Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Kelimpahan dan Distribusi Burung Rangkong (Famili


Bucerotidae) di Kawasan PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI),
Solok Selatan, Sumatera Barat
Rahma Fitry Nur1) *, Wilson Novarino2), Jabang Nurdin1)
1) Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas,
2) Museum Zoologi, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas
*Koresponden : rahmafitrynur@yahoo.com

Abstrak. Penelitian tentang kelimpahan dan distribusi burung rangkong di kawasan PT.
Kencana Sawit Indonesia (KSI) Solok Selatan, Sumatera Barat telah dilakukan dari bulan
September sampai Oktober 2012. Penelitian ini menggunakan metode transek untuk sensus
populasi burung rangkong dengan berjalan sejauh 2 km pada dua kondisi habitat. Analisa
data dilakukan di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. Analisa data untuk pola distribusi burung rangkong
menggunakan metode Paired Quadrat Variance (PQV). Dari penelitian yang telah dilakukan
ditemukan delapan (8) jenis burung rangkong dan 130 individu selama pengamatan. Jenis
burung rangkong yang didapatkan adalah Buceros rhinoceros, Rhinoplax vigil, Anorrhinus
galeritus, Aceros corrugatus, Aceros comatus, Rhyticeros undulatus, Anthracoceros
albirostris dan Anthracoceros malayanus. Pola distribusi burung rangkong berbeda-beda,
pola distribusi mengelompok ditemukan pada Buceros rhinoceros dan Rhinoplax vigil, pola
ditribusi acak ditemukan pada Aceros comatus dan Anthracoceros albirostris kemudian pola
distribusi seragam ditemukan pada Anthracoeros malayanus.

Kata kunci: Kelimpahan, rangkong, jenis dan pola distribusi.

PENDAHULUAN Rangkong termasuk dalam famili


Bucerotidae. Mayoritas rangkong banyak
Rangkong merupakan kelompok burung ditemukan di daerah hutan dataran rendah
yang mudah dikenali karena memiliki ciri hutan perbukitan (0 1000 m dpl). Di
khas berupa paruh yang besar dengan daerah pegunungan (> 1000 m dpl)
struktur tambahan di bagian atasnya yang rangkong sudah mulai jarang ditemukan.
disebut balung (casque). Di Indonesia, Jenis rangkong yang besar seperti Buceros
ukuran tubuh rangkong berkisar antar 40 rhinoceros mendiami pohon-pohon yang
cm sampai 150 cm, dengan rangkong sangat besar, karena itu rangkong tetap ada
terberat mencapai 3,6 kg. Warna bulu di dan mendiami pohon di hutan sampai
didominasi oleh warna hitam untuk bagian pohon tersebut mati/tumbang. Rangkong
badan dan putih pada bagian ekor, Papan (Buceros bicornis) mendiami tajuk
sedangkan warna pada bagian leher dan pohon bagian atas dari hutan yang
kepala cukup bervariasi (Watling, 1983). didominasi famili Dipterocarpaceae dan
Paruh dan mahkota akan berubah warna hutan yang didominasi oleh tumbuhan yang
menjadi oranye dan merah seiring dengan rutin menggugurkan daun, yang memiliki
bertambahnya usia dan juga akibat dari ketinggian antara 600-2000 meter (King,
seringnya rangkong menggesekkan paruh 1975).
ke kelenjar penghasil warna oranye merah
yang terletak di bawah ekornya Rangkong tersebar dari Aceh hingga
(Hadiprakarsa dan Kinnaird, 2004). Papua, tetapi dua jenis hanya ditemukan di
Sulawesi (Rangkong sulawesi, Aceros

Semirata 2013 FMIPA Unila |231


Rahma Fitry Nur: Kelimpahan dan Distribusi Burung Rangkong (Famili Bucerotidae) di
Kawasan PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan, Sumatera Barat

cassidix dan Kangkareng dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk


Sulawesi, Penelopides exarhatus) dan satu membandingkan kelimpahan burung
jenis di Pulau Sumba (Julang rangkong pada dua kondisi habitat serta
Sumba, Rhyticeros everetti) (Matarinza, menganalisa pola distribusi burung
1992). Menurut White and Bruce (1986), rangkong di kawasan PT. KSI, Solok
ketiga rangkong tersebut merupakan jenis Selatan.
endemik. Anggraini, Kinnaird dan OBrien
(2000) menyatakan bahwa diseluruh dunia METODE PENELITIAN
rangkong mempunyai sebaran mulai dari
daerah sub-sahara Afrika, India, Asia Penelitian ini dilakukan bulan September
Tenggara, New Guinea dan Kepulauan sampai Oktober 2012. Lokasi penelitian di
Solomon. Sebagian besar hidup di hutan PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI) yang
hujan tropis dan hanya beberapa jenis saja terletak di Kecamatan Sangir Balai Janggo,
yang hidup di daerah kering seperti di Nagari Sei Kunyit, Jorong Koto Sungai
Afrika. Kunyit, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera
Barat, Indonesia ( 168 km dari Kota
Dengan semakin meningkatnya Padang). Garis lintang 0o598LS, dan garis
pembukaan hutan menjadi perkebunan dan bujur 101o2449BT. Pengamatan dan
pertanian, mengakibatkan semakin sensus populasi burung rangkong dilakukan
berkurangnya habitat bagi satwa terutama pada dua kondisi habitat yaitu kawasan
burung rangkong. Selain tekanan terhadap blok hutan Bukit Tangah Pulau (hutan
habitatnya, rangkong juga mendapatkan sekunder dan hutan bekas tebangan), dan
ancaman lainnya seperti perburuan liar kawasan hutan riparian (daerah hutan di
untuk diperdagangkan sebagai binatang sepanjang kiri dan kanan sungai dengan
peliharaan, dan sebagai hiasan rumah. ketebalan maksimal 100 m dari arah jalan
Bahkan balung dari Rangkong Gading ke dalam hutan).
(Rhinoplax vigil) telah di ekspor ke China Alat yang digunakan pada penelitian ini
sebagai simbol keberuntungan (IUCN Red adalah teropong binokuler merk Nikon
List, 2007). Di Indonesia, seluruh jenis (Action 8x40), tripod, monokuler merk
rangkong dilindungi Undang-Undang Bushnell, kamera digital merk Canon
melalui Peraturan Perlindungan Binatang PowerShot A 810 dengan resolusi 16
Liar No. 226 tahun 1931, Undang-undang Megapixel (5x zoom), buku tulis, alat tulis,
No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi meteran, tali rafia, patok atau pancang, GPS
Sumber Daya Alam Hayati dan (Global Positioning System) (Garmin
Ekosistemnya, SK Menteri Kehutanan No. GPSmap 76C). Bahan yang digunakan
301/Kpts-II/1991 tentang Inventarisasi adalah peta topografi/lokasi PT. KSI
Satwa Dilindungi, Peraturan Pemerintah (HCV), buku panduan identifikasi burung
No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan di lapangan MacKinnon dkk., Birds of
Tumbuhan dan Satwa. Borneo, penamaan disesuaikan dengan
buku Daftar Burung Indonesia No. 2
Penelitian-penelitian terdahulu tentang (Sukmantoro et al., 2007) dan perangkat
keanekaragaman burung rangkong antara lunak Quantum GIS 1.7.4.
lain di Kawasan Hutan Harapan Jambi Penelitian dilakukan dengan metode
(Warman, 2011) dan Karakter Spasial transek untuk sensus populasi burung
Habitat Burung Rangkong di Danau rangkong. Transek sejauh 2 km dibagi
Sentarum (Kumara, 2006). Namun menjadi 20 plot pengamatan, jarak antar
kelimpahan dan pola distribusi burung plot adalah 100 m. Pengamatan dilakukan
rangkong di Indonesia masih sedikit dengan berjalan disepanjang jalur

232| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

pengamatan pada dua kondisi habitat sejauh burung rangkong dianalisis dengan rumus
2 km dan mencatat semua kontak Paired-Quadrat Variance Methods (PQV)
disepanjang kedua sisi jalur perjalanan. (Ludwig dan Reynods, 1988).
Setiap individu yang ditemukan, ditentukan
posisi dengan menggunakan GPS. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul
06.00-11.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 Kelimpahan Burung Rangkong
17.00 WIB, pada saat cuaca cerah. Jumlah
populasi dihitung berdasarkan individu Hasil pengamatan yang telah dilakukan
yang teramati dengan asumsi bahwa setiap pada dua lokasi habitat berbeda yakni
individu dianggap berbeda dalam setiap kawasan blok hutan dan kawasan hutan
perjumpaan. riparian ditemukan delapan (8) jenis burung
rangkong dengan jumlah 130 individu yang
Analisa data untuk menghitung teramati (Tabel 1). Kawasan blok hutan
kelimpahan burung rangkong digunakan merupakan habitat dengan populasi burung
rumus kelimpahan yaitu jumlah kontak rangkong tertinggi. Pada kawasan blok
dengan individu dalam satu hari hutan, vegetasinya terdiri dari pohon-pohon
pengamatan dibagi dengan panjang jalur berukuran besar dari bermacam famili
pengamatan (km) (modifikasi dari Bibby, dengan diameter yang cukup besar dan
Jones and Marsden, 2000). Berdasarkan memiliki tajuk yang luas, serta terdapat
jumlah individu, jenis burung kemudian pohon Ficus yang merupakan makanan
dikelompokkan kedalam 4 kelas burung rangkong. Pada kawasan hutan
kelimpahan (Fowler and Cohen, 1986 cit., riparian juga banyak terdapat pohon-pohon
Novarino, 2008). Kategori umum : 21 99 Ficus dan pohon besar lainnya yang
individu, tidak umum : 5 20 individu, menjadi faktor penarik bagi rangkong untuk
jarang : 1 4 individu. Pola distribusi datang.

Tabel 1. Kelimpahan Burung Rangkong di Kawasan PT. Kencana Sawit Indonesia, Solok Selatan

Kelimpahan Status
Jumlah Total
Jenis* Nama Indonesia (ind/km) IUCN
Teramati Kelimpahan
A B
Aceros comatus Enggang Jambul 6 3 - 3 NT
Julang Jambul-
Aceros corrugatus 2 1 - 1 NT
hitam
Rhyticeros undulatus Julang Emas 4 1 1 2 NT
Anorrhinus galeritus Enggang Khilingan 4 1 1 2 LC
Kangkareng Perut-
Anthracoceros albirostris 6 1 2 3 LC
Putih
Anthracoceros malayanus Kangkareng Hitam 6 2 1 3 LC
Buceros rhinoceros Rangkong Badak 86 24 17 41 NT
Rhinoplax vigil Rangkong Gading 16 7 1 8 NT
Jumlah 130 63 ind/km
Ket : (-) : tidak ditemukan
A = Kawasan blok hutan
B = Kawasan hutan riparian
NT : Near Threatened (mendekati terancam), LC: Least Concern
*Tata nama menurut Sukmantoro et al., (2007).

Semirata 2013 FMIPA Unila |233


Rahma Fitry Nur: Kelimpahan dan Distribusi Burung Rangkong (Famili Bucerotidae) di
Kawasan PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan, Sumatera Barat

Kelimpahan A. comatus pada kawasan individu/km. Kelimpahan A. albirostris


blok hutan dan kawasan riparian selama pada kawasan blok hutan (1 individu) dan
pengamatan adalah 3 individu/km. Jenis ini kawasan hutan riparian (2 individu)
menyukai kawasan hutan perbukitan dan termasuk ke dalam kategori jarang (1-4
hutan sekunder (Myers, 2009). Berdasarkan individu). Kelimpahan Anthracoceros
kelas kelimpahan, A. comatus termasuk ke malayanus pada kawasan blok hutan
dalam kategori jarang (1-4 individu). sebesar 2 individu/km, dan pada kawasan
Kelimpahan Aceros corrugatus pada hutan riparian sebesar 1 individu/km.
kawasan blok hutan sebesar 1 individu/km, Kelimpahan A. malayanus pada kawasan
pada kawasan hutan riparian tidak blok hutan (2 individu) dan kawasan hutan
ditemukan. Menurut Myers (2009), A. riparian (1 individu) termasuk ke dalam
corrugatus menyukai habitat pada hutan kategori jarang (1-4 individu). Kelimpahan
yang merupakan bekas tebangan pada hutan Buceros rhinoceros terdapat pada dua
Dipterocarpaceae. Kelimpahan A. kondisi habitat yaitu kawasan blok hutan
corrugatus termasuk ke dalam kategori dan kawasan hutan riparian. Kelimpahan B.
jarang (1-4 individu). Tertangkapnya jenis rhinoceros pada kawasan blok hutan yaitu
dengan kelimpahan yang sangat kecil 24 individu/km dan pada kawasan hutan
(hanya 1 individu) tentunya sangat riparian yaitu 17 individu/km. B. rhinoceros
berkaitan dengan fenomena rare species. tidak hanya mencari makan di kawasan
Jenis yang kelimpahannya sangat kecil blok hutan tetapi juga di kawasan hutan
dapat disebabkan karena kalah dalam riparian. Poonswad (1993) menyatakan
berkompetisi dalam memanfaatkan bahwa burung rangkong merupakan
makanan, jenis migran, tidak dapat omnivorous (pemakan vertebrata kecil dan
beradaptasi dengan perubahan kondisi buah dari tumbuhan), apabila buah-buahan
habitat (Novarino, 2008). tidak tersedia maka burung rangkong akan
memakan hampir semua binatang kecil
Kelimpahan R. undulatus pada kawasan seperti burung-burung kecil dan kelelawar.
blok hutan dan kawasan hutan riparian Kelimpahan B. rhinoceros termasuk umum
yaitu 1 individu/km. Myers (2009) yaitu 24 individu, karena selama
menyatakan bahwa R. undulatus selain pengamatan jenis ini sering terlihat pada
memakan buah juga memakan hewan- kedua habitat. Jenis ini dikategorikan
hewan kecil. Menurut Datta (1998), umum disebabkan karena dapat
kelimpahan dari R. undulatus di Hutan berkompetisi dengan jenis lain dalam
Arunachal Pradesh, India adalah sebesar memperebutkan makanan, serta dapat
0,12 individu/km. Kelimpahan R. undulatus beradaptasi dengan perubahan kondisi
di kawasan blok hutan dan kawasan hutan habitat.
riparian termasuk ke dalam kategori jarang
(1-4 individu). Kelimpahan Rhinoplax vigil pada
kawasan blok hutan sebanyak 7
Kelimpahan Anorrhinus galeritus pada individu/km, dan kawasan hutan riparian
kawasan blok hutan dan kawasan hutan sebanyak 1 individu/km.
riparian masing-masing sebesar 1
individu/km. Kelimpahan A. galeritus Pola Distribusi Burung Rangkong
termasuk ke dalam kategori jarang (1-4
individu). Kelimpahan Anthracoceros Hasil varian yang didapatkan, pola
albirostris pada kawasan hutan riparian distribusi untuk Buceros rhinoceros di
sebesar 2 individu/km, dan kelimpahan kawasan blok hutan adalah distribusi
pada kawasan blok hutan sebesar 1 mengelompok. Pola distribusi yang

234| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

mengelompok dicirikan dengan adanya KESIMPULAN DAN SARAN


puncak yang tinggi. Pola distribusi
mengelompok bisa disebabkan karena Kesimpulan
adanya sumber makanan pada suatu habitat Kelimpahan burung rangkong tertinggi
dalam jumlah melimpah seperti musim ditemukan pada kawasan blok hutan
berbuah, sehingga burung rangkong akan (kawasan ini memiliki jenis tumbuhan yang
mencari sumber makanan yang melimpah beragam didominasi oleh tumbuhan dari
secara berkelompok. Salah satu sumber famili Dipterocarpaceae, serta melimpahnya
makanan yang disukai burung rangkong tumbuhan Ficus) sebagai sumber pakan.
yaitu tumbuhan Ficus, dengan Pola distribusi untuk jenis burung rangkong
melimpahnya tumbuhan Ficus maka burung berbeda-beda berdasarkan analisa paired
rangkong akan berpindah ke habitat quadrat variance (PQV). Pola distribusi
tersebut secara berkelompok. Pola distribusi mengelompok ditemukan pada Buceros
burung rangkong pada kawasan blok hutan rhinoceros dan Rhinoplax vigil. Pola
dan kawasan hutan riparian dapat dilihat distribusi acak ditemukan pada Aceros
pada (Gambar 1). comatus dan Anthracoceros albirostris,
serta pola distribusi seragam ditemukan
Pola distribusi untuk Rhinoplax vigil di pada Anthracoceros malayanus.
kawasan blok hutan adalah distribusi
mengelompok. Pola distribusi untuk Saran
Anthracoceros malayanus adalah distribusi Besarnya kelimpahan burung rangkong
seragam. Pola distribusi untuk Buceros (famili Bucerotidae) di kawasan blok hutan
rhinoceros di kawasan hutan riparian butuh pengelolaan tersendiri, disarankan
adalah distribusi mengelompok. Pola kepada pihak HCV yang terkait dalam
distribusi untuk Anthracoceros albirostris bidang konservasi untuk membuat areal
di kawasan hutan riparian adalah distribusi konservasi di sekitar kawasan blok hutan
acak. khususnya di kawasan ditemukannya
burung rangkong. yang ada di kawasan PT.
KSI, Solok Selatan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih kepada seluruh


direksi dan pimpinan PT. KSI atas bantuan
pendanaan dan izin dalam penelitian di
kawasan PT. KSI, Solok Selatan. Kepada
tim HCV (High Conservation Value) yang
telah memberikan bantuan selama di
lapangan. Selanjutnya kepada Prof. Dr.
Dahelmi, M.Sc, Dr. Rizaldi dan Dr. Erizal
Muchtar, M.Sc atas segala bantuan, ide, dan
curahan ilmunya. Selanjutnya kepada
rekan-rekan yang telah membantu
Gambar 1. Pola distribusi burung rangkong penelitian ini.
(famili bucerotidae).

Semirata 2013 FMIPA Unila |235


Rahma Fitry Nur: Kelimpahan dan Distribusi Burung Rangkong (Famili Bucerotidae) di
Kawasan PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan, Sumatera Barat

DAFTAR PUSTAKA MacKinnon, J., K. Phillipps and van Balen.


2010. Burung-Burung di Sumatera,
Anggraini, K., M. Kinnaird and T. OBrien. Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor:
2000. The Effect of Fruit Availability Puslitbang LIPI. Bogor.
and Habitat Disturbance on An Matarinza. 1992. Asosiasi Monyet Sulawesi
Assemblage of Sumatran Hornbill. Bird (Macaca spp.) dengan Empat Jenis
Conservation International 10:189-202. Burung di Sulawesi Tengah dan
Bibby, C., Jones, M and Marsden, S. 2000. Sulawesi Utara. Skripsi Jurusan Biologi,
Teknik- Teknik Ekspedisi Lapangan Fakultas Matematika dan Ilmu
Survey Burung. BirdLife International- Pengetahuan Alam, Universitas
Indonesia Programme. Bogor. Indonesia, Depok.
Datta, A. 1998. Hornbill Abundance in Myers, S. 2009. Birds of Borneo. Princeton
Unlogged Forest, Selectively Logged University Press. New Jersey.
Forest and A Forest Plantation in Novarino, W. 2008. Dinamika Jangka
Arunachal Pradesh, India. Oryx 32(4): Panjang Komunitas Burung Strata
285-294. Bawah di Sipisang, Sumatera Barat.
Hadiprakarsa, Y. and M.F. Kinnaird. 2004. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Foraging Characteristic of An Bogor. Bogor.
Assemblage of Poonswad, P. 1993. Aspect of the Biology
Sumatran Hornbill Species. Bird And Ecology of Some Asian Hornbills.
Conservation International 14: S53-S62. Manual to the Conservation of Asian
Hornbills. Hornbills Project Thailand.
Fowler, J and Cohen, L. 1986. Statistics for
Bangkok.
Ornithologist Hertfordshire. British
Trust for Ornithologist. Sukmantoro, W., M. Irham., W, Novarino,
F. Hasudungan,.N, Kemp dan M,
International Union Conservation of
Muchtar. 2007. Daftar Burung Indonesia
Natural and Nature Reserve (IUCN).
no. 2. Indonesia Ornithologist Union.
2007. Red List Data Book of Endangered
Bogor.
Species. USA.
Warman, J. 2011. Keanekaragaman dan
King, B.F., Woodcock, M. and Dickinson,
Distribusi Burung Rangkong (famili:
E.C., 1975. A Field Guide to The Birds
Bucerotidae) di Kawasan Hutan
of SouthEast Asia, Collins, London.
Harapan Jambi. Skripsi Sarjana Biologi.
Kumara, I. 2006. Karakteristik Spasial Fakultas Matematika dan Ilmu
Habitat Burung Rangkong Di Taman Pengetahuan Alam. Universitas Andalas.
Nasional Danau Sentarum. Tesis Padang.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Watling, D. 1983. Ornithological Notes of
Bogor. Bogor.
Sulawesi. The Emu 83(4): 247-261.
Ludwig, John. A., and Reynolds, J. F. 1988.
White, C.M.N. and M.D. Bruce. 1986. The
Statistical Ecology. A Primer on
Birds of Wallacea (Sulawesi, The
Methods and Computing. A Wiley-
Moluccas and Lesser Sunda
Interscience Publication. John Wiley and
Island, Indonesia). British
Sons. United States. America.
Ornithologist Union Checklist
No.7. London.

236| Semirata 2013 FMIPA Unila

Anda mungkin juga menyukai