Anda di halaman 1dari 10

J. Tek. Ling Vol. 13 No. 2 Hal.

221 - 230 Jakarta, Mei 2012 ISSN 1441-318X

SELEKSI JAMUR TANAH PENDEGRADASI


SELULOSA DAN PESTISIDA DELTAMETHRIN DARI
BEBERAPA LINGKUNGAN
DI KALIMANTAN BARAT
Yohanes Bernard Subowo

Peneliti di Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi-LIPI


E-mail: yosubowo@yahoo.com

Abstrak

Telah dilakukan penelitian mengenai seleksi jamur tanah pengurai selulosa dan
deltamethrin dari beberapa lingkungan di Kalimantan Barat. Tujuan penelitian untuk
memperoleh isolat jamur yang mampu menguraikan selulosa dan pestisida deltamethrin.
Sampel tanah diambil dari beberapa lingkungan ekstrim di Kalimantan Barat meliputi:
tanah gambut, tanah kering, tanah pantai, tanah pertanian dan tanah mangrove. Setelah
dilakukan isolasi diperoleh 79 nomor isolat. Sebanyak 72 isolat dapat membentuk clear
zone pada media mengandung CMC 1%. Sejumlah 10 isolat membentuk clear zone
berukuran besar. Jamur Aspergillus niger PS 1.4 dapat tumbuh paling baik pada media
mengandung CMC 1% dengan menghasilkan bobot biomassa paling tinggi (0,7 g/L
media). Jamur ini mempunyai aktivitas enzim selulase sebesar 0, 127 unit/ ml. Jamur
Aspergillus niger PS 1.4 juga tumbuh pada beberapa pestisida: 50mg/L (ppm) Clorpirifos,
50 mg/L Cypermethrin dan 50mg/L Deltamethrin. Jamur Aspergillus niger PS1.4 dapat
mendegradasi Deltamethrin sebanyak 90,2% dalam waktu 10 hari.

Kata kunci: Aspergillus niger, deltamethrin, jamur tanah, penguraian, selulosa

Abstract

A research on selection of cellulose and deltamethrin degrading soil fungi from some
environments in West Kalimantan had been done. The aim was to obtain isolates of
fungi that have a high ability on decomposing cellulose and deltamethrin. The soil
sample was taken from some environments in West Kalimantan, included: peatland,
heath forest soil, sediment of manggrove, and coastal soil. Seventy two isolates were
able to hydrolize CMC (Carboxy Methyl Cellulose). Aspergillus niger PS 1.4 was able
to grow fastest among strains tested and yielded highest of mycelium. The fungi has
cellulase activity was 0,127 unit/ml and able to grow on some pesticides also, included:
50 ppm Chlorpirifos, 50 ppm Cypermethrin and 50 ppm Deltamethrin. Aspergillus niger
PS 1.4 was able to degrade deltamethrin as much as 90,2% in 10 days.

Key words: Aspergillus niger, cellulose, deltamethrin, degradation, soil fungi

Seleksi Jamur Tanah,... J.Tek. Ling. 13 (2): 221 - 230 221


1. PENDAHULUAN hama Lepidoptera, Hemiptera, Coleoptera
dan Diptera 6) . Deltamethrin biasanya
1.1 Latar belakang digunakan pada tanaman kapas, jagung,
sereal, kedelai, dan sayur-sayuran7). Seperti
Limbah mengandung selulosa banyak pestisida yang lain deltamethrin sukar
dihasilkan oleh sektor pertanian, kehutanan terurai, sering tercuci oleh air hujan dan
dan perkebunan, diantaranya berupa: jerami mengalir ke sungai. Hal ini akan berpengaruh
padi, tongkol jagung, batang ubi jalar dan ubi pada kehidupan organisme air dan tanah,
kayu, serasah hutan, serbuk gergaji, tandan untuk itu diperlukan proses degradasi agar
kosong kelapa sawit (TKKS), kulit biji kopi dan tidak mencemari lingkungan.
lain-lain. Indonesia sebagai negara agraris Beberapa jamur tanah mempunyai
menghasilkan limbah lignoselulosa cukup kemampuan menguraikan selulosa dan
besar. Seperti diketahui bahwa produksi pestisida. Jamur-jamur Aspergillus niger,
limbah TKKS (tandan kosong kelapa sawit) di Chaetomium globosum, Scopulariopsis
Indonesia sangat besar. Apalagi perkebunan brevicaulis, Trichoderma koningii dan
kelapa sawit di Indonesia mencapai 10 Trichothecium roseum mempunyai aktivitas
juta hektar. Dengan asumsi 1 ton CPO selulase pada media serasah dan jerami
menghasilkan sekitar 1,1 ton TKKS. Per gandum, sehingga jamur-jamur tersebut
tahunnya Indonesia menghasilkan 18 juta dapat menguraikan selulosa8). Trichoderma
ton CPO, artinya sekitar 20 juta ton TKKS reesei menghasilkan enzim selulase 9) .
dihasilkan per tahun1). Jerami juga banyak Penicillium funiculosum telah dikembangkan
dihasilkan di sawah-sawah, tahun 2006 di Inggris untuk menghasilkan selulase
Kabupaten Sukoharjo menghasilkan jerami sedangkan dari kelompok Basidiomycetes
sebanyak 247.110 ton 2). Serbuk gergaji juga yaitu Irpex lacteus telah menjadi sumber
banyak dihasilkan oleh sector kehutanan. selulase di Jepang yang disebut Driselase10).
Kabupaten Wonosobo menghasilkan limbah Jamur Aspergillus niger dapat menghidrolisa
penggergajian kayu berupa serbuk gergaji, herbisida 3-Chloro-2-methyl-p-valerotoulidide
sebetan kayu dan potongan kayu sebanyak menjadi 3-chloro-4-methylacetanilida dan
1,4 juta m3 per tahun 3).Limbah-limbah fungisida 2,5dimethylfuran-3-carboxanilida
tersebut mengandung lignin, selulosa dan menjadi acetanilida 11). Proses ini dapat
hemiselulosa. Padahal selulosa termasuk mengurangi tingkat toksisitas pestisida di
senyawa recalcitrant, tahan lama, dan lingkungan. Selain itu dilaporkan jamur
terakumulasi di lingkungan terestrial4). Rhizoctonia solani dan Fusarium oxysporum
Pestisida merupakan bahan kimia dapat mendegradasi pirimiphos-methyl dan
beracun yang banyak digunakan di bidang carbaril. Dalam 21 hari pirimiphos-methyl
pertanian. Pestisida digunakan secara luas dapat terdegradasi 25,6% dan 16,9%
di areal tanaman produksi untuk mengurangi sedangkan carbaril dapat terdegradasi 15,2%
serangan hama dan sekaligus melindungi dan 11,2% 12). Sejauh ini penelitian untuk
tanaman dari penurunan hasil dan penurunan mengisolasi jamur-jamur tanah di lingkungan
kualitas. Salah satu pestisida yang banyak ekstrim yang mempunyai kemampuan
digunakan adalah Deltamethrin. Deltamethrin mendegradasi selulosa dan deltamethrin
adalah pestisida pyrethroid buatan yang belum banyak dilakukan, sehingga dilakukan
dapat membunuh serangga melalui kontak penelitian ini. Lingkungan ekstrim di
kulit dan pencernaan5). Senyawa ini banyak Kalimantan Barat yang diambil sampel
digunakan untuk melindungi tanaman di luar tanahnya adalah tanah gambut, tanah kering,
ruangan maupun di dalam ruangan melawan tanah pantai dan tanah manggrove.

222 Subowo, Y. B., 2012


1.2. Tujuan 2.4. Pertumbuhan jamur pada media
selulosa cair
Tujuan penelitian adalah untuk Isolat jamur yang membentuk zona
memperoleh isolat jamur yang mempunyai bening kemudian ditumbuhkan pada media
kemampuan tinggi menguraikan senyawa selulosa cair ((NH4)2SO4 1 g; MgSO4 1 g;
selulosa dan pestisida deltamethrin. MnSO4 1 g; yeast ekstrak 1 g, FeCl3 1 g;
CMC 10 g; kongo red 1 ml; aquadest 1 L).
2. METODOLOGI Kultur diinkubasi pada suhu kamar, di atas
shaker dengan kecepatan 115 rpm. Setelah
2.1. Pengambilan sampel tanah 6 hari miselium jamur yang tumbuh pada
Pengambilan sampel tanah sebagai media cair disaring menggunakan kertas
sumber mikroba dilakukan pada beberapa saring Whatman No 1 kemudian dikeringkan
lingkungan di Kalimantan Barat. Sampel dalam oven selama 24 jam suhu 80oC 13).
tanah gambut diambil di Rasaujaya; sampel Setelah itu bobot kering miselium ditentukan,
tanah mangrove diambil di Mempawah dan yaitu selisih bobot antara kertas saring
Singkawang; Sampel tanah kering diambil di kosong dan kertas saring + miselium.
desa Koroho kecamatan Mandor. Sampel tanah
pantai diambil di Kabupaten Singkawang dan 2.5. Pengaruh pH media terhadap
sampel tanah pertanian diambil di Kabupaten aktivitas enzym selulase
Sambas. Sampel tanah kemudian dibawa ke Isolat jamur ditumbuhkan pada media
laboratorium untuk dilakukan isolasi jamur cair mengandung CMC untuk memperbanyak
tanah yang terdapat di dalamnya. miselium. Inkubasi dilakukan pada suhu kamar
di atas shaker dengan kecepatan 115 rpm.
2.2. Isolasi jamur Setelah 6 hari miselium dipanen dengan cara
Sampel tanah sebanyak 1 g dilarutkan sentrifugasi, kemudian miselium disimpan di
dalam air steril 9 ml, kemudian dilakukan dalam bufer sitrat. Untuk menguji pengaruh
pengenceran. Pada pengenceran 10-3 pH, maka 1 ml suspensi miselium direaksikan
dan 10-4 dilakukan pour plate pada media dengan 9 ml bufer sitrat mengandung CMC
Taoge agar. Koloni jamur yang tumbuh 1%, pH media diatur 3, 5, 7, 9 dan 11 dengan
kemudian dipindahkan pada media baru menambahkan HCl atau KOH. Kultur diinkubasi
untuk pemurnian. Isolat jamur yang sudah pada suhu kamar selama 60 menit, diatas
murni kemudian disimpan dalam test tube shaker pada kecepatan 115 rpm. 0,5 ml filtrat
berisi media Taoge agar. dicampur 1,5 ml DNS dipanaskan dalam water
bath selama 5 menit, kemudian didinginkan.
2.3. Pertumbuhan jamur pada media Absorbansi untuk menentukan jumlah gula
selulosa padat reduksi dibaca pada spektrometer dengan
Isolat jamur yang sudah murni, panjang gelombang 540 nm.
kemudian ditumbuhkan pada media selulosa
padat ((NH4)2SO4 1 g; MgSO4 1 g; MnSO4 1 g; 2.6. Pengaruh suhu inkubasi terhadap
yeast ekstrak 1 g, FeCl3 1 g; agar 18 g; CMC aktifitas enzym selulase
10 g; kongo red 1 ml; aquadest 1 L) pada Suspensi miselium sebanyak 1
cawan petri. Kemudian biakan diinkubasi ml direaksikan dengan 9 ml bufer sitrat
pada suhu kamar selama satu minggu. mengandung CMC 1%, kultur kemudian
Setelah itu dilakukan pengamatan, isolat diinkubasi di atas shaker water bath pada suhu
jamur yang membentuk zona bening (clear 25oC, 30oC, 40oC, 50oC dan 60oC selama 60
zone) disekitar koloni berarti menghasilkan menit. Absorbansi untuk menentukan jumlah
enzym selulase. Isolat yang membentuk gula reduksi dibaca pada spektrometer
zona bening kemudian diseleksi lebih lanjut. dengan panjang gelombang 540 nm.

Seleksi Jamur Tanah,... J.Tek. Ling. 13 (2): 221 - 230 223


2.7. Pengujian aktifitas enzym selulase Kalimantan Barat. Lingkungan tersebut
Untuk menentukan aktivitas enzym meliputi: lingkungan gambut, lingkungan
selulase, 1 ml suspensi miselium direaksikan pantai, lingkungan payau, lingkungan tanah
dengan 9 ml bufer sitrat mengandung CMC kering, dan lingkungan pertanian. Setelah
1%, pH media diatur 7,0. Kultur kemudian dilakukan isolasi, diperoleh 79 nomor isolat.
diinkubasi di atas shaker water bath pada Isolat terbanyak berasal dari tanah gambut
suhu 40oC selama 0, 30, 60 dan 90 menit. (R) yaitu 36 nomor, kemudian tanah gambut
Filtrat dan miselium jamur dipisahkan berpasir (MD) 13 nomor, tanah pantai 10
menggunakan sentrifugasi. 0,5 ml filtrat isolat, tanah payau 8 isolat, tanah kering 4
ditambah 1,5 ml DNS dipanaskan dalam water isolat, dan tanah pertanian 8 isolat. Setelah
bath selama 5 menit, kemudian didinginkan. ditumbuhkan pada media selulosa padat,
Absorbansi untuk menentukan jumlah gula sebagian besar membentuk zona bening
reduksi dibaca pada spektrometer dengan (Clear zone); 62 isolat membentuk zona
panjang gelombang 540 nm. bening tipis berdiameter <0,5 cm, 10 isolat
membentuk zona bening besar berdiameter
2.8. Pertumbuhan jamur pada pestisida > 0,5 cm dan 7 isolat tidak membentuk zona
Isolat jamur terpilih kemudian bening (Tabel 1).
ditumbuhkan pada media cair berisi ekstrak Sepuluh isolat jamur yang membentuk
taoge dan 50 mg/L (ppm) Deltamethrin, 50 zona bening tebal (besar) kemudian
mg/L Cypermethrin, 50 mg/L Chlorpirifos. ditumbuhkan kembali pada media selulosa
Kultur diinkubasi di atas shaker dengan cair untuk mengamati pertumbuhannya
kecepatan 115 rpm, pada suhu kamar selama dengan menghitung bobot biomassa
6 hari. Setelah itu miselium jamur disaring (miselium) yang dihasilkan. Isolat PS 1.4
menggunakan kertas saring Whatman No 1 menghasilkan bobot miselium (biomassa)
kemudian dikeringkan di dalam oven selama paling tinggi, yaitu 0,7 g kemudian isolat
24 jam pada suhu 80oC 13). Setelah itu bobot M2.2 (0,6 g) , isolat M 1.2 (0,55 g) kemudian
kering miselium ditentukan, yaitu selisih isolat yang lain dan terkecil isolat R 7.5 (0,3
bobot antara kertas saring kosong dan kertas g) (Gambar 1).
saring + miselium. Isolat PS 1.4 menghasilkan bobot
miselium (biomasa) paling besar, hal ini
2.9. Degradasi pestisida berkaitan dengan aktifitas enzym selulase
Isolat jamur terpilih ditumbuhkan pada yang dihasilkan, semakin besar bobot
media cair mengandung ekstrak taoge miselium yang dihasilkan maka semakin
dan 50 mg/L (ppm) Deltamethrin. Kultur besar pula aktifitas enzym selulasenya.
diinkubasi pada suhu kamar, diatas shaker Isolat PS1.4 kemudian diidentifikasi dengan
dengan kecepatan 115 rpm selama 10 mencocokkan morfologi jamur dengan buku
hari. Setelah 10 hari, filtrat dan miselium identifikasi Compendium of Soil Fungi 14) dan
dipisahkan menggunakan sentrifugasi. Introduction to Food Borne Fungi 15). Setelah
Konsentrasi Deltamethrin yang tertinggal diidentifikasi Isolat jamur PS 1.4 adalah
ditentukan menggunakan HPLC. Aspergillus niger PS1.4.
pH media juga berpengaruh terhadap
3. HASIL DAN PEMBAHASAN aktifitas enzym selulase jamur. Untuk
mengetahui pH optimum yang dibutuhkan
3.1. Hasil agar menghasilkan aktifitas enzym
maksimum, maka miselium jamur Aspergillus
Pengambilan sampel tanah sebagai niger PS1.4 direaksikan dengan bufer sitrat
sumber mikroba dilakukan pada beberapa mengandung CMC 1%. Aktifitas enzym
lingkungan berbeda yang terdapat di selulase maksimal diperoleh pada pH 7, hal

224 Subowo, Y. B., 2012


Tabel 1. Hasil isolasi jamur dan pembentukan Keterangan:
zona bening (clear zone) pada media - : Tidak terbentuk zona bening
padat mengandung CMC + : Terbentuk zona bening tipis ( < 0,5 cm)
++ : Terbentuk zona bening besar ( > 0,5 cm)
No K o d e Pembentukan No K o d e Pembentukan
Isolat zona bening Isolat zona bening
1 R1.1 + 41 MD2.2 +
2 R1.2 + 42 MD2.3 +
3 R1.3 + 43 MD4.1 +
4 R2.1 + 44 MD4.2 +
5 R2.2 - 45 MD4.3 ++
6 R2.3 + 46 MD5.1 +
7 R2.4 + 47 MD5.2 +
8 R3.1 - 48 MD5.3 +
9 R3.2 + 49 MD5.4 ++
10 R3.3 + 50 PS1.1 +
11 R3.4 + 51 PS1.2 + Gambar 1. Pertumbuhan isolat jamur pada
12 R3.5 - 52 PS1.3 +
media selulosa cair
13 R4.1 + 53 PS1.4 ++
ini ditunjukkan dengan jumlah gula reduksi
14 R4.2 + 54 PS1.5 +
yang dihasilkan paling tinggi yaitu 0,2305
15 R4.3 + 55 PS1.6 +
mg. Pada pH 5, gula reduksi yang dihasilkan
16 R4.4 + 56 PS1.7 +
0,1638 mg dan pH 9, gula reduksi yang
17 R4.5 - 57 PS1.8 + dihasilkan 0,1944 mg (Gambar 2).
18 R4.6 + 58 PS2.1 +
19 R4.7 + 59 PS2.2 + 0.25

20 R4.8 + 60 Sing1.1 +
Jml. gula reduksi (mg)

0.2
21 R6.1 + 61 Sing1.2 +
0.15
22 R6.2 + 62 Sing2.1 +
0.1
23 R6.3 - 63 Sing2.2 +
24 R6.4 + 64 M1.1 + 0.05

25 R6.5 ++ 65 M1.2 ++ 0
3 5 7 9 11
26 R6.6 ++ 66 M2.1 +
pH
27 R7.1 + 67 M2.2 ++
28 R7.2 + 68 K1.1 +
Gambar 2. Pengaruh pH media terhadap aktifitas
29 R7.3 ++ 69 K1.2 +
enzym selulase jamur Aspergillus
30 R7.4 + 70 K2.1 +
niger PS1.4
31 R7.5 ++ 71 K2.2 +
32 R8.1 + 72 SB1.1 + Suhu atau temperatur inkubasi juga
33 R8.2 + 73 SB1.2 + berpengaruh terhadap aktifitas enzym
34 R8.3 + 74 SB3.1 + selulase jamur Aspergillus niger PS1.4. Dari
35 R8.4 - 75 SB3.2 - Gambar 3 dapat diamati bahwa suhu optimum
36 R8.5 + 76 SB3.3 + yang dapat menghasilkan aktifitas enzym
37 MD1.1 + 77 SB4.1 + selulase maksimal adalah 40oC. Pada suhu
38 MD1.2 + 78 SB4.2 + ini dihasilkan gula reduksi paling tinggi yaitu
39 MD1.3 + 79 SB4.3 ++ 0.4027 mg. Pada suhu 30oC, gula reduksi
40 MD2.1 + yang dihasilkan 0,3110 mg dan suhu 50oC
dihasilkan gula reduksi 0,3630 mg.

Seleksi Jamur Tanah,... J.Tek. Ling. 13 (2): 221 - 230 225


0.45
kayu test blok.
0.4
0.35
Jamur Aspergillus niger PS 1.4
Jml. gula reduksi (mg)

kemudian ditumbuhkan pada media


0.3
mengandung pestisida, yaitu: Chlorofos 50
0.25
mg/L, Cypermethrin 50 mg/L dan Deltamethrin
0.2
50 mg/L. Pada ketiga pestisida tersebut
0.15
jamur dapat tumbuh. Bobot biomassa
0.1
paling tinggi diperoleh pada Cypermethrin
0.05
kemudian Chlorofos dan terendah pada
0
25 30 40 50 60 Deltamethrin (Gambar 5).
Suhu Inkubasi ( oC)

Gambar 3. Pengaruh suhu inkubasi terhadap


aktifitas enzyme selulase jamur
Aspergillus niger PS 1.4

Untuk menghitung aktifitas enzym


selulase, jamur Aspergillus niger PS 1.4
direaksikan dengan bufer sitrat mengandung
CMC 1%, dengan pH media 7,0 dan suhu
inkubasi 40oC. Setelah 30 menit jumlah
gula reduksi yang dihasilkan adalah 0,688
mg. Aktivitas enzym selulase: 0,127 unit /
ml (Gambar 4). Gambar 5. Pertumbuhan jamur Aspergillus
niger PS 1.4 pada 3 macam
0.8
pestisida
0.7
A. Clorofos B. Cypermethrin C. Deltamethrin
Jml. gula reduksi (mg)

0.6

0.5
Setelah ditumbuhkan pada media
0.4
mengandung Deltamethrin, ternyata jamur
0.3
Aspergillus niger PS 1.4 dapat menurunkan
0.2
konsentrasi deltamethrin sebanyak 90,2%
0.1 dalam waktu 10 hari.
0
0 30 60 90 120
3.2. Pembahasan
Waktu Inkubasi (m enit)

Gambar 4. Aktifitas enzym selulase jamur Isolat jamur tanah yang mempunyai
Aspergillus niger PS 1.4 kemampuan menguraikan selulosa diperoleh
dari beberapa tempat atau lingkungan
Enzym selulase yang dihasilkan yang berbeda di Kalimantan Barat. Hal ini
Aspergillus niger PS 1.4 dapat menghidrolisa dilakukan agar diperoleh jumlah jenis dan
selulosa yang terdapat di dalam kayu contoh macam jamur tanah yang lebih banyak.
(test blok). Setelah diinkubasi selama 2 Namun karena yang diambil tanahnya
minggu jamur ini dapat menurunkan bobot merupakan lingkungan ekstrim, maka
kering test blok sebesar 1,25% sedang jenis jamur yang mampu tumbuh pada
pada kontrol tidak mengalami penurunan. lingkungan tersebut juga tidak banyak. Jenis
Hal ini menunjukkan bahwa jamur ini dapat jamur yang mampu tumbuh di lingkungan
menguraikan senyawa selulosa di dalam ekstrim biasanya memiliki populasi lebih

226 Subowo, Y. B., 2012


besar. Misalnya lingkungan tanah pantai, aktifitas enzym selulase yang dihasilkan
tanahnya bercampur pasir dan kadar semakin besar pula. Dari penelitian ini
garamnya lebih tinggi, hanya jamur-jamur diperoleh 10 isolat jamur yang menghasilkan
yang tahan kekeringan dan salinitas tinggi zona bening besar, sehingga sepuluh
yang mampu tumbuh, dari lingkungan ini isolat tersebut dipilih untuk dilakukan
diperoleh 10 nomor isolat. Demikian pula seleksi lebih lanjut. Isolat jamur yang dapat
di lingkungan payau, tanahnya lembab dan mendegradasi CMC berarti menghasilkan
berkadar garam tinggi, dari sini diperoleh 8 enzym selulase. Carboxymethyl Cellulose
nomor isolat. Lingkungan gambut, kondisi (CMC) adalah derivat selulosa yang larut
gambut di sini sudah bercampur dengan dalam air. Senyawa ini merupakan substrat
tanah biasa atau gambut yang asli sudah yang berguna untuk mendeteksi produksi
mengalami penguraian. Di lahan gambut ini selulase karena cepat didegradasi oleh
juga sudah banyak ditanam tanaman pangan mikroorganisme17).
seperti jagung, singkong, kacang tanah, Jamur yang dapat tumbuh baik
cabe, nanas, lidah buaya dll. pH tanahnya pada media mengandung CMC dengan
juga juga sudah mendekati netral, yaitu 6,5 menghasilkan bobot miselium (biomassa)
tidak seperti lahan gambut yang masih asli paling tinggi dapat diartikan jamur tersebut
biasanya bersifat asam. Di lingkungan ini mampu memetabolisme selulosa secara
diperoleh 36 nomor isolat dan ini yang paling maksimal. Dengan kata lain jamur tersebut
banyak. Lingkungan yang paling sedikit mempunyai aktivitas enzym selulase paling
perolehan isolatnya adalah tanah kering, tinggi. Isolat jamur PS 1.4 menghasilkan
disini kelembaban tanah dan kandungan bobot miselium paling tinggi, berarti jamur
nutrisinya paling rendah, diperoleh 4 nomor ini mempunyai aktifitas enzym selulase
isolat. Jumlah keseluruhan isolat yang paling tinggi dibandingkan isolat yang lain.
diperoleh 79 nomor, semua jamur mikroskopis Setelah dilakukan identifikasi isolat PS
anggota Ascomycetes. Jumlah ini terbilang 1.4 adalah Aspergillus niger. Jadi jamur
cukup banyak mengingat lingkungan yang Aspergillus niger PS 1.4 dalam penelitian
diamati termasuk lingkungan ekstrim, ini memiliki aktifitas enzym selulase paling
yaitu mempunyai salinitas tinggi, pH tinggi, tinggi dibandingkan isolat lainnya. Jamur
kelembaban rendah, kandungan nutrisi tanah yang mampu mendegradasi selulosa
rendah dan lain-lain. Jamur mikroskopis didominasi oleh Aspergillus dan Penicillium.
yang umumnya anggota Ascomycetes telah Aspergillus niger dan Mucor hiemalis
teradaptasi dengan baik terhadap lingkungan keberadaannya paling tinggi yaitu 45% dan
yang ekstrim. Jamur-jamur ini mempunyai 35% dari sekitar 80% sampel tanah18).
toleransi yang lebih luas terhadap temperatur, pH media berpengaruh terhadap
pH, kekeringan, konsentrasi oksigen dan aktivitas enzym selulase, dari Gambar 2
radiasi ultraviolet dibandingkan anggota terlihat bahwa pada pH 3 dan 11 aktifitas
kelompok Basidiomycetes16). enzym selulase rendah. Hal ini ditandai
Daerah bening atau clear zone yang dengan jumlah gula reduksi yang dihasilkan
terbentuk disekitar koloni jamur merupakan sedikit. Namun pada pH 7, aktifitas enzym
hasil degradasi CMC oleh enzym selulase. mencapai puncaknya atau paling tinggi. Hal
Koloni jamur yang membentuk zona ini berarti aktifitas enzym selulase maksimum
bening menunjukkan bahwa jamur tersebut pada pH 7 khususnya untuk Aspergillus niger
menghasilkan selulase. Besar kecilnya PS 1.4 pada substrat CMC. Hasil ini sesuai
zona bening juga merupakan indikasi awal dengan penelitian yang menggunakan
besar kecilnya aktifitas enzym selulase Aspergillus niger dan Aspergillus nidulan
yang dihasilkan, semakin besar zona untuk menghasilkan selulase pada media
bening yang dihasilkan kemungkinan Hyacint dan Czapex-Dox. Aktifitas enzym

Seleksi Jamur Tanah,... J.Tek. Ling. 13 (2): 221 - 230 227


maksimum terjadi pada suhu 35oC dan pH selulosa menjadi senyawa C sederhana,
7,019). jamur ini juga mampu melarutkan batuan
Suhu juga berpengaruh terhadap Posfat dalam tanah menjadi senyawa
aktifitas enzym selulase. Dari Gambar 3 Posfat organik yang siap diserap oleh
terlihat bahwa aktifitas enzym selulase tanaman. Kemampuan lain jamur Aspergillus
maksimum jamur Aspergillus niger PS 1.4 niger dapat menghasilkan hormon tumbuh
terjadi pada suhu 40oC. Di bawah dan di atas yang dibutuhkan tanaman seperti IAA dan
suhu tersebut, aktifitas enzym lebih rendah. Giberellic Acid. Jamur Aspergillus niger
Penelitian sebelumnya menggunakan dapat melarutkan CaHPO4 (Ca-P) dan
Aspergillus niger Z10 untuk menghasilkan AlPO4 (Al-P). Pelarutan Posfat berhubungan
enzym selulase pada substrat CMC. Aktifitas dengan produksi asam, penurunan pH dan
enzym selulase maksimum dicapai pada pertumbuhan jamur dalam media kultur
suhu 40oC20). 23)
. Selain itu Aspergillus niger BHUAS01,
Aktifitas enzym selulase jamur Penicillium citrinum BHUPC01 dan
Aspergillus niger PS 1.4 menggunakan Trichoderma harzianum dapat melarutkan
substrat CMC, pada suhu 40oC dan pH 7,0 tricalcium posfat (TCP) menjadi Posfat
adalah 0,127 unit/ml. Hasil ini masih lebih terlarut (organik). Kemampuan paling tinggi
besar dibandingkan penelitian menggunakan ditunjukkan A. niger (328 g/ml) kemudian P.
Aspergillus niger untuk fermentasi serbuk citrinum (301 g/ml) dan terakhir T. harzianum
gergaji dan serasah. Aktivitas enzym (287 g/ml) sesudah diinkubasi selama 6
selulase yang dihasilkan adalah 0,0846 IU/ hari pada suhu 28oC. Selain itu jamur ini
ml dan 0,0682 IU/ml21). Peneliti lain meneliti juga menghasilkan Indole Acetic Acid (IAA),
pengaruh suhu (20-50oC) dan pH media (4- A.niger (85 g/ml), T. harzianum (68 g/ml)
9) terhadap aktifitas enzym selulase pada dan P.citrinum (52 g/ml) setelah diinkubasi
substrat alami seperti serbuk kulit pisang selama 3 hari pada suhu 28oC 24). Jamur
dan serbuk coir. Aktifitas enzym maksimum Aspergillus tubingensis dan Aspergillus
tercatat pada pH 6 yaitu 0,068 IU/ml pada niger juga digunakan untuk melarutkan
serbuk kulit pisang dan 0,049 IU/ml pada batuan Posfat yang ditambahkan pada
serbuk Coir. Sedangkan suhu tercatat 35oC tanaman jagung. Hasilnya menunjukkan
dengan aktifitas enzym 0,072 IU/ml pada pertumbuhan tanaman jagung meningkat
kulit pisang dan 0,046 IU/ml pada serbuk secara signifikan dan kadar P organik juga
coir22). meningkat dibandingkan kontrol25).
Jamur Aspergillus niger menghasilkan Kemampuan lain jamur Aspergillus niger
enzym selulase yang cukup tinggi, sehingga adalah dapat mendegradasi pestisida. Pada
sering digunakan untuk menghasilkan penelitian ini jamur Aspergillus niger PS 1.4
enzym selulase yang banyak dibutuhkan dapat tumbuh pada 3 macam pestisida, yaitu
oleh bidang industri. Sekarang ini tercatat Cypermethrin 50 ppm, Clorofos 50 ppm dan
sekitar 20% enzym selulase yang beredar Deltamethrin 50 ppm, bahkan jamur ini masih
di pasar dunia, umumnya berasal dari tumbuh pada Deltamethrin 1000 ppm. Setelah
Trichoderma dan Aspergillus 20). Selain dilakukan analisa menggunakan HPLC, jamur
itu jamur Aspergillus niger juga banyak Aspergillus niger PS 1.4 dapat menurunkan
digunakan untuk penguraian serasah atau konsentrasi Deltamethrin sebanyak
bahan lignoselulosa lain dalam pembuatan 90,2% dalam waktu 10 hari. Deltamethrin
kompos. dihidrolisa menjadi 3-phenoxybenzaldehid.
Dalam pertanian organik, jamur Dilaporkan bahwa Aspergillus niger mampu
Aspergillus niger dapat digunakan sebagai mendegradasi endosulfan. Pestisida ini
pupuk hayati atau pupuk mikroba. Selain banyak digunakan di India untuk melindungi
kemampuannya dalam menguraikan tanaman kapas, teh, tebu dan sayuran. Jamur

228 Subowo, Y. B., 2012


ini dapat tumbuh pada 400 ppm endosulfan 2008, Yogyakarta 18-19 November
dan dapat mendegradasi sempurna dalam 2008.
waktu 12 hari 26). Selain itu dilaporkan 3. Anonim. 2012. Kehutanan. Potensi
juga bahwa jamur Aspergillus niger dapat K a b u p a t e n Wo n o s o b o , S e l a s a
menghidrolisa herbisida Solan (3-chloro-4- 03/04/2012 www.kabupatenwonosobo.
methyl-p-valerotoluidide) menjadi 3-chloro- com/index.
4-methyl acetanilide dan fungicida 2,5 4. Leschine S. B.1995. Cellulose
dimethylfuran-3-carboxanilide menjadi degradation in anaerobic environments.
acetanilide menggunakan enzym aryl Annu. Rev. Microbiol. 49:399426.
acylamidase11). Jamur Aspergillus niger juga 5. Bhanu S, S. Archana, K. Ajay, J.L
mampu mendegradasi pestisida Omethoate Bhatt, S.P Bajpai, P. S. Singh, B.
27)
. Vandana. 2011. Impact of deltamethrin
Beberapa kemampuan di atas tentunya on environment, use as an insecticide
sangat penting, terutama berkaitan dengan and its bacterial degradation-a
penggunaan Aspergillus niger PS 1.4 preliminary study. International Journal
sebagai pupuk hayati untuk pertanian of Environmental Sciences 1(5): 977-
organik. Pada umumnya lahan pertanian di 980.
Indonesia sudah tercemar oleh pestisida. 6. Dietz S, M de Roman, S. Lauck-
Penggunaan pestisida yang berlebihan Birkel, Ch. Maus, P. Neumann and R.
meninggalkan residu kimia dalam tanah. Fischer. 2009. Ecotoxicological and
Dengan kemampuannya menguraikan environmental profile of the insecticide
pestisida jamur Aspergillus niger PS 1.4 deltamethrin. Bayer Crop Science
selain sebagai pupuk penyubur tanah, juga Journal 62: 211-213.
dapat berfungsi sebagai agen bioremediasi 7. Johnson M, B. Luukinen, K. Buhl, D.
yang dapat membersihkan tanah pertanian Stone. 2010. Deltamethrin Technical
dari residu pestisida, sehingga tanah Faact Sheet. National Pesticide
pertanian menjadi lebih sehat bagi manusia. Information Center, Oregon State
University Extention Services. http://
4. KESIMPULAN npic.orst.edu/factsheets/Deltatech.pdf
8. Lakshmikant. 1990. Cellulose
Jamur Aspergillus niger PS1.4 mampu degradation and cellulase activity of
mendegradasi selulosa dan memiliki aktivitas five cellulolytic fungi. World Journal of
enzym selulase 0,127 unit/ml pada substrat Microbiology and Biotechnology 6 (1):
CMC. Jamur ini juga dapat mendegradasi 64-66.
Deltamethrin sebanyak 90,2% dalam waktu 9. Ahmed. Z, H. Banu, M.M Rahman,
10 hari. F. Akhter and S. Haque. 2001.
Microbial activity on the degradation of
DAFTAR PUSTAKA lignocellulosic polysaccharides. Online
Journal of Biological Sciences 1(10):
1. Abimanyu H. 2011. Indonesia-Korea 993-997.
gagas bioetanol dari limbah sawit. 10. Srinivasan. M.C. 1992. Lignocellulose
Suara Pembaruan (Online). http://www. biothenology. Recent Advances and
lipi.go.id/www.cgi. Technology prospect. Oxford and IBH
2. Karyaningsih S, I. Herianti dan T. Publishing Co, Pvt. Ltd, New Delhi,
Suhendrata. 2008. Daya dukung limbah India, pp: 315-320.
pertanian sebagai sumber pupuk 11. Wallnofer P.R, G. Tillmanns and G.
organic di Kab. Sukoharjo. Prosiding Engelhardt. 2004. Degradation of
Seminar Nasional Teknik Pertanian acylanilide pesticides by Aspergillus

Seleksi Jamur Tanah,... J.Tek. Ling. 13 (2): 221 - 230 229


niger. Pesticide Biochemistry and Guvenmez H. 2002. Some properties
Physiology, 7 (5): 481-485. of crude Carboxymethyl Cellulose of
12. Salama A.K, AA. Al-Mihanna and MY. Aspergillus niger Z10 wild-type strain.
Abdalla. 1999. Microbial degradation of Turk J. Biol, 26: 209-213.
pyrimiphos-methyl and carbaryl by pure 21. Guruchandran V and Sasikumar
culture of two soil fungi. J. King Saud C. 2010. Cellulase production by
Univ . 11 (1): 25-32. Aspergillus niger fermented in sawdust
13. Garraway M.O and R.C Evans. 1991. and bagasse. Jounnal of Cell and
Fungal Nutrition and Physiology. Tissue Research 10 (1): 2115-2117.
Krieger publishing Company. Malabar, 22. Kiranmayi M.U, S. Poda, P.B.B.N
Florida.p:231. Charyulu, M. Vijayalakshmi, P.V
14. Domsch K.H, W. Gam, T.H Anderson. Krishna. 2011. Studies on influence
1980. Compendium of soil fungi. of natural biowastes on cellulose
Academic press, London, New York, production by Aspergillus niger. J.
Toronto, Sydney, San Francisco. Environ. Biol 32: 695-699.
15. Samson R.A, E.S Hoekstra, C. A.N 23. Barroso C.B, G.T Pereira, E. Nahas.
van Oorschot. 1981. Introduction to 2006. Solubilization of CaHPO4 and
food-borne fungi. Centraalbureau Voor AlPO4 by Aspergillus niger in culture
Schimmelcultures, Baarn, Delft. media with different carbon and
16. Blanchette, R. A. 2000. A review nitrogen sources. Brazilian Journal of
of microbial deterioration found in Microbiology 37:434-438.
archaeological wood from different 24. Yadav J, J.P Verma and K.N Tiwari.
environments. International 2011. Plant growth promoting activities
Biodeterioration and Biodegredation of fungi and their effect on chickpea
46:189-204. plant growth. Asian Journal of Biological
17. Hankin L and S.L Anagnostakis. Sciences, 4 (3): 291-299.
1977. Solid media containing 25. Richa G, B. Khosla and M.S Reddy.
Carboxymethylcellulose to detect Cx 2007. Improvement of maize plant
Cellulaseactivity of microorganisms. growth by phosphate solubilizing fungi
Journal of General Microbiology, 98: in rock phosphate amended soils.
109-115. World Journal of Agricultural Sciences
18. Mahmood K, Y. Wei-jun, K. Nazir, R.Z 3 (4): 481-484.
Iqbal and A.G Abdullah. 2006. Study 26. Bhalerao T.S and P.R Puranik. 2006.
of cellulolytic soil fungi and two nova Biodegradation of organochlorine
species and new medium. Journal of pesticide, endosulfan, by a fungal soil
Zhejiang University, 7 (6): 459-466. isolate, Aspergillus niger. International
19. Ali U.F and H.S.S El-Dein. 2008. Biodeterioration and Biodegredation,
Pruduction and partial purification 59(4): 315-321.
of cellulose complex by Aspergillus 27. Yugui T, W. Yaoming, Y. Shilei, Y. Lianbin.
niger and A. Nidulans grown on water 2008. Optimization of omethoate
hyacinth blend. Journal of Applied degradation condition and a kinetic
Sciences Research, 4(7): 875-891. model. International Biodeterioration
20. Coral G, Arikan B, Unaldi M.N, and Biodegredation 62: 239-243.

230 Subowo, Y. B., 2012

Anda mungkin juga menyukai