Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH

MOBILITAS PENDUDUK
ARTIKEL MIGRASI INTERNASIONAL INDONESIA KE ASIA TIMUR

Disusun oleh :
Nama : Zakka Fadzil Amri
NIM : 14/365560/GE/07937

DEPARTEMEN GEOGRAFI LINGKUNGAN


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
Definisi Kata Migrasi Menurut Para Ahli
1. Menurut Ananta dan Khotib (2002) , berdasarkan pengalaman tahap pembangunan
maka setiap daerah di Indonesia memiliki karakteristik demografis dan ekonomis
yang berbeda. Modal perekonomian dan tenaga kerja terdidik masih terlihat langka.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini, dilakukan pengiriman tenaga kerja
yang ada cenderung tak terdidik ke luar negeri. Pada saat bersamaan, masyarakat juga
menerima modal dan tenaga kerja terdidik dari luar negeri. Motif migrasi
internasional antar negara dapat dibedakan kedalam dua identifikasi. Pertama, karena
faktor ekonomi dengan cara bekerja bekerja dan mendapat upah. Kedua, untuk
penjualan teknologi maupun untuk alasan bisnis yakni penanaman modal
saham. Arus utama tenaga kerja umumnya berasal dari negara berkembang menuju
negara-negara industry baru dan negara maju.
2. Migrasi internasional didefinisikan sebagai suatu bentuk mobilitas penduduk yang
melampaui batas-batas wilayah negara dan budaya (Zlotnik, 1992; Appleyard, 1989).
3. Pengertian yang lebih luas dikemukakan Lee (1980) mendefinisikan migrasi
internasional sebagai suatu aktivitas perpindahan penduduk yang mencaku aspek
perubahan tempat tinggal, tujuan migrasi maupun keinginan-keinginan menetap atau
tidak menetap di daerah tujuan. Berdasarkan konsteks pelaku atau migran, PBB
mendefinisikan bahwa migran internasional adalah seseorang yang tinggal di luar
negara asal tempat tinggalnya selama periode sekurang-kurangnya 1 tahun

Sejarah Migrasi Internasional Indonesia


Perpindahan tenaga kerja dari negara berkembang menuju negara maju mayoritas
didominasi oleh alasan perbedaan tingkat perekonomian. Rendahnya tingkat upah dan
kurangnya lapangan pekerjaan yang memadai mendorong manusia di RI untuk melakukan
migrasi internasional. Periode migrasi internasional dari RI ke luar negeri dibagi lima yakni :
1. RI menuju daerah Asia Tenggara (Malaysia, Singapura, Thailand).
2. RI menuju daerah Asia Timur Tengah (Arab, UAE, Kuwait, Dubai, Iran, Mesir).
3. RI menuju daerah Asia Timur (Hongkong, Jepang, Korea Selatan, Taiwan).
4. RI menuju daerah Benua Eropa (Belanda, Perancis, Jerman, Finlandia, Swiss,
Inggris).
5. RI menuju daerah Benua Amerika dan Benua Australia (Amerika Serikat, Australia
dan negara federalnya, serta Selandia Baru).
Studi Migrasi Internasional
Beberapa teori migrasi di RI mengindikasikan bahwa migran migran ini dapat dicirikan
sebagai berikut ini :
1. Kualitas pendidikan tergolong masih rendah (minim).
2. Tingkat pengetahuan dan kemampuan bekerja masih rendah.
3. Biasanya berumur antara rentang 17 40 tahun.
4. Didominasi untuk menempati sector 3D yakni berupa sector informal berupa buruh
kasar, tenaga pembantu rumah tangga, buruh pabrik maupun pekerjaan kasar lainnya.
5. Tenaga kerja pria umumnya bekerja sebagai sopir atau pekerja teknis kasar.
6. Tenaga kerja wanita biasanya akan bekerja di sector informal berupa tenaga pembantu
rumah tangga, babysitter, pekerja sosial untuk mengurus manula di panti jompo dll.
7. Upah yang dibayarkan biasanya dipotong oleh pihak penyalur TKI yang
mendistribusikan tenaga kerja dari Indonesia.
8. Distribusi tenaga kerja pria umumnya ke negara Korea Selatan, Jepang, Hongkong
dan Taiwan.
9. Distribusi tenaga kerja wanita umumnya ke negara Timur Tengah dan Eropa Barat.

Isu Migrasi Internasional


1. Kualitas tenaga kerja yang rendah mendorong hak-hak pekerja yang tergolong rendah
pula jika dilihat dari sudut oandang HAM dan kemanusiaan.
2. Tenaga kerja Indonesia rawan mengalami kekerasan verbal, kekerasan seksual dan
kerawanan kriminalitas di negara tujuan.
3. Tingkat upah yang terkadang tidak diberikan sesuai dengan beban kerja yang berat.
4. Tingkat keadilan hukum bagi TKI masih cukup rendah, hal ini terlihat dengan
banyaknya TKI yang mendapatkan peradilan hukum diluar ketentuan yang ada.
5. Rentan terjadi pelanggaran HAM.
6. Biasanya akan terkena pajak terkait penghasilan negara berupa uang devisa.
JEPANG
Migrasi Internasional ke Jepang
Migrasi internasional dari Indonesia ke Jepang merupakan salah satu program
kerjasama bilateral antara Indonesia dan Jepang di bidang tenaga kerja yaitu program G to
G. Berikut akan dipaparkan beberapa data terkait migrasi internasional Indonesia ke Jepang.

PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA LUAR NEGERI PROGRAM G TO G


JEPANG TAHUN 2008 2016

Tahun Jumlah

2008 208

2009 362

2010 116

2011 105

2012 101

2013 156

2014 187

2015 278
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Informasi BNP2TKI, pada tahun 2014
tercatat TKI yang mengikuti program G to G ke Jepang sebanyak 57 orang laki-laki
2016 279
dan 130 orang perempuan (total=187).

(sumber: BNP2TKI diolah)


Berdasarkan data yang diperoleh, TKI yang dikirimkan ke Jepang tiap tahunnya
mengalami fluktuatif. Pada tahun 2009 terjadi puncak pengiriman TKI dari Indonesia ke
Jepang, sedangkan pengiriman paling rendah terjadi pada tahun 2012 lalu kemudian
meningkat lagi pada tahun-tahun berikutnya. Berdasarkan sumber lain, penurunan
pengiriman TKI yang terjadi disebabkan oleh kaburnya TKI dari pelatihan dan pemagangan
yang diadakan BNP2TKI sehingga berpengaruh pada kinerja TKI di Jepang.
KOREA SELATAN
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang menjalin kerjasama dengan Indonesia
melalui program G to G. Korea Selatan merupakan negara yang hanya menerima tenaga kerja
asing (TKA) dalam sektor formal.
Jauh sebelum Program G to G (Goverment to Goverment) penempatan Tenaga kerja
Indonesia (TKI) ke Korea Selatan (TKI Korea) melalui Perusahaan Tenaga Kerja Indonesia
(PJTKI) sejak dekade tahun 1980an ketika ekonomi Korea mengalamai lonjakan kemajuan
yang sangat signifikan dan tidak sebanding dengan angkatan kerja yang ada sehingga
membutuhkan tenaga kerja tambahan, karena pekerja lokal tidak mencukupi dengan
pertumbuhan industri-industri atau perusahaan kecil menengah yang membutuhkan pekerja,
salah satu jalan keluar untuk menutupi kebutuhan tenaga kerja didalam negerinya pemerintah
negeri gingseng tersebut mengimport tenaga kerja dari luar negeri terutama dari negara
negara berkembang salah satunya dari Indonesia.
Government to Government (G to G)

Artinya sebuah program yang dilakukan dengan perjanjian antar Negara atau
pemerintahan. Begitu juga yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia Indonesia dan
Pemerintah Korea Selatan melakukan penandatanganan kerja sama (MoU) dalam proses
penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Korea Selatan.
Pada 2004 lahir Undang-undang No 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang pada pasal 94 ayat (1) dan (2) mengamanatkan
pembentukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI). Kemudian disusul dengan lahirnya Peraturan Presiden (Perpres) No 81/2006
tentang Pembentukan BNP2TKI yang struktur operasional kerjanya melibatkan unsur-unsur
instansi pemerintah pusat terkait pelayanan TKI, antara lain Kemenlu, Kemenhub,
Kemenakertrans, Kepolisian, Kemensos, Kemendiknas, Kemenkes, Imigrasi (Kemenhukam),
Sesneg, dan lain-lain.
Pada 2006 pemerintah mulai melaksanakan penempatan TKI program Government to
Government (G to G) atau antarpemerintah ke Korea Selatan melalui Direktorat Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri (PPTKLN) di bawah Direktorat Jenderal
PPTKLN Depnakertrans. Pada 2007 awal ditunjuk Moh Jumhur hidayat sebagai Kepala
BNP2TKI melalui Keppres No 02/2007, yang kewenangannya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada presiden.
Tidak lama setelah Keppres pengangkatan itu yang disusul pelantikan Moh Jumhur
Hidayat selaku Kepala BNP2TKI, dikeluarkan Peraturan Kepala BNP2TKI No 01/2007
tentang Struktur Organisasi BNP2TKI yang meliputi unsur-unsur intansi pemerintah tingkat
pusat terkait pelayanan TKI. Dasar peraturan ini adalah Instruksi Presiden (Inpres) No 6/2006
tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
Dengan kehadiran BNP2TKI ini maka segala urusan kegiatan penempatan dan
perlindungan TKI berada dalam otoritas BNP2TKI, yang dikoordinasi Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi namun tanggung jawab tugasnya kepada presiden. Akibat kehadiran
BNP2TKI pula, keberadaan Direktorat Jenderal PPTKLN otomatis bubar berikut Direktorat
PPTKLN karena fungsinya telah beralih ke BNP2TKI.
Program penempatan TKI G to G ke Korea pun dilanjutkan oleh BNP2TKI, bahkan
program tersebut diperluas BNP2TKI bekerjasama pemerintah Jepang untuk penempatan G
to G TKI perawat pada 2008, baik untuk perawat rumahsakit maupun perawat lanjut usia.
Program ini memberikan peluang bagi para calon TKI Korea yang ingin bekerja sebagai
buruh migran di Korea Selatan.

Lowongan TKI Korea pekerjaan yang ditawarkan di Korea Selatan dibagi dalam 5 sektor:

Sektor Pertanian
Sektor Manufaktur
Sektor Konstruksi
Sektor Perikanan
Sektor Jasa

Beberapa tahapan untuk dapat mengisi Lowongan TKI Korea, sebelum dapat diterima
sebagai TKI Korea para kandididat calon TKI Korea harus melalui seleksi yang sangat ketat,
selain syarat fisik kerja di korea yang harus prima karena disana akan mengisi sektor yang
membutuhkan kondisi fisik yang baik.
Ujian Bahasa Korea
Pemerintah Korea Selatan mensyaratkan bagi calon TKI Korea harus lulus ujian bahasa
korea yang diselenggarakan oleh BNP2TKI dan HRD Korea yang bekerja sama dengan
beberapa kampus ternama di Indonesia.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat penempatan TKI di Korea Selatan berfokus
pada sektor formal hingga tahun 2009. Tahun 2010 barulah Indonesia mulai menempatkan
TKI sektor informal ke Korea Selatan.
Berdasarkan grafik diatas, jumlah pengiriman TKI ke Korea Selatan sejak tahun 2004
hingga 2014 mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan oleh pra program G to G dan pasca
program G to G di Korea Selatan. Alasan TKI ke Korea Selatan antara lain adalah UMR
Korea Selatan tinggi dan Korea Selatan memiliki manufaktur-manufaktur kelas dunia dalam
bidang industri permobilan, besi baja, perkapalan, semi konduktor, display, Informasi dan
Teknonolgi (IT).
CHINA
Penempatan tenaga kerja Indonesia di China berdasarkan Provinsi asal

Berdasarkan data dari BNP2TKI, mayoritas TKI dari Jawa Barat dan Jawa Tengah
bekerja pada sektor domestik. Sedangkan mayoritas TKI dari Bengkulu dan Maluku utara
mayoritas tidak bekerja pada sektor domestik. TKI dari Maluku utara mayoritas bekerja
sebagai pekerja pertanian, sedangkan TKI dari Bengkulu banyak bekerja sebagai Operator.
Berdasarkan data tabel yang tersaji diatas, dapat dilihat bahwa provinsi penyuplai TKI
ke China paling banyak adalah Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk
di Provinsi Jawa Tengah lebih padat daripada provinsi-provinsi lain.

HONGKONG

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di HongKong dan Kedatangan Tenaga Kerja


Indonesia dari HongKong

Grafik Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di


Hong Kong
60000

50000

40000

30000

20000

10000

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016

Grafik Kedatangan Tenaga Kerja Indonesia dari Hong


Kong
27000

26000

25000

24000

23000

22000

21000
2014 2015 2016
100000

0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
80000
90000
70000
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Kepulauan Riau
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Banten
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Nusa Tenggara
Nusa Tenggara
Kalimantan Barat
Kalimantan
Kalimantan
Kalimantan Timur
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara

berdasarkan Provinsi Asal Tahun 2011-2016


Sulawesi Tengah
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di HongKong Tahun 2011-2016

Sulawesi Utara
Sulawesi Barat

Grafik Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Hong Kong


Gorontalo
Maluku
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
Berdasarkan data tabel dan grafik yang disajikan diatas, provinsi penyuplai TKI
terbesar di Hongkong adalah berasal dari Provinsi Jawa Timur dan penyuplai paling rendah
adalah dari Provinsi Maluku Utara. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk di Maluku
Utara relatif lebih rendah dibandingkan provinsi lain.

TAIWAN

TKI yang bekerja di Taiwan dibagi menjadi dua kategori yaitu: (1) TKI formal yang
bekerja di pabrik atau industri, jenis pekerjaannya dapat dilakukan oleh TKI laki-laki dan
perempuan; (2) TKI informal pada umunya mereka adalah bekerja sebagai care giver
merawat orang tua, pekerjaan ini mayoritas dilakukan oleh perempuan.

Sumber: http://www.roc-taiwan.org/id_en/post/50.html

Sumber: ANTARA News


PROVINSI PENYUMBANG TERBESAR TENAGA KERJA KE TAIWAN
Sumber: BNP2TKI

Berdasarkan data tabel diatas, 5 provinsi terbanyak penyumbang TKI ke Taiwan


adalah Lampung, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Gorontalo. Provinsi penyuplai
TKI terbesar ke Taiwan kemungkinan memang penduduknya banyak yang berfokus dalam
bidang ketenagakerjaan.
Taiwan merupakan negara kedua penerima TKI terbesar dari Indonesia setelah
Malaysia.

Sumber: hariankota.com

Anda mungkin juga menyukai