payudara terjadi banyak perubahan fisik yang
Menghadapi perubahan mental akibat penyakit kanker payudara, umumnya pasien yang
memiliki penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah, merasa putus asa, bosan,
cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan seseorang (Radleay, 1994 dalam Lubis, 2009).
Adapun perilaku pasien kanker payudara yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah
mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, pesimis,
dan merusak diri (Keliat, 1998). Bagi banyak wanita yang mengalami kanker payudara
cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang dialaminya dan berpandangan
Pasien kanker payudara yang mempunyai harga diri yang tinggi akan mempunyai
mental yang sehat dan lebih puas terhadap hidupnya sehingga akan lebih mempercepat
kesembuhannya atau lebih memperpanjang harapan bagi pasien kanker yang sudah pada
4
Harga diri menunjukkan seluruh gambaran yang dapat diraih seseorang dengan
memberikan nilai benar atau salah, baik atau buruk. Harga diri merupakan hasil penilaian
individu terhadap dirinya sendiri. Menyatakan suatu sikap berupa penerimaan atau penolakan
dan menunjukkan seberapa besar individu itu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil
dan be
Dari hasil studi pendahuluan di Bandung Cancer Society (BCS), terhadap 6 orang
penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi, 5 orang mengatakan merasa malu dan
merasa lebih sensitif kepada orang lain, merasa diri mereka tidak menarik lagi, merasa malu
bila bertemu dengan orang lain. Mereka pun mengakatan merasa tidak berguna lagi. Dan 1
orang diantaranya mengatakan walaupun mereka merasa sudah tidak menarik lagi namun
mereka tetap merasa percaya diri dengan apa yang mereka alami saat ini.
kondisi yang melatarbelakangi harga diri pada pasien kanker payudara yang menjalani
kemoterapi. Hal ini sangat menarik perhatian bagi peneliti untuk melakukan penelitian
tentang Hubungan Harga Diri dengan Mekanisme Koping Pada Pasien Kanker Payudara
masalah sebagai berikut : Adakah Hubungan Harga Diri dengan Mekanisme Koping Pada
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Harga Diri dengan Mekanisme Koping Pada Pasien
2. Tujuan Khusus
5
a. Untuk mengetahui Harga Diri Pada Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani
Kemoterapi
c. Untuk mengetahui Hubungan Harga Diri dengan Mekanisme Koping Pada Penderita
Sebagai dasar bagi individu dan masyarakat yang menderitita kanker payudara yang
Sebagai bahan masukan tentang mekanisme koping dengan harga diri pada penderita
sebagai masukan bagi mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan keperawatan bagi
para penderita kanker payudara sehingga dapat lebih optimal serta lebih
peka/bertanggung jawab dalam meningkatkan harga diri pada penderita kanker payudara.
Dari hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan yang berharga bagi peneliti,
6
masa mendatang dan dapat digunakan sebagai sumber informasi awal bagi penelitian
keperawatan tentang mekanisme koping dengan harga diri padapenderita kanker payudara.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker payudara merupakan suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal
2003). Pada umumnya kanker payudara merupakan tumor ganas yang menyerang
jaringan payudara, jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu (kelenjar
pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang payudara
(Mardiana, 2007).
atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel (jaringan) payudara. Kanker payudara
kematian nomor lima setelah kanker paru, kanker rahim, kanker hati dan kanker usus
(Fanani, 2009).
ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar
jarngan susu maupun pada jaringan ikat payudara. Kanker ini tidak tumbuh dengan
proses karsinogenik. Agens atau faktor-faktor tersebut termasuk virus, agens fisik,
8
agens kimia, faktor-faktor genetik atau keturunan, faktor-faktor makanan dan agens
1. Virus
Virus sebagai penyebab kanker pada manusia adalah sulit untuk dipastikan karena
virus sulit untuk diisolasi. Bila tampak kanker spesifik pada kluster maka diduga atau
dicurigai adanya penyebab infeksius. Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam
struktur genetik sel, sehingga mengganggu generasi mendatang dari populasi sel
tersebut dan barangkali akan mengarah pada kanker. Seperti virus hepatitis B telah
dicurigai sebagai agens penyebab pada limfoma Burkitt dan kanker nasofaring.
2. Agens Fisik
terhadap sinar matahari atau pada radiasi, iritasi kronis atau inflamasi dan penggunaan
kulit. Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi
berulang atau ketika terapi radiasi digunakan untuk mengobati penyakit. Pemajanan
terhadap medan elektromagnetik (EMF) dari kabel listrik. Mikrowave, dan telepon
3. Agens Kimia
mencakup zat warna amino aromatik anilin; arsenik, jelaga dan tar; asbestos; benzen;
pinang dan kapur sirih; kadmium; senyawaan kromium, nikel dan seng, debu kayu;
senyawaan berilium; dan polivinil klorida. Kebanyakan zat kimia yang berbahaya
9
menghasilkan efek-efek toksik dengan mengganggu struktur DNA pada bagian-bagian
Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal, dapat
terbentuk sel-sel mutan. Beberapa kanker pada masa anak-anak dan dewasa
menunjukkan predisposisi keturunan. Kanker ini cenderung untuk terjadi pada usia
muda dan pada berbagai tempat dalam satu organ atau sepasang organ. Pada kanker
Faktor-faktor makanan diduga berkaitan dengan 40% sampai 60% dari semua
karsinogenik atau ko-karsinogenik atau tidak adanya sustansi proaktif dalam diet.
Substansi diet berkaitan dengan peningkatan risiko kanker mencakup lemak, alkohol,
daging diasinkan atau diasap, makanan yang mengandung nitrat atau nitrit, dan
6. Agens Hormonal.
Normalnya, sistem imun yang utuh mampu untuk melawan sel-sel kanker dengan
berbagai cara. Antigen pada membran sel dari sel-sel kanker dikenal sebagai antigen
10
tumor-associated, biasanya dikenali oleh sistem imun sebagai benda asing. Pada
manusia, sel-sel maligna mampu berkembang secara teratur. Terdapat bukti bahwa
fungsi surveilens dari sistem imun sering lebih mampu mendeteksi perkembangan sel-
sel maligna dan merusak sel-sel tersebut sebelum pertumbuhannya menjadi terkontrol.
Gejala kanker payudara terdiri dari 3 fase menurut Gale(2000) diantaranya yaitu :
1. Fase awal kanker payudara asimtimatik (tanpa tanda dan gejala). Tanda dan
gejala paling umum adalah benjolan dan penebalan pada payudara. Kebanyakan
kira-kira 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Kanker payudara pada stadium
2. Fase lanjut:
b. Lika pada payudara sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
c. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidah sembuh walau sudah
diobati.
d. Puting skit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari puting atau keluar air
11
c. Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran
tulang.
mana pengaruh terhadap organ tubuh lain. Ini merupakan salah satu cara dokter
untuk menentukan pengobatan apa yang paling cocok untuk para pasien. Para
penderita kanker payudara ada stadium dini dan stadium lanjut. Stadium dini
adalah stadium darimana sebelum ada kanker hingga stadium dua. Sedangkan
stadium lanjut sudah berada dalam stadium tiga dan empat. Berikut ini penjelasan
Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak
Stadium II : Sama dengan stadium I, besar tumor 2-5 cm, sudah ada KG aksila
Stadium III : Tumor meluas dalam jaringan payudara ukuran 5-10 cm, fiksasi
pada kuli/dindingdada, kulit merah dan ada edema (lebih dari 1/3 permukaan kulit
payudara), ulserasi, nodul satelit, KG aksila melekat satu sama lain atau ke
jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5cm dan belum ada mestatasis jauh.
Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain (stadium I,II,III) tetapi sudah disertai
dengan kelenjar getah bening aksila supra lelavikula dan metastasi jauh lainya.
12
2.1.5 Faktor Resiko Kanker Payudara
Penyakit kanker payudara adalah penyakit kanker yang paling umum menyerang
kaum wanita, meski demikian pria pun memiliki kemungkinan mengalami penyakit ini
dengan perbandingan 1 diantara 1000. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa
yang menyebabkan kanker ini terjadi, namun banyak penelitian menunjukkan adanya
Seorang wanita yang mempunyai faktor resiko bukan berarti wanita tersebut pasti akan
a. Jenis Kelamin
dibandingkan pria sehingga wanita seratus kali lebih beresiko terkena kanker
payudara.
b. Usia
usia. Usia rata-rata wanita yang didiagnosis kanker payudara adalah awal 60-
an. Resiko meningkat secara eksponensial setelah usia 30, tetapi pada wanita
usia 80-an, peluang terkena kanker payudara 1 banding 24. Ini artinya, seiring
13
pertambahan usia, wanita perlu waspada memperhatikan tanda-tanda
Resiko terkena kanker payudara pada wanita yang sudah pernah terkena pada
salah satu payudaranya adalah berpeluang 3 sampai 4 kali lebih besar pada
seperti ibu, bapak atau kakak perempuan yang pernah mengidap kanker
payudara
Seorang wanita yang pernah mendapatkan terapi radiasi pada daerah dada di
masa remaja atau anak-anak akan meningkatkan resiko untuk terkena kanker
payudara. Semakin muda umur wanita tersebut terpapar radiasi, semakin tinggi
Penanganan dan pengobatan kanker payudara tergantung dari tipe dan stadium
yang dialami penderita. Umumnya seseorang baru diketahui menderita kanker payudara
setelah stadium lanjut, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan sehingga terlambat
untuk diperiksakan ke dokter. Ada beberapa cara penanganan kanker payudara, antara
lain:
a. Pembedahan
Pada kanker payudara yang diketahui sejak dini maka pembedahan adalah
tindakan yang tepat. Secara garis besar, ada tiga tindakan pembedahan pada kanker
payudara:
14
1. Radikal Mastektomi, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara
kelenjar di ketiak
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga serta benjolan
di sekitar ketiak.
b. Terapi Radiasi
Terapi ini menggunakan sinar berkekuatan tinggi untuk membunuh sel kanker yang
hanya berpengaruh pada bagian tubuh yang terkena sinar saja. Terapi radiasi dapat
digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel kanker yang masih tersisa
c. Terapi Hormon
Terapi hormon juga disebut pengobatan anti hormon. Jika hasil laboratorium
d. Kemoterapi
Kemoterapi adalh proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil, cair
atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Obat-obatan
ini tidak hanya membunuh sel kanker pada payudara, tetapi juga seluruh sel dalam
tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta
rambut rontok.
15
2.2 Konsep Kemoterapi
pil,cair atau kapsul atau melalui infus, (Wenny Artanty Nisman 2011). Kemoterapi
adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil, cair atau kapsul
yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tetapi
juga di seluruh tubuh (Denton, 1996 dalam Wenny Artanty Nisman, (2011).
Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan zat atau obat yang berkhasiat
untuk membunuh sel kanker. Prinsipnya adalah membunuh/ menghambat sel tumor
induk dan anak sebar secara sistemik. Kemoterapi adalah pemberian obat untuk
menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh
seringkali sekaligus tiga kali. Target utama obat-obatan semacam ini dimaksudkan
untuk mengidentifiksdi dan membunuh sel-sel yang bertambah dan membelah secara
spesifik, dan akan membunuh sel-sel lain yang membelah secara aktif seperti sel-sel
darah atau sumsum tulang. Sumsum tulang adalah jaringan yang sangat penting dalam
tubuh sebab memproduksi sel-sel darah dan sistem kekebalan untuk melawat infeksi,
16
2.2.2 Tujuan Kemoterapi
kanker yang ada dalam tubuh, (Wenny Artanty Nisman 2011). Kemoterapi memiliki
a. Kemoterapi kuratif
limfoma maligna, kanker testis, karsinoma sel kecil paru dan lainnya. Kemoterapi
kuratif harus memakai formula kemoterapi kombinasi yang terdiri atas obat
b. Kemoterapi adjuvant
Kemoterapi yang dikerjakan setelah operasi radikal. Pada dasarnya ini adalah
bagian dari terapi kuratif. Bertujuan untuk membunuh sel yang telah
bermetastase.
c. Kemoterapi neoadjuvan
d. Kemoterapi paliatif
e. Kemoterapi kombinasi
17
b. Pemberian secara intramuskulus, di antaranya yaitu bleomicin dan methotrexate.
c. Pemberian secara intravena, diberikan secara infuse/drip. Cara ini merupakan cara
cukup banyak, antara lain alat radiologi diagnostik, mesin, atau alat filter serta
menyerang sel-sel kanker yang sifatnya cepat membelah. Namun, terkadang obat ini
juga memiliki efek pada sel-sel tubuh normal yang mempunyai sifat cepat membelah
seperti rambut, mukosa (selaput lendir), sumsum tulang, kulit, dan sperma. Obat
sitotoksik juga dapat bersifat toksik pada beberapa organ seperti jantung, hati, ginjal,
dan sistem saraf. Menurut Steven & Kenneth, (2001) Berikut ini beberapa efek samping
efek samping kemoterapi yang mensupresi sumsum tulang. Selsel dalam sumsum
tulang lebih cepat tumbuh dan membelah, sehingga sel-sel tersebut rentan terkena
efek kemoterapi.
b. Mukositis
Mukositis dapat terjadi pada rongga mulut (stomatitis), lidah (glositis), tenggorok
18
pada hari ke-5 sampai 7 setelah mkemoterapi. Satu kali mukositis muncul, maka
siklus berikutnya akan terjadi mukositis kembali, kecuali jika obat diganti atau
Mual dan muntah pada pasien yang mendapat kemoterapi digolongkan menjadi
tiga tipe yaitu akut, tertunda (delayed) dan antisipasi (anticipatory). Muntah akut
terjadi pada 24 jam pertama setelah diberikan kemoterapi. Muntah yang terjadi
setelah periode akut ini kemudian digolongkan dalam muntah tertunda (delayed).
dalam area di otak di luar dari pusat muntah. Area ini dinamakan Chemoreceptor
Trigger Zone (CTZ) yang terletak secara bilateral pada dasar dari ventrikel.
Muntah yang terjadi pada pasien yang mendapat kemoterapi diduga terutama
disebabkan oleh stimulasi CTZ oleh agen kemoterapi. Mekanisme kedua melalui
kortek, yang disebabkan oleh rangsang rasa, bau, kecemasan, iritasi meningen
muntah yang akan memicu respon muntah, Anticipatory nausea and vomiting
terjadi melalui mekanisme yang ke dua ini. Pada pasien yang mengalami mual
dan muntah setelah kemoterapi dan tidak teratasi dengan baik akan menimbulkan
trauma, sehingga pada pasien ini sering mengalami mual dan muntah sebelum
19
kemoterapi Jong, (2005). Mekanisme ketiga, yaitu impuls dari saluran cerna
bagian atas yang diteruskan vagus dan serabut simpatis afferent ke pusat muntah,
kerusakan atau gangguan dalam labirin akibat penyakitnya atau akibat pergerakan
Dianda, (2007).
d. Diare
Diare disebabkan karena kerusakan epitel saluran cerna sehingga absorpsi tidak
diare. Pasien dianjurkan makan rendah serat, tinggi protein (seperti enteramin)
dan minum cairan yang banyak. Obat anti diare juga dapat diberikan dan
dilakukan penggantian cairan dan elektrolit yang telah keluar Brunner &
Suddarth, (2001).
e. Alopesia
Kerontokan rambut atau alopesia sering terjadi pada kemoterapi akibat efek letal
obat terhadap sel-sel folikel rambut. Pemulihan total akan terjadi setelah terapi
dihentikan. Pada beberapa pasien rambut dapat tumbuh kembali pada saat
(1996).
f. Infertilitas
terhadap efek toksik obat antikanker. Pria yang mendapat kemoterapi seringkali
20
produksi spermanya menurun. Efek anti spermatogenik ini dapat pulih kembali
infertilitas yang menetap. Selain pada pria, kemoterapi juga sering menyebabkan
tergantung umur, jenis obat yang digunakan, serta lama dan intensitas kemoterapi
g. Nyeri
Menurut Dianda (2007), obat kemoterapi dapat menyebabkan efek samping yang
persarafan jari tangan dan kaki. Sensasi yang dirasakan berupa rasa terbakar, mati
h. Kelelahan
Kelelahan, rasa letih, dan kehilangan energi merupakan gejala yang paling umum
minggu, atau bulan, tetapi biasanya hilang secara perlahan-lahan karena respon
Epitel mukosa saluran pencernaan merupakan sel normal tubuh yang sering
menerima dampak dari kemoterapi oleh karena sel epitel mukosa saluran
kemoterapi yang sering timbul akibat dari kemoterapi Brunner & Suddarth,
(2001). Hal ini akibat dari rusaknya mukosa akibat dari pemberian obat
kemoterapi. Biasanya stomatitis muncul setelah dua sampai empat minggu setelah
21
kemoterapi. j. Gangguan jantung Barbara (1996), ada beberapa kemoterapi
menyebabkan gangguan otot pada otot jantung. Hal ini dapat menyebabkan
kegagalan pompa jantung. Untuk menghindari efek fatal dari gangguan jantung
fungsi jantung.
Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang
merupakan pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah menurun. Yang
paling sering adalah penurunan sel darah putih (leokosit) Brunner & Suddarth,
(2001). Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan tes darah akan
Hal ini disebabkan oleh Karena jumlah leokosit turun, karena leokosit adalah
sel darah yang berfungsi untuk perlindungan terhadap infeksi. Ada beberapa
2) Perdarahan
merah di kulit.
3) Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh
Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan
tampak pucat.
22
2.2.5 Efek Samping Psikologi
(Wijayanti (2007):
1. Ketidakberdayaan
motivasi, proses kognisi, dan emosi sebagai hasil pengalaman di luar kontrol
proses kognitif pada penderita yang berupa pikiran bahwa usahanya selama ini
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (perasaan mual, rambut rontok,
Efek samping yang tidak diinginkan ini dapat muncul berupa proses emosi
dimana penderita tersebut merasa bahwa mereka hanya dijadikan sebagai objek uji
coba dokter. Proses kognisi dan emosi inilah seorang penderita melakukan suatu
ketidakberdayaan ini mampu menimbulkan suatu bentuk tingkah laku yang dapat
dilihat oleh semua orang (overt behavior). Bentuk tingkah laku ini bisa seperti
2. Kecemasan
kecemasan yang muncul pada penderita kanker payudara adalah berupa rasa takut
bahwa usianya akan singkat (berkaitan dengan inner conflict). Inner conflict
23
berupa kegiatan untuk menjalani pengobatan agar bisa sembuh tetapi tidak mau
menerima adanya risiko bagi penampilannya. Risiko disini dapat berupa rambut
rontok dan kulit menghitam akibat kemoterapi, atau hilangnya payudara akibat
behavior, karena merupakan keadaan yang ditimbulkan dari proses inner conflict.
parah yang dideritanya. Sebagai perempuan yang awalnya merasa dirinya sehat,
terhadap diagnosa. Penolakan yang penuh kecemasan ini terjadi karena mungkin
ia memiliki banyak rencana akan masa depan, ada harapan pada kemajuan
3. Rasa malu
Rasa malu merupakan suatu keadaan emosi yang kompleks karena mencakup
perasaan diri yang negatif. Perasaan malu pada penderita kanker payudara muncul
karena ada perasaan dimana ia memiliki mutu kesehatan yang rendah dan
4. Harga diri
bahwa pada diri penderita mengalami perubahan dalam konsep diri. Harga diri
merupakan bagian dari konsep diri, maka bila konsep diri menurun diartikan
bahwa harga dirinya juga menurun. Terjadinya penurunan harga diri sejalan
dengan memburuknya kondisi fisik, yaitu pasien tidak dapat merawat diri sendiri
dan sulit menampilkan diri secara efektif. Ancaman paling berat pada
psikologisnya adalah kehilangan harga diri. Penurunan dan kehilangan harga diri
24
ini merupakan reaksi emosi yang muncul pada perasaan penderita kanker
payudara.
5. Stres
memfokuskan pada reaksi seseorang terhadap stressor. Stressor dalam hal ini
adalah penyakit kanker payudara. Stres yang muncul ini merupakan bentuk
manifestasi perilaku yang tidak muncul dalam perilaku yang nampak (covert
behavior). Stres ini dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah dukungan
sosial. Dukungan sosial sangat berguna untuk menjaga kesehatan seseorang dalam
keadaan stres.
6. Depresi
Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa, dan
tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri. Salah satu akibat dari kecemasan yang
berupa usianya akan singkat, menjadikan perasaan putus asa dalam diri penderita
depresi dan hal ini tampak nyata terutama disebabkan karena rasa nyeri yang tidak
25
Seseorang yang mengalami reaksi fisiologis, dapat muncul suatu ekspresi
emosional tidak sengaja yang disebabkan oleh kejadian yang tidak menyenangkan dan
disebut sebagai amarah. Semua suasana sensori ini dapat berpadu dalam pikiran orang
dan membentuk suatu reaksi yang disebut marah. Reaksi amarah yang muncul ini tentu
saja dapat terjadi pada penderita kanker payudara, karena suatu penyakit merupakan
suatu hal yang tidak menyenangkan. Munculnya reaksi marah pada penderita kanker
payudara dapat muncul karena perasaan bahwa banyak kegiatan hariannya yang
diinterupsi oleh penyakit yang membuatnya tidak berdaya. Reaksi marah yang muncul
bisa berupa reaksi motorik (overt behavior) seperti tangan mengepal, perubahan raut
Pamela & Robin (2007), siklus kemoterapi adalah waktu yang diperlukan untuk
pemberian satu kemoterapi. Satu siklus umumnya dilaksanakan setiap tiga atau empat
minggu sekali, tetapi ada juga yang setiap minggu. Efektifitas kemoterapi hanya akan
jarum infus, kateter uretra, drain. Perlu juga pasien dan keluarga mengerti
26
2. Pertahankan keseimbangan cairan, saluran pencernaan adalah sistem tubuh
yang sangat peka terhadap kemoterapi. Sebab itu pasien mengalami anoreksia,
3. Peningkatan nutrisi, anoreksia dapat disebabkan oleh kanker itu sendiri atau
untuk makan. Berat badan dipantau setiap hari atau setiap minggu. Jika pasien
terhadap sel sel tubuh yang mempunyai siklus mitosis yang cepat, seperti
perlu penjelasan dari perawat kepada pasien agar bisa menerima keadaannya.
Untuk itu kalau perlu pasien memakai wig, topi atau penutup kepala lainnya
(Saryono, 2009)
Harga diri merupakan hasil penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian
ini menyatakan suatu sikap yang berupa penerimaan atau penolakan dan menunjukkan
seberapa besar individu itu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, dan
berharga menurut keahliannya dan nilai pribadinya (Coopersmith, 1967 dalam Lubis,
2009).
Harga diri merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia dimana kebutuhan
harga diri meliputi respek dari keluarga dan masyarakat, serta perasaan menghargai diri
27
dan orang lain. Harga diri dibagi menjadi dua bagian. Pertama, kebutuhan akan harga
kemandirian, dan kebebasan. Kedua, kebutuhan akan rasa hormat atau dihargai oleh
penghargaan (Maslow,2000).
Pada intinya, harga diri berasal dari dua sumber yaitu diri sendiri dan orang lain.
Seseorang yang menghargai dirinya sendiri dan merasa dihargai oleh orang lain
biasanya memiliki harga diri yang tinggi. Sebaliknya, seseorang yang merasa tidak
berharga dan menerima sedikit penghormatan dari orang lain biasanya memiliki harga
Laarus, 1999) :
harga diri tinggi akan lebih mandiri, kreatid dan yakin akan pendapatnya,
masa depan.
Individu dengan harga diri sedang akan memandang dirinya lebih baik dari
kebanyakan orang, tetapi pandangan ini tidak sebaik orang dengan harga diri
tinggi.
28
3. Individu dengan harga diri rendah
Individu dengan harga diri rendah menunjukan sikap kurang percaya diri,
sosial.
Perkembangan harga diri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (Lubis, 2009) :
1. Jenis kelamin dimana adanya keterkaitan yang erat antara jenis kelamin dengan
harga diri misalnya seorang wanita selalu menganggap dirinya lebih rendah
daripada pria.
2. Faktor sosial ekonomi juga berpengaruh dimana status sosial ekonomi seseorang
3. Faktor usia dimana harga diri seseorang mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan usianya.
4. Lingkungan keluarga dimana harga diri ialah orangtua yang sering merendahkan
atau memberikan hukuman dan larangan tanpa alasan yang boleh diterima dan
5. Kondisi fisik dimana individu yang memiliki ukuran bentuk dan kekuatan tubuh
yang kurang dibandingkan dengan orang lain akan cenderung mempunyai harga
29
7. Lingkungan sosial dimana terbentuknya harga diri diperoleh dari interaksi
akan memberikan gambaran baik dari segi fisik maupun mental melalui sikap dan
respon orang lain terhadap dirinya (Klass & Hodge, 1978 dalam Lubis, 2009).
harga diri. Sebaliknya kehilangan kasih sayang, dijauhi oleh teman-teman dan
penginaan akan menurunkan harga diri (Buss 1978 dalam Lubis 2009).
Gangguan harga diri adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
pecaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998). Gangguan
harga diri ada dua macam yaitu harga diri rendah situasional dan harga diri rendah
kronik (Carpenito, 2001 dalam Purba dkk, 2010). Gangguan harga diri yang disebut
a. Situasional
Harga diri rendah yang terjadi karena trauma secara tiba-tiba, misalnya
harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-
tiba). Gangguan pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
sembarangan. Selain itu, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit serta perlakuan petugas kesehatan
30
penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan
b. Kronik
Harga diri rendah yang terjadi karena perasaan negatif terhadap diri telah
berlangsung lama ketika sebelum sakit/ dirawat. Pasien ini mempunyai cara
berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
Kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada
dalam Purba, dkk (2010) yaitu: Penolakan dari orang lain,kurang penghargaan,
pola asuh yang salah: terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu
dituntut dan tidak konsisten, persaingan antar saudara, kesalahan dan kegagalan
Menurut Purba, dkk (2010) tanda dan gejala harga diri rendah yang dapat dikaji:
a) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi botak
b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri, misalnya: ini tidak akan terjadi jika
sendiri.
mampu, saya merasa tidak berguna, saya sangat jelek, saya orang
31
bodoh dan tidak tahu apa-apa, serta saya tidak pernah melakukan
d) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri dimana pasien tidak ingin
f) Mencederai diri dimana harga diri yang rendah disertai harapan yang
Penderita yang mengetahui dirinya mengidap kanker dapat menjadi cemas dan
merasa akan cepat mati dalam keadaan yang menyedihkan,serta hanya beban bagi
orang lain. Mereka akan cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang
dialaminya dan berpandangan negatif terhadap dirinya (Sukardja, 2003 dalam Hartati,
2008). Hal ini sesuai dengan pandapat Taylor (1995) dalam Hartati (2008) reaksi yang
umumnya ditampilkan oleh mereka yang didiagnosa menderita kanker payudara adalah
menyangkal, cemas, takut dan depresi karena merasa segala sesuatu tiba-tiba menjadi
Pada pasien yang menderita kanker payudara terjadi banyak perubahan fisik yang
pasien yang memiliki penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah, merasa
putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan seseorang (Radleay,
1994 dalam Lubis, 2009). Adapun perilaku pasien kanker payudara yang berhubungan
dengan harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, rasa
32
bersalah, mudah tersinggung, pesimis, dan merusak diri (Keliat, 1998). Bagi banyak
wanita yang mengalami kanker payudara cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri
atas apa yang dialaminya dan berpandangan negatif terhadap dirinya (Puckett, 2007
(Glasser dalam Lubis, 2009). Ketika pasien mampu menerima keadaan dirinya, baru ia
akan mempunyai harga diri yang tinggi (Rosenberg, 1965 dalam Lubis 2009). Pasien
yang memiliki harga diri yang tinggi dapat melawan pengaruh negatif dari kanker
(Hobfoll & Walfisch, 1984 dalam Lubis 2009). Hal tersebut didukung oleh data dari
menderita kanker payudara, pada tahun 1994 dan masih hidup di tahun 1999 adalah
pasien yang mempunyai harga diri yang tinggi (American Cancer Society, 1994 dalam
Lubis 2009).
Oleh karena itu, sangat penting bagi pasien kanker payudara untuk mengubah
konsep diri agar mempunyai harga diri yang tinggi untuk mampu beradaptasi (Heidrich
& Ward, 1992 dalam Lubis, 2009). Pasien kanker payudara yang mempunyai harga diri
yang tinggi (Rosenberg, 1965; Waltz, 1986 dalam Lubis, 2009) akan mempunyai
mental yang sehat dan lebih puas terhadap hidupnya sehingga akan lebih mempercepat
kesembuhannya atau lebih memperpanjang harapan bagi pasien kanker yang sudah
payudara yang dapat menerima keadaan dirinya akan memilki harga diri tinggi
sedangkan pasien kanker payudara yang tidak dapat menerima keadaan dirinya akan
33
2.4 Mekanisme Koping
baik fisik maupun psikologis. Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang
menetap yang merupakan kebiasaan dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan
koping yang tidak efektif berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang
dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri, oranglain, maupun
Mekanisme koping ialah suatu proses adaptasi yang dilakukan oleh individu
untuk menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon situasi
beradaptasi dan tidak menimbulkan suatu gangguan kesehatan, tetapi bila mekanisme
koping gagal artinya individu gagal untuk beradaptasi serta dapat menimbulkan stress
tuntutan yang dianggap sebagai tantangan terhadap sifat pada diri seseorang. Dalam hal
ini, untuk dapat melakukan koping diperlukan sifat internal dan sifat eksternal.
merupakan contoh sifat internal. Sifat eksternal meliputi waktu, uang, dan dukungan
diterima. Apabila mekanisme koping ini berhasil, maka individu tersebut akan dapat
34
temperamen,persepsi, dan kognisi serta latar belakang budaya atau norma tempatnya
kesehatan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan suatu
penyakit dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan suatu
Mekanisme koping pasien dapat dijadikan pedoman untuk mengontrol emosi dan
stress akibat kemoterapi (Rasmun 2004). Mekanisme koping dipandang sebagai suatu
faktor penyeimbang yang dapat membantu individu beradaptasi dengan kondisi yang
menekan. koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi oleh
individu, Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi
terhadap perubahan tetapi bila koping tidak berhasil maka individu akan mengalami
gangguan kejiwaan. Tetapi setiap individu, dalam menghadapi masalah yang sama akan
Mekanisme koping adaptif antara lain adalah berbicara dengan orang lain
tentang masalah yang sedang dihadapi, mencoba mencari informasi lebih banyak
35
mengurangi ketegangan masalah, membuat berbagai alternatif tindakan untuk
mengurangi situasi, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil,
berlebihan, menghindar.
Perilaku agresif dimana individu menyerang obyek, apabila dengan ini individu
(menyerang) terhadap sasaran atau obyek dapat merupakan benda, barang atau
orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Adapun perilaku mnarik diri dimana
perilaku menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi
secara fisik dan psikologis individu secara sadar pergi meninggalkan lingkungan
yang menjadi sumber stressor misalnya ; individu melarikan diri dari sumber
pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu.
melamun dan fantasi, banyak tidur, menangis, beralih pada aktifitas lain agar
adalah ;
36
Individu berusaha menganalisa situasi untuk memperoleh solusi dan
informasional.
4) Distancing (Emotion-focused)
5) Escape-Avoidanceting (Emotion-focused)
memperbaikinya
Usaha individu untuk menciptakan arti yang positif dari masalah yang
dihadapi.
37
2.4.2 Faktor Yang Mpengaruhi Mekanisme Koping
Mekanisme koping terdiri atas dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor
1. Faktor internal yang meliputi : Perasaan seseorang seperti harga diri, kesehatan
social sebagai rasa memiliki informasi terhadap seseorang atau lebih dengan tiga
kategori yaitu : dukungan harga diri berupa pengakuan dari seseorang merasa
Mekanisme koping dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (Smet B, 1994)
a. Usia
suatu situasi yang menekan. Sehingga dapat dipastikan kalau koping dari
38
b. Jeis kelamin
Secara teoritis pria dan wanita mempunyai cara yang bebeda dalam
c. Harga diri
Harga diri dimiliki individu sebagai sikap, gagasan dan kemampuan dalam
mmempertinggi harga diri dan rasa percaya diri sengan melakukan usaha-
d. Pendidikan
Individu yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih tinggi pula
realistis dan koping mereka akan lebih aktif dibandingkan dengan mereka
Pada pasien yang menderita kanker payudara terjadi banyak perubahan fisik yang
Menghadapi perubahan mental akibat penyakit kanker payudara, umumnya pasien yang
memiliki penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah, merasa putus asa, bosan,
cemas, frustasi, tertekan dan takut kehilangan seseorang (Radleay, 1994 dalam Lubis,
2009). Adapun perilaku pasien kanker payudara yang berhubungan dengan harga diri
39
rendah adalah mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah
tersinggung, pesimis, dan merusak diri (Keliat, 1998). Bagi banyak wanita yang
mengalami kanker payudara cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang
dialaminya dan berpandangan negatif terhadap dirinya (Puckett, 2007 dalam Hartati
2008).
Harga diri dipengaruhi oleh mekanisme koping yang dimiiki terhadap tujuan dan
keberhasilan dalam hidup. Individu dengan harga diri tinggi cenderung menunjukan rasa
percaya diri yang baik. Individu dengan harga diri tinggi mampu mengevaluasi diri,
sehingga dapat mengembangkan harga diri yang positif (Bandura (1997) dalam Pery dan
Potter (2005). Individu dengan harga diri yang rendah cenderung mengatakan merasa
kurang percaya diri, merasa tidak menarik dan merasa kurang di terima oleh lingkungan.
Penilaian individu terhadap masalah sebagai keadaan yang penuh stres salah satunya
tergantung dari harga diri individu itu sendiri (Handayani, 2000). Harga diri dipengaruhi
mekanisme koping diri (Laarus,1999). Harga diri yang tinggi menjaga individu tetap
sehatwalaupun mengalami suatu penyakit yang membuat stres. Di dalam harga diri yang
tinggi terdapat sikap yang membuat individu tahan terhadap stres, yaitu mekanisme
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
korelasi dengan pendekatan cross sectional. Metode deskriptif adalah suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran atau lukisan sistematis, faktual
diselidiki (Moh Nazir, 2005). Sedangkan studi korelatif dirancang untuk menentukan
sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
dasar yang berakar dari paham ontologi realisme yang menyatakan bahwa realitas itu
ada (exist) dalam kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum alam (natural laws).
41
3.3 Kerangka Konsep
Konsep pada penelitian ini di susun secara sistemmatis berdasarkan teori yang
telah diuraikan pada bab tinjauan teori. Kerangka konseppenelitian di gambarkan dalam
1. Harga diri
2. Kesehatan dan energi
3. Kepercayaan eksistensial
(iman, kepercayaan, agama),
4. Komitmen atau tujuan hidup
: Yang DIteliti
Penelitian ini akan meneliti harga diri yang dialami penderita kanker payudara.
Harga diri dibagi menjadi 3, yaitu harga diri tinggi, harga diri sedang, harga diri rendah.
Hasil dari penelitiang mengenai harga diri dijadikan sebagai variabel bebas
payudara. Mekanisme koping dari penderita kanker payudara dijadikan variabel terikat
(dependen). Variabel terikan ini akan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu mekanisme
koping adaptif dan mekanisme koping mal-adaptif. Data mengenai kedua variabel
dianalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat.
42
3.4 Hipotesa Penelitian
yang akan di teliti dan perlu di uji kebenarannya (Dahlan, 2009). Hipotesis adalah suatu
pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan
bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian (La Biondo Wood & Haber, 1994)
Ho : Tidak adanya Hubungan Mekanisme Koping Dengan Harga Diri Pada Pasien
Ha : Adanya Hubungan Mekanisme Koping Dengan Harga Diri Pada Pasien Kanker
mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan
tetapi bila koping tidak berhasil maka individu akan mengalami gangguan kejiwaan.
Tetapi setiap individu, dalam menghadapi masalah yang sama akan berbeda-beda dalam
Harga diri merupakan hasil penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian
ini menyatakan suatu sikap yang berupa penerimaan atau penolakan dan menunjukkan
seberapa besar individu itu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, dan
berharga menurut keahliannya dan nilai pribadinya (Coopersmith, 1967 dalam Lubis,
2009).
43
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu mekanisme koping sebagai variabel
Harga Diri Penilaian Memberikan Kuesioner yang Dari total 12 item Ordinal
individu pertanyaan terdiri dari 12 dengan nilai (2x12=
terhadap melalui pertanyaan dengan 24).
dirinya kuesioner. Skor tertinggi : 24
kriteria sesuai
sendiri. Skor terendah : 0
dengan skala likert : Untuk menjelaskan
6. Tidak pernah : 1 secara deskriptif,
7. Jarang : 2 dengan kategori:
8. Kadang-kadang : a. Harga diri rendah
3 < nilai median data
9. Sering :4 (10)
10. Selalu :5 b. Harga diri sedang
nilai median data
(10)
c. Harga diri tinggi >
nilai media data (15)
44
3.6 Populasi dan Sampel
1. Populasi
(Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita kanker
payudara yang menjalani kemoterapi di Bandung Cancer Society pada tahun 2017
sebanyak 40 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
1. Instrumen
2007).
a. Harga Diri
Alat ukur yang di gunakan untuk mengukur harga diri dalam penelitian ini
menggunakan alat tes yang telah baku milik Morris Rosenberg yaitu Rosenberg
Self-Esteem (RSES). Skala ini dipilih karena mampu mengukur harga diri
aspek kepercayaan diri (self confidence) dan butir yang memiliki kriteria negatif
45
RSES terbukti memiliki reliabilitas dan internal konsistensi yang tinggi untuk
reponden.
46
3.9 Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan data
meliputi:
a. Editing
b. Coding
atau bilangan. Hal ini untuk mempermudah pada saat analisa dan juga
mempercepat pada saat entry data. Peneliti memberikan kode pada harga diri
dengan kode 1: tinggi dan kode 2: rendah, sedangkan untuk mekanisme koping
c. Processing
statistik tertentu.
d. Cleaning
pengolahan data dan tidak ada kesalahan dalam pengolahan data sehingga dapat
47
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang
terdiri dari:
1. Informed Consent
48
pasien kanker payudara yang bersedia menjadi responden untuk mengisi
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. Peneliti
tidak memberikan nama dan hanya memberikan inisial berupa nomor urut.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Peneliti
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga tempat ditentukan benar-
Anggraeni, 20110).
49
3.11.2 Waktu penelitian
50