PENDAHULUAN
Break Even Point yang biasa disingkat dengan BEP, yang di Indonesia
kita kenal dengan Titik Impas adalah salah satu bentuk dari sekian banyak
informasi akuntansi manajemen yang dipakai menganalisa hubungan antara:
Revenue/Sales, Cost, Volume & Profit.
1
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
1.2 Rumusan Masalah
5) Atau justru alat analisis ini bisa diaplikasikan untuk keperluan lain,
tidak hanya sekedar untuk mengetahui break even point (misalnya:
untuk membidik tingkat profit tertentu) ?
2
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
1.4. Metode Penulisan
3
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
BAB 2
PEMBAHASAN
Break Even point atau BEP dapat diartikan suatu analisis untuk
menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada
konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta
mendapatkan keuntungan / profit.
Break even point atau titik impas dapat pula diartikan sebagai suatu
keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh
laba dan tidak menderita rugi (penghasilan = total biaya). (Munawir, 1986).
Menurut Rosyandi (1985) break even point merupakan titik produksi dimana
hasil penjualan akan tepat sama dengan total biaya produksi.
4
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik
barang maupun jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan
berapa besar laba yang ingin diperoleh.
Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus
dicapai perusahaan, disamping hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih mudah
ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih
dulu berapa titik impasnya. Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah
produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami
kerugian ataupun keuntungan.
Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan
nama analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis
keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan.
5
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
perusahaan akan tahu batas minimal yang harus dijual dan keuntungan
maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh.
Analisis BEP bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit maupun
rupiah yang menunjukan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui
titik tersebut, berarti dalam padanya belum diperoleh keuntungan atau dengan
kata lain tidak untung tidak rugi. Sehingga dikala penjualan permisi lewat
melebihi BEP maka mulailah keuntungan diperoleh. Sasaran analisis BEP
tidak lain mengetahui pada tingkat volume berapa titik impas berada.
6
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
proses yang mempunyai total biaya terendah untuk suatu volume harapan.
Sedangkan dalam pemilihan lokasi, analisis BEP dipakai untuk menentukan
lokasi berbiaya total terendah, yang berarti total pendapatan tertunggi untuk
kapasitas produksi yang ditentukan. Analisis BEP dibedakan antara
penggunaan untuk produk tunggal dan atau untuk beberapa produk sekaligus.
Mayoritas perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu produk
menggunakan fasilitas yang sama.
7
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Dalam menggunakan analisis BEP, harus dipenuhi asumsi-asumsi
dasar sebagai berikut:
Berikut beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis Break
Even Point (BEP) yakni sebagai berikut :
FC
BEP
P - VC
Keterangan :
8
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
b. analisis titik BEP dalam rupiah
FC
BEP
VC
1
S
3. Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel
sebesar Rp.250.000.000,-
1. Fixed Cost
2. Variable Cost
9
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Pertanyaannya Cari BEP dalam unit maupun rupiah !
Penyelesaian :
150.000.000
Biaya tetap unit Rp.1.500, /unit
100.000
250.000.000
Biaya variabel unit Rp.2.500, /unit
100.000
Rp.150.000.000,-
BEP unit 60.000 unit
Rp.5000,00 - Rp.2500,-
Rp.150.000 .000,-
BEP rupiah Rp.300.000 .000,-
Rp.250.000 .000,-
1
Rp.500.000 .000,-
10
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Cara lain dapat dilakukan untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :
2. Dengan Coba-Coba
Q (unit) TR FC VC TC Laba/Rugi
3. Dengan Grafik
11
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
P
(000) Q
TC
BEP
300
150 P
Q (000)
60
Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau MoS adalah
sebagai berikut.
2. Penjualan MoS
12
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Dari data sebelumnya MoS dapat dicari sebagai berikut :
Rp. 500.000.000,-
MoS x 100 166.66 % 167 %
Rp. 300.000.000,-
Ini berarti bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40 % dari
tingkat penjualan yang direncanakan atau 167 % dari tingkat penjualan titik
impas yang telah ditetapkan perusahaan. Jika MoS ditentukan berdasarkan
hasil penjualan dapat dicari sebagai berikut.
13
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Rp. 150.000.000,-
BEP rupiah Rp.257.142 .857,-
Rp. 250.000.000,-
1
Rp. 500.000.000,- x 120 %
Rp. 150.000.000,-
BEP rupiah Rp.257.142 .857,-
Rp. 250.000.000,-
1
Rp. 600.000.000,-
Rp. 150.000.000
BEP (unit) 42.858 unit
Rp. 6.000 - Rp.2.500
atau
Rp. 257.142.857,-
BEP dalam unit 42.858 unit
Rp. 6.000,-
Dari BEP dalam unit tampak terjadi penurunan sebesar 17.142 unit,
yaitu dari 60.000 unit menjadi 42.858 unit.
Rp. 150.000.000,-
BEP rupiah Rp.400.000.000,-
Rp. 250.000.000,-
1
Rp. 500.000.000,- x 80 %
Rp. 150.000.000,-
BEP rupiah Rp.400.000.000,-
Rp. 250.000.000,-
1
Rp. 400.000.000,-
Rp. 400.000.000
BEP dalam unit 66.667 unit
Rp. 6000,-
14
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 6.667 unit yaitu
dari 60.000 unit menjadi 66.667 unit.
Seperti diketahui bahwa dalam analisis BEP, biaya tetap secara total
diasumsikan tetap (konstan). Jadi apabila perubahan biaya tetap,
otomatis BEP nya juga berubah. Dalam praktiknya, apabila biaya tetap
turun, BEP akan turun. Perubahan biaya tetap biasanya diakibatkan
karena adanya tambahan kapasitas produksi atau kenaikan atau
penurunan (efisensi).
Sebagai contoh kita ambil dari kasus di atas apabila biaya tetap berubah
dari Rp.150.000.000 menjadi Rp.180.000.000 berarti adanya tambahan
biaya tetap sebesar Rp.30.000.000 (20 %) hal ini disebabkan karena
adanya kenaikan biaya tetap.
Rp. 360.000.000
BEP dalam unit Rp.72.000, -
Rp. 5.000,-
Dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 12.000 unit yaitu
dari 60.000 unit menjadi 72.000 unit
Maka untuk nilai dari BEP rupiah dan BEP dalam unit adalah sebagai
berikut :
15
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Rp. 150.000.000,- x 90 %
BEP rupiah Rp.270.000 .000,-
Rp. 250.000.000,-
1
Rp. 500.000.000,-
Rp. 270.000.000,-
BEP dalam unit Rp.54.000, -
Rp.5000,-
BEP akan juga ikut berubah apabila terjadi perubahan, baik terhadap
peningkatan maupun penurunan biaya variabel.
Rp. 150.000.000,-
BEP rupiah Rp.375.000 .000,-
Rp. 250.000.000,- x 120 %
1
Rp. 500.000.000,-
Rp. 375.000.000,-
BEP dalam unit 75.000 unit
Rp.5000,-
Rp. 150.000.000,-
BEP rupiah Rp.250.000.000,-
Rp. 250.000.000,- x 80 %
1
Rp. 500.000.000,-
Rp. 250.000.000,-
BEP dalam unit 50.000 unit
Rp.5000,-
16
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Sebagai contoh PT. Dewantara memiliki dua macam produk yaitu
sebagai berikut :
Contoh :
Pertanyaan :
Seperti diketahui bahwa dalam keadaan BEP, besarnya biaya total sama
dengan penjualan atau :
Sales = VC + FC
VC = Sales FC
17
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Jadi dari soal di atas :
Rp. 180.000.000,-
RVC x 100 60 %
Rp. 300.000.000,-
FC Keuntungan
Sales Minimal
VC
1
S
18
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP yakni sebagai berikut :
1. Biaya
19
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
(proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan.
Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan
jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima
maupun diberikan perusahaan . contoh biaya variabel biaya variabel
adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan
biaya variabel lainnya.
4. Harga Jual
Untuk mencari titik BEP dapat kita gunakan beberapa model rumus.
Pemakaian rumus dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan
pemakai. Hanya saja masing-masing rumus memiliki keuntungan atau
kelebihan masing-masing. Misalnya rumus matematika dengan grafik tentu
memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas, seperti lengkap tidaknya
informasi yang diberikan dan kemudahan dalam menggunkan. Sebagai
contoh, dengan menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah
mencari dan mengetahui titik impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan
model grafik memberikan informasi yang diberikan cukup luas dan dapat
dibuatkan grafik dengan mudah pula.
20
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
pendekatan trial and error (coba-coba), yaitu dengan menghitung keuntungan
operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu dan terus diulang
hingga menghasilkan volume produksi/penjualan yang menghasilkan
keuntungan = 0 (Total Revenu = Total Cost).
= Q x P (FC + (Q x VC))
= Rp 60.000
= Rp 60.000,00
21
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Pada volume 4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp 60.000
sehingga break-even pointnya lebih besar dari 4.000 unit. Misalkan volume
penjualannya 5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
= Rp 0.
Penentuan break even point pada grafik, yaitu pada titik dimana
terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya
total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai
sumbu X akan tampak besarnya break even point dalam unit. dan Kalau titik
itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak
besarnya break even point dalam rupiah.
22
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut ini: Suatu perusahaan
beroperasi dengan biaya tetap sebesar Rp 300.000, biaya variabel per unit Rp
40. Harga jual produk per unit Rp l00. Kapasitas produksi maksimal 10.000
unit. Dengan dua cara dalam menggambarkan garis biaya tetap, atas dasar
data tersebut, kita dapat membuat dua gambar break even point
Gambar 2. Grafik BEP dengan Biaya Tetap yang Sejajar Garis Biaya
Variabel
Dari Gambar 1 dan Gambar 2 tersebut terlihat bahwa break even point
tecapai pada volume penjualan sebesar Rp 500.000 atau dinyatakan dalam
unit sebanyak 5.000 unit. Pada Gambar 2. adalah lebih baik karena pada
gambar tersebut tampak konsep contribution margin. Dalam gambar tersebut
23
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
break-even point tercapai pada volume kegiatan di mana contribution margin
(yaitu penghasilan penjualan minus biaya variabel) tepat sama besarnya
dengan biaya tetap, yaitu pada volume penjualan Rp 500.000 atau dalam unit
sebanyak 5.000 unit.
FC
BEP (Q) = ................................................................................. (1)
PV
dimana
FC = biaya tetap
Dari contoh di atas dapat dihitung secara langsung dalam unit dengan
menggunakan rumus pada persamaan 1 dan hasilnya adalah sebagai
berikut:
Rp 300.000
BEP = = 5.000 unit
Rp 100 Rp 40
FC
BEP = VC ....................................................................................... (2)
1
S
dimana:
FC = biaya tetap
24
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
VC = biaya variabel
S = volume penjualan
Rp 300.000
BEP = = Rp 500.000
Rp 400.000
1 Rp 1.000.000
Rp 500.000
= = 5.000 unit
Rp 100
= 100%
1.000.000 500.000
= 100% = 50%
1.000.000
25
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Angka margin of safety sebesar 50% menunjukkan jika jumlah
penjualan yang nyata berkurang atau menyimpang lebih besar dari 50% (dari
penjualan yang direncanakan) perusahaan akan menderita kerugian. Kalau
berkurangnya penjualan hanya 40% dari yang direncanakan, perusahaan
belum menderita kerugian.
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan
perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam
biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung
berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per
unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak
terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan
waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama
periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi
atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
26
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan
sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost.
Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi
salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau
volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.
Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap
disisi lain maka suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita
kerugian karena penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa
bagian dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk
menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.
27
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
IV. ANALISIS BEP SEBAGAI DASAR PERENCANAAN LABA DAN
PENENTUAN TINGKAT PENJUALAN
dan atau :
BEP adalah Total Revenue sama dengan Total Cost
28
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Contoh kasus yang diungkapkan :
Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah
kaos kaki adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per
kaos kaki dan biaya tetap sebesar Rp. 10.000.000
BEP = 20.000
29
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
8. Bagaimana jika perusahaan tidak hanya menjual kaos kaki,
perusahaan juga menjual kaos dalam dan celana dalam, bagaimana
menghitung BEP-nya?
BEP : TR = TC
Dimana TR = Total Revenue ; TC = Total Cost
TR = TC
TR TC = 0
Sedangkan TC stand for Total Cost, yang mana kita semua tahu bahwa
dalam Cost Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: Variable Cost dan
Fixed Cost, maka turunan dari TC adalah:
TC = Variable Cost + Fixed Cost
30
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Selanjutnya kita akan membuat persamaan linear secara penuh untuk kondisi
Break Even Point:
TR - TC = 0
[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau
[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0
Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost
Quantity (Qty) : adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam
perusahaan manufactur tentunya diproduksi terlebih dahulu.
Unit Price : adalah harga per unit dari barang yang akan dijual
31
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Variable Cost : adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu
product (barang), artinya segala yang cost yang terjadi untuk
memproduksi suatu barang. Seperti sebutannya Variable Cost, akan
berubah-ubah mengikuti jumlah product yang akan diproduksi.
Semakin banyak jumlah yang diproduksi semakin bedar juga variable
cost-nya, begitu juga sebaliknya. Jika kita lihat pada Laporan Laba
rugi nantinya, variable cost akan tergolong ke dalam kelompok Cost
of Good Sales, yang pada perusahaan manufacur umumnya terdiri
dari: Bahan Baku (Raw Material), Bahan Penolong, Cost Tenaga
Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan Ovear Head Cost yang
biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin
(Machineries) yang menggunakan unit production output,
Maintenance, Listrik (electricity), Pengiriman (Delivery & Services).
Fixed Cost : adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber
daya tertentu yang penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak
sedikitnya produk yang diproduksi. Dengan kata lain: berapapun
jumlah product yang dibuat, fixed cost yang akan dibuat, costnya
relative sama, bahkan tidak berproduksi sekalipun cost ini akan tetap
terjadi. Seperti sebutannya, fixed cost sifatnya relative stabil, tidak
dipengaruhi oleh production output. Adapun jenis-jenis cost yang
terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya Operasional
(Operating Expenses: Payroll, Office Supplies), Lease Hold (Hak
Sewa), termasuk penyusutan-penyusutan dan amortisasi yang
menggunakan metode garis lurus.
32
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
V. APLIKASI ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA KASUS
2. Apakah target break even point dalam 2 bulan realistic? Apa langkah
selanjutnya dari Pak Harri Prasetyo?
33
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Kita ikuti langkah-langkah perhitungan yang dibuat oleh Pak Harri Prasetyo :
Karena Pak Lie menargetkan lamanya break even point selama 2 bulan saja,
maka, Semua monthly expense dikalikan 2 (dua), sehingga Pak Lie
memperoleh Fixed Cost seperti dibawah ini.
Langkah tiga : Penghitungan Break Even Point dengan Target Unit Price
TR TC = 0
[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau
[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0
Fixed Cost : Pak Lie membebankan 2 bulan payroll, 2 bulan office supplies
dan 2 bulan telephone expense, kelihatannya sudah benar juga. Tetapi coba
kita lihat penyusutan dan amortisasi yang dibebankan, kelihatannya ada yang
aneh. Semuanya dibebankan sekaligus, mana mungkin company set-up yang
umur ekonomisnya 30 tahun dibebankan dalam 2 bulan, mana mungkin
leasehold yang umur ekonomisnya 5 tahun dibebankan 2 bulan.
34
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
Sehingga kita memperoleh Fixed cost seperti dibawah ini:
Selanjutnya, kita hitung Break Even Point dengan target Unit Price dengan
cara memasukkan semua elemen yang ada ke dalam formula yang sama
seperti yang di pakai oleh Pak Harri Prasetyo:
Dengan kapasitas produksi 2000 sebulan dan dengan Variable cost yang ada,
serta fixed cost yang dialokasikan sesuai dengan umur ekonomisnya, PT.
Royal Bali Apparel harus menjual product blousenya seharga Rp 73,698,-/pc
agar mencapai break even dalam waktu dua bulan.
35
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Teknik analisis Break Even Point sudah umum bagi segenap pelaku
bisnis. Hal ini sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan
yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan
mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :
36
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
2) Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang
dikehendaki.
Saran
Bila kita mencoba untuk memulai suatu usaha baru dalam rangka
untuk meningkatkan return kita (apapun usaha yang kita pilih seperti toko
lampu, toko HP, toko stationary, usaha laundry dll), tentunya kita perlu
menghitung-hitung berapa dana yang diperlukan untuk menyewa tempat
usaha, membeli perabotan, mempekerjakan karyawan dan hal-hal lain, dan
kita juga harus membuat proyeksi ; a) Berapa volume penjualan yang perlu
diperoleh agar dapat minimal menutup seluruh biaya-biaya timbul. Ini dikenal
dengan istilah Break Even Point (BEP/Analisis Pulang Pokok) dimana
seluruh biaya yang timbul sama dengan total penjualan yang diperoleh,
sehingga perusahaan tidak memperoleh laba maupun kerugian, b) Berapa
volume penjualan yang diperlukan agar kita dapat memperoleh laba yang kita
targetkan.
37
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
disingkat BEP. Dalam menyusun perhitungan BEP, kita perlu menentukan
dulu 3 elemen dari rumus BEP yaitu :
1) Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa
tempat usaha, perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang
tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit atau 2
unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali.
2) Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit
penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi
salesman, biaya antar, biaya kantong plastic, biaya nota penjualan.
3) Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli
38
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
DAFTAR PUSTAKA
http://matakuliahekonomi.wordpress.com/2010/11/16/pengertian-titik-impas-
break-event-point/
http://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/02/20/break-event-point
bep/2011/12/16
http://www.wealthindonesia.com/wealth-growth-and-accumulation/cara-simple-
menghitung-break-even-point-dalam-usaha.html
39
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
40
SITI NUR FAIZAH_AKUNTANSI 2011 STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG