Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene yang berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, Wartonah, 2006).
Kebutuhan personal hygiene diperlukan baik pada orang sehat maupu pada
orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan
kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan
melawan infeksi Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau
membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan
menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2006).
Lapisan kedua adalah lapisan dermis yang terdiri atas jaringan otot, saraf
1
folikel rambut dan kelenjar. Pada kulit terdapat 2 kelenjar, pertama
kelenjar sebasea yang menghasilkan minyak yang disebut sebun yang
berfungsi meminyaki kulit dan rambut, kedua, kelenjar serumen yang
terdapat dalam telingga yang berfungsi sebagai pelumas dan berwarna
cokelat.
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan.
Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah
sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi
kesehatan secara umum. Karena itu hendaknya setiap orang selalu
berusaha supaya personal higiennya dipelihara dan ditingkatkan.
Kebersihan dan kerapian sangat penting dan diperlukan agar seseorang
disenangi dan diterima dalam pergaulan, tetapi juga karena kebersihan
diperlukan agar seseorang dapat hidup secara sehat dan terhindar dari
segala macam penyakit.
2
1.3.4 Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
1.3.5 Budaya
Budaya mempengaruhi kebersihan diri seseorang, sebagai contoh
orang eropa, umumnya mandi sekali seminggu, karena cuaca di
eropa yang memang dingin, dan perempuan didesa yang biasa
mandi di sungai sehingga tergolong yang memiliki personal
hygiene buruk.
1.3.6 Kebiasaan seseorang
Tiap individu memiliki kebiasanan tersendiri kapan dia ingin
memotong rambut, menggunting kuku/bahkan keinginan untuk
mandi 2 kali sehari/tidak mandi.
1.3.7 Kondisi fisik
Orang sakit lebih banyak membutuhkan kebersihan diri dan
personal hygiene perlu lebih berhati-hati pada orang dengan luka
terbuka
3
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan
interaksi sosial.
4
2.1.2.3 Mata
Amati adanya tanda tanda konjungtiva pucat,
kesimetrisan palpebra, sklera dan pupil.
2.1.2.4 Hidung
Kaji kebersihan hidung, pendarahan hidung,
adanya kotoran, dan amati adanya sekret.
2.1.2.5 Mulut
Amati kondisi mukosa, kaji kelembaban, bibir
pecah pecah dan sariawan.
2.1.2.6 Gigi
Amati adanya gigi berlubang/caries dan amati
kelengkapan gigi.
2.1.2.7 Telinga
Perhatikan adanya serumen, lesi, infeksi/perubahan
daya pendengaran.
2.1.2.8 Kulit
Amati kondisi kulit (tekstur, turgor dan
kelembaban), perhatikan kebersihan, adanya lesi
dan kulit keriput.
2.1.2.9 Kuku tangan dan kaki
Amati bentuk dan kebersihan kuku, perhatikan
adanya kelainan/luka.
2.1.2.10 Genetalia
Amati kondisi dan kebersiha genetalia, perhatikan
pola pertumbuhan rambut pubis. Pada laki laki
perhatikan adanya kelainan/luka.
2.1.2.11 Tubuh secara umum
Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara
keseluruhan dan perhatikan adanya kelainan bentuk
tubuh.
5
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
6
2.2.5 Batasan karakteristik.
Ketidakmampuan untuk : mengakses kamar mandi, mengeringkan
badan, mengambil perlengkapan mandi, mendapatkan sumber air,
mengatur suhu air mandi dan membersihkan anggota tubuh.
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Penurunan motivasi, kendala lingkungan, keletihan, gangguan
musculoskeletal dan neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau
persepsi, nyeri, ansietas berat dan kelemahan.
7
Diagnosa IV : Defisit perawatan diri : eliminasi berhubungan dengan
hambatan kemampuan berpindah (Nanda, hal 657-661).
2.2.10 Definisi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
kegiatan eliminasi
2.2.11 Batasan karakteristik
Ketidakmampuan untuk : melakukan hygiene eliminasi yang tepat,
menyiram kloset atau kursi buang air, menapai kloset atau kursi
buang air, memanipulasi pakaian untuk eliminasi, duduk atau
bangun dari kloset atau kursi buang air.
2.2.12 Faktor yang berhubungan
Penurunan motivasi, ketidaknyamanan, kendala lingkungan,
keletihan, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular,
nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan.
2.3 Perencanaan
Diagnosa I : Defisit perawatan diri : berpakaian/berhias berhubungan
dengan penurunan motivasi ditandai dengan ketidakmampuan
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan.
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria) : berdasarkan NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 8 jam, pasien
mampu mempertahankan kebersihan diri dan kerapian, dengan
kriteria hasil :
2.3.1.1 Penampilan rapi
2.3.1.2 Rambut rapi dan bersih
2.3.1.3 Mampu memakai pakaian dan berhias secara mandiri
8
2.3.2.2 Intervensi : Bantu pasien memilih pakaian yang mudah
dipakai dan dilepas.
Rasional : Pasien mungkin membutuhkan berbagai bantuan
dalam persiapan memilih pakaian.
2.3.2.3 Intervensi : Pertahankan privasi saat pasien berpakaian.
Rasional : Memberikan rasa aman pada pasien.
2.3.2.4 Intervensi : Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
membantu pasien dan memberikan motivasi.
9
Rasional : Mengurangi resiko terjadinya berbagai macam
penyakit.
2.3.4.4 Intervensi : Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
membantu pasien dan memberikan motivasi.
10
Rasional : kemampuan pergerakan otot rahang.
2.3.6.6 Intervensi : kaji asupan terhadap keadekuatan nutrisi.
Rasional : mengetahui kecukupan nutrisi.
11
III. DAFTAR PUSTAKA
Amin, Handhi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA. Jakarta : Mediaction
Hidayat, A.A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan: konsep, proses,
dan praktik. Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson J.M & Ahern N.R. 2011. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC
(...) (.)
12