Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke vena
pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrient
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
Memasang Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh
darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus
Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat
menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan untuk
a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral.
a. Isotonik
Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotic yang sama dengan ada didalam plasma.
2) Ringer Laktat
b. Hipotonik
Suatu larutan yang memiliki osmotic yang lebih kecil dari pada yang ada didalam plasma
darah. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan
mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di Intrasel dan
2) Nacl 0,45%
3) Nacl 0,2%
c. Hipertonik
Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih tinggi dari pada yang ada dalam
plasma darah. Pemberian cairan ini meningkatkan konsentrasi larutan plasma dan mendorong
air masuk kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan osmotic, sel kemudian akan
menyusut.
2) Dextrose 5% dalam Nacl 0,45% (hanya sedikit hipertonis karena dextrose dengan cepat
5) Nacl 3% dan 5%
6) Larutan hiperalimentasi
8) Albumin 25
(Setyorini, 2006 : 5)
d. Balans isotonic, isi bervariasi : air, elektrolit, kalori ( Na+, K+, Mg++, cl-, HCO, glukonat ).
f. Plasma expanders, berisi albumin, dextran, fraksi protein plasma 5%, hespan yang dapat
meningkatkan tekanan osmotic, menarik cairan dari intertisiall, kedalam sirkulasi dan
(Setyorini, 2006 : 6)
a. Pertama atur kecepatan tetesan pada tabung IV. Tabung makrodrip dapat meneteskan 10 atau
15 tetes per 1 ml. Tabung mikrodrip meneteskan 60 tetes per 1 ml. Jumlah tetesan yang
diberikan dengan jumlah jam infuse yang berlangsung. Kemudian kalikan hasil tersebut
c. Untuk menentukan berapa banyak tetesan yang akan diberikan permenit, bagi dengan 60.
d. Hitung jumlah tetesan permenit yang akan diinfuskan. Jika kecepatan alirannya tidak tepat,
a. D 5 W (dextrose 5% in water)
1) Digunakan untuk menggantikan air (cairan hipotonik) yang hilang, memberikan suplai
kalori, juga dapat dibarengi dengan pemberian obat-obatan atau berfungsi untuk
antidiuretik yang tidak semestinya). Jangan digunakan dalam waktu yang bersamaan dengan
b. Nacl 0,9%
2) Hati-hati terhadap kelebihan volume isotonik (misalnya : gagal jantung dan gagal ginjal).
c. Ringer laktat
Digunakan untuk menggantikan cairan isotonik yang hilang, elektrolit tertentu, dan untuk
IV push (IV bolus), adalah memberikan obat dari jarum suntik secara langsung kedalam
saluran/jalan infus.
Indikasi :
1) Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru, memungkinkan pemberian obat langsung
kedalam intravena.
2) Untuk mendapat respon yang cepat terhadap pemberian obat (furosemid dan digoksin).
3) Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus menerus melalui infus
( lidocain, xilocain).
5) Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat yang dicampur.
(Setyorini, 2006 : 7)
Continoius Infusion dapat diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung,
dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra arteri, dan intra
thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus yang ditanam maupun
a. Keuntungan
1) Mampu untuk mengimpus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat.
2) Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang infus atau adanya
penyumbatan.
1) Efektivitas penggunaan pengaturan infus secara mekanis sama dengan perawat yang
memerlukannya.
2) Perawat harus waspada terhahap terjadinya komplikasi (adanya infiltrat atau infeksi)
3) Ikuti aturan yang diberikan oleh perusahaan yang memproduksi alat tersebut.
Infus sementara dapat diberikan melalui heparin lock, piggy bag untuk infus yang
kontiniu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat infus. (Setyorini, 2006 : 9)
1. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah
arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum,
2. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah),
3. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang
1. Rasa perih/sakit
2. Reaksi alergi
(Yuda, 2010)
Prinsip pemasangan terapi intravena (infus) memperhatikan prinsip steril, hal ini yang
paling penting dilakukan tindakan untuk mencegah kontaminasi jarum intravena (infus).
memperoleh persetujuan dan kerja sama pasien. Pasien hendaknya dalam keadaan tenang,
2. Atur posisi pasien senyaman mungkin. Persiapkan lengan yang akan dipasang kanulasi (bila
4. Jika kanulasi akan diteruskan dengan pemasangan infus, sedangkan baju pasien agak ketat,
13. Disinfeksi kulit dengan alkohol swab, sirkuler (biarkan mengering, jangan ditiup).
18. Dorong kanula masuk secara perlahan, tarik stilet keluar secara perlahan.
20. Letakkan kasa steril di bawah kanula, agar jika ada darah yang keluar akan segera
diserap.
Botol infus ; cantumkan (tanggal, bulan, tahun, mulai dan selesai pemberian infus)
Set infus ; cantumkan (jam, tanggal, bulan, dan nama pemasang infus).
DAFTAR PUSTAKA
Haji, Bayu Seno . (2010). Hubungan Kompetensi Pada Aspek Keterampilan Pemasangan Infus Dengan
Angka Kejadian Flebitis Di RSUD Banyudono Boyolali. Diakses 23 September 2010.
http://etd.eprints.ums.ac.id/7935/1/J210080508.pdf
Hidayat Alimul Aziz, (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Selemba
Medika. Jakarta.
Idayanti, (2008). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Terhadap Penerapan Standar Operasional
Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru. Diakses 14 Juli
2008.http://www.researchgate.net/publication/42324970_Hubungan_Pengetahuan_Dan_Sika
p_Perawatterhadap_Penerapan_Standar_Operasional_Prosedur_%28SOP
%29_Teknik_Menyuntik_Dalam_Upaya_Pencegahan_Infeksi_Di_RSUD_Arifin_Achmad_P
ekanbaru
Mahyuni, (2010). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Perawat Pada Pemasangan Infus
Berdasarkan Prosedur Tetap Dengan Kejadian Infeksi Nosokomial Phlebitis. Diakses 22 Juni
2010. http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2010-mahyuni-
12589&PHPSESSID=d1d1da53d1997f16e72bc038d69ee2dc.
Marianto, (2008). Peran Perawat Dan Fungsi Perawat Dalam Intravena. Diakses 19 september 2008.
http://www.fadlie.web.id/bangfad/peran-dan-fungsi-perawat.html
Nilatama, Atika. (2010). Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Intravena Pada Anak Oleh Perawat Di Rumah
Sakit Khusus Anak 45 Yogyakarta. Diakses 14 Desember 2010.http://kti-
qt.blogspot.com/2010/08/evaluasi-penatalaksanan-terapi-intravena-pada-anak.html
Riyadi (2007). Faktor Internal dan Eksternal yang Berhubungan dengan Kepatuhan Operator Dalam
Mengikuti Prosedur Operasi di Industri. Diakses 27 Juli 2011.
Http://www.binakesehatankerja.com.
Pasaribu, Masdalifa. (2008). Analisis Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus
Terhadap Kejadian flebitis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan.Diakses 12 Maret
2008. http://repository. usu.ac.id/handle/123456789/6809.
Ratnawati, Dyah. (2010). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Patient Safety
Dengan Tindakan Pemasangan Infus Sesuai Dengan Standar Operasional Prosedur. Diakses
29 Januari 2010. http://eprints.undip.ac.id/10490/.
Salsabila, (2011). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Standar Prosedur
Operasional Pemasangan Infus Oleh Perawat Pelaksana. Diakses 08 Januari
2011.http://skripsi-qt.blogspot.com/2011/01/faktor-yang-berhubungan-
dengan.html.
Sugihartono, (2008). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional
Pemasangan Infus. Diakses 6 Februari 2008. http://malang.olx.co.id/faktor-yang-
berhubungan-dengan-pelaksanaan-standar-prosedur-operasional-pemasangan-infus-iid-
154973362.
Yuda, (2010). Infus Cairan Intravena (Macam-Macam Cairan Infus). Diakses 16 September
2010. http://dokteryudabedah.com/infus-cairan-intravena-macam-macam-cairan-
infus/.