PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulserasi atau ulkus pada mukosa mulut, merupakan gambaran lesi oral yang sangat
umum ditemui dan dikeluhkan pasien dalam praktik dokter gigi sehari-hari. Ulkus
merupakan luka pada jaringan kutaneus atau mukosa yang terbuka. Lesi ini
ditandai dengan disintegrasi yaitu kehilangan pada lapisan epitelium hingga melebihi
membrana basalis dan mengenai lamina propia, yang disebabkan karena trauma pada jaringan
secara perlahan lahan disertai nekrosis. Tepi dari ulkus mukosa sering kali
membulat, namun dapat juga tidak teratur (Langlais dkk., 2014; Pindborg, 2009).
Lesi ini dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin. Ulkus merupakan salah satu dari tiga
kondisi yang paling sering ditemukan pada rongga mulut, selain varises dasar mulut (50%) dan
fissure tongue (30%) dengan prevalensi ulkus di mukosa mulut rata-rata berkisar antara 10% -
20% (Delong dan Burkhart, 2013). Ulkus pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh trauma,
infeksi, penyakit terkait imun atau neoplasia, namun faktor penyebab yang paling sering timbul
pada ulkus adalah disebabkan oleh trauma. Ulkus yang disebabkan oleh trauma sering disebut
Ulkus traumatikus dapat terjadi pada mukosa mulut antara lain pada lidah, bibir, lipatan
mukosa (mucobuco fold) gingiva, palatum, mukosa labial, dan dasar mulut (Pindborg, 2009).
Ulkus traumatikus memiliki karakter adanya kerusakan pada mukosa dengan batas
tepi eritema dan di tengahnya berwarna putih kekuningan, serta menimbulkan rasa
nyeri (Langlais dkk, 2014). Menurut Lewis dan Jordan (2015), penyembuhan ulkus
traumatikus dapat dicapai dalam 7 10 hari. Apabila lesi tersebut terasa sangat sakit maka
dianjurkan penggunaan obat seperti natrium bikarbonat di dalam air atau obat kumur antiseptik,
seperti khlorheksidine atau benzydamine untuk membantu meredakan nyeri. Jika penyembuhan
tidak terjadi maka perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya penyebab lain, seperti
keberadaan neoplasia (karsinoma, limfoma, atau tumor kelenjar ludah) sehingga tindakan
mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan cara regenerasi.
luka yaitu fase hemostatis, fase inflamasi, fase proliferasi (meliputi fase
berperan pada proses pengobatan dan penyembuhan luka. Tanaman herbal yang
digunakan sebagai penyembuhan luka secara tradisional salah satunya yaitu
dimanfaatkan untuk kesehatan. Bahan aktif yang terdapat pada ekstrak daun
flavonoid. Efek utama bahan aktif dalam daun mengkudu yang berhubungan
dengan proses penyembuhan luka antara lain saponin sebagai antibakteri, tanin
sama juga dilakukan oleh Rasal dkk (2008), tentang pemberian ekstrak etanol
daun mengkudu per oral terbukti dapat membantu penyembuhan luka dilihat dari
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui efektifitas ekstrak etanol
2. Tujuan Khusus
wistar.
wistar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
b. Bagi Peneliti
c. Bagi Masyarakat
citrifolia L.).
E. Keaslian Penelitian
Berbagai macam penelitian yang telah dilakukan mengenai mengkudu
DAFTAR PUSTAKA
Delong, Lieslie., Burkhart, Nancy., 2008, General and Oral Pathology
Lewis, Michael, A., Jordan, Richard, C., 2015, Penyakit Mulut Diagnosis dan
2009;6(3):3516
Palu, A., Su, C., Zhou, B.N., West, B., Jensen, J.2010, Wound Healing effects