Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Kebersihan tubuh, penampilan yang baik, serta


melindungi kulit.
1.1 Definisi kebutuhan personal hygiene
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis (Aziz
Alimul H, 2006).

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene yang berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, Wartonah, 2006).

Kebutuhan personal hygiene diperlukan baik pada orang sehat maupu pada
orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan
kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan
melawan infeksi Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau
membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan
menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2006).

Definisi definisi diatas dapat disimpulkan bahwa personal hygiene


merupakan kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh
yang bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang.

1.2 Fisiologi sistem/fungsi normal sistem personal hygiene


Sistem integumen terdiri atas kulit, lapisan subkutan di bawah kulit dan
pelengkapnya, seperti kelenjar dan kuku. Kulit terdiri atas 2 lapisan yaitu
lapisan epidermis yang terdapat pada bagian atas yang banyak
mengandung sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini mudah sekali mengalami
regeneras. Lapisan ini tidak mengandung pembuluh darah.

Lapisan kedua adalah lapisan dermis yang terdiri atas jaringan otot, saraf

1
folikel rambut dan kelenjar. Pada kulit terdapat 2 kelenjar, pertama
kelenjar sebasea yang menghasilkan minyak yang disebut sebun yang
berfungsi meminyaki kulit dan rambut, kedua, kelenjar serumen yang
terdapat dalam telingga yang berfungsi sebagai pelumas dan berwarna
cokelat.
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan.
Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah
sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi
kesehatan secara umum. Karena itu hendaknya setiap orang selalu
berusaha supaya personal higiennya dipelihara dan ditingkatkan.
Kebersihan dan kerapian sangat penting dan diperlukan agar seseorang
disenangi dan diterima dalam pergaulan, tetapi juga karena kebersihan
diperlukan agar seseorang dapat hidup secara sehat dan terhindar dari
segala macam penyakit.

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem personal


hygiene
Menurut Potter dan Perry (2006), sikap seseorang melakukan personal
hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
1.3.1 Body image
Gambaran individu terhadap dirinya mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahn fisik sehingga individu tidak
peduli terhadap kebersihannya.
1.3.2 Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
1.3.3 Status ekonomi sosial
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk penyediaan.

2
1.3.4 Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
1.3.5 Budaya
Budaya mempengaruhi kebersihan diri seseorang, sebagai contoh
orang eropa, umumnya mandi sekali seminggu, karena cuaca di
eropa yang memang dingin, dan perempuan didesa yang biasa
mandi di sungai sehingga tergolong yang memiliki personal
hygiene buruk.
1.3.6 Kebiasaan seseorang
Tiap individu memiliki kebiasanan tersendiri kapan dia ingin
memotong rambut, menggunting kuku/bahkan keinginan untuk
mandi 2 kali sehari/tidak mandi.
1.3.7 Kondisi fisik
Orang sakit lebih banyak membutuhkan kebersihan diri dan
personal hygiene perlu lebih berhati-hati pada orang dengan luka
terbuka

1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem personal


hygiene
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene (Tarwoto &
Wartonah, 2006) meliputi:
1.4.1 Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan
gangguan fisik pada kuku.
1.4.2 Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan

3
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan
interaksi sosial.

II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan personal hygiene


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
2.1.1.1 Keluhan utama
Pola kebersihan tubuh klien yang dilihat pertama
kali pada saat pengkajian.
2.1.1.2 Riwayat kesehatan sekarang
Apa yang dirasakan sekarang oleh klien
2.1.1.3 Riwayat penyakit terdahulu
Apakah kemungkinan klien belum pernah sakit
seperti ini atau udah pernah.
2.1.1.4 Riwayat kesahatan keluarga
Meliputi penyakit yang turun temurun atau
penyakit tidak menular.

2.1.2 Pemeriksaan fisik : data fokus


2.1.2.1 Rambut
a. Amati kondisi rambut
b. Keadaan rambut yang mudah rontok
c. Keadaan rambut yang kusam
d. Keadaan tekstur
2.1.2.2 Kepala
a. Amati kebersihan kulit kepala
b. Amati adanya kebotakan
c. Berkutu
d. Ketombe

4
2.1.2.3 Mata
Amati adanya tanda tanda konjungtiva pucat,
kesimetrisan palpebra, sklera dan pupil.
2.1.2.4 Hidung
Kaji kebersihan hidung, pendarahan hidung,
adanya kotoran, dan amati adanya sekret.
2.1.2.5 Mulut
Amati kondisi mukosa, kaji kelembaban, bibir
pecah pecah dan sariawan.
2.1.2.6 Gigi
Amati adanya gigi berlubang/caries dan amati
kelengkapan gigi.
2.1.2.7 Telinga
Perhatikan adanya serumen, lesi, infeksi/perubahan
daya pendengaran.
2.1.2.8 Kulit
Amati kondisi kulit (tekstur, turgor dan
kelembaban), perhatikan kebersihan, adanya lesi
dan kulit keriput.
2.1.2.9 Kuku tangan dan kaki
Amati bentuk dan kebersihan kuku, perhatikan
adanya kelainan/luka.
2.1.2.10 Genetalia
Amati kondisi dan kebersiha genetalia, perhatikan
pola pertumbuhan rambut pubis. Pada laki laki
perhatikan adanya kelainan/luka.
2.1.2.11 Tubuh secara umum
Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara
keseluruhan dan perhatikan adanya kelainan bentuk
tubuh.

5
2.1.3 Pemeriksaan penunjang

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa I : Defisit perawatan diri : berpakaian/berhias berhubungan
dengan penurunan motivasi ditandai dengan ketidakmampuan
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan (Nanda hal
647-651).
2.2.1 Definisi
Hambatan kemampuan untuk memenuhi aktivitas berpakaian
lengkap dan berhias diri.
2.2.2 Batasan karakteristik
Hambatan kemampuan untuk : mengancingkan pakaian,
memgambil pakaian ,mengenakan atau melepas bagian-bagian
pakaian yang penting.
Ketidakmampuan untuk : memilih pakaian, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian,
mengenakan pakaian pada tubuh bagian atas dan bawah, dan
melepaskan pakaian.
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Penurunan motivasi, ketidaknyamanan, hambatan lingkungan,
keletihan, gangguan musculoskeletal dan neuromuscular, nyeri,
gangguan kognitif atau persepsi dan ansietas berat.

Diagnosa II : Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan


gangguan muskuloskeletal ditandai dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan anggota tubuh (Nanda hal 642-646).
2.2.4 Definisi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau memenuhi aktifitas
mandi/hygiene.

6
2.2.5 Batasan karakteristik.
Ketidakmampuan untuk : mengakses kamar mandi, mengeringkan
badan, mengambil perlengkapan mandi, mendapatkan sumber air,
mengatur suhu air mandi dan membersihkan anggota tubuh.
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Penurunan motivasi, kendala lingkungan, keletihan, gangguan
musculoskeletal dan neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau
persepsi, nyeri, ansietas berat dan kelemahan.

Diagnosa III : Defisit perawatan diri : Makan berhubungan dengan


kelemahan ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makanan dan
memasukan kemulut (Nanda, hal 652-656).
2.2.7 Definisi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas makan.
2.2.8 Batasan karakteristik
Objektif
Ketidakmampuan untuk:
Menyuap makanan dari piring ke mulut, Mengunyah makanan,
Menyelesaikan makan, Meletakkan makanan ke piring, Memegang
alat makan ,Mengigesti makanan dengan cara yang dapat diterima
oleh masyarakat, Mengigesti makanan secara aman, Mengigessti
makanan yang cukup, Memanipulasi makanan dimulut, Membuka
wadah makanan, Mengambil vangkir atau gelas, Menyiapkan
makanan atau diingesti, Menelan makanan, Menggunakan alat
bantu.
2.2.9 Faktor yang berhubungan
Penurunan motivasi, ketidaknyamanan, kendala lingkungan,
keletihan, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular,
nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan.

7
Diagnosa IV : Defisit perawatan diri : eliminasi berhubungan dengan
hambatan kemampuan berpindah (Nanda, hal 657-661).
2.2.10 Definisi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
kegiatan eliminasi
2.2.11 Batasan karakteristik
Ketidakmampuan untuk : melakukan hygiene eliminasi yang tepat,
menyiram kloset atau kursi buang air, menapai kloset atau kursi
buang air, memanipulasi pakaian untuk eliminasi, duduk atau
bangun dari kloset atau kursi buang air.
2.2.12 Faktor yang berhubungan
Penurunan motivasi, ketidaknyamanan, kendala lingkungan,
keletihan, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular,
nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan.

2.3 Perencanaan
Diagnosa I : Defisit perawatan diri : berpakaian/berhias berhubungan
dengan penurunan motivasi ditandai dengan ketidakmampuan
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan.
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 8 jam, pasien
mampu mempertahankan kebersihan diri dan kerapian, dengan
kriteria hasil :
2.3.1.1 Penampilan rapi
2.3.1.2 Rambut rapi dan bersih
2.3.1.3 Mampu memakai pakaian dan berhias secara mandiri

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC


2.3.2.1 Intervensi : Kaji hambatan partisipasi dalam perawatan diri.
Rasional : Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian.

8
2.3.2.2 Intervensi : Bantu pasien memilih pakaian yang mudah
dipakai dan dilepas.
Rasional : Pasien mungkin membutuhkan berbagai bantuan
dalam persiapan memilih pakaian.
2.3.2.3 Intervensi : Pertahankan privasi saat pasien berpakaian.
Rasional : Memberikan rasa aman pada pasien.
2.3.2.4 Intervensi : Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
membantu pasien dan memberikan motivasi.

Diagnosa II : Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan


gangguan muskuloskeletal ditandai dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan anggota tubuh.
2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 8 jam, pasien
merasa nyaman dan bersih dengan kriteria hasil :
2.3.3.1 Kulit pasien tidak kotor
2.3.3.2 Tidak ada bau badan
2.3.3.3 Kuku pasien tidak panjang dan kotor
2.3.3.4 Rambut bersih

2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC


2.3.4.1 Intervensi : Kaji kondisi kulit saat mandi.
Rasional : Mengetahui kondisi kulit secara umum.
2.3.4.2 Intervensi: Berikan bantuan sampai pasien benar-benar
mampu melakukan perawatan diri.

Rasional : Agar pasien merasa lebih nyaman dan segar.


2.3.4.3 Intervensi : Tawarkan untuk mencuci tangan setelah
eliminasi dan sebelum makan.

9
Rasional : Mengurangi resiko terjadinya berbagai macam
penyakit.
2.3.4.4 Intervensi : Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
membantu pasien dan memberikan motivasi.

Diagnosa III : Defisit perawatan diri : Makan berhubungan dengan


kelemahan ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makanan dan
memasukan kemulut.
2.3.5 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 8 jam, pasien
merasa nyaman dengan kriteria hasil :
2.3.5.1 Menerima suapan dari pemberi asuhan.
2.3.5.2 Mampu makan secara mandiri.
2.3.5.3 Mengungkapkan kepuasan makan dan terhadap
kemampuan untuk makan sendiri.
2.3.5.4 Menggunakan alat bantu adaptif untuk makan.
2.3.5.5 Membuka wadah makanan dan menyiapkan makanan.

2.3.6 Intervensi keperawatan dan rasional : Berdasarkan NIC


2.3.6.1 Intervensi : kaji kemampuan menggunakan alat bantu
Rasional : kemampuan kegunaan otot.
2.3.6.2 Intervensi : kaji tingkat energi dan toleransi terhadap
aktivitas
Rasional : kemampuan untuk berativitas.
2.3.6.3 Intervensi : kaji intervensi atau penurunan kemampuan
untuk makan sendiri.
2.3.6.4 Intervensi : kaji defisit sensori, koginitif, atau fisik yang
dapat mempersulit individu untuk makan sendiri.
2.3.6.5 Intervensi : kaji kemampuan untuk mengunyah dan
menelan.

10
Rasional : kemampuan pergerakan otot rahang.
2.3.6.6 Intervensi : kaji asupan terhadap keadekuatan nutrisi.
Rasional : mengetahui kecukupan nutrisi.

Diagnosa IV : Defisit perawatan diri : eliminasi berhubungan dengan


hambatan kemampuan berpindah.
2.3.7 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 8 jam, pasien
merasa nyaman dan bersih dengan kriteria hasil :
2.3.7.1 Menerima bantuan dari pemberi asuhan.
2.3.7.2 Mengenali atau mengetahui kebutuhan bantuan untuk
eliminasi.
2.3.7.3 Mengenali dan berespons terhadap urgensi untuk berkemih
dan defekasi.
2.3.7.4 Mampu duduk dan turun dari kloset.
2.3.7.5 Membersihkan diri setelah eliminasi.

2.3.8 Intervensi keperawatan dan rasional : Berdasarkan NIC


2.3.8.1 Intervensi : kaji kemampuan ambulasi.
Rasional : Mengetahui kemampuan pergerakan badan klien
berpindah.
2.3.8.2 Intervensi : kaji kemampuan untuk memanipulasi pakaian.
2.3.8.3 Intervensi : Kaji kemampuan untuk menggunakan alat
bantu.
Rasional : kemampuan fungsi dalam eliminasi.
2.3.8.4 Intevensi : Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas.
Rasional : kemampuan untu pergerakan dalam eliminasi.
2.3.8.4 Intervensi : kaji peningkatan atau penurunan kemampuan
ke toilet sendiri.
Rasional : kemampuan melatih otot.

11
III. DAFTAR PUSTAKA
Amin, Handhi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA. Jakarta : Mediaction
Hidayat, A.A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan: konsep, proses,
dan praktik. Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson J.M & Ahern N.R. 2011. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC

Banjarmasin, Maret 2017

Preseptor Akademik Preseptor Klinik,

(...) (.)

12

Anda mungkin juga menyukai