KELAS: VII E
A. PENYEBAB RUNTUHNYA
Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra
yang dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan.
Balaputradewa yang kemudian menjadi Raka Sriwijaya menyimpan dendam
terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi
permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan
Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia
Tenggara.
Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika
Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur,
pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah
Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu
Sindok.
KERAJAAN SINGASARI
A. PENYEBAB RUNTUHNYA
1. Candi Singosari
Candi ini berlokasi di Kecamatan Singosari,Kabupaten Malang dan terletak
pada lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Berdasarkan
penyebutannya pada Kitab Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada yang
bertanggal 1351 M di halaman komplek candi, candi ini merupakan tempat
"pendharmaan" bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang
mangkat(meninggal) pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara Gelang-
gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang. Kuat dugaan, candi ini tidak pernah
selesai dibangun.
2. Candi Jago
Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Candi ini
cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita
setempat karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra
dapat ditemui di candi ini. Sengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun
atas bahan batu andesit.
3. Candi Sumberawan
4. Arca Dwarapala
Arca ini berbentuk Monster dengan ukuran yang sangat besar. Menurut
penjaga situs sejarah ini, arca Dwarapala merupakan pertanda masuk ke
wilayah kotaraja, namun hingga saat ini tidak ditemukan secara pasti
dimanan letak kotaraja Singhasari.
5. Prasasti Manjusri
7. Prasastri Singosari
Prasasti Singosari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singosari,
Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah dan
ditulis dengan Aksara Jawa.
8. Candi Jawi
9. Prasasti Wurare
KERAJAAN MAJAPAHIT
A. PENYEBAB RUNTUHNYA
1. Candi Sukuh Candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang pertama adalah Candi Sukuh.
Candi ini terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar-Jawa Tengah.
Berbeda dengan candi-candi peninggalan kerajaan Majapahit lainnya, Candi Sukuh
dianggap memiliki bentuk yang tidak lazim.
2. Candi Cetho
Candi Cetho terletak di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar-
Jawa Tengah. Salah satu candi peninggalan Kerajaan Majapahit ini diperkirakan berasal
dari masa akhir keruntuhan kerajaan Majapahit sebelum menjelang keruntuhannya
atau tepatnya sekitar abad ke 15 Masehi. Candi ini ditemukan pada tahun 1842 berkat
tulisan arkeolog Belanda bernama van de Vlies
3. Candi Pari
Candi Pari adalah candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang terletak Desa Candi Pari,
Kecamatan Porong, Sidoarjo - Jawa Timur. Candi yang diperkirakan dibangun pada
masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389 M) ini terletak sekitar 2 km arah
Barat Laut semburan pusat lumpur panas Lapindo Brantas.
KERAJAAN SRIWIJAYA
A. PENYEBAB RUNTUHNYA
Pada masa raja Samartungga, yakni pada tahun 795 hingga 835 ekspansi militer
Sriwijaya sudah mulai berkurang. Sebab raja Samartungga lebih banyak
menghabiskan sumber daya untuk memperkuat penguasaan kerajaan di jawa.
Pada masa kepemimpinan raja Samartungga inilah candi borobudur yang sangat
megah itu dibangun dan selesai pada tahun 825 M. Candi borobudu merupakan
salah satu peninggalan kerajaan sriwijaya yang masih bisa kita lihat
keberadaanya hingga saat ini.
Sriwijaya memanglah kerajaan yang sangat besar dan kuat, namun tiada gading
yang tak retak, sehingga Sriwijaya mengalami keruntuhan. Pada saat itu kerajaan
Sriwijaya diserang oleh sebuah kerajaan yang dipimpin oleh raja cholamandala
yang pada ahirnya terjadilah suatu pertempuran sengit antara keduanya. Akan
tetapi seerangan raja Cholamandala sangatlah kuat sehingga mampu membuat
kerajaan Sriwijaya sangat lemah dan mengalami kemunduran. Serangan tersebut
juga mengakibatkan kebangkitan kerajaan Melayu-Jambi menjadi lebih kuat.
Kerajaan Sriwijaya mulai runtuh antara tahun 1178 dan 1225 disebabkan
penaklukan oleh kerajaan Melayu-Jambi. Namun ada pula yang mengatakan
bahwa melemahnya kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh munculnya agma Islam
(Moh. Dahlan Mansoer, 1979:132)
1. Prasasti Ligor
Prasasti Ligor merupakan prasasti yang terdapat di Ligor (sekarang Nakhon Si Thammarat,
selatan Thailand). Prasasti ini merupakan pahatan ditulis pada dua sisi, bagian pertama disebut
prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa sedangkan di bagian lainnya
disebut dengan prasasti Ligor B.
Isi:
Dari manuskrip Ligor A ini berisikan berita tentang raja Sriwijaya, raja dari segala raja yang ada
di dunia, yang mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajara.[2] Sedangkan dari manuskrip Ligor B
berangka tahun 775, berisikan berita tentang nama Visnu yang bergelar Sri Maharaja, dari
keluarga S ailendravams a serta dijuluki dengan S esavva rimadavimathana (pembunuh musuh-
musuh yang sombong tidak bersisa).
Prasasti Palas Pasemah, prasasti pada batu, ditemukan di Palas Pasemah, di tepi Way (Sungai)
Pisang, Lampung. Ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuna sebanyak 13 baris.
Meskipun tidak berangka tahun, namun dari bentuk aksaranya diperkirakan prasasti itu berasal
dari akhir abad ke-7 Masehi.
Isi:
Isinya mengenai kutukan bagi orang-orang yang tidak tunduk kepada Sriwijaya.
3. Prasasti Leiden
Prasasti Leiden merupakan manuskrip yang ditulis pada lempengan tembaga berangka
tahun1005 yang terdiri dari bahasa Sanskerta dan bahasa Tamil. Prasasti ini dinamakan sesuai
dengan tempat berada sekarang yaitu pada KITLV Leiden, Belanda.
Isi:
Prasasti ini memperlihatkan hubungan antara dinasti Sailendra dari Sriwijaya dengan dinasti
Chola dari Tamil, selatan India.
Isi:
Prasasti Kota Kapur adalah salah satu dari lima buah batu prasasti kutukan yang dibuat oleh
Dapunta Hiya, seorang penguasa dari Kada tuan S rwijaya.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di
Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang,Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang
yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 80 cm, ditulis
dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti ini sekarang disimpan di
Museum Nasional Indonesia
Isi:
Menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengada- kan perjalanan suci (sidhayarta) dengan perahu
dan membawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan beberapa
daerah.
Isi:
Prasasti Talang Tuwo ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (residen Palembang
kontemporer) pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang,
Isi:
Isi prasasti Talang Tuo adalah berupa doa-doa dedikasi, dimana hingga kini, doa-doa demikian
masih dijalankan dan diyakini. Prasasti ini memperkuat bahwa terdapat pengaruh yang kuat dari
cara pandang Mahayana pada masa tersebut, dengan ditemukannya kata-kata seperti bodhicitta,
mahasattva, vajrasarira, danannuttarabhisamyaksamvodhi, dimana istilah-istilah bahasa
Sanskerta tersebut memang digunakan secara umum dalam ajaran Mahayana.