MOBILITAS PENDUDUK
ARTIKEL MIGRASI INTERNASIONAL INDONESIA KE ASIA TIMUR
Disusun oleh :
Nama : Zakka Fadzil Amri
NIM : 14/365560/GE/07937
Tahun Jumlah
2008 208
2009 362
2010 116
2011 105
2012 101
2013 156
2014 187
2015 278
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Informasi BNP2TKI, pada tahun 2014
tercatat TKI yang mengikuti program G to G ke Jepang sebanyak 57 orang laki-laki
2016 279
dan 130 orang perempuan (total=187).
Artinya sebuah program yang dilakukan dengan perjanjian antar Negara atau
pemerintahan. Begitu juga yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia Indonesia dan
Pemerintah Korea Selatan melakukan penandatanganan kerja sama (MoU) dalam proses
penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Korea Selatan.
Pada 2004 lahir Undang-undang No 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang pada pasal 94 ayat (1) dan (2) mengamanatkan
pembentukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI). Kemudian disusul dengan lahirnya Peraturan Presiden (Perpres) No 81/2006
tentang Pembentukan BNP2TKI yang struktur operasional kerjanya melibatkan unsur-unsur
instansi pemerintah pusat terkait pelayanan TKI, antara lain Kemenlu, Kemenhub,
Kemenakertrans, Kepolisian, Kemensos, Kemendiknas, Kemenkes, Imigrasi (Kemenhukam),
Sesneg, dan lain-lain.
Pada 2006 pemerintah mulai melaksanakan penempatan TKI program Government to
Government (G to G) atau antarpemerintah ke Korea Selatan melalui Direktorat Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri (PPTKLN) di bawah Direktorat Jenderal
PPTKLN Depnakertrans. Pada 2007 awal ditunjuk Moh Jumhur hidayat sebagai Kepala
BNP2TKI melalui Keppres No 02/2007, yang kewenangannya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada presiden.
Tidak lama setelah Keppres pengangkatan itu yang disusul pelantikan Moh Jumhur
Hidayat selaku Kepala BNP2TKI, dikeluarkan Peraturan Kepala BNP2TKI No 01/2007
tentang Struktur Organisasi BNP2TKI yang meliputi unsur-unsur intansi pemerintah tingkat
pusat terkait pelayanan TKI. Dasar peraturan ini adalah Instruksi Presiden (Inpres) No 6/2006
tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
Dengan kehadiran BNP2TKI ini maka segala urusan kegiatan penempatan dan
perlindungan TKI berada dalam otoritas BNP2TKI, yang dikoordinasi Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi namun tanggung jawab tugasnya kepada presiden. Akibat kehadiran
BNP2TKI pula, keberadaan Direktorat Jenderal PPTKLN otomatis bubar berikut Direktorat
PPTKLN karena fungsinya telah beralih ke BNP2TKI.
Program penempatan TKI G to G ke Korea pun dilanjutkan oleh BNP2TKI, bahkan
program tersebut diperluas BNP2TKI bekerjasama pemerintah Jepang untuk penempatan G
to G TKI perawat pada 2008, baik untuk perawat rumahsakit maupun perawat lanjut usia.
Program ini memberikan peluang bagi para calon TKI Korea yang ingin bekerja sebagai
buruh migran di Korea Selatan.
Lowongan TKI Korea pekerjaan yang ditawarkan di Korea Selatan dibagi dalam 5 sektor:
Sektor Pertanian
Sektor Manufaktur
Sektor Konstruksi
Sektor Perikanan
Sektor Jasa
Beberapa tahapan untuk dapat mengisi Lowongan TKI Korea, sebelum dapat diterima
sebagai TKI Korea para kandididat calon TKI Korea harus melalui seleksi yang sangat ketat,
selain syarat fisik kerja di korea yang harus prima karena disana akan mengisi sektor yang
membutuhkan kondisi fisik yang baik.
Ujian Bahasa Korea
Pemerintah Korea Selatan mensyaratkan bagi calon TKI Korea harus lulus ujian bahasa
korea yang diselenggarakan oleh BNP2TKI dan HRD Korea yang bekerja sama dengan
beberapa kampus ternama di Indonesia.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat penempatan TKI di Korea Selatan berfokus
pada sektor formal hingga tahun 2009. Tahun 2010 barulah Indonesia mulai menempatkan
TKI sektor informal ke Korea Selatan.
Berdasarkan grafik diatas, jumlah pengiriman TKI ke Korea Selatan sejak tahun 2004
hingga 2014 mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan oleh pra program G to G dan pasca
program G to G di Korea Selatan. Alasan TKI ke Korea Selatan antara lain adalah UMR
Korea Selatan tinggi dan Korea Selatan memiliki manufaktur-manufaktur kelas dunia dalam
bidang industri permobilan, besi baja, perkapalan, semi konduktor, display, Informasi dan
Teknonolgi (IT).
CHINA
Penempatan tenaga kerja Indonesia di China berdasarkan Provinsi asal
Berdasarkan data dari BNP2TKI, mayoritas TKI dari Jawa Barat dan Jawa Tengah
bekerja pada sektor domestik. Sedangkan mayoritas TKI dari Bengkulu dan Maluku utara
mayoritas tidak bekerja pada sektor domestik. TKI dari Maluku utara mayoritas bekerja
sebagai pekerja pertanian, sedangkan TKI dari Bengkulu banyak bekerja sebagai Operator.
Berdasarkan data tabel yang tersaji diatas, dapat dilihat bahwa provinsi penyuplai TKI
ke China paling banyak adalah Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk
di Provinsi Jawa Tengah lebih padat daripada provinsi-provinsi lain.
HONGKONG
50000
40000
30000
20000
10000
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
26000
25000
24000
23000
22000
21000
2014 2015 2016
100000
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
80000
90000
70000
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Kepulauan Riau
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Banten
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Nusa Tenggara
Nusa Tenggara
Kalimantan Barat
Kalimantan
Kalimantan
Kalimantan Timur
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Sulawesi Barat
TAIWAN
TKI yang bekerja di Taiwan dibagi menjadi dua kategori yaitu: (1) TKI formal yang
bekerja di pabrik atau industri, jenis pekerjaannya dapat dilakukan oleh TKI laki-laki dan
perempuan; (2) TKI informal pada umunya mereka adalah bekerja sebagai care giver
merawat orang tua, pekerjaan ini mayoritas dilakukan oleh perempuan.
Sumber: http://www.roc-taiwan.org/id_en/post/50.html
Sumber: hariankota.com