Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PENDAHULUAN
MIOMA UTERI
1. KONSEP DASAR
A. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid
(FKUI, 2001 : 387)Mioma Uteri (Fibromtoma, Fibroid) merupakan tumor yang
paling umum pada traktus genitalia. Mioma terdiri atas serabut-serabut otot polos
yang diselingi dengan untaian jaringan ikat, dan dikelilingi kapsul yang tipis (Dasar-
dasar Obstetri & Ginekologi, 2001 : 263).
Mioma uteri adalah neplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat sehingga dalam kepustakaan disebut leiomioma, fibromioma, atau fibroid
(Mansjoer, 1999). Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan,
dan 20-25% terjadi pada wanita dengan usia 35 tahun ke atas.
Kesimpulannya mioma uteri adalah tumor jinak yang paling umum pada
daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat disekitarnya. mioma
uteri juga sering disebut dengan Leiomioma, Fibromioma atau Fibroid, hal ini
mungkin karena memang otot uterus atau rahimlah yang memegang peranan dalam
terbentuknya tumor ini.
3
2
B. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri. Diduga mioma
merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari
sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan
human growth hormone.
1. Estrogen
Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot rahim yang
berubah menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang lebih banyak
daripada otot rahim normal. Mioma uteri dijumpai setelah menarke.
Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan
terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan
pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang
tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari
payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium
(9,3%).Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium
dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah
estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas
enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah
reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2. Progesteron
3. Hormon pertumbuhan
periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma
selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL
dan Estrogen.
1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35 45 tahun.
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
3. Fungsi ovarium
C. Patofisiologi
Pathway
Pathway
MIOMA UTERI
Gejala/Tanda
Penekanan
6
D. Klasifikasi
7
Separuh dari penderita mioma uteri terjadi tanpa gejala. Umumnya manifestasi
klinis tergantung pada lokasi mioma, ukuran dan adanya perubahan sekunder di
dalam mioma tersebut. Adapun manifestasi klinis tersebut adalah:
1. Tumor massa di perut bawah
Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini.
2. Perdarahan
Biasanya dalam bentuk menorrhagi, dan didapat pada mioma submukosa
sebagai akibat pecahnya pembuluh-pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma
dapat menimbulkan anemia yang berat. Mioma intramural juga dapat
menyebabkan perdarahan, oleh karena ada gangguan kontraksi otot uterus.
Jenis subserosa tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal.
3. Nyeri
8
Gejala ini tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Keluhan yang
sering diutarakan adalah rasa berat dan dysmenorrhoe. Kemungkinan
disebabkan karena adanya gannguan peredaran darah, yang disertai nekrose
setempat, atau disebabkan proses radang dengan perlekatan ke omentum usus.
Rasa nyeri juga bisa disebabkan oleh karena torsi pada mioma subserosa.
Dalam hal ini sifatnya akut dan disertai rasa mual dan muntah. Pada mioma
yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena tekanan terhadap urat
saraf, dan menjalar ke pinggang serta tungkai bawah.
4. Akibat tekanan (pressure effect)
Penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter, rectum
atau organ rongga panggul lainnya akan menimbulkan gangguan buang air
besar dan buang air kecil, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul,
serta gangguan ginjal karena pembengkakan tangkai mioma. Apabila terjadi
tekanan pada vena cava inferior akan terjadi odem tungkai bawah.
5. Infertilitas
Gangguan sulit hamil terjadi karena adanya penekanan pada saluran indung
telur.
F. Komplikasi
1. Pertumbuhan leimiosarkoma
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar,
sekonyong konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah
menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau
proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut
dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
H. Penatalaksanaan
1. Konservatif dengan pemeriksaan periodi
Kasus mioma yang terjadi pada wanita yang mencapai menopause biasanya
tidak mengalami keluhan, bahkan dapat mengecil, oleh karena itu sebaiknya
diobservasi saja. Bila ukuran mioma sebesar kehamilan 12-14 minggu dan
disertai pertumbuhan yang cepat sebaiknya dioperasi, walaupun tidak ada
gejala atau keluhan. Pada masa post menopause, mioma biasanya tidak
memberikan keluhan. Tetapi bila terdapat pembesaran harus dicurigai
kemungkinan adanya keganasan (sarcoma).
2. Radioterapi
1) Hanya dilakukan pada wanita yangtidak dapat dioperasi (bad risk patient)
2) Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
3) Bukan mioma jenis submukosa
4) Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rectum
10
A. Pengkajian.
Data subjektif :
- Pasien mengeluh nyeri saat menstruasi.
- Pasien mengatakan ada perdarahan abnormal.
- Pasien merasa penuh pada perut bagian kanan bawah.
- Pasien mengeluh adanya perubahan pola BAK dan BAB.
- Pasien merasa haidnya tidak teratur.
Data objektif :
- Ada benjolan pada perut bagian bawah yang padat, kenyal, permukaan
tumor rata serta adanya pergerakan tumor.
- Pemeriksaan ginekologi dengan pemeriksaan bimanual di dapat tumor
menyatu dengan rahim atau mengisi kavum douglas.
12
B. Diagnosa.
- Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan adanya penekanan syaraf.
- Resiko terjadi anemi berhubungan dengan perdarahan abnormal yang ditandai
dengan perdarahan pervagina berlebihan, pasien lemah, sklera pucat.
- Gangguan pola eliminasi; disuria berhubungan dengan pembesaran uterus
yang menekan vesika urinaria.
- Gangguan pola eliminasi; konstipasi berhubungan dengan pembesaran uterus
yang menekan rektum.
- Resiko terjadinya infertilitas berhubungan dengan penutupan saluran indung
telur.
- Resiko terjadinya abortus berhubungan dengan adanya distorsi rongga uterus.
C. Perencanaan
1) Diangnosa
Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan adanya penekanan pada
organ dan syaraf viseral.
Tujuan : Nyeri dapat mengalami penurunan / berkurang.
Intervensi :
- Kaji tingkat nyeri pasien (skala)
- Kolborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik.
- Atur posisi tidur senyaman mungkin.
- Ajarkan teknik relaksasi/ distraksi untuk mengurangi nyeri.
2) Diangnosa
Resiko terjadi anemi berhubungan dengan perdarahan abnormal yang ditandai
dengan perdarahan pervagina berlebihan, pasien lemah, sklera pucat.
Tujuan : Anemia dapat dicegah
Intervensi :
- Monitor jumlah darah yang keluar.
13
3) Diagnosa
Gangguan pola eliminasi; disuria berhubungan dengan pembesaran uterus
yang menekan vesika urinaria.
Tujuan : Disuria dapat dicegah.
Intervensi :
- Kaji pola miksi pasien
- Berikan penjelasan pada pasien mengenai penyebab disuria.
- Anjurkan kepada pasien agar tidak takut untuk miksi.
- Pasang kateter bila diperlukan
- Kolaborasi dengan doter untuk pemberian obat analgetik.
4) Diagnosa
Gangguan pola eliminasi; konstipasi berhubungan dengan pembesaran uterus
yang menekan rektum.
Tujuan : konstipasi dapat dicegah
Intervensi :
- kaji adanya tanda - tanda adanya konstipasi
- kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pencahar
- anjurkan pasien untuk relaksasi
- anjurkan pasien untuk banyak minum
- anjurkan pasien untuk banyak makan makanan berserat
5) Diagnosa.
14
6) Diagnosa
Resiko terjadinya abortus berhubungan dengan adanya distorsi rongga uterus.
Tujuan : abortus dapat teratasi
Intervensi :
- Kaji tanda tanda perdarahan dan jumlah darah.
- Observasi dengah pemeriksaaan pelvis secara periodik setiap 3 6
bulan.
- Kolaborasi pemberian obat penguat janin, obat anemi (zat besi).
- Anjurkan pasien un tuk lebih banyak istirahat (bedrest total).
- Ajarkan pasien untuk relaksasi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang adekuat.
Evaluasi.
Anemi dapat teratasi
Rasa nyeri berkurang
Pola eliminasiBAK
BAB teratasi
15
DAFTAR PUSTAKA