Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Masalah timbul apabila seseorang menginginkan sesuatu tetapi tidak
segera mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memperolehnya. Jadi,
masalah adalah sesuatu yang timbul akibat adanya rantai yang terputus
antara keinginan dan cara mencapainya. Keinginan atau tujuan yang ingin
dicapai sudah jelas, tetapi cara untuk mencapai tujuan itu belum jelas.
Biasanya tersedia berbagai alternatif yang bisa ditempuh untuk mencapai
tujuan yang diinginkan itu.
Misalnya seseorang yang baru pertama kali mengunjungi sebuah kota
ingin mencari sebuah kantor pos. Hal ini tentu merupakan masalah baginya,
karena dia tidak tahu di mana ada kantor pos dan bagaimana mencapainya,
walaupun tujuannya mencari kantor pos sudah jelas. Tetapi ada beberapa
alternatif yang bisa ditempuh oleh orang ini untuk mencapai tujuannya, yaitu
(1) melihat peta kota di mana ada kantor pos dan mengikuti jalan yang ada di
peta itu, (2) bertanya kepada orang lain yang ditemuinya di jalan di mana
kantor pos dan bagaimana mencapainya, atau (3) memanggil taksi dan minta
diantar ke sebuah kantor pos. Masalah bersifat relatif. Artinya, masalah bagi
seseorang pada suatu saat belum tentu merupakan masalah bagi orang lain
pada saat itu atau bahkan bagi orang itu sendiri beberapa saat kemudian.
Secara lebih khusus, masalah bagi siswa kelas I Sekolah Dasar belum tentu
merupakan masalah bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar. Pada contoh tersebut,
menemukan sebuah kantor pos tentu bukan masalah bagi orang yang tinggal
di kota itu dan tidak lagi menjadi masalah bagi orang itu sendiri pada
kunjungannya yang kedua di kota itu.
Pemecahan masalah penting untuk diajarkan pada siswa Sekolah Dasar,
karena pemecahan masalah dapat melatih siswa untuk mampu menggunakan
berbagai konsep, prinsip dan keterampilan matematikan yang telah atau
sedang dipelajarinya untuk memecahkan masalah matematika bahkan untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Fungsi Pemecahan Masalah Matematika
a. Menurut Bell (1978) hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi-
strategi pemecahan masalah yang umumnya dipelajari dalam pelajaran
matematika, dalam hal-hal tertentu, dapat ditransfer dan diaplikasikan
dalam situasi pemecahan masalah yang lain. Penyelesaian masalah
secara matematis dapat membantu para siswa meningkatkan daya
3
analitis mereka dan dapat menolong mereka dalam menerapkan daya
tersebut pada bermacam-macam situasi.
b. Conney (dikutip Hudoyo, 1988) juga menyatakan bahwa mengajarkan
penyelesaian masalah kepada peserta didik, memungkinkan peserta didik itu
menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan di dalam
hidupnya. Dengan perkataan lain, bila peserta didik dilatih
menyelesaikan masalah, maka peserta didik itu akan mampu mengambil
keputusan, sebab peserta didik itu telah menjadi trampil tentang bagaimana
mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi, dan
menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.
Jadi, fungsi dari pemecahan masalah matematika yaitu dapat
diaplikasikan dalam situasi pemecahan masalah tertentu, dapat membantu
meningkatkan daya analitis siswa, menolong siswa menerapkan daya pada
berbagai situasi, siswa mampu mengambil keputusan.
2.3 Manfaat Strategi Pemecahan Masalah
Strategi pemecahan masalah merupakan representasi dimensi-dimensi
proses yang alami bukan satu usaha yang dipaksakan. Strategi pemecahan
masalah merupakan pendekatan yang dinamis, siswa menjadi lebih terampil
sebab siswa mempunyai prosedur internal yang lebih tersusun dari awal. Ada
banyak kegiatan yang melibatkan kreativitas dalam pemecahan masalah
seperti riset dokumen, pengamatan terhadap lingkungan sekitar, kegiatan
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan penulisan yang kreatif. Dengan
strategi Pemecahan Masalah, siswa dapat memilih dan mengembangkan ide
pemikirannya. Berbeda dengan hafalan yang sedikit menggunakan pemikiran,
strategi pemecahan masalah memperluas proses berpikir.
Pengajaran berdasarkan pemecahan masalah (Problem Solving)
tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-
banyaknya kepada siswa. Pengajaran berdasarkan pemecahan masalah
(Problem Solving) dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan
keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui
pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pelajar
yang otonom dan mandiri.
4
Memecahkan masalah adalah strategi belajar yang mengharuskan
pelajar untuk menemukan jawabannya (dicovery) tanpa bantuan khusus.
Dengan memecahkan masalah pelajar menemukan aturan baru yang lebih
tinggi tarafnya sekalipun ia tidak dapat merumuskannya secara verbal.
Menurut penelitian masalah yang dipecahkan sendiri, yang ditemukan sendiri
tanpa bantuan khusus, memberi hasil yang lebih unggul, yang digunakan atau
ditransfer dalam situasi-situasi lain.
Sasaran dari penggunaan strategi Problem Solving adalah:
(1) Siswa akan mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan
masalah dalam creative Problem Solving,
(2) Siswa mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi
pemecahan masalah,
(3) Siswa mampu mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan
tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada,
(4) Siswa mampu memilih suatu pilihan solusi yang optimal.
(5) Siswa mampu mengembangkan suatu rencana dalam
mengimplementasikan strategi pemecahan masalah
(6) Siswa mampu mengartikulasikan bagaimana creative Problem
Solving dapat digunakan dalam berbagai bidang/situasi.
Dilihat dari sasaran penggunaan strategi Problem Solving di atas maka
manfaat strategi Problem Solving adalah untuk:
(1) Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa yang tidak hanya
berpikir bertambah apabila pengetahuan bertambah, namun proses
berpikir yang terdiri atas serentetan keterampilan-keterampilan seperti
mengumpulkan informasi/data, membaca data dan lain-lain yang
penerapannya membutuhkan latihan dan pembiasaan
(2) Membina pengembangan sikap penasaran/ ingin tahu lebih jauh dan cara
berpikir objektif mandiri kritis analitis, baik secara individu maupun
secara kelompok
(3) Siswa dapat menghadapi permasalahan yang ada di lingkungan
sekitarnya
serta berusaha mengerahkan segala kemampuan untuk dapat mencari
pemecahan masalah.
5
2.4 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Untuk menyelesaikan masalah matematika ada beberapa tahap yang
harus dijalani. Pokja mengidentifikasi langkah-langkah pemecahan masalah
menjadi empat langkah, yaitu : 1) langkah memahami masalah; 2) langkah
menyusun rencana pemecahan masalah; 3) langkah melaksanakan rencana
yang telah disusun; 4) langkah meninjau ulang hasil pelaksanaan.
Langkah-langkah pemecahan masalah model Pokja, menurut Sukirman
(dalam Munawir, 2008:15) dapat dijelaskan sebagai berikut: langkah pertama,
untuk dapat memahami masalah perlu memahami permasalahannya. Tanpa
adanya pemahaman terhadap maslaah yang dihadapi, maka segala rencana
dan tindakan yang dilakukan tidak akan terarah bahkan dimungkinkan
rencana dan tindakan yang dilaksanakan justru mempersulit permasalahan
sehingga tidak dapat dipecahkan. Oleh karena itu, langkah pertama ini sangat
besar artinya dalam pemecahan masalah.
Langkah kedua adalah menyusun rencana pemecahan masalah. Langkah
ini dilakukan dengan cara mencari hubungan antara hal-hal yang dikehendaki
dengan hal-hal yang ditanyakan. Masalah yang sudah pernah diselesaikan,
konsep yang sudah pernah dimiliki sebelumnya, sangat besar manfaatnya
dalam menentukan hubungan yang terjadi antara yang diketahui dengan yang
ditanyakan.
Langkah ketiga adalah melaksanakan rencana pemecahan masalah. Kalau
pada waktu menyusun rencana yang berperan adalah pikiran, maka
padalangkah pelaksanaan ini pikiran bersama-sama dengan fisik secara
serentak melakukan kegiatan. Apa yang dibayangkan pada waktu menyusun
rencana pemecahan masalah, pada langkah ini mulai dipraktekkan secara
nyata. Hasil pelaksanaan rencana yang telah disusun tersebut sudah dapat
dipecahkan atau tidak.
Langkah keempat adalah meninjau ulang pelaksanaan rencana yang telah
disusun. Pada langkah ini dilakukan pengkajian terhadap semua hal yang
dilakukan. Validitas setiap langkah yang dilakukan untuk pemecahan masalah
perlu dipertanyakan kembali agar dapat diperoleh langkah yang lebih mudah
terjamin kebenarannya. Tidak jarang terjadi suatu langkah tertentu yang
6
menurut intuisi adalah sah, ternyata tidak pernah didukung oleh prinsip,
konsep ataupun metode yang ada. Oleh karena itu, langkah ini tidak boleh
dianggap remeh.
Sedangkan menurut Kees (dalam Tjipto, 1991:95) tahapan dari
pemecahan masalah meliputi tiga tahap:
1) Langkah analisis terdiri dari :
a) Membaca soal dengan seksama untuk menganalisis informasi yang
penting.
b) Menggambarkan diagram, skema atau gambar bila diperlukan.
2) Langkah penetapan model terdiri dari :
a) Mencari hubungan antara besaran-besaran yang diketahui dan yang
ditanyakan.
b) Mengkombinasikan hubungan-hubungan itu dalam suatu model
matematika.
c) Catat syarat-syarat bagi berlakunya model
3) Langkah penyelesaian terdiri dari :
a) Lakukan transformasi matematika.
b) Hitung sampai diperoleh jawaban.
c) Periksa syarat-syarat berlakunya.
d) Periksa ulang apakah setiap bagian sudah benar.
Dari dua pendapat tersebut maka pembelajaran pemecahan masalah
memiliki beberapa langkah yaitu:
1. Memahami masalah yakni mencari apa yang diketahui, ditanya, apa
syarat-syaratnya, gambar dan grafik bila ada.
2. Membuat rencana penyelesaian yaitu rencana model matematika,
membuat beberapa alternative pemecahan dan menyusun prosedur kerja
untuk memecahkan masalah atau mencari hubungan yang diketahui,
ditanyakan atau mengubahnya ke rumus.
3. Penyelesaian masalah menggunakan rumus yang tidak disusun.
4. Pemeriksaan kembali jawaban yang ditemukan yakni memeriksa kembali
jawaban dan mengevaluasi jawaban.
5. Membuat kesimpulan.
7
Dalam memberikan permasalahan kepada siswa kita harus memilih materi-
materi yang sesuai, agar permasalahan tersebut dapat dipecahkan sesuai
dengan langkah-langkahnya oleh siswa. Untuk memilih materi ada beberapa
kriteria yang harus diperhatikan sebagaimana pendapat Gulo (dalam
Munawir, 2008: 18) yaitu 1) bahan yang dipilih bersifat conflic issue atau
controversial; 2) bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu
asing bagi siswa; 3) bahan tersebut mencakup kepentingan orang banyak
dalam masyarakat; 4) bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran pokok
bahasan dalam kurikulum sekolah; 5) bahan tersebut merangsang
perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yang dikehendaki; 6) bahan
tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka diharapkan metode problem solving
akan membuat siswa lebih aktif berpartisipasi dan juga aktif berfikir serta
mengembangkan penalarannya, sehingga akhirnya akan meningkatkan hasil
belajar siswa tersebut.
2.5 Macam-Macam Soal Matematika
Pada umumnya soal-soal matematika dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu soal rutin dan soal nonrutin. Soal rutin adalah soal latihan biasa
yang dapat diselesaikan dengan prosedur yang dipelajari di kelas. Soal jenis
ini banyak terdapat dalam buku ajar dan dimaksudkan hanya untuk melatih
siswa menggunakan prosedur yang sedang dipelajari di kelas. Sedangkan soal
nonrutin adalah soal yang untuk menyelesaikannya diperlukan pemikiran
lebih lanjut karena prosedurnya tidak sejelas atau tidak sama dengan prosedur
yang dipelajari di kelas. Dengan kata lain, soal nonrutin ini menyajikan
situasi baru yang belum pernah dijumpai oleh siswa sebelumnya. Dalam
situasi baru itu, ada tujuan yang jelas yang ingin dicapai, tetapi cara
mencapainya tidak segera muncul dalam benak siswa. Memberikan soal-soal
nonrutin kepada siswa berarti melatih mereka menerapkan berbagai konsep
matematika dalam situasi baru sehingga pada akhirnya mereka mampu
menggunakan berbagai konsep ilmu yang telah mereka pelajari untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Jadi soal nonrutin inilah
yang dapat digunakan sebagai soal pemecahan masalah.
8
Pemecahan masalah dalam pengajaran matematika dapat diartikan
sebagai penggunaan berbagai konsep, prinsip, dan keterampilan matematika
yang telah atau sedang dipelajari untuk menyelesaikan soal nonrutin.
Empat contoh berikut akan memperjelas perbedaan antara soal rutin dan
soal nonrutin :
1. Buktikan bahwa jumlah setiap baris dari 6 lingkaran kecil di bawah ini
adalah 9.
1
6 5
2 4 3
3. 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 x 9 = . . . .
4. Gunakan tanda operasi hitung biasa pada rangkaian angka-angka 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9 sehingga hasilnya adalah 100
Contoh (1) dan (3) adalah contoh soal rutin. Karena dalam contoh ini
tidak ada situasi baru yang membutuhkan pemikiran lebih lanjut untuk
menyelesaikannya. Apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan soal ini
segera muncul begitu soal ini selesai dibaca, yaitu menjumlahkan dan
mengalikan bilangan bulat. Lain halnya dengan contoh (2) dan (4), apa yang
harus dikerjakan untuk menjawab pada soal ini tidak sejelas pada contoh (1)
dan (3), karena memerlukan strategi lain yaitu menebak dan menguji
jawaban. Oleh karena itu, untuk menyelasikan soal ini diperlukan pemikiran
yang mendalam. Contoh soal (2) dan (4) inilah yang disebut soal pemecahan
masalah matematika atau secara sederhana disebut sebagai masalah
matematika.
9
Dalam pemecahan masalah matematika, siswa dihadapkan pada situasi
yang mengharuskan mereka memahami masalah (mengidentifikasi unsur
yang diketahui dan yang ditanyakan), membuat model matematika, memilih
strategi penyelesaian model matematika, melaksanakan penyelesaikan model
matematika dan menyimpulkan. Untuk menghadapi situasi ini, guru
memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk
mengembangkan ide-ide matematikanya sehingga siswa dapat memecahkan
masalah tersebut dengan baik.
Dalam hal ini guru tetap berpedoman pada strategi dan langkah-langkah
pemecahan masalah yang ada. Hal ini berbeda pendekatan tradisional yang
memfokuskan pada materi, sehingga siswa hanya diberikan prosedur yang
tetap untuk menyelesaikan setiap masalah matematika. Mengingat
karakteristik soal pemecahan masalah yang khas, maka pendekatan
tradisional tidak akan dapat melatihkan siswa secara maksimal untuk
memecahkan soal-soal pemecahan masalah matematika.
2.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kemampuan Pemecahan Masalah
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah matematika
yaitu:
1) Latar belakang pembelajaran matematika.
2) Kemampuan siswa dalam membaca.
3) Ketekunan atau ketelitian siswa dalam mengajarkan soal matematika.
4) Kemampuan ruang dan faktor umur.
Selain itu menurut Charles dan Laster dalam Kaur Brinderject, ada tiga faktor
yang mempengaruhi permasalah dari seseorang :
1) Faktor pengalaman, baik lingkungan maupun personal seperti usia, isi
pengetahuan(ilmu), pengetahuan tentang strategi penyelesaian,
pengetahuan tentang konteks masalah dan isi masalah.
2) Faktor efektif, misalnya minat, motivasi, tekanan kecemasan, toleransi
terhadap ambiguinitas, ketahanan dan kesabaran.
10
3) Faktor kognitif, seperti kemampuan membaca, berwawasan(spatial
ability), kemampuan menganalisis, keterampilan menghitung dan
sebagainya.
BAB III
11
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan oleh
seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan kemudian
bertindak untuk menyelesaikannya sehingga berhasil menemukan tujuan yang
dikehendaki. Pemecahan masalah penting untuk diajarkan pada siswa Sekolah
Dasar, karena pemecahan masalah dapat melatih siswa untuk mampu
menggunakan berbagai konsep, prinsip dan keterampilan matematikan yang
telah atau sedang dipelajarinya untuk memecahkan masalah matematika
bahkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Fungsi dari pemecahan masalah matematika yaitu dapat diaplikasikan
dalam situasi pemecahan masalah tertentu, dapat membantu meningkatkan
daya analitis siswa, menolong siswa menerapkan daya pada berbagai situasi,
siswa mampu mengambil keputusan.
Langkah-langkah pemecahan masalah menjadi empat langkah, yaitu :
1. langkah memahami masalah;
2. langkah menyusun rencana pemecahan masalah;
3. langkah melaksanakan rencana yang telah disusun;
4. langkah meninjau ulang hasil pelaksanaan.
Macam-macam pemecahan masalah matematika:
1. Bekerja mundur
2. Memerankan atau menggunakan benda-benda
3. Menggunakan atau membuat tabel/daftar
4. Membuat gambar/diagram
5. Tebak dan periksa
6. Mencari atau menggunakan pola
7. Mengubah sudut pandang
3.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai Pemecahan Masalah Matematika. Penulis berharap
agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang materi dari makalah
ini. Dan penulis juga berharap pembaca dapat memahami semua penjelasan
yang diberikan dalam makalah ini, sehingga apabila ada yang kurang jelas
atau kesalahan dalam penyusunan makalah ini dapat diberikan masukan demi
sempurnanya penyusunan makalah ini.
12
Daftar Pustaka
13
Suryawan, Herry Purbawanto. 2010. Strategi Pemecahan Masalah Matematika.
http://herryps.files.wordpress.com/2010/09/strategi-pemecahan-masalah-mate
matika.pdf. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2017.
Widjajanti, Djamilah Bondan. 2005. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya.
http://eprints.uny.ac.id/7042/1/P25-Djamilah Bondan Widjajanti.pdf. Diakses
pada tanggal 13 Agustus 2017.
14