Laporan Modul Batuk Dan Sesak Pada Dewasa Kelompok 1 PDF
Laporan Modul Batuk Dan Sesak Pada Dewasa Kelompok 1 PDF
Dewi Nugrahaputri
Laporan Tutorial
Modul Batuk & Sesak Pada Dewasa Sistem Respirasi
Disusun Oleh
Rahmawati AdeCitra Ashari Grace Hanna Cristian Auni Fitri Humaerah Sri Rejeki
Otniel Kristanto Ahmad Airlangga Mira Wati Aho Yunita Yusuf Desi Andriani Ade Putra
Salino
Wa Ode Sri Ayu Saza Khoirunnisa Rita Yaroseray
berbagai garam anorganik, sel yang berdeskuamasi dan leukosit, berwarna putih 5.
Anti tusif : meredahkan atau mencegah batuk.
11. Penatalaksanaan DS 12. Prognosis dan komplikasi DS 13. Pencegahan DS Jawaban 1.
Anatomi, fisiologi, dan histologi sistem pernafasan Anatomi
Secara garis besar anatomi sistem pernafasan terdiri atas a. Cavum nasi Cavum nasi
adalah rongga yang dimulai pada nostril (apertura nasalis anterior=nares anterior)
dan berakhir pada nares posterior (choanae). Bagian ini kemudian dibagi menjadi dua
oleh septum nasi dan linea mediana. 1. Septum nasi Merupakan dinding medial dari
cavum nasi yang dibentuk oleh vomer dibagian postero-inferior dan lamina
perpendicularis ossis ethmoidalis dibagian postero-superior dan cartilago septalis
yang berada di bagian anterior kedua tulang tersebut. Vascularisasi dari septum
nasi -
Ramus labialis superior yang dipercabangkan oleh a. Facialis. Ramus ascendens dari
a. Palatina major.
Nantinya arteri ini akan membentuk plexus kiesselbach, tempat sering terjadinya
epistaxis dan tempat ini disebut area dari little.
2. Dinding Lateral Dibetuk oleh processus frontalis ossis maxillae dan os nasale di
bagian paling anterior, facies medialis ossis maxillae dan lamina perpendicularis
ossis palatini yang berada dibagian dorso-caudal. Pada dinding ini terdapat conchae
nasalis superior terdapat meatus nasi superior, disebelah caudal concha nasalis
media terdapat meatus nasi medius, dan meatus nasi inferior disebalah caudal concha
nasalis inferior. Dinding ini dilapisi kulit dengan rambut-rambut yang keras dan
tegak, yang dinamakan vibrissae. Vibrissae ini bertumbuh ke arah lumen dan
berfungsi sebagai saringan udara. b. Nasopharynx Terletak di belakang cavum nasi
dan cranialis dari palatum molle. Bagian ini hanya dilalui oleh aliran udara
respirasi. c. Larynx Organ yang dilewati oleh udara respirasi dan mengalami
modifikasi untuk dapat menghasilkan suara. Dibentuk oleh cartilago, ligamentum,
otot, dan membrana mucosa. Terletak di sebelah ventral pharynx, berhadapan dengan
vertebra cervicalis 3-6. Cartilago yang terdapat di larynx yaitu : 1. Cartilago
laryngis Dibentuk oleh 3 buah cartilago yang tunggal, yaitu cartilago thyroidea dan
cartilago epiglottica, dan cartilago cricoidea, dan 3 pasang cartilago yang terdiri
atas cartilago arytenoidea, cartilago corniculata serta cartilago cuneiforma. 2.
Cartilago thyreoidea Terdiri dari dua lembaran cartilago yang berbentuk segiempat
dan bersatu dibagian anterior membentuk sudut, kecuali dibagian cranialis dimana
terbentuk celah berbentuk huruf V yang dinamakan incisura thyreoidea. Pada usia
dewasa sudut ini lebih besar pada pria dibanding wanita yang biasa dikenal dengan
adams apple 3. Cartilago cricoidea Berbentuk cincin dan terdiri atas dua bagian,
bagian dorsal lebar berbentuk segiempat, disebut lamina cartilaginis cricoidea, dan
bagian anterior disebut arcus dengan tepi caudalnya letak horizontal dan tepi
cranialnya yang terletak oblique. 4. Cartilago arytaenoidea Berbentuk piramid yang
terletak pada tepi superior lamina cartilaginis cricoidea. 5. Cartilago epiglottica
Berbentuk tipis seperti daun, menonjol dan berada disebelah dorsal dari lingua dan
corpus ossis hyoidei. Ujung caudal bantuknya lancip dan dihubungkan oleh ligamentum
thyroepiglotticum pada angulus antara lamina cartilaginis thyreoideae di sebelah
caudal incisura thyreoidea. 6. Cartilago corniculata dan cartilago cuneiforme
Cartilago corniculata mempunyai bentuk conus, kecil, dan berada pada ujung
posterior plica aryepiglottica, yaitu pada apex cartilago arytaenoidea. d. Trachea
dan bronkus Trachea Trachea adalah suatu pipa yang dibentuk dari cartilago dan
jaringan ikat yang dimulai dari tepi caudal larynx, yaitu dari tepi caudal
cartilago cricoidea setinggi vertebra cervicalis VI sampai setinggi cranial
vertebra thoracalis V, dan disini terbentuk bifurcatio menjadi bronchus dexter dan
sinister. Disepanjang perjalanannya trachea berada di sebelah ventral oesophagus
dan nervus recurrens sinister diapit oleh trachea dan oesophagus. Bronchus Bronchus
dexter mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendekdan lebih vertikal daripada
broncus sinister. Letaknya lebih vertikal oleh karena desakan dari arcus aortae
pada ujung caudal trakea ke arah kanan, sehingga menyebabkan mudahnya benda-benda
asing masuk kedalam hilus pulmo dexter. Bronchus ini bercabang tiga (bronchus
secunder), masing-masing menuju ke lobus superior, lobus medius, dan lobus
inferior. Broncus pulmonalis disebut bronchus eparterialis. Cabang bronchus yang
menuju ke lobus medius dan lobus inferior berada disebelah caudal arteri pulmonalis
disebut bronchus
c. Sensor pernafasan
Kemudian bercabang 2 menjadi bronkus yang masuk ke dalam paru-paru maka cincin
tulang rawan hialin diganti oleh lempeng tulang rawang hialin tidak beraturan yang
mengelilingi bronkus. Sewaktu bronkus terus bercabang dan berkurang ukurannya
jumlah dan ukuran lempengan ini ikut berkurang. Seperti halnya pada bagian akhir
konduksi bronkiolus terminalis. Bronkiolus yang lebih besar dilapisi oleh epitel
bertingkat semu bersilia, sering berkurangnya ukuran epitel ini menjadi epitel
selapis bersilia. Sedangkan bronkiolus yang lebih kecil hanya dilapisi oleh epitel
selapis kuboid. pada bronkiolus terminalis juga terdapat sel clara (sekresi
surfaktan) sebagai pengganti dari sel goblet. Bagian respiratorik sistem pernafasan
Tempat ini dimulai pada tempat berlangsungnya pertukaran gas yang dimulai oleh
bronkiolus respiratorius yang ditandai dengan adanya kantong-kantong udara
berdinding tipis yaitu alveoli. Respirasi hanya dapat berlangsung pada alveoli,
selain itu struktur intrapulmonal lainnya tempat berlangsungnya respirasi adalah
duktus alveolaris, dan saccus alveolaris. Selain itu juga terdapat sel-sel dalam
alveolus. Sel yang paling banyak adalah sel alveolus gepeng atau penumosit tipe 1,
diantaranya terselip sel-sel pneumocyte 2. Makrofag juga ditemukan di dinding
alveoli yang disebut macrophagocytus alveolaris, sedangkan pada alveoli disebut sel
debu.
2. Patomekanisme gejala pada kasus Batuk Impuls aferen (N vagus M. Oblongata)
Epiglotis menutup
Pita suara membuka, udara bertekanan tinggi dalam paru meledak keluar
Udara tsb mengalir cepat membawa benda asing dari bronkus dan trakea
Batuk Berdahak
Infeksi/iritasi sal. Napas Hipersekresi mukus, hipertrofi kelenjar submukosa
Sekresi sel goblet meningkat
Batuk berdahak
Demam
Pirogen eksogen yaitu lipopolisakarida, peptidoglikan dan teichoic acid Makrofag,
monosit, limfosit IL1, IL6, TNF , IFN
Prostaglandin (PGE2)
Sakit kepala
Obstruksi Sal. Napas akibat produksi mukus berlebihan dah hipertrofi submukosa O2
Vasodilatasi (Kompensasi Pem. Darah u/ meningkatkan distribusi o2 ke otak O2
(Kompensasi gagal) SAKIT KEPALA
Anorexia dan Diare
Peningkatan sekresi mukus krn infeksi/iritasi sal napas
Terganggunya sinyal jangka pendek, ( hormon usus & sinyal neural dari pusat otak x
mengatur regulasi tahapan awal dan akhir makan) yang diinduksi oleh sitokin (IFN ,
IL 6, IL 10) sebagai pertahanan terhadap infeksi bakteri
ANOREKSIA
DIARE
Myalgia
Respirasi aerob
Respirasi anaerob
Tertimbun di otot
Myalgia
BATUK AKUT
Trakeitis, virus/bakterial Bronkitis, virus/bakterial Bronkiolitis,
virus/bakterial Asma Edema paru Emboli paru Whooping cough Aspirasi Benda
asing Permulaan batuk kronik
BATUK KRONIK
Bronkitis kronik Asma Karsinoma TB paru Bronkiektasis Benda asing
Tumor jinak Lesi mediastinum
4. DD dan DS Pneumonia Laki-laki umur 25 thn Batuk berdahak mukoid kadang kuning
Demam hilang timbul + +
+
Bronkitis + + + + + + + + + +
TB Paru + + + + + + + + + + + +
+ +
selama 10 hari Sakit kepala pagi hari Myalgia anorexia Kadang diare Suhu 38,50C
Denyut nadi 100x/menit Pernafasan 20x/menit Riwayat sakit batuk dan pilek
sebelumnya Riwayat minum anti tusif dan anti biotik 5. Hubungan riwayat penyakit
dahulu dan sekarang Hubungan riwayat penyakit dahulu dan sekarang berdasarkan
skenario ada 2 yaitu a. Kemungkinan pertama, penyakit yang sekarang merupakan
perjalanan dari penyakit terdahulu yang semakin memburuk akibat tidak mendapatkan
terapi yang adekuat. b. Kemungkinan kedua, penyakit yang sekarang tidak ada
hubungannya dengan penyakit terdahulu. Namun penyakit terdahulu merupakan faktor
predisposisi timbulnya penyakit yang sekarang. Pneumonia Defenisi Pneumonia
merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan
parasit). Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru berupa alveoli dapat
dipenuhi cariran atau nanah. Akibatnya keampuan paru sebagai tempat pertukaran gas
(terutama oksigen akan terganggu). Kekurangan oksigen dalam sel-sel +
+ + + + + +
tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani
dengan baik, maka proses peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai
komplikasi. Etiologi Penyebab pneumonia bermacam-maca yaitu bakteri, virus, fungi,
alergi, aspirasi, hypostatic pneumonia. Pneumonia bakteri dapat disebabkan oleh
pneumococcus, staphylococcus, H.influeza, mycobacterium tuberculosis,
Apoptosis sel
Sitokin teraktivasi
Pneumonia bakteri
Jadi dapat pula dikatakan bahwa pneumonia virus komplikasinya merupakan pneumonia
bakteri.
b. Bakteri
Masuk ke alveoli Bakteri inhalasi Menginvasi ruangan di antara sel dan alveoli
melalui rongga penghubung Neutrophil Membunuh dan melepaskan sitokine Demam
mengigil dan mual Mengisi alveoli Transpor O2 menurun Bakteri ke aliran darah Ke
cavitas pleura Syok septik Empyema
Aliran darah
Respon imun
Gangguan transportasi O2
Pneumoniae
Paru- paru
Eosinophil meningkat
Pneumonia esosinophil
Pneumonia eosinophil
Akumulasi masif dlm ruang alveolar (limfosit & makrofag) Eritrosit keluar dr
kapiler yg meregang
Hepatisasi Kelabu
Keluar
Fokus ghon
Limfangitis local
Limfadenitis regional
TB post primer biasanya menyerang pada orang dewasa yang sebelumnya sudah pernah
terpapar TB primer sebelumnya
Imunitas tubuh menurun Invasi ke parenkim paru
Dormant
Sarang dini
Direabsorpsi sembuh
Granuloma
Granuloma
Nekrosis
Jar. keju
Di batukan
Cavitas
Cavitas
Meluas
Tuberkuloma
Sarang pneumonia
Memadat mengapur
Cair
Sembuh
Cavitas lagi
Komplikasi
Mycetoma
Manifestasi Klinis Gejala Respiratorik : a. Batuk > 3 mgg b. Batuk darah c. Nyeri
dada d. Sesak nafas Gejala sistemik : a. Demam b. Anoreksia c. Malaise d. Berat
badan menurun e. Keringat malam Faktor resiko 1. Umur Laki-laki memiliki potensi 2x
lipat dibanding wanita 3. Tingkat pendidikan 4. Pekerjaan 5. Kebiasaan merokok 2.
Jenis kelamin
6. Kepadatan hunian kamar tidur 7. Ventilasi Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan
bakteriologis Pemeriksaan ini bertujuan untuk menemukan kuman TB untuk menentukan
diagnosis. Bahan pemeriksaan ini berasal dari sputum, cairan pleura, bilasan
bonkus, CSF, kurasan bronkoalveoloar, urin, feses, dan jaringan biopsi. 2.
Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan ini dilakukan atas indikasi foto apikolordotik,
obliq, dan CT scan. Tuberkulosis memberikan gambar bermacam-macam pada foto
thoraks. Gambaran yang dapat ditemukan yaitu : a. bayangan lesi di lapangan atas
paru atau segmen apikal lobus bawah b. bayangan berawan atau bercak c. adanya
kavitas tunggal atau ganda d. bayangan bercak milier e. bayangan efusi pleura,
umumnya unilateral f. destroyed lobe sampai destroyed lung g. kalsifikasi h.
schwarte 3. Pemeriksaan khusus Saat ini telah ditemukan beberapa teknik baru untuk
mendeteksi Tb yaitu : a. BACTEC : dengan metode radiometrik, dimana CO2 yang
dihasilkan dari metablisme asam lemak M. Teuberculosis dideteksi growth indexnya.
b. Polymerase chain reactin (PCR) dengan cara mendeteksi DNA dari M.tuberculosis
hanya saja masalah teknik dalam pemeriksaan ini adalah kemungkinan kontaminasi. c.
Pemeriksaan serologi seperti ELISA, ICT, dan Mycodot. Langkah-langkah diagnosis
Lakukan anamnesis dengan menanyakan pertanyaan sebagai berikut : 1. Riwayat
penyakit yang sama dengan anggota keluarga 2. Riwayat frekuensi penggunaan bat,
apakah diminum secara teratur atau tidak 3. Riwayat kontak dengan pasien yang
terinfeksi 4. Ada tidakanya bunyi ronki pada pemeriksaan auskultasi
5. Ada tidaknya keringat malam hari, penurunan berat badan, serta batuk darah untuk
mengetahui tandatanda TB secara pasti. 6. Riwayat merokok
Penatalaksanaan Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi dua fase yaitu fase intensif
(2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Obat yang digunakan yaitu obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat yang digunakan sesuai rekomendasi WHO yaitu rifampisin
(R), isoniazid (H), pirampizin (z), sterptomisin (s), etambutol (e). Treatment
Category 1 Kasus baru BTA + Sputum tetapi kerusakan parenkim yang luas 2
HRZE/4H3R3 /4HR /6HE Pasien Obat TB
Ekstrapulmonary Tb yang berat 2 BTA + dg riwayat pengobatan Kambuh Gagal pengobatan
Pengobatan tidak sesuai 3 Kasus baru BTA Kasus baru berat dg TB ekstrapulmoner 4
Pencegahan 1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita tuberkulosis BTA +. 2. Mass chest X ray yaitu pemeriksaan
massal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu. 3. Vaksinasi BCG Bronkhitis
Definisi Peradangan pada saluran pernafasan broncial atau bronki. Peradangan
tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, proses peradangan pada bronkus dengan
manifestasi utama berupa batuk, yang dapat berlangsung akut maupun kronik. Proses
ini disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang terjadi dari saluran
nafas atas maupun bawah. Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi
dahak tidak lebih dari tiga minggu, peradangan akut pada bronkus dan cabang-
cabangnya, yang mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus. Walaupun
diagnosis bronkitis sering merupakan diagnosis yang sering dibuat, pada anak
keadaan ini agaknya bukan merupakan suatu penyakit tersendiri tetapi merupakan
akibat dari beberapa keadaan lain pada saluran napas atas dan bawah. Manifefstasi
klinis biasanya terjadi akut mengikuti suatu infeksi saluran napas atas. Bronkitis
kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam
setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut. Infeksi saluran nafas
merupakan masalah klinis yang sering dijumpai pada penderita bronkitis kronik yang
dapat memperberat penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akanbronkitis kronik yang
dapat memperberat penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut Kronik BTA tetap + meskipun
dg pengobatan 2RHZ/4R3H3 /5 4HR /6 6HE Rujuk ke dokter spesialis 2 RHZES + 1
RHZE/5R3H3E3 /5RHE
akan mempercepat kerusakan yang telah terjadi, disamping itu kuman yang menyebabkan
eksaserbasi juga berpengaruh terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini.
Semakin sering terjadi eksaserbai, maka mortalitas juga akan dan morbiditas
penyakit ini. Semakin sering terjadi eksaserbasi, maka mortalitas juga akan semakin
meningkat. Etiologi Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti
rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV),
virus influenza, virus parainfluenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu
peradangan pada bronchus
yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun
parasit. Sedangkan pada bronchitis kronik dan batuk berulang adalah sebagai berikut
: 1. Spesifik a. Asma b. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya
sinobronchitis). c. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi
mycoplasma, chlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur. d. Penyakit paru yang
telah ada misalnya bronchiectasis. e. Sindrom aspirasi. f. Penekanan pada saluran
napas g. Benda asing h. Kelainan jantung bawaan i. Kelainan sillia primer j.
Defisiensi imunologis k. Kekurangan anfa-1-antitripsin l. Fibrosis kistik m. Psikis
2. Non spesifik a. Asap rokok b. Polusi udara Patofisiologi
Asap iritasi jalan nafas