Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH PBL TO DO

UJI KLINIK FASE I PRODUK KAPSUL


EKSTRAK ETANOL KUNYIT PUTIH

Dosen Pembimbing : Dra Any Guntarti, Msi.,Apt


Di Susun oleh Kelompok 5

Tri Handayani (1607062075)


Endang Wulan Sari
Ridwan
Novalia Rohmah
Maulina
Lingga Ayudia
Nor Aida
Windi Agustina
Leliani Fitri Anggraini

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker adalah proses pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang diikuti oleh
invasi sel ke jaringan disekitarnya serta penyebaran (metastasis) ke bagian tubuh lain.
Sifat utama sel kanker adalah proliferasi terus menerus sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan antara sel hidup dengan sel mati (Parton et al, 2001). Data
GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa
pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat
kanker di seluruh dunia. Penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya
antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara.
Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC),
diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575
kematian akibat kanker di seluruh dunia. (Anonim, 2015).
Oleh karena itu, diperlukan pengobatan yang tepat untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita kanker. Pengobatan kanker pada umumnya didasarkan pada upaya
pengambilan jaringan kanker atau dengan mematikan sel kanker dan meminimalkan efek
pengobatan terhadap sel normal disekitarnya. Saat ini pengambilan kanker yang paling
utama adalah operasi, radioterapi dan kemoterapi, namun ketiga jenis pengobatan
tersebut memiliki kekurangan. Operasi akan berhasil pada beberapa tumor yang telah
berkembang, tetapi sulit mengobati pada stadium awal metastasis. Pengobatan dengan
radiasi mampu membunuh tumor lokal namun radiasi juga akan membunuh sel normal
disekitarnya. (Mathivadani, 2007).
Dewasa ini penggunaan bahan alami sebagai obat untuk mengendalikan kanker
banyak dikembangkan, karena bahan alami dianggap tidak memiliki efek samping yang
membahayakan apabila dibandingkan dengan kemoterapi yang memiliki toksisitas dan
efek samping tinggi. Penelitian dan penemuan senyawa alami sebagai obat antikanker
telah banyak dilakukan. Demikian pula penelitian tentang penggunaan senyawa bahan
alami sebagai terapi kombinasi yang bersifat kemopreventif juga telah berkembang,
namun 9 sampai saat ini belum ditemukan obat yang benar-benar efektif terhadap kanker
(Mathivadani, 2007; Hantz, H.L ,2005).
Famili tumbuhan Zingiberaceae tersebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara,
terdiri dari 47 genus dan sekitar 1000 spesies. Beberapa spesies tumbuhan dari famili ini
banyak digunakan dan terdapat dalam semua ramuan obat tradisionil, seperti jamu.
Tumbuhan ini selain sebagai rempah-rempah juga digunakan untuk mengobati berbagai
macam penyakit, seperti deman, diare, menstruasi tidak teratur, tuberkolusis, radang
gusi, penyakit kulit, radang hati, tumor, malaria, maupun gatal-gatal (Dalimarta, 2003).
Kunyit Putih (Kaempferia rotunda L.), termasuk famili tumbuhan Zingiberaceae
yang banyak digunakan sebagai rempah-rempah. Beberapa khasiat yang dilaporkan
antara lain sebagai peluruh dahak, obat cacing, dan penambah nafsu makan. Pengujian
secara in vitro menunjukkan kunci pepet dapat meningkatkan jumlah limfosit, antibodi
spesifik, dan dapat membunuh sel kanker (Dalimarta, 2003).Penelitian yang dilakukan
oleh Leardkamolkarnn V. 2009) terhadap ekstrak metanol Kaempferia parviflora
menunjukkan aktivitas sitotoksik yang tinggi terhadaphuman cholangiocarcinoma
(HuCCA-1 and RMCCA-1). Hasil penelusuran pustaka dan komunikasi langsung
diketahui bahwa ternyata ada 3 jenistanaman obat yang secara umum dikenal
sebagaikunir putih, yaitu Curcuma zedoria, Curcuma magae, dan Kampferia rotunda.
Bagiantanaman yang dimanfaatkan adalah umbi/rimpang.Selain pengaruh utamanya
sebagai anti kankerrajangan rimpang dikeringkan, digunakan untukmerangsang
keluarnya gas perut, mengurangi rasasakit waktu haid, serta ramuan
kosmetikatradisional. Rimpang tanaman ini dilaporkanmemiliki potensi kuat sebagai anti
asma. Sebagaiobat luar digunakan untuk mematangkan bisul danmemar, abunya yang
masih hangat bersifatantiseptik.
Kunyit putih dapat diolah menjadi suatu bentuk sediaan Obat herbal tradisional,
di mana Obat Herbal Tradisional memiliki bukti dukung empiris (dalam hal ini Jamu),
dapat dikembangkan menjadi OHT ataupun fitofarmaka dengan dilengkapi bukti dari
data nonklinik dan data klinik (untuk fitofarmaka). OHT berasal dari jamu, oleh
karenanya harus memenuhi riwayat tradisionalnya dan didukung oleh adanya bukti
empiris serta dilengkapi dengan data nonklinik. Selanjutnya bila diinginkan dapat
dikembangkan menjadi fitofarmaka yang dilengkapi dengan data dari uji klinik.
(PKBPOM, No 13 Tahun 2014)
Obat herbal yang akan diuji klinik memerlukan adanya data uji toksisitas dan
minimal diperlukan data LD50.Fase uji lengkap dalam rangka pembuktian khasiat
produk dimulai dari faseuji nonklinik hingga fase I, II, III dan IV pada manusia. Uji
nonklinik dan ujifase I, II, III dan IV pada manusia memiliki fungsi masing-masing yang
harusdiperhatikan dan dipenuhi, karenanya harus dilaksanakan secara berurutan.Untuk
itu perlu diperhatikan data-data yang ada pada uji fase-fasesebelumnya.Sebelum suatu
obat dapat digunakan secara luas perlu dilakukan pengujian melalui berbagai tahap.
Tahap-tahap uji klinik yang harus dilalui oleh setiap obat atau intervensi salah satunya
adalah uji klinik fase I.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi tanaman kunyit putih (Kaempferia
rotunda L.)
2. Untuk mengetahui manfaat serta khasiat tanaman kunyit putih (Kaempferia
rotunda L.)
3. Untuk menambah ilmu mengenai dosis terapi penggunaan tanaman kunyit putih
(Kaempferia rotunda L.)
4. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan uji klinik fase I, meliputi tahapan
apa saja yang dilakukan.

C. Manfaat
Dengan di buatnya makalah ini maka diharapkan mahasiswa nantinya dapat lebih
mengerti dan paham mengenai manfaat kunyit putih yang digunakan sebagai terapi
paliatif kanker dan bagaimana tahapan melakukan uji fase klinik I, khsususnya untuk
sediaan ekstrak etanol kayu putih (Kaempferia rotunda L.).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Patofisiologi kanker
Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak
terkendali. Sel kanker memiliki kemampuan untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi)
atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak
terkendali tersebut disebabkan adanya kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen
vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa buah mutasi dibutuhkan untuk
mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi tersebut dapat diakibatkan oleh agen
kimia maupun agen fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan
ataupun diwariskan (mutasi germline) (Kumar dan Robin, 1995).
Kanker disebabkan adanya genom abnormal, terjadi karena adanya kerusakan
gen yang mengatur pertumbuhan diferensiasi sel. Gen yang mengatur pertumbuhan
dan diferensiasi sel disebut protooncogen dan tumor suppressor genes, dan terdapat
pada semua kromosom dengan jumlah yang banyak. Protooncogen yang telah
mengalami perubahan hingga dapat menimbulkan kanker disebut onkogen. Suatu
pertumbuhan normal diatur oleh kelompok gen, yaitu growth promoting
protooncogenes, growth inhibiting cancer supresor genes (antioncogenes) dan gen
yang berperan pada kematian sel terprogram (apoptosis). Selain ketiga kelompok gen
tersebut, terdapat jugakelompok gen yang berperan pada DNA repair yang
berpengaruh pada proliferasi sel. Ketidakmampuan dalam memperbaiki DNA yang
rusak menyebabkan terjadinya mutasi pada genom dan menyebabkan terjadinya
keganasan. Proses karsinogenesis merupakan suatu proses multi tahapan dan terjadi
baik secara fenotip dan genetik. Pada tingkat molekuler, suatu progresi merupakan
hasil dari sekumpulan lesi genetic (Maramis, 2005)
B. Kunyit Putih (Kaempferia rotunda L.)
1. Klasifikasi Kunyit Putih (Kaempferia rotunda L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili :Zingiberaceae
Subfamili : Zingiberoideae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia rotunda
Sinonim : Kaempferia longa Jacq.
2. Deskripsi tanaman
Nama daerah kunyit putih antara lain temu putrid, kunci pepet, temu pepet,
koneng bodas, konce pet, kunyit kunot, ardong. Bagian yang digunakan adalah
rimpang. Tanaman herba tinggi sampai 0,65 m. Batang berupa rimpang bercabang,
pendek sangat kuat, aromatik, berwarna putih kekuningan, batang semu kokoh, merah
kecoklatan minimal 25 cm. Umbi berbentuk bulat, akar tunggang sangat kecil,
rasanya wangi, cabang rhizome berbentuk kepala, mengandung banyak air. Daun
kelihatan menempel pada permukaan tanah, mirip kencur. Bunga terdiri dari beberapa
kuntum yang satu atau dua diantaranya mekar bersama. Kelompok bunga berwarna
putih dengan mahkota bergaris-garis, bau harum, rimpangnya pendek, menggerombol,
berbau aromatis. Akarnya berdaging membentuk umbi sebesar telur puyuh. Berikut
gambar tanaman kunyit putih (Kaempferia rotunda L.).

(a) (b)
Gambar 1. Gambar (a) menunjukkan tanaman kunyit putih, gambar (b) rimpang
kunyit putih (PMK No 6, 2016, BOPM, 2007)
3. Kandungan kimia :
Sebagai inhibitor COX 2, kurkumin yang terdapat dalam temu putih, mampu
menghambat produksi prostaglandin yang berperan dalam peningkatan proliferasi,
seperti yang terjadi pada kanker kolon maupun adenokarsinoma paru, sehingga dapat
menghambat proliferasi sel kanker (Plummer et al, 2001). Kurkumin juga diketahui
mampu menghambat aktivasi Protein Kinase C (PKC) yang berperan pada proses
awal pembelahan sel (Meiyanto, 1999). Senyawa diarilheptanoid dalam ekstrak
etanol rimpang temu putih mampu menekan proliferasi sel melalui mekanisme
menginduksi apoptosis (Surh, 1999), antara lain dengan memacu pengeluaran
cytochrom c untuk keluar menuju sitoplasma dan kemudian berikatan dengan protein
Bax sehingga selanjutnya terjadi aktivasi berantai terhadap caspase 9 dan caspsese 3
hingga apoptosis terjadi (Meiyanto, 1999). Tanaman herbal ini mengandung senyawa
kimia seperti kurkuminoid, minyak atsiri, astringensia, flavonoid, sulfur, gum, resin,
tepung, sedikit lemak. Selain itu Curcuma zedoaria mengandung alkaloid, phenol,
saponin, glikosida, steroid, terpenoid. (Shirwaikarb A., 2009, Sumanthi, 2013).
Ribosom inaktif protein (RIP) yang terkandung dalam temu putih mampu
menonaktifkan perkembangan sel kanker, merontokkan sel-sel kanker tanpa merusak
sel-sel disekitanya, memblokir pertumbuhan sel kanker. Kurkumin,
demetosikurkumin, bisdemetoksi kurkumin dan zerumin B memberikan efek
sitotoksik untuk mencegah tumor dan menghambat pertumbuhan sel kanker pada
manusia. (PMK No 06, 2016).
Gambar 2. Struktur Kimia Bahan Aktif Sebagai Antitumor
OH

Isocurcumenol (Lakshmi et al, 2011)


O

HO OH

O O
Kurkumin (Murwanti dkk., 2004)

4. Mekanisme Zat Aktif Sebagai Antitumor

Paparan
Sel
radiasi,
kimiawi dan
Mitocondria stress
virus

Pelepasan Sitokrom C

Apaf-1
Kurkumin
Sitoplasma

Caspase 9

Caspase 3

APOPTOSIS

Gambar 3. Mekanisme Kerja Zat Aktif Kaemferia rotunda L.

Kunyit putih mengandung kurkumin yang diketahui mampu menghambat aktifasi


Protein Kinase C (PKC) yang berperan pada proses awal pembelahan sel, selain itu
senyawa diarilheptanoid dalam ekstrak etanol rimpang dapat menginduksi apoptosis
dengan mengacu pengeluaran sitokrom C untuk keluar menuju sitoplasma dan kemudian
berikatan dengan protein Baxsehingga selanjutnya terjadi aktivasi berantai terhadap
caspase 9 dan caspase 3 hingga apoptosis terjadi (Murwanti dkk., 2004). Kandungan
isocurcumenol yang terdapat pada rimpang tumbuhan ini dapat digunakan sebagai
antitumor pada paruparu, menghambat sel karsinoma nasofaring, sel leukemia, dan sel
limfoma (Syu et al, 1998; Lakshmi et al, 2011).
5. Manfaat
Tanaman kunyit putih dapat digunakan sebagai antimikroba, antifungal,
antikanker, antialergi, antioksidan, dan analgesik. Di China dan Jepang, tanaman ini
digunakan secara tradisional untuk mengatasi perut kembung, batuk, ganggguan
menstruasi, dispepsia, penghangat tubuh, demam, dan muntah. Sedangkan bagian
rimpang dapat digunakan sebagai ekspektoran, penawar rasa sakit, dan diuretik.
(Shirwaikarb A., 2009, Sumanthi, 2013).
6. Aktivitas antikanker
Dilakukan penelitian tentang efek crotepoxide terhadap NF-kappaB-mediated
cellularresponse pada sel Ca human. Ditemukan bahwa crotepoxide mempotensiasi
tumor necrosis factor (TNF), dan apoptosis yang diinduksi obat kemoterapi serta
menginhibisi ekspresi NF-kappaB-regulated gene products yang melibatkan
antiapoptosis (Bcl-2, Bcl-xL, IAP1, MCl-1, survivin, dan TRAF1), apoptosis (Bax, Bid),
inflamasi (COX-2), proliferasi (cyclin D1 and c-myc), invasi (ICAM-1 and MMP-9), dan
angiogenesis(VEGF). Crotepoxide juga menginhibisi aktivasi inducible dan constitutive
NF-kappaB. Inhibisi NF-kappaB tidak inducerspecific, crotepoxide menginhibisi aktivasi
NF-kappaB yang diinduksi oleh TNF, phorbol 12-myristate 13-acetate,
lipopolysaccharide, dan asap rokok. Crotepoxide juga menginhibisi aktivasi TAK1,
sehingga timbul supresi IkappaB alpha kinase, penghentian fosforilasi dan degradasi
IkappaB alpha, translokasi nuclear p65, dan suppresi NF-kappaB-dependent reporter
gene expression.
7. Kontraindikasi, Efek Samping, Toksisitas, Interaksi Obat Dan Dosis
a. Kontraindikasi
Kunyit putih tidak aman dikonsumsi oleh wanita hamil karena dapat
menyebabkan keguguran (Natural Medicine Comprehensive Database, 2009).
Senyawa kurkumin dapat menyebabkan peningkatan resorpsi embrio
pascaimplantasi dan penurunan berat badan fetus (Chen, 2012).
b. Efek Samping
Kurkumin penggunaan jangka panjang selama 24 bulan pada tikus putih
menyebabkan adenoma dan lymphoma. Kurkumin menyebabkan nausea dan
dyspepsia. Temu putih memiliki kandungan kimia senyawa kurkumin yang dapat
menghambat proliferasi sel kanker dan juga mempengaruhi sel normal (Lobo,
2009; Siswandono dan Sukardjo, 2000).
c. Interaksi Obat (Kocher, 2015)
Curcumin dapat meningkatkan kadar obat losartan dalam darah. Dosis
tinggi dapat meningkatkan kecepatan absorpsi dan konsentrasi obat warfarin dan
losartan dalam darah tanpa merubah farmakodinamik. Curcumin mengurangi
kecepatan absorpsi obat dan kadar talinolol dalam darah. Curcumin dapat
meningkatkan absorpsi obat midazolam. Curcumin dapat meningkatkan absorpsi
dan konsentrasi obat celiprolol dalam darah Curcumin dapat meningkatkan
absorpsi dan konsentrasi glibenklamid dalam darah dan menyebabkan
rendahnya konsentrasi lipid darah dan konsentrasi glukosa darah jika diberikan
glibenklamid tanpa kombinasi.
8. Dosis
LD50 per oral 2375 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik. LD50 oral pada
tikus: >5 g/kg BB. sumber (PMK RI No 6 Tahun. 2016).

C. Sifat Fisiko kimia zat aktif dari ekstrak etanol kunyit putih (Kaempferia rotunda
L.)
Kurkumin atau diferuloimetana pertama kali diisolasi pada tahun 1815.
Kemudian tahun 1910, kurkumin didapatkan berbentuk kristal dan bisa dilarutkan
tahun 1913. Kurkumin tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam etanol dan aseton
(Joe dkk., 2004; Chattopadhyay dkk., 2004; Araujo dan Leon, 2001).
Sedangkan menurut Kiso (1985) kurkumin merupakan senyawa yang sedikit
pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat glasial dan alkali hidroksida, serta tidak
larut dalam air dan dietileter.Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 (BM =
368). Sifat kimia kurkumin yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat
perubahan pH lingkungan. Kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga pada
suasana asam, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. (Tonnesen, 1985; Van
der Good, 1997).
1. Sifat Kimia Dan Fisika Kurkumin
Sifat Kimia :
Rumus Molekul : C21H20O6
Melting Point : 183C
Molar Mass : 368.38 g/mol
Tidak larut di dalam air dan eter tetapi larut di dalam alkohol. Di dalam alkali
warnanya akan menjadi merah kecoklatan dan di dalam asam akan berwarna
kuning terang.
Sifat Fisika :
Bentuk : serbuk
Warna : kuning terang atau kuning kemerahan
Tidak larut dalam air. (Adinda, Saputra et al,2010)

D. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkangumumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari
patiatau bahan lain yang cocok (Depkes RI, 1995). Kapsul keras biasanya terbuat dari
gelatinyang terdiri dari cangkang kapsul bagian badan dan bagian tutup kapsul. Kedua
bagian ini saling menutupi bila dipertemukan dan bagian tutupnya akan menyelubungi
bagian badan kapsul (Ansel, 2005). Formulasi kapsul yang mengandung ekstrak kental
dengan kadar air cukup tinggi memerlukan perlakuan khusus untuk menghasilkan kapsul
yang baik. Oleh karena itu perlu adanya eksipien yang mampu mengadopsi serta eksipien
yang dapat meningkatkan sifat alirnya. Vivapur 101 adalah eksipien yang dapat
digunakan sebagai adsorben. Penambahan aerosil pada formulasi diharapkan dapat
menjaga higroskopitas sediaan kapsul (Agoes, 2007). Untuk mendapatkan massa kapsul
dengan laju ali yang baik maka dapat ditambahakan pengisi yang sesuai dan dapat
meningkatkan laju alirnya, seperti vivapur 101. Vivapur luar digunakan dalam farmasetik
terutama sebagai pengisi pada formulasi kapsul dan tablet. Vivapur juga memiliki sifat
lubrika dan disintegran (Wade dan Waller, 1994).

E. Uji Klinik
Uji Klinik adalah kegiatan penelitian dengan mengikutsertakan subjek manusia
disertai adanya intervensi Produk Uji, untuk menemukan atau memastikan efek klinik,
farmakologik dan/atau farmakodinamik lainnya, dan/atau mengidentifikasi setiap reaksi
yang tidak diinginkan, dan/atau mempelajari absorbsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi dengan tujuan untuk memastikan keamanan dan/atau efektifitas produk yang
diteliti (BPOM, 2015).
Uji klinik biasa dilakukan untuk obat, obat herbal, suplemen kesehatan, pangan
olahan dan kosmetika dan terdiri dari uji klinik prapemasaran dan uji klinik pasca
pemasaran. Uji klinik prapemasaran adalah Uji Klinik yang menggunakan obat uji yang
belum mendapat izin edar di Indonesia dan meliputi Uji Klinik fase 1, II atau III.
Sedangkan uji klinik pasca pemasaran adalah Uji klinik yang menggunakan obat uji yang
sudah mendapat izin edar di Indonesia dan meliputi penelitian fase IV

1. Uji Kliik Fase 1


Uji klinik fase 1 merupakan studi pemberian awal obat herbal kepada manusia. Uji klinik ini
dilakukan lazimnya pada subjek sehat. Uji klinik didesain untuk menentukan metabolisme dan
mekanisme farmakologi Obat pada manusia, melihat profil efek samping yang berhubungan dengan
peningkatan dosis dan jika mungkin untuk memperoleh bukti efektivitas tahap awal
Selama uji klinik fase 1, harus diperoleh informasi efek farmakologik dan farmakokinetik
yang cukup, sehingga dapat berlanjut ke uji klinik fase 2 yang terkontrol baik dan valid secara ilmiah.
Jumlah total subjek bervariasi sesuai jenis obat, dengan jumlah yang sesuai dengan perhitungan
statistik.
2. Uji Klinik Fase 2
Uji klinik Fase 2 merupakan studi menggunakan pembanding yang dilakukan untuk menilai
efektivitas OPB untuk indikasi yang akan diajukan dan untuk menentukan efek samping umum
jangka pendek atau risiko yang berhubungan dengan obat. Uji klinik fase 2 umumnya -23- dilakukan
dengan melibatkan subjek sakit berjumlah relatif kecil, sesuai perhitungan statistik.
3. Uji Klinik Fase 3
Uji klinik fase 3 adalah studi lebih lanjut dengan menggunakan pembanding atau tanpa
pembanding. Studi ini didesain sesudah mendapatkan bukti awal efektivitas suatu obat, dan
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang efektivitas dan keamanan yang
dibutuhkan untuk menilai risiko-manfaat (benefit-risk) secara keseluruhan dari suatu obat, dan
menjadi dasar adekuat informasi pada penandaan/labeling. Uji klinik fase 3 biasanya melibatkan
subjek sakit dengan jumlah lebih banyak dari subjek fase 2 sesuai perhitungan statistik.
4. Uji Klinik Fase 4
Uji Klinik fase 4 adalah studi terhadap obat yang telah dipasarkan untuk memperoleh profil
efektivitas dan keamanan obat tersebut pada penggunaan yang sebenarnya di masyarakat. Uji klinik
fase 4 juga dapat merupakan studi untuk mendukung perubahan seperti perubahan dosis, jadwal
pemberian, populasi berbeda ( PerKaBPOM No 16 tahun 2015).
Dalam pelaksanaannya, Uji Klinik di Indonesia harus mengikuti ketentuan dalam CUKB
(Cara Uji Klinik yang Baik) dan harus memberikan manfaat nyata bagi kepentingan
masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

F. Pelaksanaan Uji Klinik


Pelaksanaan Uji Klinik sebagaimana dimaksud dalam PerKaBPOM , 2015 adalah :
1. Untuk Uji Klinik Pra-Pemasaran, diperlukan PPUK
2. Untuk Uji Klinik Pasca-Pemasaran, diperlukan pemberitahuan kepada Kepala
Badan kecuali untuk kondisi yang memerlukan pertimbangan khusus
3. Untuk Uji Klinik Terbatas untuk Pendidikan, diperlukan pemberitahuan kepada
Kepala Badan.

Pada uji klinik fase I untuk pertama kalinya obat yang diujikan diberikan pada manusia
(sukarelawan sehat), baik untuk melihat efek farmakologik maupun efek samping. Secara
singkat tujuan uji klinik pada fase ini adalah:
a. melihat kemungkinan adanya efek samping dan toleransi subjek terhadap obat yang
diujikan

b. menilai hubungan dosis dan efek obat

c. melihat sifat kinetika obat yang meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi.
Dengan melakukan uji klinik fase I ini kita akan memperoleh informasi mengenai dosis,
frekuensi, cara dan berapa lama suatu obat harus diberikan pada pasien agar diperoleh
efek terapetik yang optimal dengan risiko efek samping yang sekecil-kecilnya. Informasi
yang diperoleh dari uji klinik fase I ini diperlukan sebagai dasar untuk melakukan uji
klinik fase berikutnya (fase II).
G. KOMPONEN UJI KLINIK
Bukti ilmiah adanya kemanfaatan klinik suatu obat tidak saja didasarkan pada
hasil yang diperoleh dari uji klinik, tetapi juga perlu mengingat faktor - faktor lain yang
secara objektifdapat mempengaruhi pelaksanaan suatu uji klinik. Idealnya, suatu uji
klinik hendaknya mencakup beberapa komponen berikut :
1. Seleksi/pemilihan subjek
2. Rancangan
3. Perlakuan pengobatan yang diteliti dan pembandingnya
4. Pengacakan perlakuan
5. Besar sampel
6. Penyamaran (blinding)
7. Penilaian respons
8. Analisis data
9. Protokol uji klinik
10. Etika uji klinik
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kasus
Seorangapoteker yang mempunyai IOT akanmelakukanujiklinikfase 1
produkkapsulekstraketanolkunyitputihsebagaisupportifantikanker.
B. Analisis Kasus
Pada kasus di atas di katakan bahwa sebuah IOT ingin melakukan uji klinik fase 1 produk
kaspul ekstrak etanol kunyit putih sebagai supportif antikanker. Uji klinik sendiri merupakan
pengujian suatu produk obat langsung kepada manusia sebagai subjeknya. Uji klinik sendiri terbagi
menjadi 4 fase yaitu Uji Klinik fase 1, fase 2, fase 3 dan fase 4. Masing masing fase memiliki
kriteria pengujian yang berbeda-beda dan saling berhubungan satu sama laiinya, yang apabila ingin
melakukan Uji Klinik fase 2 , maka harus melewati Uji Klinik fase 1 atau dapat berjalan bersaamaan.
Untuk Uji Klinik fase 1 , merupakan uji awal dari pengujian terhadap manusia. Ada beberapa hal
yang harus di persiapkan untuk melakukan uji klinik, yaitu :
1. Karakteristik produk
2. Standardisasi bahan baku dan produk uji
3. Sponsor
4. Peneliti
5. Profil keamanan dan/atau aspek lainnya
6. Pembuatan/penyusunan protokol uji klinik
7. Brosur Peneliti
8. Persetujuan dan rekrutmen subjek
C. Persiapan Uji Klinik Produk Kapsul Ekstrak Etanol Kunyit Putih
1. Karakteristik produk (PMK RI No 6, 2016)
Untuk melakukan Uji Klinik suatu produk maka harus diketahui kebenaran dari tanaman yang
akan digunakan. Tanaman yang akan digunakan adalah kunyit putih (Kaempferia rotunda).
Berikut adalah identifikasi dari kunyit putih (Kaempferia rotunda) :
Gambar 1. Rimpang Kunyit Putih (sumber : PMK RI Tahun. 2016. Tentang
Formularium Obat herbal Asli Indonesia)
Klasifikasi Tanaman :
Sinonim : Kaempferia longa Jacq..
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subclass : Magnoliidae
Ordo : Zingiberales
Superordo : Lilianae
Famili :Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia rotunda
Nama daerah : kunyit putih, temu ireng, kunci pepet, temu pepet, koneng bodas, konce pet,
kunyit kunot, ardong.
(Sumber : Zipcodezoo, 2017)
Morfologi : Tanaman herba tinggi sampai 0,65 m. Batang berupa rimpang bercabang, pendek
sangat kuat, aromatik, berwarna putih kekuningan, batang semu kokoh, merah kecoklatan
minimal 25 cm. Umbi berbentuk bulat, akar tunggang sangat kecil, rasanya wangi, cabang
rhizome berbentuk kepala, mengandung banyak air. Daun kelihatan menempel pada
permukaan tanah, mirip kencur. Bunga terdiri dari beberapa kuntum yang satu atau dua
diantaranya mekar bersama. Kelompok bunga berwarna putih dengan mahkota bergarisgaris,
bau harum, rimpangnya pendek, menggerombol, berbau aromatis. Akarnya berdaging
membentuk umbi sebesar telur puyuh.
Kandungan Senyawa Aktif : Saponin, tanin, minyak atsiri, kamfor, sineol. Rimpang
mengandung 0,22% minyak atsiri yang terdiri dari 5 senyawa utama piperiton, p-simen-8-ol,
verbenon, kariofilen, kariofilenoksida, dan 3 senyawa minor, serta krotepoksida. Menurut
Bos et al (2004), minyak atsiri mengandung benzil benzoat 69,7%, n-pentadecan 22,9% dan
kamfen 1,0%. Sirat et al (2005) melaporkan kandungan minyak atsiri adalah pentadekan
25,4%, bornil acetat 24,9%, benzil benzoat 15,3% dan kamfor 12,1%.
Kegunaan : Paliatif kanker (Ehrlich ascites carcinoma/EAC)
Bagian Tanaman yang digunakan :Rimpang

2. Standarisasi (Jurnal)
Standarisasi bahan baku disini mencangkup tentang cara penyiapan bahan baku dan
produk uji, termasuk metode ekstraksi yang digunakan, metode analisa kualitatif dan
kuantitatif senyawa aktif atau senyawa identitas. Proses standardisasi dilakukan agar
produk uji di tiap fase uji serta bila kemudian dipasarkan/diedarkan memiliki
keterulangan yang sama.
a. Metode Ekstraksi : Simplisia diekstraksi secara maserasi. Pelarut yang digunakan untuk
ekstraksi yaitu etanol 70%. Maserasi simplisia dilakukan selama 24 jam, ekstrak disaring
dan kemudian dilakukan dua kali maserasi terhadap ampas dengan cara dan pelarut
yang sama. Ekstrak disaring dan terhadap ampas dilakukan dua kali maserasi dengan
cara dan pelarut yang sama. Selanjutnya, ekstrak etanol 70% diuapkan dengan alat
penguap vakum putar (Buchi Rotavavor R-124, Buchi Waterbath R-480), sehingga
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kemudian distandarisasi dengan uji karakterisasi dan
penapisan fitokimia.
b. Standarisasi ekstrak :
Polarisasi Mikroskopis : Polarisasi studi mikroskopis mengungkapkan adanya,
posisi dan bentuk kristal berpasir dan sel-sel yang mengalami lignifikasi.
Kehadiran kristal berpasir diamati pada gabus, zona luar dan zona dalam dan
lapisan mengalami lignifikasi di bawah lapisan endodermal.
Fluoresensi Mikroskopis : Studi mikroskopis neon menunjukkan warna kuning.
Kristal berpasir di daerah korteks lapisan luar dan lapisan endodermoidal juga
menunjukkan fluoresensi kuning.
Powder mikroskop: Powder mikroskop menunjukkan trachieds dengan spiral dan
penebalan retikular serta biji-bijian dan pati berbentuk besar dan ovaldan kristal
berpasir.
Gambar 2. Polarisasi Makroskopis Gambar 3.
Fluoresensi Makroskopis

Gambar 4. Powder Mikroskopis


Uji Kandungan Senyawa Kimia :
Dari analisis GCMS yang dilakukan menggunakan ekstrak petroleum eter dengan
maserasi dingin senyawa utama yang diidentifikasi dalam K. rotunda adalah n-dodekana,
heksadekana, stearaldehyde, asam dodecanoic, kauren-ol.
Tabel 1. Identifikasi Komponen Senyawa Mengggunakan Spektroskopi Mass
Nama Tanaman RF % komponen Nama Komponen
13.719 33,1 n-dodekana
17.712 6,32 heksadekana
K. rotunda 20.224 37,9 stearaldehydeacid
22.624 9.48 dodecanoic
25.419 12,6 kauren-ol

Gambar 5. Hasil Scan Spektrum GCMS K. rotunda


Tabel 2. Parameter Non Spesifik
Nama Tanaman Kadar (%)
Kadar air 10.413

Ekstrak larut air 27.218

Ekstrak larut etanol 7.788

Kadar abu 5.261

Kadar abu tidak larut asam 0.0053

3. Sponsor (CUKB)
Sponsor adalah perorangan, perusahaan, institusi atau organisasi yang mengambil
tanggung jawab untuk memprakarsai, mengelola dan/atau membiayai suatu uji klinik. Dalam
kasus ini yang menjadi sponsor utama adalah PT EXO FARMA. Tugas dari sponsor adalah :
a. Menjamin dan mengawasi mutu produk. Bagian yang bertugas dalam hal ini adalah
bagian QA dan QC dari PT EXO FARMA dengan tugas sebagai berikut.
1) Menjamin pelaksanaan sistem jaminan dan pengawasan mutu sesuai dengan
protokol, CUKB dan peraturan yang berlaku
2) Membuat perjanjian kepada semua pihak yang terlibat dalam uji klinik
3) Melakukan pengawasan mutu terhadap semua penanganan data
4) Perrjanjian (kontrak) yang dibuat oleh sponsor dengan peneliti/institusi dan pihak
lain yang terlibat dalam uji klinik harus dalam bentuk tertulis
b. Memilih ahli medik. Ahli medik yang di tunjuk harus memenuhi kualifikasi yang telah
ditentukan, siap untuk memberikan nasehat mengenai masalah atau pertanyaan medik
yang berkaitan dengan uji klinik.
c. Menunjuk orang-orang yang akan terlibat dalam pelaksanaan uji klinik. Dalam uji klini
fase satu produk kapsul ekstrak etanol kunyit putih ini adalah :
1. Ahli biostatistik : untuk menghitung statistik data hasil penelitian
2. Ahli farmakologik : untuk menilai efek antikanker dari produk kunyit putih
3. Ahli laboratorium : untuk mengerjakan pengujian di laboratorium
4. Dokter: sebagai pemantau kondisi subjek
5. Ahli hukum : untuk membuat perjanjian (kontrak) dengan pihak terkait
6. Ahli Farmasi : untuk memantau kualitas produk yang akan dibuat
d. Memilih peneliti
e. Membentuk Komisi Independen Monitoring Data (KIMD) untuk menilai kemajuan Uji
Klinik
f. Mendefinisikan, menetapkan dan membagi semua tugas dan fungsi yang berkaitan
dengan uji klinik
g. Menyiapkan kompensasi untuk subyek dan peneliti
h. Menyerahkan permohonan yang diperlukan kepada otoritas yang sesuai untuk di kaji, di
terima dan atau di izinkan untuk memulai uji klinik yang bersangkutan
i. Mengkonfirmasi kajian kepada DKI /KE (Dewan Kaji Institusi)
j. Menyiapkan informasi tentang produk yang akan di teliti
k. Membuat kemasan, label dan kode produk yang akan di teliti
4. Peneliti
a. Peneliti yang di tunjuk harus memnuhi kualifikasi pendidikan, pelatihan dan pengalaman
untuk memikul tanggung jawab atas pelaksanaan yang benar dari suatu Uji Klinik, harus
memenuhi semua kualifikasi yang di tetapkan oleh ketentuan yang berlaku, dan harus
memberikan bukti kualifikasi tersebut dengn riwayat hidup terbau dan atau dokumen
relevan lainnya yang di minta oleh pihak sponsor , DKI/KE , dan atau otoritas regulatori.
b. Harus memiliki fasilitas yang cukup, seperti ketersediaan ruangruang sesuai fungsi
masingmasing, peralatan medis serta obat untuk keadaan darurat, peralatan elektronik
yang menunjang pelaksanaan uji klinik.Sesuai dengan prinsip GCP/CUKB bahwa uji klinik
yang akan dilaksanakan harus dilengkapi dengan protokol yang jelas, rinci dan lengkap.
Peneliti beserta sponsor harus memahami isi dari protokol uji klinik. Sponsor dapat
melaksanakan pertemuan antar peneliti untuk memahami isi protokol, sehingga dalam
pelaksanaan uji terdapat kesamaan pemahaman di antara tim penelitian, demikian pula
dengan sponsor
5. Penilaian Data Nonklinik
Adalah penilaian data yang telah ada berupa profil kemanan dan atau aspek lainnya. Data
LD50, Tosisitas akut , subkroni dan atau kronik.
6. Pembuatan dan Penyusunan Protokol Uji Klinik Fase 1
PROTOKOL UJI KLINIK EKSTRAK ETANOL KAPSUL KUNYIT PUTIH
a. INFORMASI UMUM
1) Judul Protokol : Protokol Uji Klinik Fase 1 Ekstrak Etanol Kapsul Kunyit Putih Sebagai
Supportif Antikanker
2) Tanggal : 06 Juni 2017
3) Tujuan Uji Klinik : Untuk melihat kemanan produk pada orang sehat, hubungan dosis
dengan respon dan profil farmakokinetik obat dan efek farmakologik serta efek samping
yang mungkin akan timbul
4) Nama / Alamat Sponsor : PT EXO FARMAS / Jl Glagahsai HUV 08, Umbulharjo,
Yogyakarta
5) Nama /alamat peneliti :
a) Nama : Prof. Dr. Ayudia Rohma, M. Farm., Apt
Alamat : Jl Veteran no 9, Umbulharjo, Yogyakarta
Kualifikasi : Ahli Farmakologi
b) Nama :Prof. Dr. Anggraini sari, M. Stat
Alamat : Jl Veteran no 10, Umbulharjo, Yogyakarta
Kualifikasi : Ahli statistik
c) Nama : Prof. Dr. Maulina Agustina, M. Farm, Apt
Alamat : Jl Veteran no 11, Umbulharjo, Yogyakarta
Kualifikasi : Ahli Farmasi
d) Nama : Prof. Dr. dr. Ridwan Noor, M. Ked
Alamat : Jl Veteran no 12, Umbulharjo, Yogyakarta
Kualifikasi : Dokter
6) Nama sub peneliti :
a) dr. Tri Handayani, S. Ked
b) Novalia , M. Farm., Apt
c) Endang Wulan, M. Farm., Apt
d) Leliani, M. Stat
e) Aida, M. Farm., Apt
7) Nama Tempat Pelaksanaan Uji Klinik : Universitas Ahmad Dahlan
Alamat : Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH, Janturan, Umbulharjo, Yogyakarta
8) Nama Laboratorium Klinik : Ordiari Laboratory
Alamat : Jl Veteran no 13, Umbulharjo, Yogyakarta
9) Nama Komisi Etik : Komisi Etik Politeknik
Alamat : Jl. Tatabumi No. 3., Bayuraden, Gamping, Sleman
10) Kriteria Inklusi :
a) Subyek terdiri dari orang sehat
b) Berumur 20-40 tahun
c) Tidak sedang mengkonsmsi obat lain
d) Tidak memiliki riwayat penyakit kronis
e) Terdiri dari jenis kelamin pria dan wanita
f) Bersedia untuk melakukan penelitian
g) Memilki gaya hidup yang sehat
h) Memiliki tanda-tanda vital normal
i) Kadar leukosit, eritrosit dan trombosit normal
j) Tidak sedang sakit
k) Merupakan warga tetap desa umbulharjo
l) Warga Negara Indonesia
m) Tidak sedang melakukan penelitian Uji Klinik lain
n) Bersedia untuk dimonitoring kondisi dan keadaannya
o) Tidak sedang dalam keadaan hamil atau menyusui
p) Berat badan subyek di batasi antara 50 70 Kg
11) Kriteria Eksklusi :
a) Subyek sedang dalam keadaan sakit
b) Usia di bawah 20 tahun atau di atas 40 tahun
c) Sedang mengkonsmsi obat lain
d) Memiliki riwayat penyakit kronis
e) Tidak bersedia untuk melakukan penelitian
f) Memilki gaya hidup yang tidak sehat (konsumsi alkohol, merokok)
g) Memiliki tanda-tanda vital yang tidak normal
h) Bukan merupakan warga tetap desa umbulharjo
i) Bukan Warga Negara Indonesia
j) Sedang melakukan penelitian Uji Klinik lain
k) Tidak bersedia untuk dimonitoring kondisi dan keadaannya
12) Gambaran Desain Uji Klinik :
a) Jenis Kelompok Pembanding :kelompok pembanding yang digunakan adalah
kelompok subyek yang mengkonsumsi plasebo (kapsul kosong)
b) Metode yang digunakan :
Metode penelitian yang digunakan dalam Uji Klinik Ekstrak etanol Kunyit Putih ini
adalah Randomized Controled Trialdengan Double Blind untuk meminimalisir bias
yang mungkin akan terjadi. Subyek medapatkan peluang yang sama untuk
mendapatkan obat uji atau plasebo dan yang mengetahui jenis kelompo obat hanya
penguji.
13) Metode untuk menentukan :
Dosis : Penetapan dosis uji didasarkan hasil penelitian pada tikus yang telah
diekstrapolasikan ke dosis manusia berdasarkan perbandingan luas permukaan tubuh
(ekstrapolasi menurut cara Paget,GE & Barners,JM) dan penggunaan empirik, yaitu 5,6
mg/orang yang dimasukkan ke dalam 1 (satu) butir kapsul. Dosis di mulai dari dosis
minimal yaitu 5,6 mg kemudian di naikan sedikit demi sedikit sampai dosis yang
14) Uraian Pengamatan dan Pengukuran yang perlu di lakukan :
Untuk menilai respon pasien, maka penilaian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Penilaian awal (baseline assessment) sebelum perlakuan. Sesaat sebelum uji
dilakukan, keadaan klinis hendaknya dicatat secara seksama berdasarkan parameter-
parameter yang telah disepakati. Yaitu tekanan darah, suhu, kolesterol, gula darah,
trigliserida, hemoglobin, BMI, tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, kondisi
kesehatan subyek
b) Kriteria-kriteria utama respons pasien.
c) Kriteria tambahan yaitu berupa efeksamping, mulai derajat ringan sampai berat, baik
yang mengancam kehidupan (life threatening) maupun tidak.
d) Pemantauan pasien Mengingat keberhasilan uji klinik (secara khusus) maupun
terapetik (secara umum) akan sangat ditentukan oleh ketaatan pasien, maka faktor-
faktor yang mempengaruhi ketaatan pasien untuk berperan serta dalam penelitian
hendaknya dapat dikontrol sebaik mungkin.
15) Uraian Pemeriksaan Klinik :
Pemeriksaan klinik dan laboratorium yang akan di lakukan untuk melihat efek dan
memonitor kondisi pasien adalah :
1. Kondisi pasien dan tanda tanda vital
2. Cek darah lengkap : untuk melihat efek obat dalam tubuh terhadap darah
3. Pengujian profil farmakokinetik obat
4. Pemeriksaan efek samping yang di alami pasien
5. Cek fungsi ginja dan hati
INFORMASI FARMASETIKA OPB
a. Komposisi OPB :
Formulasi kapsul ekstrak etanol rimpang kunyit putih :
Serbuk ekstrak kunyit putih 700 mg
Vivapur 102 50 mg
Aerosil 3%
Talk 2%
Mg stearat 1%
Sehingga bobot kapsul jadi 790 mg

e) Nama / alamat / no telp/ peneliti : PT Biofarmaa Laboratory / Jl Babarsari No 611,


umbulharjo, yogyakarta / 0274356789
f) Laboratorium dan Institusi Medis yang Terlibat :Prodia Laboratory / Jl Babaran No
910, Umublharjo, Yogyakarta / 027456789
b. INFORMASI LATAR BELAKANG
1) Nama Produk : KUPIT
2) Uraian Produk : KUPIT merupakan produk herbal yang mengandung ekstrak etanol
kunyit putih. KUPIT adalah salah satu produk yang bertujuan untuk memanfaatkan
keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia sebagai salah satu agen supportif
antikanker. Di buat berdasarkan teknologi terkini guna menjaga kualitas dan memnuhi
kebutuhan masyarakat
3) Uji Praklinik yang Sudah dilakukan :
Data manfaat Uji pra klinik. Lectin yang dimurnikan dari ekstrak K. rotunda (KRL)
menunjukkan aktivitas:
a) antiproliferatif terhadap sel Ehrlich ascites carcinoma (EAC) secara In vivo pada
mencit dengan dosis injeksi 1,25 mg/kg BB/hari dan 2,5 mg/kg BB/hari selama 5 hari
menunjukkan inhibisi 51 dan 67% . Pengukuran MDA dan 4-HNE berkorelasi
langsung dengan kapasitas inhibisi lipid peroxidasi.
b) Ekstrak 100 g/mL dan 200 g/mL berefek antioksidan moderat yang bermakna
tetapi ekstrak 500 dan 1000 g/ml tidak bermakna. Efek antioksidan mungkin
karena kandungan crotepoxide yang meningkatkan peroxidasi. Sifat antioksidan
berhubungan terbalik dengan dosis, tinggi pada dosis rendah dan sebaliknya.
c) Lectin (KRL) yang dimurnikan dari ekstrak rimpang K. rotunda memperlihatkan
toksisitas terhadap brine shrimp nauplii dengan aktivitas agglutinasi kuat terhadap 7
Bacteri patogen LC50 186 g/ml.
d) Crotepoxide yang diisolasi dari K. rotunda menunjukkan aktivitas antitumor dan
anti-inflamasi.
e) Dilakukan penelitian tentang efek crotepoxide terhadap NF-kappaB-mediated
cellular response pada sel Ca human. Ditemukan bahwa crotepoxide mempotensiasi
tumor necrosis factor (TNF), dan apoptosis yang diinduksi obat kemoterapi serta
menginhibisi ekspresi NF-kappaB-regulated gene products yang melibatkan
antiapoptosis (Bcl-2, Bcl-xL, IAP1, MCl-1, survivin, dan TRAF1), apoptosis (Bax, Bid),
inflamasi (COX-2), proliferasi (cyclin D1 and c-myc), invasi (ICAM-1 and MMP-9), dan
angiogenesis (VEGF).
f) Crotepoxide juga menginhibisi aktivasi inducible dan constitutive NF-kappaB. Inhibisi
NF-kappaB tidak inducerspecific; crotepoxide menginhibisi aktivasi NF-kappaB yang
diinduksi oleh TNF, phorbol 12-myristate 13-acetate, lipopolysaccharide, dan asap
rokok. Supresi 1 NF-kappaB tidak spesifik karena aktivasi NF-kappaB diinhibisi pada
sel mieloid, lekemia, epitel.
g) Crotepoxide juga menginhibisi aktivasi TAK1, sehingga timbul supresi IkappaB alpha
kinase, penghentian fosforilasi dan degradasi IkappaB alpha, translokasi nuclear p65,
dan suppresi NF-kappaB-dependent reporter gene expression.
h) Hasil penelitian menunjukkan bahwa crotepoxide mensensitisasi sel tumor terhadap
cytokines dan obat kemoterapi melalui inhibisi NF-kappaB dan NF-kappaB-regulated
gene products, sehingga crotepoxide dapat menekan inflamasi dan
karsinogenesis.
Data keamanan : LD50 per oral 2375 mg/kg BB tidak menimbulkan efek toksik. LD50 oral
pada tikus: > 5 g/kg BB

Isolasi ekstrak kunyit dilakukan proses ekstraksi soxhlet yaitu mengekstrak senyawa
kurkumin dan turunannya dalam sampel kunyit kering,Ekstraksi ini menggunakan pelarut
etanol 96% yang bersifat polar karena kurkumin yang akan diisolasi bersifat nonpolar,
sehingga senyawa yang polar akan larut dalam etanol sedangkan senyawa lain tidak larut
dalam etanol tersebut.
dosis blm dpattt.
Caranya pembuatan serbuk ekstrak : ekstrak kental kunyit putih ditimbang 5 gram
dan vivipur 101 sebanyak. Kemudian ekstrak kental digerus dengan cara ditekan-tekan
dan dibuka ekstraknya yang kemudian dimasukkan sedikit demi sedikit adsorben vivapur
101 dan digerus hingga ekstrak dan vivapur 101 bercampur homogen. Pengerjaan ini
dilakukan sampai dengan vivapur 101 habis dicampurkan dengan ekstrak kental. Setalah
pencampuran selesai ekstrak kering yang diperoleh diukur kadar airnya dengan moisture
balance dan sisanya dioven pada suhu 50 selama sejam. Kemudian ekstrak kering
dikeluarkan dari oven dan didinginkan di dalam desikator selama 10 menit. Ekstrak
kering diambil 2 gram dan dihitung kadar airnya dengan moisture balance lalu catat kadar
air yang di dapat.
Formulasi
Formulasi kapsul ekstrak etanol rimpang kunyit putih :
Serbuk ekstrak kunyit putih......mg
Vivapur 102 44,6 mg
Amilum jagung -
Aerosil 3%
Talk 2%
Mg stearat 1%

Sehingga bobot kapsul jadi..... mg

Berdasarkan formula kaplet yang tersedia kemudian dilakukan uji pra klinik dan uji
klinik. Uji pra klinik dilakukan pada hewan uji secara in vitro yang apabila setiap obat di
uji melalui eksperimen in vitro atau hewan coba tidak dapat terjamin bahwa khasiatnya benar-
benar akan terlihat pada penderita.Sehingga perlu pengujian pada manusia yang dapat
menjamin apakah hasil in vitro atau hewan sama dengan manusia. Uji klinik adalah suatu
pengujian khasiat obat baru pada manusia, dimana sebelumnya diawali oleh pengujian
pada binatang atau uji pra klinik. Pada dasarnya uji klinik memastikan efektivitas,
keamanan dan gambaran efek samping yang sering timbul pada manusia akibat pemberian
suatu obat. Uji klinik terdiri dari 4 fase, yaitu uji klinik fase I.Uji klinik fase II, uji klinik
fase III dan uji klinik fase IV. Uji klinik fase I dilakukan pada manusia sehat, bertujuan
untuk menentukan dosis tunggal yang dapat diterima, Uji klinik fase II, dilakukan pada
100-200 orang penderita untuk melihat apakah efek farmakologik yang tampak pada fase I
berguna atau tidak untuk pengobatan. Uji klinik fase III dilakukan pada sekitar 500
penderita yang bertujuan untuk memastikan bahwa suatu obat baru benar-benar berkhasiat.
Uji klinik fase IV merupakan pengamatan terhadap obat yang telah dipasarkan. Fase ini
bertujuan menentukan pola penggunaan obat di masyarakat serta pola efektifitas dan
keamanannya pada penggunaan yang sebenarnya.
Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinya pada manusia.
Pada fase ini yang diteliti ialah keamanan obat, bukan efetifitasnya dan dilakukan pada
sukarelawan sehat. Tujuan utama pada uji klinik fase 1 adalah untuk mengetahui adanya
efek samping yang tidak muncul pada hewan coba. Tujuan lain adalah untuk mengetahui
apakah obat tersebut dapat diterima atau tidak oleh tubuh (tolerated). Di samping itu, juga
untuk mengetahui bagaimana proses metabolisme dan bioavailability obat tersebut pada
manusia. Hal yang harus diketahui misalnya adalah di mana absorbsinya dan berapa
kecepatannya, bagaimana metabolismenya, ke mana distribusinya, lewat apa ekskresinya
dan berapa kecepatannya. Dengan demikian pada uji coba klinis fase I yang penting
adalah keamanan (safety) suatu obat baru dan bukan keampuhannya (efficacy) atau
kemanjuran (effectiveness). Subjek biasanya adalah relawan yang diberi obat dengan dosis
bertingkat untuk mengetahui sejauh mana dosis obat tersebut dapat diterima. Biasanya,
dosis yang diberikan pertama kali adalah 1/50 dosis minimal pada hewan coba yang masih
memberikan efek, kemudian dinaikkan dengan kelipatan 1,5 atau 2 kalinya, sehingga
muncul adanya efek farmakologik atau efek samping. Uji klinis fase I biasanya
membutuhkan paling banyak 80 relawan.
Tergantung dari data yang diperoleh pada hewan, dosis berikutnya ditingkatkan
sedikit - sedikit atau dengan kelipatan dua sampai diperoleh efek farmakologik atau
sampai timbul mencari efek toksik yang mungkin terjadi dilakukan pemeriksaan hemato-
logi, faal hati, urin rutin dan bila perlu pemeriksaan lain yang lebih spesifik. Pada fase ini
diteliti juga sifat farmakodinamika dan farmako-kinetikanya pada manusia. Hasil
penelitian farmakokinetika ini digunakan untuk meningkatkan pemilihan dosis pada
penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil ini dibandingkan dengan hasil uji pada hewan coba
sehingga diketahui pada spesies hewan mana obat tersebut mengalami proses
farmakokinetika seperti pada manusia. Bila spesies ini dapat ditemukan maka dilakukan
penelitian toksisitas jangka panjang pada hewan tersebut. Uji klinik fase I ini dilaksana-
kan secara terbuka, artinya tanpa pembanding dan tidak tersamar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, syakil. Amin, Ruhul. Hasan, Imtiaj. Asaduzzaman, M, K, A. Kabir, Rashel. 2017.
Antitumor Properties of a methyl - D-galactopyranoside specific lectin from
Kaemprefia rotunda againts Erhlic ascites carcinoma cells. International Journal of
Biological Macromolecules.

Anonim. 2015. Buletin Jendela dan Data Informasi Kesehatan Situasi Penyakit Kanker
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI.
Anonim. 2015., Tata Laksana Persetujuan Uji Klinik,Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia.

Anonim. 2007. Acuan Sediaan Herbal, Volume Ketiga, Edisi Pertama. Badan Pengawasan
Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Anoonim, 2002. Tata Laksana Uji Klinik., Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia.

Anonim., 2016. Formularium Obat Herbal Asli Indonesia.PMK No 06., Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

Anonim. 2010. Acuan Sediaan Herbal, Volume Kelima Edisi Pertama. Bdan Pengawasan
Obat dan Makananan Republik Indonesia.

Dalimarta, S. (2003), Atlas tumbuhan obat Indonesia, jilid 2, Trubus


AgriwidyaLeardkamolkarn V., Tiamyuyen S., Sripanidkulchai B.O., (2009),
Pharmacological Activity of Kaempferia parviflora against Human Bile Duct
Cancer Cell Lines, Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 10, 2009 697

Hondermarck Hubert, (2003), Breast cancer: when proteomics challenges biological


complexity. Molecular & cellular proteomics : MCP 2003;2(5):281-91

Mathivadani, P., Shanthi, P., and Sachdanandam, P., (2007), Apoptotic Effect of Semecarpus
anacardium nut Extract on T47D Cancer Cell Line., Cell.Biol. Int., 31, 1198-1206

Murwati, retno, meiyanto, Edy, Nurrochmad, Arief, Kristina, Ari, susi. 2004. Efek ekstrak
etanol rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.) terhadap pertumbuhan tumor
paru fase post inisiasi pada mencit betina diinduksi Benzo[a]piren. Farmasi UGM

Parton, Martina., Dowsett, Mitchel., and Smith, I., (2001), Studies of Apoptosis in Breast
Cancer, BMJ, 322: 1528-153.

Rahmatini., 2010. Evaluasi Khasiat dan Keamanan Obat (Uji Klinis),. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.

Shirwaikarb A. Curcuma zedoaria rosc. (white turmeric): a review of its chemical,


pharmacological and ethnomedicinal properties. Journal of Pharmacy and
Pharmacology. 2009; 61: 1321.
Sumathi S, Iswariya GT, Sivaprabha B, Dharani B, Radha P, Padma PR. Comparative study
of radical scavenging activity and phytochemical analysis of fresh and dry rhizomes
of Curcuma zedoaria. IJPSR. 2013; 4(3): 106973.

.
LAMPIRAN DOKUMEN

Anda mungkin juga menyukai