PENDAHULUAN
Penyakit mental secara klasik dibagi menjadi psikosis dan neurosis. Pada psikosis
terjadi kehilangan gangguan dalam menilai realitas seperti adanya waham, halusinasi, yang
tidak dapat dimengerti dan diempati. Akan tetapi neurosis mempunyai gejala yang dapat
dimengerti dan dapat diempati. Neurosis dapat didefenisikan sebagai reaksi psikogenik
abnormal. Selanjutnya keadaan tersebut dapat terlihat sebagai reaksi yang berlebihan
terhadap stressor yang ada. Gejala neurotik merupakan reaksi maladaptif terhadap stress dan
merefleksikan penggunaan mekanisme pertahanan psikologis yang berlebihan dan tidak
sesuai.
Gejala neurotik sering ditemukan dalam praktik umum dan mungkin merupakan
gejala yang dominan pada seperenam individu yang datang. Gangguan neurotik merupakan
keadaan psikiatri yang tersering, dan dapat menyerang hampir 20% individu. Tingginya
insidensi gejala neurotik dalam masyarakat umum menimbulkan pertanyaan pada setiap
kasus apakah gejala-gejala demikian harus dianggap abnormal atau orang tersebut sakit jiwa.
Haruskah gejala-gejala ini dipandang hanya sebagai cara seseorang menangani masalahnya
sehari-hari, atau memang merupakan penyakit mental? Seseorang dengan neurosis cenderung
berkonsultasi medis, biasanya karena takut akan penyakit fisik. Diagnosa akurat menghindari
pemeriksaan penunjang yang tidak sesuai.
Mengingat akan hal diatas, maka penulis ingin mempelajari dan menggali lebih dalam
mengenai kasus-kasus neurotik. Pada kesempatan ini penulis akan memaparkan kasus
neurotik tentang gangguan cemas menyeluruh yang didapatkan dari seorang pasien yang
melakukan kontrol ulang .